Panduan Lengkap Niat Sholat Tarawih dan Pelaksanaannya

Ilustrasi suasana malam Ramadan dengan siluet masjid dan bulan sabit Malam Penuh Berkah Ilustrasi suasana malam Ramadan dengan siluet masjid, bulan sabit, dan bintang-bintang di langit yang gelap.

Bulan Ramadan adalah anugerah terindah, sebuah madrasah spiritual yang dinantikan oleh setiap insan beriman. Di dalamnya, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setiap amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Salah satu amalan yang menjadi primadona dan menghiasi malam-malam Ramadan adalah Sholat Tarawih. Ibadah sunnah mu'akkadah ini menjadi syiar yang begitu kental, menyatukan umat dalam saf-saf yang rapat, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan khusyuk.

Namun, di balik setiap gerakan dan lantunan ayat, ada satu elemen fundamental yang menjadi penentu sah dan bernilainya sebuah ibadah: niat. Niat adalah ruh dari setiap amal. Ia adalah kompas yang mengarahkan tujuan ibadah kita, membedakannya dari sekadar gerakan rutin menjadi sebuah persembahan tulus hanya untuk Allah SWT. Oleh karena itu, memahami secara mendalam tentang niat sholat tarawih adalah langkah pertama dan utama sebelum kita mendirikannya. Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif untuk mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan niat sholat tarawih, baik saat menjadi imam, makmum, maupun saat melaksanakannya sendirian.

Memahami Hakikat Niat dalam Ibadah

Sebelum kita menyelam lebih dalam ke lafaz niat sholat tarawih, penting untuk membangun fondasi pemahaman tentang apa itu niat dalam kacamata syariat Islam. Niat bukanlah sekadar untaian kata yang diucapkan di bibir, melainkan sebuah getaran dan kehendak yang terpatri kokoh di dalam hati.

Definisi Niat Secara Bahasa dan Istilah

Secara bahasa (etimologi), kata "niat" (النية) dalam bahasa Arab berarti al-qashd, yang artinya adalah maksud, kehendak, atau tujuan. Ini adalah sebuah tekad yang muncul dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Adapun secara istilah (terminologi) dalam ilmu fikih, para ulama mendefinisikan niat sebagai "tekad di dalam hati untuk melaksanakan suatu ibadah demi mendekatkan diri kepada Allah SWT."

Dari definisi ini, kita bisa menarik tiga unsur penting dalam niat:

  1. Al-Qashd (Maksud): Meniatkan jenis perbuatan yang akan dilakukan. Misalnya, berniat untuk "sholat".
  2. At-Ta'yiin (Penentuan): Menentukan secara spesifik ibadah yang akan dikerjakan. Misalnya, bukan sekadar sholat, tetapi "sholat sunnah tarawih". Ini yang membedakan Tarawih dengan sholat Isya atau sholat sunnah lainnya.
  3. Al-Ikhlas (Keikhlasan): Menujukan seluruh perbuatan tersebut semata-mata karena Allah SWT, bukan karena tujuan duniawi seperti ingin dipuji atau dianggap saleh.

Pentingnya Niat: Hadis sebagai Landasan Utama

Urgensi niat dalam setiap amalan ditegaskan dalam sebuah hadis yang sangat populer dan menjadi salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Diriwayatkan dari Amirul Mu'minin, Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Innamal a'maalu binniyyaat, wa innamaa likullimri'in maa nawaa."

"Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa nilai sebuah amal perbuatan di sisi Allah SWT tidak ditentukan oleh penampilan luarnya, melainkan oleh niat yang tersembunyi di dalam hati pelakunya. Seseorang yang berdiri, ruku', dan sujud dalam sholat tarawih dengan niat yang tulus karena Allah, pahalanya akan jauh berbeda dengan orang yang melakukan gerakan yang sama namun dengan niat untuk pamer atau sekadar mengikuti tradisi tanpa penghayatan.

