Memahami Doa Qunut Secara Mendalam
Doa Qunut merupakan salah satu doa yang sangat dikenal di kalangan umat Islam. Doa ini sering kali dilantunkan dalam shalat, khususnya pada waktu-waktu tertentu. Kata "Qunut" sendiri berasal dari bahasa Arab (قنوت) yang memiliki beragam makna, di antaranya adalah berdiri lama, diam, taat, tunduk, dan berdoa. Secara istilah dalam syariat, qunut adalah doa yang dibaca dalam shalat pada posisi tertentu dengan tujuan memohon kebaikan atau menolak keburukan.
Doa ini menjadi simbol permohonan yang mendalam dari seorang hamba kepada Rabb-nya, mencakup permohonan petunjuk, kesehatan, perlindungan, dan keberkahan. Kedudukannya dalam fiqih Islam menjadi topik pembahasan yang menarik di antara para ulama, yang menghasilkan beragam pandangan yang memperkaya khazanah keilmuan Islam. Memahami doa qunut secara lengkap tidak hanya sebatas menghafal lafaznya, tetapi juga meresapi makna di setiap kalimatnya, mengetahui dasar hukumnya, serta tata cara pelaksanaannya yang benar.
Teks Doa Qunut Lengkap: Arab, Latin, dan Terjemahan
Berikut adalah bacaan doa qunut yang paling umum dibaca, khususnya pada shalat Subuh dan shalat Witir, beserta tulisan Latin untuk membantu pelafalan dan terjemahan bahasa Indonesia untuk memahami maknanya.
Bacaan Utama Doa Qunut
Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait.
Artinya: "Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang bisa menentukan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau."
Bacaan Shalawat Penutup Qunut
Setelah membaca doa di atas, disunnahkan untuk menutupnya dengan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik, wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihii wa shahbihii wa sallam.
Artinya: "Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, nabi yang ummi, beserta keluarga dan para sahabatnya."
Hukum Membaca Doa Qunut dalam Shalat
Pembahasan mengenai hukum membaca doa qunut merupakan salah satu contoh dari keragaman pendapat (khilafiyah) dalam fiqih Islam. Para ulama dari berbagai mazhab memiliki pandangan yang berbeda-beda, yang semuanya didasarkan pada interpretasi dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Memahami perbedaan ini penting untuk menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghormati.
1. Pandangan Mazhab Syafi'i
Menurut Mazhab Syafi'i, hukum membaca doa qunut pada rakaat kedua shalat Subuh adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Meninggalkannya tidak membatalkan shalat, namun dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi jika terlupa. Pandangan ini didasarkan pada beberapa hadits, salah satunya adalah riwayat dari Anas bin Malik RA:
"Rasulullah SAW senantiasa melakukan qunut pada shalat Subuh hingga beliau wafat." (HR. Ahmad dan lainnya)
Meskipun status kesahihan hadits ini diperdebatkan oleh ulama dari mazhab lain, bagi kalangan Syafi'iyah, hadits ini menjadi landasan utama. Mereka juga berpendapat bahwa qunut disunnahkan pada rakaat terakhir shalat Witir, khususnya pada separuh akhir bulan Ramadhan.
2. Pandangan Mazhab Maliki
Mazhab Maliki memiliki pandangan yang hampir serupa dengan Mazhab Syafi'i, yaitu menganggap qunut pada shalat Subuh sebagai sunnah (mandub). Namun, mereka memiliki sedikit perbedaan dalam praktiknya. Menurut Mazhab Maliki, qunut Subuh sebaiknya dibaca dengan suara pelan (sirr) meskipun dalam shalat berjamaah, dan dilakukan sebelum ruku'. Ini berbeda dengan Syafi'iyah yang melakukannya setelah ruku' (i'tidal) dan dengan suara keras (jahr) oleh imam.
3. Pandangan Mazhab Hanafi
Ulama dari Mazhab Hanafi berpendapat bahwa qunut tidak disunnahkan dalam shalat Subuh. Bagi mereka, qunut secara rutin hanya disyariatkan pada shalat Witir, yang dilakukan pada rakaat ketiga sebelum ruku'. Landasan mereka adalah hadits-hadits yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukan qunut Subuh untuk mendoakan keburukan bagi suatu kaum, namun kemudian meninggalkannya. Salah satunya adalah hadits dari Abu Hurairah RA:
"Sesungguhnya Rasulullah SAW jika ingin mendoakan keburukan atau kebaikan atas seseorang, beliau melakukan qunut setelah ruku'... kemudian sampai kepada kami berita bahwa beliau meninggalkan hal itu ketika turun ayat: 'Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu...'" (QS. Ali Imran: 128)
Bagi Hanafiyah, ini menunjukkan bahwa qunut Subuh bersifat temporer dan terikat pada sebab tertentu (seperti Qunut Nazilah), bukan amalan rutin.
