Ilustrasi sederhana dari mata yang dapat menunjukkan tanda-tanda oftalmopati seperti retraksi kelopak mata.
Oftalmopati, sebuah istilah medis yang merujuk pada serangkaian kondisi atau penyakit yang memengaruhi mata dan struktur di sekitarnya. Meskipun ada beberapa jenis oftalmopati, yang paling dikenal dan paling sering dibahas adalah Oftalmopati Asosiasi Tiroid (Thyroid-associated Ophthalmopathy - TAO), juga dikenal sebagai Penyakit Mata Tiroid (Thyroid Eye Disease - TED) atau Oftalmopati Graves. Kondisi ini bukan sekadar masalah kosmetik, melainkan dapat menyebabkan gejala yang mengganggu kualitas hidup penderita, bahkan berpotensi mengakibatkan kehilangan penglihatan yang permanen jika tidak ditangani dengan tepat. Memahami oftalmopati adalah langkah pertama untuk deteksi dini, diagnosis akurat, dan manajemen yang efektif.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai aspek oftalmopati, khususnya TAO, mulai dari definisi, penyebab, patogenesis, gejala klinis, metode diagnosis, diagnosis banding, hingga pilihan pengobatan dan dampaknya terhadap kualitas hidup pasien. Oftalmopati dapat menyerang siapa saja, namun lebih sering terjadi pada individu dengan gangguan tiroid autoimun, terutama hipertiroidisme akibat penyakit Graves. Gejala yang muncul bervariasi dari ringan hingga berat, melibatkan perubahan pada kelopak mata, bola mata, otot-otot ekstraokular, dan bahkan saraf optik. Pentingnya penanganan multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis mata (khususnya ahli oftalmologi okularplastik), ahli endokrinologi, dan terkadang bedah plastik rekonstruktif mata, menjadi kunci keberhasilan terapi dan pemulihan fungsional serta estetika.
Apa Itu Oftalmopati?
Secara umum, oftalmopati didefinisikan sebagai setiap penyakit atau kondisi yang memengaruhi mata. Namun, dalam konteks klinis, istilah ini paling sering dikaitkan dengan kelainan autoimun yang memengaruhi orbit (rongga mata) dan isinya, bukan bola mata itu sendiri secara primer. Oftalmopati, terutama TAO, adalah penyakit inflamasi autoimun yang terutama memengaruhi otot ekstraokular (otot-otot yang menggerakkan bola mata), jaringan lemak di belakang mata, dan jaringan ikat lainnya di dalam orbit.
Reaksi autoimun ini menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan remodeling jaringan di dalam orbit, yang pada gilirannya dapat menghasilkan berbagai gejala dan tanda klinis yang khas. Peningkatan volume jaringan di dalam rongga mata yang terbatas oleh tulang dapat mendorong bola mata ke depan (eksoftalmos), membatasi gerakan mata, dan bahkan menekan saraf optik. Mekanisme autoimun melibatkan pengenalan antigen tertentu oleh sistem kekebalan tubuh, yang secara keliru menyerang jaringan orbital seolah-olah itu adalah ancaman asing.
Meskipun namanya "Oftalmopati Asosiasi Tiroid", penting untuk dicatat bahwa gejala mata ini dapat muncul sebelum, bersamaan dengan, atau bahkan setelah diagnosis gangguan tiroid. Sekitar 10% pasien dapat menderita oftalmopati tanpa pernah menunjukkan bukti klinis disfungsi tiroid yang jelas, suatu kondisi yang dikenal sebagai eutiroid Graves' ophthalmopathy. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada hubungan yang kuat dengan tiroid, oftalmopati memiliki patogenesisnya sendiri yang kompleks dan tidak sepenuhnya bergantung pada status hormon tiroid.
Anatomi dan Fisiologi Mata yang Terlibat
Untuk memahami oftalmopati, khususnya TAO, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang anatomi orbit mata dan struktur yang terlibat. Orbit adalah rongga tulang berbentuk piramida yang melindungi bola mata dan struktur terkaitnya. Dinding tulang ini bersifat rigid, sehingga setiap peningkatan volume di dalamnya akan memiliki konsekuensi signifikan.
Bola Mata (Globus Okuli): Organ penglihatan utama. Meskipun bukan target utama peradangan, fungsi dan posisinya sangat terpengaruh oleh perubahan di sekitarnya.