Tempat Niat: Di Dalam Hati

Para ulama sepakat (ijma') bahwa tempat niat yang sesungguhnya adalah di dalam hati (al-qalb). Inilah inti dari niat. Adapun melafazkan niat (talaffuzh binniyah) dengan lisan, seperti mengucapkan "Ushalli...", para ulama memiliki perbedaan pendapat. Mazhab Syafi'i, yang banyak dianut di Indonesia, berpandangan bahwa melafazkan niat hukumnya sunnah. Tujuannya adalah untuk membantu hati agar lebih fokus dan memantapkan niat yang sudah ada. Lisan membantu menegaskan apa yang dikehendaki oleh hati. Namun, perlu diingat bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan lisan dan apa yang ada di dalam hati, maka yang dianggap sah adalah niat yang ada di dalam hati.

Lafaz Niat Sholat Tarawih: Panduan Lengkap

Setelah memahami konsep dasar niat, kini kita beralih ke pembahasan utama, yaitu lafaz-lafaz niat sholat tarawih. Niat ini akan sedikit berbeda tergantung pada posisi kita dalam sholat: sebagai imam, sebagai makmum, atau sholat sendirian (munfarid).

1. Niat Sholat Tarawih sebagai Imam

Seorang imam memiliki tanggung jawab memimpin jamaah. Oleh karena itu, dalam niatnya, ia harus menyertakan statusnya sebagai seorang "imam". Niat ini dibaca di dalam hati sesaat sebelum takbiratul ihram.

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā."

"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Penjabaran Lafaz Niat Imam:

2. Niat Sholat Tarawih sebagai Makmum

Bagi jamaah yang mengikuti imam, niatnya harus mencakup status sebagai "makmum". Hal ini penting karena sholat seorang makmum terikat dengan gerakan imamnya.

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā."

"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Penjabaran Lafaz Niat Makmum:

Lafaznya hampir sama persis dengan niat imam. Perbedaan utamanya terletak pada satu kata:

Sangat penting bagi seorang makmum untuk berniat mengikuti imam. Tanpa niat ini, sholat berjamaahnya tidak sah, meskipun gerakannya mengikuti imam. Niat inilah yang mengikat sholatnya dengan sholat sang imam.

3. Niat Sholat Tarawih Sendirian (Munfarid)

Ada kalanya seseorang berhalangan untuk sholat tarawih berjamaah di masjid, misalnya karena sakit, safar (bepergian), atau kondisi lainnya. Islam memberikan kemudahan untuk tetap bisa melaksanakannya di rumah secara sendirian (munfarid). Niatnya pun disesuaikan dengan kondisi ini.

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā."

"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."

Penjabaran Lafaz Niat Munfarid:

Perhatikan bahwa dalam niat sholat sendirian, kata "imāman" atau "ma'mūman" dihilangkan. Ini karena ia tidak sedang memimpin ataupun mengikuti siapa pun. Ia sholat secara mandiri, langsung berhadapan dengan Allah SWT. Meskipun pahala berjamaah lebih besar, melaksanakan tarawih sendirian tetap mendapatkan pahala yang agung dan lebih baik daripada tidak melaksanakannya sama sekali.

Sejarah dan Keutamaan Agung Sholat Tarawih

Untuk menambah kekhusyukan dan semangat dalam menjalankan sholat tarawih, ada baiknya kita menengok sejenak sejarah pensyariatannya dan memahami keutamaan-keutamaan besar yang terkandung di dalamnya. Mengetahui asal-usul sebuah ibadah akan membuatnya lebih bermakna.

Asal-Usul Sholat Tarawih di Zaman Nabi

Sholat tarawih (yang pada zaman Nabi lebih dikenal sebagai Qiyam Ramadan atau "menghidupkan malam Ramadan") pertama kali dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa pada suatu malam di bulan Ramadan, Rasulullah sholat di masjid. Lalu, beberapa orang sahabat ikut sholat di belakang beliau.