4. Pandangan Mazhab Hanbali
Mazhab Hanbali sejalan dengan Mazhab Hanafi dalam hal qunut Subuh, yaitu menganggapnya tidak disunnahkan. Pandangan mereka juga sama terkait qunut Witir, yakni disunnahkan pada rakaat terakhir setelah ruku'. Namun, Mazhab Hanbali sangat menekankan pelaksanaan Qunut Nazilah, yaitu qunut yang dilakukan ketika umat Islam ditimpa musibah besar seperti perang, bencana alam, atau penindasan. Dalam kondisi seperti ini, qunut dianjurkan untuk dibaca di setiap shalat fardhu hingga musibah tersebut berakhir.
Kesimpulannya, perbedaan pendapat ini adalah rahmat. Seorang Muslim hendaknya mengikuti mazhab yang diyakininya atau imam di tempat ia shalat, tanpa menyalahkan atau merendahkan pandangan yang berbeda. Yang terpenting adalah menjaga persatuan dan kekhusyuan dalam beribadah.
Makna Mendalam di Balik Setiap Kalimat Doa Qunut
Doa qunut bukanlah sekadar rangkaian kata tanpa makna. Setiap frasanya mengandung permohonan yang sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Mari kita bedah makna di balik setiap kalimatnya.
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ (Allahummahdinii fiiman hadaiit)
"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk."
Ini adalah permohonan paling fundamental. Hidayah atau petunjuk adalah anugerah terbesar dari Allah. Tanpa hidayah-Nya, manusia akan tersesat. Dalam kalimat ini, kita memohon dua jenis hidayah: Hidayah al-Irsyad (petunjuk berupa ilmu dan penjelasan tentang kebenaran) dan Hidayah at-Taufiq (petunjuk berupa kemauan dan kemampuan untuk mengamalkan kebenaran tersebut). Kita juga meminta agar digolongkan bersama para nabi, orang-orang shalih, dan hamba-hamba pilihan yang telah Allah anugerahi petunjuk-Nya.
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ (Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit)
"Berilah aku kesehatan (keselamatan) sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan."
Permohonan ini mencakup konsep 'afiyah, yang maknanya sangat luas. 'Afiyah bukan hanya berarti sehat secara fisik, tetapi juga keselamatan dari segala penyakit hati (seperti iri, dengki, sombong), keselamatan dari fitnah dunia, cobaan yang berat, serta siksa di akhirat. Ini adalah permintaan untuk kesejahteraan yang paripurna, lahir dan batin, di dunia dan di akhirat. Kita memohon agar Allah melindungi kita dari segala hal yang dapat merusak agama dan kehidupan kita.
وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ (Wa tawallanii fiiman tawallaiit)
"Pimpinlah (urusilah) aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin."
Kata tawallanii berasal dari kata wilayah, yang berarti perlindungan, pertolongan, dan kepemimpinan. Dengan kalimat ini, kita menyerahkan seluruh urusan kita kepada Allah. Kita memohon agar Allah menjadi Pelindung dan Penolong kita, yang mengatur segala aspek kehidupan kita dengan cara yang terbaik. Menjadi orang yang diurus oleh Allah (waliyullah) adalah kedudukan yang sangat mulia, karena ia akan selalu berada dalam naungan dan bimbingan-Nya.
وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ (Wa baarik lii fiimaa a'thaiit)
"Berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku."
Ini adalah permohonan untuk keberkahan (barakah) atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Barakah berarti bertambahnya kebaikan pada sesuatu. Rezeki yang berkah bukanlah tentang jumlahnya yang banyak, melainkan tentang manfaat dan kebaikan yang dihasilkannya. Harta yang sedikit namun berkah akan terasa cukup dan membawa ketenangan. Sebaliknya, harta yang banyak namun tanpa berkah bisa jadi sumber masalah. Permohonan ini mencakup keberkahan dalam harta, ilmu, waktu, keluarga, dan seluruh karunia Allah.
وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ (Wa qinii syarra maa qadhaiit)
"Lindungilah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan."