Otot Ekstraokular (Otot Penggerak Bola Mata): Ada enam otot yang bertanggung jawab untuk menggerakkan bola mata secara presisi ke segala arah (rektus superior, inferior, medial, lateral, dan oblik superior, inferior). Pada TAO, otot-otot ini sering menjadi target utama peradangan, menyebabkan pembengkakan, penebalan, dan disfungsi, yang pada akhirnya dapat mengganggu koordinasi gerakan mata.
Jaringan Lemak Orbital: Jaringan lemak yang mengisi ruang di dalam orbit juga dapat mengalami peradangan dan pembengkakan, berkontribusi pada peningkatan volume intraorbital.
Kelopak Mata: Struktur pelindung mata. Kelopak mata dapat terpengaruh secara langsung (inflamasi) atau tidak langsung (akibat retraksi atau eksoftalmos yang menyebabkan paparan).
Saraf Optik: Saraf kranial II ini menghubungkan mata ke otak dan bertanggung jawab untuk transmisi informasi visual. Penekanan saraf optik akibat pembengkakan jaringan di orbit adalah komplikasi serius yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Kelenjar Lakrimal: Kelenjar penghasil air mata yang terletak di bagian atas luar orbit. Kelenjar ini juga dapat mengalami peradangan (dakrioadenitis) pada TAO, menyebabkan nyeri dan pembengkakan.
Jaringan Ikat dan Fascia Orbital: Struktur pendukung yang juga bisa mengalami inflamasi dan fibrosis, semakin memperparah kondisi.
Pada oftalmopati, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang salah satu atau lebih dari struktur ini, memicu respons inflamasi yang kompleks dan progresif, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jaringan permanen jika tidak ditangani.
Oftalmopati Asosiasi Tiroid (TAO/TED): Fokus Utama
Oftalmopati Asosiasi Tiroid (TAO), atau Penyakit Mata Tiroid (TED), adalah bentuk oftalmopati yang paling umum dan paling kompleks. Ini adalah manifestasi autoimun dari penyakit Graves, meskipun dapat juga terjadi pada tiroiditis Hashimoto atau bahkan pada individu eutiroid tanpa riwayat penyakit tiroid yang jelas. Pemahaman mendalam tentang TAO sangat penting karena prevalensinya dan potensi komplikasi serius.
Epidemiologi dan Faktor Risiko
Prevalensi: TAO terjadi pada sekitar 25-50% pasien dengan penyakit Graves. Namun, bentuk klinis yang signifikan yang memerlukan pengobatan invasif terjadi pada sekitar 3-5% kasus. Tingkat keparahan bervariasi secara luas.
Jenis Kelamin: Wanita lebih sering terkena TAO daripada pria, dengan rasio sekitar 5:1. Namun, pada pria, penyakit cenderung lebih parah, dengan risiko lebih tinggi mengalami neuropati optik kompresif dan membutuhkan intervensi bedah.
Usia: Paling sering terjadi pada usia 30-50 tahun, tetapi dapat menyerang semua kelompok usia. Ada puncak kejadian kedua pada usia 60-an.
Merokok: Merokok adalah faktor risiko terbesar dan paling penting untuk perkembangan, keparahan, dan progresi TAO. Perokok memiliki risiko 7-8 kali lipat lebih tinggi untuk mengembangkan TAO dibandingkan non-perokok, dan penyakit mereka cenderung lebih refrakter terhadap pengobatan.
Disfungsi Tiroid: Fluktuasi kadar hormon tiroid, terutama hipertiroidisme yang tidak terkontrol atau tiroidisme yang tidak stabil, dapat memperburuk TAO. Tujuan pengobatan tiroid adalah mencapai eutiroidisme stabil.
Yodium Radioaktif (RAI): Terapi yodium radioaktif (RAI) untuk hipertiroidisme dapat memicu atau memperburuk TAO pada beberapa pasien, terutama jika diberikan tanpa perlindungan kortikosteroid pada pasien dengan TAO yang sudah ada atau aktif. Ini terjadi karena pelepasan antigen tiroid setelah kerusakan kelenjar tiroid oleh radiasi.
Genetik: Ada predisposisi genetik tertentu yang dikaitkan dengan TAO, termasuk alel HLA tertentu.
Stres: Stres emosional atau fisik yang signifikan juga dicurigai sebagai faktor pemicu atau memperburuk TAO pada individu yang rentan.