Keesokan malamnya, beliau sholat lagi dan jumlah jamaah yang ikut bertambah banyak. Pada malam ketiga atau keempat, jamaah yang berkumpul sudah sangat ramai, menantikan kedatangan Rasulullah. Namun, beliau tidak keluar untuk sholat bersama mereka. Pagi harinya, beliau bersabda:

"Sungguh aku telah melihat apa yang kalian lakukan semalam. Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian, kecuali aku khawatir sholat ini akan diwajibkan atas kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini, kita dapat memahami betapa besar kasih sayang Rasulullah kepada umatnya. Beliau khawatir jika terus-menerus mengimami sholat malam Ramadan secara berjamaah, Allah akan mewajibkannya, dan hal itu bisa memberatkan umatnya di kemudian hari. Sejak saat itu, hingga akhir hayat beliau dan masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sholat tarawih dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok-kelompok kecil.

Revitalisasi di Masa Umar bin Khattab

Praktik sholat tarawih berjamaah dengan satu imam secara terorganisir seperti yang kita kenal sekarang dimulai pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Suatu malam, Umar masuk ke masjid dan melihat orang-orang sholat dalam kelompok-kelompok yang terpisah-pisah, masing-masing dengan imamnya sendiri. Beliau kemudian berinisiatif untuk menyatukan mereka di belakang satu imam.

Umar menunjuk Ubay bin Ka'ab, salah satu sahabat yang paling baik bacaan Al-Qur'annya, untuk menjadi imam. Ketika beliau melihat jamaah bersatu dalam saf yang rapi di belakang satu imam, Umar berkata, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini." Istilah "bid'ah" yang dimaksud Umar di sini adalah bid'ah secara bahasa, yang berarti "sesuatu yang baru", bukan bid'ah secara syar'i yang tercela. Hal ini karena praktik tersebut memiliki landasan dari perbuatan Nabi, dan Umar hanya menghidupkannya kembali dalam format yang lebih terorganisir.

Keutamaan Sholat Tarawih

Sholat tarawih memiliki fadhilah atau keutamaan yang luar biasa, sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah. Keutamaan ini menjadi motivasi terbesar bagi kaum muslimin untuk tidak melewatkannya.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Tarawih dan Witir

Pelaksanaan sholat tarawih memiliki tata cara yang perlu diikuti agar ibadah kita sah dan sempurna. Ini mencakup jumlah rakaat, waktu pelaksanaan, hingga bacaan-bacaan di dalamnya.

Jumlah Rakaat Sholat Tarawih

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah rakaat sholat tarawih, dan kedua pendapat ini sama-sama memiliki landasan yang kuat. Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan rahmat dan kelapangan dalam beragama.

Kedua praktik ini adalah sah dan baik. Seseorang bisa memilih untuk mengikuti yang mana pun sesuai dengan keyakinan atau kebiasaan di lingkungannya, tanpa perlu menyalahkan pihak lain. Yang terpenting adalah semangat untuk menghidupkan malam Ramadan dengan ibadah.

Waktu Pelaksanaan

Waktu untuk melaksanakan sholat tarawih terbentang cukup panjang. Waktu terbaiknya adalah setelah menunaikan sholat Isya dan sholat sunnah ba'diyah Isya, hingga terbit fajar (masuknya waktu subuh). Boleh dikerjakan di awal malam, pertengahan malam, atau di akhir malam. Namun, di Indonesia, praktik yang umum dilakukan adalah melaksanakannya di awal malam, segera setelah sholat Isya.