Kalimat ini adalah bentuk pengakuan penuh atas qada dan qadar Allah, sekaligus permohonan perlindungan. Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas ketetapan (qada) Allah. Namun, dalam ketetapan tersebut, bisa jadi ada sesuatu yang terasa buruk bagi kita. Kita tidak meminta untuk mengubah takdir, tetapi kita memohon kepada Allah agar dilindungi dari dampak buruk takdir tersebut dan diberi kekuatan untuk menghadapinya. Ini adalah adab yang tinggi dalam berdoa, yaitu pasrah pada ketetapan-Nya sambil terus memohon perlindungan-Nya.
فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ (Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik)
"Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang bisa menentukan atas-Mu."
Ini adalah kalimat tauhid yang menegaskan kemahakuasaan Allah. Hanya Allah yang memiliki wewenang mutlak untuk menetapkan segala sesuatu. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat mendikte atau memengaruhi keputusan-Nya. Kalimat ini menanamkan keyakinan yang kokoh dalam hati bahwa segala kekuatan dan keputusan hanya ada di tangan Allah SWT.
وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ (Wa innahuu laa yadzillu man waalaiit)
"Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela."
Siapa pun yang berada di bawah perlindungan (wilayah) Allah, maka ia tidak akan pernah terhina. Meskipun ia mungkin terlihat lemah di mata manusia, miskin, atau tidak memiliki jabatan, kemuliaan hakikinya terjaga di sisi Allah. Perlindungan Allah adalah jaminan kemuliaan sejati yang tidak akan bisa direnggut oleh siapa pun.
وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ (Wa laa ya'izzu man 'aadaiit)
"Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi."
Sebaliknya, siapa pun yang menjadi musuh Allah, ia tidak akan pernah merasakan kemuliaan yang hakiki. Sekalipun ia memiliki kekuasaan, harta, dan pengikut yang banyak di dunia, pada hakikatnya ia adalah orang yang hina di hadapan Allah. Kemuliaan yang ia miliki adalah kemuliaan semu yang akan hancur lebur. Ini adalah pengingat bahwa sumber segala kemuliaan hanyalah Allah SWT.
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ (Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait)
"Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau."
Doa ini ditutup dengan pujian dan sanjungan tertinggi kepada Allah. Tabaarakta berarti Maha Suci dan Maha Banyak Kebaikan-Nya. Ta'aalait berarti Maha Tinggi dari segala kekurangan dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Ini adalah bentuk pengagungan yang sempurna setelah serangkaian permohonan yang dipanjatkan, menunjukkan adab seorang hamba yang mengakhiri doanya dengan memuji Tuhannya.
Tata Cara dan Waktu Pelaksanaan Doa Qunut
Pelaksanaan doa qunut memiliki waktu dan cara tertentu sesuai dengan jenis qunut yang dilakukan. Memahaminya dengan benar akan menyempurnakan ibadah kita.
1. Waktu Pelaksanaan
- Qunut Subuh: Dilakukan pada rakaat kedua shalat Subuh, setelah bangkit dari ruku' (posisi i'tidal). Imam membacanya dengan suara keras (jahr) dan makmum mengamininya.
- Qunut Witir: Dilakukan pada rakaat terakhir shalat Witir. Umumnya, ini dilakukan setelah i'tidal. Praktik ini sangat populer, terutama pada separuh akhir bulan Ramadhan.
- Qunut Nazilah: Dilakukan ketika terjadi musibah besar yang menimpa umat Islam. Qunut Nazilah dapat dibaca di setiap shalat fardhu lima waktu, pada rakaat terakhir setelah i'tidal, hingga musibah tersebut diangkat oleh Allah SWT.
2. Posisi Tangan
Saat membaca doa qunut, disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan seperti posisi berdoa pada umumnya, yaitu menengadahkan telapak tangan ke langit. Hal ini didasarkan pada beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi SAW dan para sahabat melakukannya.
3. Peran Imam dan Makmum
Dalam shalat berjamaah, ketika imam membaca doa qunut dengan suara keras, makmum dianjurkan untuk mengucapkan "Aamiin" pada setiap kalimat permohonan. Ketika imam membaca kalimat pujian (seperti "Fa innaka taqdhii..."), sebagian ulama berpendapat makmum cukup diam dan mendengarkan, sementara yang lain memperbolehkan makmum untuk ikut membaca kalimat pujian tersebut dengan suara pelan.
4. Bagaimana Jika Lupa Qunut?
Menurut pandangan Mazhab Syafi'i, jika seseorang (baik imam maupun yang shalat sendiri) lupa membaca doa qunut pada shalat Subuh, ia dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam. Sujud sahwi dilakukan sebanyak dua kali sujud setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum mengucapkan salam. Ini karena qunut Subuh dianggap sebagai sunnah ab'adh, yaitu sunnah yang jika ditinggalkan dianjurkan untuk diganti dengan sujud sahwi.