Penyebab dan Patogenesis
TAO adalah penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh seseorang secara keliru menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Pada kasus TAO, target utama serangan autoimun adalah reseptor TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) yang ditemukan tidak hanya pada sel tiroid tetapi juga pada sel fibroblas di dalam orbit mata, terutama di otot ekstraokular dan jaringan lemak. Aktivasi reseptor TSH pada fibroblas orbital ini memicu serangkaian peristiwa inflamasi dan remodeling jaringan:
Respons Autoimun: Limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B) yang teraktivasi masuk ke orbit. Sel T melepaskan sitokin pro-inflamasi (seperti IL-1, IL-6, TNF-alpha), sementara sel B menghasilkan autoantibodi, terutama antibodi reseptor TSH (TRAb).
Proliferasi Fibroblas Orbital: Fibroblas orbital yang diaktifkan oleh sitokin dan TRAb mulai berproliferasi (membelah) dan berdiferensiasi menjadi adiposit (sel lemak) atau miofibroblas.
Produksi Glikosaminoglikan (GAGs): Fibroblas yang aktif memproduksi GAGs, terutama asam hialuronat, dalam jumlah berlebihan. GAGs bersifat higroskopis, menarik air ke dalam jaringan, menyebabkan pembengkakan (edema) yang signifikan pada otot ekstraokular dan jaringan lemak orbital.
Infiltrasi Sel Imun: Infiltrasi berkelanjutan oleh limfosit T, sel B, makrofag, dan sel plasma memperburuk peradangan, menciptakan lingkungan inflamasi kronis.
Pembengkakan Otot Ekstraokular: Otot-otot mata membengkak dan menebal akibat edema dan infiltrasi sel imun, membatasi gerakan mata dan menyebabkan diplopia. Otot rektus inferior dan medial paling sering terkena.
Pembentukan Lemak Baru (Adipogenesis): Jaringan lemak orbital dapat bertambah volumenya akibat proses inflamasi dan pembentukan sel lemak baru dari fibroblas yang berdiferensiasi.
Semua perubahan ini menyebabkan peningkatan volume jaringan di dalam rongga mata yang sempit, mendorong bola mata ke depan (eksoftalmos) dan menekan struktur penting lainnya di dalam orbit, terutama saraf optik.
Gejala Klinis Oftalmopati Asosiasi Tiroid (TAO)
Gejala TAO sangat bervariasi dan dapat muncul secara bertahap atau tiba-tiba. Tingkat keparahan gejala sering kali tidak berkorelasi langsung dengan tingkat keparahan disfungsi tiroid. Penting untuk mengenali tanda-tanda ini agar penanganan dapat segera dilakukan dan komplikasi serius dapat dicegah:
1. Retraksi Kelopak Mata (Lid Retraction)
Ini adalah tanda paling umum, terjadi pada hingga 90% pasien. Kelopak mata atas tertarik ke atas dan/atau kelopak mata bawah tertarik ke bawah, membuat mata tampak "terbelalak" atau lebih terbuka dari normal. Hal ini disebabkan oleh overaktivitas otot levator palpebra superior dan/atau otot Mueller yang simpatis, serta seringkali diperparah oleh eksoftalmos.
Tanda Von Graefe: Kelopak mata atas terlambat turun saat mata mengikuti objek ke bawah.
Tanda Dalrymple: Retraksi kelopak mata atas saat menatap lurus ke depan, memperlihatkan sklera (bagian putih mata) di atas iris.
Dampak: Retraksi kelopak mata dapat menyebabkan paparan permukaan mata, mengakibatkan mata kering, iritasi, rasa terbakar, dan fotofobia. Dalam kasus parah, dapat mengancam integritas kornea.
2. Eksoftalmos (Proptosis)
Penonjolan bola mata ke depan. Ini terjadi karena peningkatan volume jaringan (otot yang bengkak dan lemak yang membesar) di dalam orbit. Eksoftalmos bisa unilateral (satu mata) atau bilateral (kedua mata), tetapi biasanya asimetris. Tingkat keparahan dapat bervariasi dari ringan hingga sangat parah, sering diukur dengan eksoftalmometer Hertel.
Eksoftalmos dapat menyebabkan beberapa masalah:
Paparan Kornea: Bola mata yang menonjol dapat menyebabkan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna (lagophthalmos), membuat kornea terpapar udara dan rentan terhadap kekeringan, iritasi, ulkus, bahkan infeksi.
Perubahan Kosmetik: Tampilan mata yang menonjol seringkali menjadi perhatian utama pasien, menyebabkan distres psikologis.
Tekanan Intraokular: Pada beberapa kasus, eksoftalmos dan pembengkakan orbital dapat meningkatkan tekanan di dalam mata, berpotensi memicu glaukoma sekunder.