Tata Cara Sholat Tarawih (per 2 rakaat)

Sholat tarawih dilakukan sama seperti sholat sunnah lainnya, yaitu setiap dua rakaat diakhiri dengan satu salam. Berikut adalah urutannya:

  1. Berniat: Menghadirkan niat sholat tarawih di dalam hati sesuai posisi (imam, makmum, atau sendiri) sebelum takbir.
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
  3. Membaca Doa Iftitah: Disunnahkan membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram.
  4. Membaca Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah, yang merupakan rukun sholat.
  5. Membaca Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an.
  6. Ruku' dengan Tuma'ninah: Ruku' sambil membaca tasbih ruku'. Tuma'ninah (tenang sejenak) adalah rukun.
  7. I'tidal dengan Tuma'ninah: Bangkit dari ruku' sambil membaca "Sami'allahu liman hamidah" dan "Rabbana lakal hamd".
  8. Sujud dengan Tuma'ninah: Sujud pertama sambil membaca tasbih sujud.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud: Duduk dengan tuma'ninah sambil membaca doa "Rabbighfirli warhamni...".
  10. Sujud Kedua: Melakukan sujud kedua dengan tuma'ninah.
  11. Berdiri untuk Rakaat Kedua: Bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua, dimulai dengan membaca Al-Fatihah.
  12. Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua di rakaat kedua, melakukan duduk tasyahud (tahiyat) akhir.
  13. Salam: Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.

Urutan di atas diulang terus-menerus hingga mencapai jumlah rakaat yang diinginkan (8 atau 20 rakaat).

Sholat Witir sebagai Penutup

Sholat tarawih tidak lengkap tanpa ditutup dengan Sholat Witir. Witir artinya ganjil, dan sholat ini berfungsi sebagai penutup dari seluruh sholat malam yang kita kerjakan pada hari itu. Jumlah rakaatnya ganjil, bisa 1, 3, 5, atau lebih. Yang paling umum dilakukan adalah 3 rakaat.

Niat Sholat Witir 3 Rakaat (2 salam)

Metode ini adalah mengerjakan 2 rakaat terlebih dahulu, lalu salam. Kemudian berdiri lagi untuk mengerjakan 1 rakaat terakhir.

Niat 2 rakaat pertama (sebagai makmum):

أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatan minal witri rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā."

"Aku niat sholat sunnah bagian dari Witir dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Niat 1 rakaat terakhir (sebagai makmum):

أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā."

"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Jika sholat sendirian, ganti kata "ma'mūman" dengan niat untuk diri sendiri (dihilangkan). Jika menjadi imam, ganti dengan "imāman".

Doa Setelah Sholat Witir

Setelah selesai sholat witir, disunnahkan untuk membaca zikir dan doa. Salah satu zikir yang dicontohkan Nabi adalah membaca:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

"Subhānal malikil quddūs." (dibaca 3 kali, pada yang ketiga suara dipanjangkan dan ditinggikan)

"Maha Suci Allah Raja Yang Maha Suci."

Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa kamilin atau doa witir yang masyhur, yang berisi permohonan ampunan, rahmat, dan perlindungan dari Allah SWT.

Penutup: Meraih Malam Penuh Berkah

Sholat tarawih adalah hadiah istimewa dari Allah di bulan Ramadan. Ia bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan sebuah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan menabung pahala sebanyak-banyaknya. Kunci untuk membuka semua keutamaan itu terletak pada kesempurnaan niat kita.

Pastikan setiap kali kita berdiri untuk sholat tarawih, hati kita benar-benar berniat untuk beribadah semata-mata karena Allah. Luruskan niat, jauhkan dari riya' dan keinginan untuk dipuji. Hayati setiap gerakan dan bacaan, karena setiap detiknya adalah momen berharga untuk berkomunikasi dengan Rabb semesta alam.

Semoga panduan mengenai niat sholat tarawih ini bermanfaat dan dapat membantu kita semua dalam menyempurnakan ibadah di malam-malam Ramadan. Mari kita hidupkan malam-malam suci ini dengan sholat, zikir, dan doa, agar kelak kita keluar dari bulan Ramadan dalam keadaan suci, diampuni dosa-dosanya, dan meraih derajat takwa yang setinggi-tingginya. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage