Panduan Lengkap Doa Qunut Latin dan Artinya
Dalam khazanah ibadah umat Islam, shalat menempati posisi sentral sebagai tiang agama. Di dalam shalat, terdapat berbagai bacaan dan doa yang sarat akan makna, salah satunya adalah Doa Qunut. Doa ini sering kali terdengar saat shalat Subuh berjamaah, dilantunkan oleh imam dengan suara yang khusyuk dan diaminkan oleh para makmum. Memahami doa qunut latin dan artinya secara mendalam bukan hanya sekadar menambah hafalan, tetapi juga membuka pintu kekhusyukan dan penghayatan dalam berkomunikasi dengan Sang Pencipta.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan Doa Qunut. Mulai dari bacaan lengkap dalam format Arab, transliterasi Latin yang memudahkan pelafalan, hingga terjemahan dan penjelasan makna yang terkandung di setiap kalimatnya. Kita juga akan menjelajahi berbagai aspek penting lainnya seperti hukum pelaksanaannya menurut pandangan para ulama mazhab, jenis-jenis Doa Qunut, serta tata cara yang benar dalam mengamalkannya.
Pengertian dan Makna Fundamental Doa Qunut
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam lafal dan artinya, penting untuk memahami esensi dari kata "Qunut" itu sendiri. Secara etimologis, kata Qunut (القنوت) dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna dasar, di antaranya adalah berdiri lama, diam, taat, tunduk, dan berdoa. Semua makna ini merefleksikan sikap seorang hamba yang khusyuk dan penuh pengharapan di hadapan Rabb-nya.
Secara terminologis dalam ilmu fiqih, Qunut adalah nama untuk doa khusus yang dibaca dalam shalat pada waktu tertentu, yaitu saat posisi i'tidal (berdiri setelah ruku') pada rakaat terakhir. Doa ini merupakan manifestasi dari ketaatan dan permohonan seorang hamba yang mencakup permintaan akan petunjuk, perlindungan, ampunan, dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, Qunut bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog spiritual yang intim antara hamba dengan Tuhannya.
Bacaan Lengkap Doa Qunut: Arab, Latin, dan Artinya
Berikut adalah bacaan Doa Qunut yang paling umum diamalkan, disajikan secara lengkap agar mudah dipelajari, dihafal, dan yang terpenting, dihayati maknanya.
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
"Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait, falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik, wa shallallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam."
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana Engkau telah berikan petunjuk (kepada mereka), berilah aku kesehatan sebagaimana Engkau telah berikan kesehatan (kepada mereka), lindungilah aku sebagaimana Engkau telah melindungi (mereka), berilah keberkahan untukku pada apa yang telah Engkau berikan, selamatkanlah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang bisa menentukan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau lindungi, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, nabi yang ummi, beserta keluarga dan para sahabatnya."
Tadabbur Makna Doa Qunut per Kalimat
Keindahan Doa Qunut tidak hanya terletak pada susunan katanya, tetapi pada kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Mari kita selami makna dari setiap penggalan doa ini agar kita bisa lebih meresapinya saat membacanya.
1. Permohonan Petunjuk (Hidayah)
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ
Allahummahdinii fiiman hadaiit
"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana Engkau telah berikan petunjuk (kepada mereka)."
Ini adalah pembuka doa yang sangat fundamental. Kita memulai dengan memohon hal yang paling berharga dalam hidup seorang muslim: hidayah atau petunjuk. Ungkapan "sebagaimana Engkau telah berikan petunjuk kepada mereka" menunjukkan kerendahan hati kita. Kita mengakui bahwa hidayah adalah murni anugerah dari Allah, dan kita memohon untuk dimasukkan ke dalam golongan orang-orang pilihan yang telah lebih dulu mendapatkan nikmat petunjuk tersebut, seperti para nabi, orang-orang saleh, dan para syuhada. Ini bukan sekadar permintaan untuk tahu mana yang benar dan salah, tetapi juga permohonan kekuatan untuk dapat mengamalkan kebenaran itu secara konsisten (istiqamah).
2. Permohonan Kesehatan dan Keselamatan ('Afiyah)
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ
Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit
"Berilah aku kesehatan (keselamatan) sebagaimana Engkau telah berikan kesehatan (kepada mereka)."