Jenis-Jenis Doa Qunut
Secara umum, qunut terbagi menjadi tiga jenis utama berdasarkan waktu dan sebab pelaksanaannya.
Qunut Shalat Subuh
Ini adalah qunut yang secara rutin dibaca setiap hari pada shalat Subuh. Sebagaimana telah dijelaskan, praktiknya menjadi ciri khas dari kalangan yang mengikuti Mazhab Syafi'i dan Maliki. Hikmah dilaksanakannya pada shalat Subuh, waktu di mana hari baru dimulai, adalah untuk mengawali aktivitas dengan permohonan perlindungan, petunjuk, dan keberkahan yang komprehensif dari Allah SWT.
Qunut Shalat Witir
Qunut ini dibaca pada rakaat terakhir shalat Witir. Semua mazhab sepakat tentang kesunnahannya, meskipun ada perbedaan pendapat mengenai waktunya (sebelum atau sesudah ruku') dan apakah dilakukan sepanjang tahun atau hanya pada waktu tertentu. Praktik yang paling masyhur adalah melakukannya pada paruh kedua bulan Ramadhan, sebagai bentuk peningkatan ibadah di malam-malam yang mulia.
Qunut Nazilah
Qunut Nazilah memiliki kekhususan tersendiri. Ia adalah qunut "insidental" yang disyariatkan ketika umat Islam menghadapi musibah besar. Nazilah berarti "peristiwa besar yang menimpa". Contohnya adalah ketika terjadi peperangan, penindasan terhadap kaum muslimin, wabah penyakit yang meluas, atau bencana alam dahsyat.
Doa dalam Qunut Nazilah tidak terikat pada teks standar doa qunut Subuh. Isi doanya disesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi. Biasanya berisi doa memohon pertolongan Allah, keselamatan bagi kaum muslimin yang tertindas, dan doa keburukan bagi pihak yang zalim. Nabi Muhammad SAW pernah melakukan Qunut Nazilah selama sebulan penuh untuk mendoakan keburukan bagi kabilah-kabilah yang telah membunuh para sahabat penghafal Al-Qur'an dalam tragedi Bi'r Ma'unah.
Keutamaan dan Faedah Mengamalkan Doa Qunut
Membiasakan diri membaca dan menghayati doa qunut akan mendatangkan banyak keutamaan dan faedah spiritual bagi seorang Muslim. Di antaranya adalah:
- Sarana Memperkuat Tauhid: Setiap kalimat dalam doa qunut adalah pengakuan atas kekuasaan, keagungan, dan keesaan Allah. Ini memperkuat fondasi tauhid dalam hati seorang hamba.
- Bentuk Kepasrahan Total: Dengan memohon petunjuk, perlindungan, dan pertolongan, kita mengakui kelemahan diri dan menyerahkan seluruh urusan kita kepada Allah, Sang Maha Pengatur.
- Permohonan yang Lengkap: Doa ini mencakup semua kebaikan dunia dan akhirat. Dari petunjuk hingga kesehatan, dari keberkahan hingga perlindungan dari takdir buruk, semuanya terangkum dalam doa yang singkat namun padat ini.
- Meneladani Sunnah: Bagi yang meyakini kesunnahannya, mengamalkan qunut adalah salah satu cara untuk meneladani dan menghidupkan ajaran Rasulullah SAW.
- Meningkatkan Kualitas Shalat: Doa qunut menambah momen kekhusyuan dalam shalat, di mana kita berkesempatan untuk berkomunikasi dan memohon secara langsung kepada Allah dalam ibadah yang paling utama.
- Memupuk Rasa Syukur: Dengan memohon keberkahan atas apa yang telah diberikan (wa baarik lii fiimaa a'thaiit), kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
- Menumbuhkan Optimisme dan Ketenangan: Keyakinan bahwa tidak akan hina orang yang dibela Allah dan tidak akan mulia orang yang dimusuhi-Nya memberikan ketenangan jiwa dan optimisme dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Doa qunut adalah permata berharga dalam khazanah doa-doa Islam. Memahaminya bukan hanya tentang ritual, tetapi tentang membangun hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta. Baik dibaca dalam shalat Subuh, Witir, maupun saat Nazilah, doa ini adalah senjata, perisai, dan sumber ketenangan bagi setiap mukmin yang menghayatinya dengan sepenuh hati.