3. Diplopia (Penglihatan Ganda) dan Strabismus
Inflamasi dan penebalan otot-otot ekstraokular dapat mengganggu fungsi normalnya, menyebabkan mata tidak bergerak selaras. Hal ini mengakibatkan penglihatan ganda (diplopia) yang bisa terjadi saat melihat ke arah tertentu atau bahkan saat menatap lurus ke depan. Strabismus (mata juling) juga dapat terlihat akibat ketidakseimbangan otot. Otot rektus inferior (yang menggerakkan mata ke bawah) dan rektus medial (yang menggerakkan mata ke dalam) paling sering terpengaruh dan mengalami fibrosis.
Dampak: Diplopia dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti membaca, mengemudi, dan bekerja, secara signifikan menurunkan kualitas hidup.
Fase Penyakit: Diplopia cenderung lebih buruk pada fase aktif inflamasi dan dapat menjadi permanen jika fibrosis otot terjadi.
4. Nyeri dan Iritasi Mata
Peradangan aktif di orbit dapat menyebabkan rasa nyeri, tekanan, atau ketidaknyamanan di sekitar mata. Gejala iritasi termasuk:
Mata merah (konjungtivitis) akibat peradangan pada konjungtiva.
Mata berair (epifora) sebagai respons terhadap iritasi atau gangguan drainase air mata.
Sensasi pasir atau benda asing di mata akibat kekeringan dan paparan kornea.
Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya) yang sering menyertai peradangan atau iritasi permukaan mata.
Mata kering (akibat paparan kornea, penurunan frekuensi berkedip, atau gangguan produksi air mata).
5. Perubahan pada Kornea
Paparan kornea akibat lagophthalmos dan penurunan frekuensi berkedip dapat menyebabkan kekeringan mata yang parah (keratokonjungtivitis sicca), erosi kornea, ulkus kornea, dan bahkan infeksi. Ini adalah komplikasi serius yang dapat mengancam penglihatan jika tidak ditangani dengan agresif.
Ini adalah komplikasi TAO yang paling serius dan mengancam penglihatan. Terjadi ketika saraf optik tertekan oleh otot-otot ekstraokular yang sangat bengkak atau jaringan lemak yang membesar di puncak orbit, tempat saraf optik masuk ke kanal optik. CON adalah keadaan darurat oftalmologi yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan penglihatan permanen.
Gejala: Penurunan tajam penglihatan yang cepat atau progresif, penurunan penglihatan warna (terutama warna merah), dan defek lapang pandang.
Tanda Klinis: Pupil relatif aferen (RAPD) pada pemeriksaan, edema diskus optik (papiledema) pada funduskopi, atau atrofi optik kronis.
7. Pembengkakan Periorbital
Pembengkakan pada kelopak mata dan jaringan di sekitar mata, terutama di pagi hari, adalah gejala umum akibat penumpukan cairan (edema) dan peradangan. Kulit kelopak mata bisa tampak meradang dan kemerahan.
8. Disfungsi Kelenjar Lakrimal (Dacryoadenitis)
Peradangan pada kelenjar air mata juga dapat terjadi, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di area kelenjar lakrimal, yang terletak di bagian superolateral orbit.
Klasifikasi dan Penilaian Aktivitas Penyakit
Untuk memandu pengobatan dan memantau respons, TAO sering diklasifikasikan berdasarkan keparahan dan aktivitas penyakit. Penting untuk membedakan antara penyakit yang "aktif" (sedang dalam fase inflamasi) dan "tidak aktif" (fase kronis atau fibrotik).
Skor Aktivitas Klinis (Clinical Activity Score - CAS): Paling sering digunakan untuk menilai aktivitas inflamasi saat ini. CAS menilai 7 tanda dan gejala inflamasi:
Nyeri spontan orbital
Nyeri saat menggerakkan mata
Kemerahan pada kelopak mata
Bengkak pada kelopak mata
Kemerahan pada konjungtiva
Pembengkakan pada konjungtiva (chemosis)
Pembengkakan karunkula atau plica semilunaris
Setiap tanda diberi skor 1 poin. Skor ≥ 3 menunjukkan penyakit aktif yang mungkin memerlukan terapi anti-inflamasi.
Klasifikasi Keparahan (Severity Classification): Membedakan antara TAO ringan, sedang-berat, dan mengancam penglihatan (misalnya, adanya neuropati optik kompresif). Klasifikasi ini penting untuk menentukan urgensi dan intensitas pengobatan.