Kata 'Afiyah memiliki makna yang sangat luas. Ia tidak hanya berarti sehat secara fisik dari penyakit, tetapi mencakup keselamatan dan kesejahteraan dalam segala aspek. Ini termasuk kesehatan mental, spiritual, dan sosial. Kita memohon perlindungan dari segala macam musibah, penyakit hati (seperti iri, dengki, sombong), fitnah dunia, serta azab di akhirat. Dengan meminta 'Afiyah, kita memohon kehidupan yang seimbang, tenang, dan terhindar dari segala bentuk keburukan baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
3. Permohonan Perlindungan dan Pertolongan (Tawalli)
وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ
Wa tawallanii fiiman tawallaiit
"Lindungilah (urusilah) aku sebagaimana Engkau telah melindungi (mereka)."
Kalimat ini adalah bentuk penyerahan diri total kepada Allah. Kata Tawalli berasal dari kata Wali, yang berarti pelindung, penolong, dan pengurus segala urusan. Ketika kita memohon agar Allah menjadi Wali kita, kita sedang menyerahkan seluruh urusan hidup kita ke dalam genggaman-Nya. Kita mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan kita, dan meyakini bahwa hanya dengan pertolongan dan perlindungan-Nya kita bisa selamat dan sukses di dunia dan akhirat. Ini adalah ikrar tauhid yang menegaskan bahwa tidak ada pelindung sejati selain Allah.
4. Permohonan Keberkahan (Barakah)
وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ
Wa baarik lii fiimaa a'thaiit
"Berilah keberkahan untukku pada apa yang telah Engkau berikan."
Barakah adalah konsep yang luar biasa dalam Islam. Ia berarti "bertambahnya kebaikan secara terus-menerus". Permintaan ini tidak hanya terbatas pada harta, tetapi mencakup segala nikmat yang telah Allah berikan: waktu, ilmu, keluarga, kesehatan, dan pekerjaan. Harta yang banyak belum tentu berkah jika tidak mendatangkan ketenangan dan tidak digunakan di jalan kebaikan. Sebaliknya, harta yang sedikit namun berkah akan terasa cukup dan menjadi sumber kebahagiaan. Dengan memohon keberkahan, kita meminta agar setiap nikmat yang kita terima menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat bagi sesama.
5. Permohonan Perlindungan dari Takdir Buruk
وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ
Wa qinii syarra maa qadhaiit
"Selamatkanlah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan."
Ini adalah bagian yang menunjukkan adab seorang hamba dalam menyikapi takdir (qadha dan qadar). Kita beriman bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas ketetapan Allah, dan setiap ketetapan-Nya pasti mengandung hikmah dan kebaikan. Namun, dari sudut pandang kita sebagai manusia yang terbatas, beberapa kejadian mungkin terasa buruk atau menyakitkan (seperti sakit, kehilangan, atau musibah). Dalam doa ini, kita tidak menentang takdir Allah, melainkan kita memohon perlindungan dari dampak buruk atau aspek negatif dari takdir tersebut. Ini adalah bentuk ikhtiar spiritual untuk selalu berada dalam lindungan-Nya dari segala marabahaya.
6. Penegasan Kekuasaan Mutlak Allah
فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ
Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik
"Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang bisa menentukan atas-Mu."
Setelah rentetan permohonan, doa ini beralih ke pujian dan pengagungan terhadap Allah. Kalimat ini menegaskan kedaulatan absolut Allah. Dialah Sang Hakim dan Penentu segalanya. Keputusan-Nya adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Sementara itu, semua makhluk tunduk di bawah ketentuan dan keputusan-Nya. Ini adalah penegasan kembali pilar keimanan yang menguatkan hati bahwa kita sedang meminta kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
7. Jaminan Kemuliaan bagi yang Dilindungi-Nya
وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ
Wa innahuu laa yadzillu man waalaiit
"Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau lindungi."
Ini adalah sebuah pernyataan keyakinan yang kokoh. Siapapun yang berada di bawah perlindungan (wilayah) Allah, ia tidak akan pernah mengalami kehinaan yang hakiki. Mungkin ia diuji dengan kemiskinan atau direndahkan oleh manusia lain di dunia, tetapi di mata Allah dan di akhirat kelak, ia akan menjadi orang yang mulia. Kemuliaan sejati ('izzah) datangnya dari Allah, bukan dari status sosial, harta, atau jabatan. Sebaliknya...
8. Kepastian Kehinaan bagi Musuh-Nya
وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
Wa laa ya'izzu man 'aadaiit
"Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi."
Ini adalah kebalikannya. Siapapun yang menjadi musuh Allah—dengan cara mengingkari-Nya, berbuat syirik, atau melanggar perintah-Nya secara terang-terangan—maka ia tidak akan pernah meraih kemuliaan yang sejati. Meskipun di dunia ia tampak berkuasa, kaya raya, dan dihormati, kemuliaannya itu semu dan akan hancur. Di hadapan Allah, ia adalah orang yang hina. Kedua kalimat ini (poin 7 dan 8) memberikan ketenangan dan kekuatan bagi orang beriman untuk tidak silau dengan kemegahan duniawi dan tidak takut pada ancaman musuh-musuh Allah.
9. Pujian dan Pengagungan Tertinggi
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait
"Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi."
Tabaarakta berasal dari kata barakah, yang berarti Maha Pemberi Berkah, Maha Banyak Kebaikan-Nya. Ta'aalaita berarti Maha Tinggi, agung, dan luhur dari segala sifat kekurangan yang tidak layak bagi-Nya. Ini adalah puncak pujian yang mengakui kesempurnaan Allah dalam segala hal, baik dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya.
10. Penutup Doa Qunut
Bagian akhir dari doa ini biasanya ditambahkan saat Qunut dibaca dalam shalat berjamaah oleh imam, atau bisa juga dibaca saat shalat sendiri.
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik
"Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."
Ini adalah bentuk ridha dan penerimaan total terhadap takdir Allah, diiringi dengan istighfar (memohon ampun) sebagai pengakuan atas segala dosa dan kekurangan diri. Ini mengajarkan kita bahwa setelah berdoa dan memuji, langkah selanjutnya adalah introspeksi dan memohon ampunan.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Wa shallallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.
"Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, nabi yang ummi, beserta keluarga dan para sahabatnya."
Menutup doa dengan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah adab yang sangat dianjurkan. Ini adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah, yang melaluinya kita mengenal Islam dan petunjuk Allah. Dengan bershalawat, kita berharap doa kita lebih mudah diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Hukum Pelaksanaan Doa Qunut Menurut 4 Mazhab
Salah satu aspek yang sering menjadi bahan diskusi adalah mengenai hukum membaca Doa Qunut, khususnya dalam shalat Subuh. Perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal ini adalah sebuah rahmat dan menunjukkan kekayaan khazanah fiqih Islam. Penting untuk memahaminya dengan lapang dada. Berikut adalah pandangan dari empat mazhab besar:
1. Mazhab Syafi'i
Menurut pandangan Mazhab Syafi'i, yang mayoritas dianut di Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara lain, hukum membaca Doa Qunut pada saat i'tidal di rakaat kedua shalat Subuh adalah Sunnah Mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Jika seseorang meninggalkannya, baik sengaja maupun lupa, dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam. Landasan mereka adalah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu yang menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ senantiasa melakukan qunut pada shalat Subuh hingga beliau wafat.
2. Mazhab Maliki
Pandangan Mazhab Maliki mirip dengan Mazhab Syafi'i, yaitu menganggap Doa Qunut pada shalat Subuh sebagai sesuatu yang dianjurkan (mandub atau mustahab). Namun, mereka memiliki sedikit perbedaan dalam praktik, seperti membacanya dengan suara pelan (sirr) meskipun dalam shalat jahriyyah (yang bacaannya dikeraskan) dan membacanya sebelum ruku'.
3. Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa Doa Qunut tidak disunnahkan untuk dibaca pada shalat Subuh. Menurut mereka, hadits-hadits yang menyebutkan Rasulullah ﷺ melakukan qunut Subuh secara terus-menerus telah dinasakh (dihapus hukumnya) oleh hadits lain. Namun, mereka sangat menganjurkan pelaksanaan Doa Qunut pada shalat Witir, yang dibaca pada rakaat ketiga sebelum ruku'.
4. Mazhab Hanbali
Mazhab Hanbali berpandangan bahwa Doa Qunut secara rutin tidak disunnahkan pada shalat Subuh. Mereka meyakini bahwa Qunut lebih dikhususkan untuk Qunut Nazilah (akan dibahas selanjutnya) dan pada shalat Witir. Namun, jika seorang muslim shalat di belakang imam yang berqunut Subuh (misalnya imam dari mazhab Syafi'i), maka dianjurkan baginya untuk mengikuti imam dan mengaminkan doanya demi menjaga persatuan jamaah.
Jenis-jenis Doa Qunut dalam Islam
Doa Qunut tidak hanya terbatas pada yang dibaca saat shalat Subuh. Terdapat beberapa jenis Qunut yang dibedakan berdasarkan waktu dan sebab pelaksanaannya.
1. Qunut Subuh
Ini adalah jenis Qunut yang paling dikenal luas, yaitu doa yang dibaca pada rakaat kedua shalat fardhu Subuh setelah i'tidal. Sebagaimana telah dibahas, hukumnya menjadi subjek perbedaan pendapat di kalangan ulama, namun praktiknya sangat kuat di kalangan pengikut mazhab Syafi'i dan Maliki.