Klasifikasi NOSPECS: Sistem lama yang digunakan untuk menilai keparahan (No signs or symptoms, Only signs, Soft tissue involvement, Proptosis, Extraocular muscle involvement, Corneal involvement, Sight loss). Meskipun kurang digunakan untuk menilai aktivitas, ini memberikan gambaran komprehensif tentang aspek-aspek yang terpengaruh.
Tahapan Penyakit Oftalmopati Asosiasi Tiroid
TAO umumnya mengikuti perjalanan dua fase utama:
1. Fase Aktif (Inflamasi)
Fase ini ditandai oleh peradangan aktif dan progresif. Gejala-gejala seperti nyeri, kemerahan, bengkak, dan diplopia cenderung lebih menonjol. Durasi fase aktif bervariasi antar individu, tetapi umumnya berlangsung antara 6 bulan hingga 3 tahun. Selama fase ini, jaringan orbital (otot dan lemak) mengalami infiltrasi sel imun, edema, dan proliferasi fibroblas. Terapi imunosupresif dan anti-inflamasi paling efektif diberikan pada fase ini untuk menekan peradangan dan mencegah kerusakan permanen.
2. Fase Tidak Aktif (Fibrotik atau Kronis)
Setelah fase inflamasi mereda, penyakit memasuki fase tidak aktif. Pada fase ini, peradangan mereda, tetapi fibrosis (pembentukan jaringan parut) pada otot-otot ekstraokular dan jaringan orbital lainnya dapat terjadi. Gejala-gejala yang tersisa pada fase ini adalah akibat perubahan struktural permanen, seperti eksoftalmos persisten, retraksi kelopak mata yang menetap, dan diplopia yang disebabkan oleh restriksi otot akibat fibrosis. Intervensi bedah paling efektif untuk mengoreksi sekuele ini pada fase tidak aktif, karena perubahan inflamasi sudah minimal.
Diagnosis Oftalmopati Asosiasi Tiroid (TAO)
Diagnosis TAO didasarkan pada kombinasi riwayat medis, pemeriksaan fisik yang cermat, dan pemeriksaan penunjang. Karena gejala TAO dapat mirip dengan kondisi mata lainnya, diagnosis banding adalah langkah krusial.
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Riwayat Penyakit: Detail riwayat penyakit tiroid (diagnosis, pengobatan, kadar hormon), riwayat merokok (sangat penting), onset dan progresi gejala mata, riwayat keluarga dengan penyakit autoimun.
Pemeriksaan Mata Umum:
Ketajaman Penglihatan: Diperiksa untuk mendeteksi penurunan penglihatan, terutama tanda awal neuropati optik.
Lapang Pandang: Pemeriksaan perimetri untuk mendeteksi defek lapang pandang, khususnya pada neuropati optik kompresif.
Tekanan Intraokular (TIO): TIO dapat meningkat pada TAO, terutama saat melirik ke atas, karena kompresi vena-vena episklera oleh otot yang bengkak.
Pemeriksaan Segmen Anterior dan Posterior: Untuk menilai kondisi kornea (paparan, ulkus), konjungtiva (kemerahan, chemosis), dan diskus optik (edema, atrofi).
Pemeriksaan Gerakan Bola Mata: Untuk mendeteksi keterbatasan gerakan (oftalmoplegia restriktif) dan diplopia.
Pemeriksaan Spesifik TAO:
Pengukuran Eksoftalmos: Menggunakan eksoftalmometer Hertel. Pengukuran jarak dari lateral orbital rim ke apeks kornea. Nilai >21 mm atau asimetri >2 mm antar mata dianggap abnormal dan mengindikasikan proptosis.
Penilaian Retraksi Kelopak Mata: Pengukuran celah kelopak mata (jarak antara kelopak mata atas dan bawah) dan posisi kelopak mata relatif terhadap limbus.
Penilaian CAS: Untuk menentukan aktivitas inflamasi saat pemeriksaan.
Pemeriksaan Penglihatan Warna: Untuk mendeteksi disfungsi saraf optik yang dini.
Pemeriksaan Pupil: Mencari adanya Pupil Relatif Aferen (RAPD), tanda penting dari neuropati optik unilateral atau asimetris.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Fungsi Tiroid: Kadar TSH (Thyroid-Stimulating Hormone), T3 bebas, T4 bebas. Penting untuk menilai status tiroid pasien (hipertiroid, hipotiroid, eutiroid) dan memastikan kontrol yang optimal.