2. Qunut Witir
Qunut Witir adalah doa Qunut yang dibaca pada rakaat terakhir shalat Witir. Terdapat beberapa variasi dalam pelaksanaannya. Sebagian ulama (seperti Mazhab Hanafi) berpendapat qunut ini dibaca sepanjang tahun. Sementara itu, Mazhab Syafi'i dan Hanbali berpendapat bahwa Qunut Witir lebih dianjurkan untuk dibaca pada pertengahan kedua bulan Ramadhan.
3. Qunut Nazilah
Nazilah berarti "musibah besar yang menimpa". Qunut Nazilah adalah doa Qunut yang dibaca ketika umat Islam sedang menghadapi malapetaka, bencana alam, wabah penyakit, penindasan, atau peperangan. Qunut Nazilah disepakati oleh mayoritas ulama sebagai amalan yang disyariatkan.
Dasarnya adalah riwayat ketika Rasulullah ﷺ melakukannya selama sebulan penuh untuk mendoakan keburukan bagi suku-suku yang telah membunuh para sahabat penghafal Al-Qur'an di Bi'r Ma'unah. Qunut Nazilah dapat dibaca di setiap shalat fardhu lima waktu pada rakaat terakhir setelah i'tidal. Isi doanya bisa disesuaikan dengan kondisi musibah yang sedang dihadapi, misalnya memohon pertolongan Allah atas kaum yang tertindas atau memohon diangkatnya sebuah wabah.
Tata Cara Pelaksanaan Doa Qunut yang Benar
Agar amalan Qunut kita sempurna, penting untuk memperhatikan tata cara pelaksanaannya sesuai dengan sunnah.
- Waktu Pelaksanaan: Doa Qunut dibaca pada rakaat terakhir sebuah shalat, setelah bangkit dari ruku' (i'tidal) dan membaca "Sami'allahu liman hamidah, Rabbana lakal hamdu...". Sebagian kecil ulama berpendapat dibaca sebelum ruku', namun pendapat yang lebih kuat adalah setelah ruku'.
- Posisi Tangan: Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan seperti posisi berdoa pada umumnya, yaitu setinggi dada dengan telapak tangan terbuka menghadap ke langit.
- Suara Bacaan:
- Saat Shalat Sendiri (Munfarid): Dibaca dengan suara pelan (sirr).
- Saat Shalat Berjamaah: Imam dianjurkan membacanya dengan suara yang dikeraskan (jahr) agar didengar dan diaminkan oleh makmum.
- Peran Makmum: Ketika imam membaca Doa Qunut, makmum disunnahkan untuk mengangkat tangan dan mengucapkan "Aamiin" pada setiap penggalan doa yang bersifat permohonan. Ketika imam membaca kalimat pujian (seperti "Fa innaka taqdhii..." dst), makmum bisa diam, ikut membaca dengan suara pelan, atau membaca dzikir pujian lainnya.
- Mengusap Wajah: Setelah selesai berdoa Qunut, terdapat perbedaan pendapat mengenai anjuran mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. Sebagian ulama memandang hal ini dianjurkan berdasarkan beberapa riwayat, sementara ulama lain menganggap riwayat-riwayat tersebut lemah sehingga tidak perlu dilakukan. Keduanya adalah pandangan yang mu'tabar (diakui).
- Jika Lupa Qunut (Bagi yang Meyakini Sunnah): Menurut mazhab Syafi'i, jika seseorang lupa membaca Doa Qunut pada shalat Subuh, ia dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi dua kali sebelum salam.
Kesimpulan: Menghayati Doa Penuh Makna
Doa Qunut adalah sebuah permata dalam ibadah shalat kita. Ia bukan sekadar bacaan rutin, melainkan sebuah paket doa yang komprehensif, mencakup segala kebutuhan hamba baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Dari permohonan hidayah yang merupakan pondasi kehidupan, kesehatan sebagai modal beribadah, perlindungan sebagai benteng dari segala keburukan, hingga keberkahan sebagai kunci kebahagiaan sejati.
Dengan memahami doa qunut latin dan artinya secara mendalam, kita diajak untuk tidak hanya menggerakkan lisan, tetapi juga menghadirkan hati. Kita belajar untuk berserah diri, mengakui keagungan Allah, dan menaruh harapan hanya kepada-Nya. Semoga setiap kali kita mengangkat tangan untuk berqunut, kita melakukannya dengan penuh kesadaran, kekhusyukan, dan keyakinan bahwa kita sedang berdialog dengan Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.