Autoantibodi Tiroid:
TRAb (TSH Receptor Antibody): Antibodi ini paling spesifik untuk penyakit Graves dan sangat terkait dengan perkembangan dan keparahan TAO. Kadar TRAb yang tinggi seringkali berkorelasi dengan TAO yang lebih parah dan risiko tinggi kekambuhan.
Anti-TPO (Anti-Thyroid Peroxidase Antibody) dan Anti-Tg (Anti-Thyroglobulin Antibody): Lebih umum pada tiroiditis Hashimoto, tetapi dapat juga ditemukan pada Graves. Mereka membantu mengkonfirmasi etiologi autoimun.
3. Pencitraan Orbital
Pencitraan orbital sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis, menilai keparahan, memantau respons terhadap pengobatan, dan merencanakan intervensi bedah.
CT Scan Orbital (Computed Tomography): Pilihan pertama untuk pencitraan. Menunjukkan pembesaran otot ekstraokular (seringkali fusiform, menyerupai bola lampu), peningkatan volume lemak orbital, dan kadang-kadang kompresi saraf optik di apeks orbit. CT scan juga berguna untuk menilai struktur tulang orbit untuk perencanaan dekompresi bedah.
MRI Orbital (Magnetic Resonance Imaging): Lebih baik dalam mendeteksi inflamasi aktif dan edema otot. MRI T2-weighted images yang menunjukkan sinyal tinggi (hyperintense) pada otot mengindikasikan inflamasi aktif. MRI juga sangat berguna untuk menilai kondisi saraf optik dan mendeteksi kompresi pada apex orbit.
4. Pemeriksaan Oftalmologi Khusus
USG Mata (Ultrasonografi): Dapat menunjukkan penebalan otot ekstraokular dan infiltrasi lemak. Lebih murah dan mudah diakses, tetapi kurang detail dibandingkan CT/MRI.
OCT (Optical Coherence Tomography) Papil N. Optic: Mengukur ketebalan lapisan serat saraf retina (RNFL) dan kompleks sel ganglion (GCC), yang dapat menipis pada neuropati optik, memberikan pengukuran objektif kerusakan saraf.
Diagnosis Banding
Beberapa kondisi lain dapat menyerupai TAO, sehingga diagnosis banding yang cermat sangat penting untuk memastikan pengobatan yang tepat:
Pseudotumor Orbital (Orbital Inflammatory Pseudotumor): Kondisi inflamasi non-spesifik yang dapat meniru TAO. Biasanya unilateral, tidak terkait dengan penyakit tiroid, dan responsif terhadap steroid. Pada pencitraan, sering melibatkan otot yang meluas hingga insersi tendon, tidak seperti TAO yang biasanya "spares" tendon.
Limfoma Orbital: Kanker sistem limfatik yang dapat bermanifestasi sebagai massa di orbit, menyebabkan proptosis dan diplopia. Biasanya unilaterale.
Tumor Orbital Primer atau Metastasis: Pertumbuhan massa di dalam orbit (misalnya, hemangioma, meningioma, metastasis dari kanker lain) yang menyebabkan eksoftalmos dan gejala kompresi.
Fistula Karotid-Kavernosa (Carotid-Cavernous Fistula): Abnormalitas vaskular yang dapat menyebabkan eksoftalmos pulsasi, kemerahan konjungtiva yang parah, dan bruit (suara mendesir) yang terdengar di sekitar mata.
Orbital Cellulitis: Infeksi bakteri akut pada jaringan orbital, biasanya disertai nyeri hebat, demam, proptosis cepat, dan keterbatasan gerakan mata. Membutuhkan antibiotik intravena segera.
Sindrom Tolosa-Hunt: Oftalmoplegia nyeri (nyeri dan kelumpuhan otot mata) akibat inflamasi non-spesifik sinus kavernosus atau fisura orbital superior.
Miastenia Gravis Okular: Penyakit autoimun yang menyebabkan kelemahan otot mata, menyebabkan ptosis (kelopak mata turun) dan diplopia yang berfluktuasi. Tidak ada eksoftalmos atau retraksi kelopak mata.
Penatalaksanaan Oftalmopati Asosiasi Tiroid (TAO)
Manajemen TAO bersifat kompleks dan multidisiplin, melibatkan ahli endokrinologi, oftalmologi (khususnya oftalmologi okularplastik dan strabismus), radiologi, dan terkadang ahli bedah saraf. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan, mencegah komplikasi yang mengancam penglihatan, mengembalikan fungsi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pengobatan TAO terbagi menjadi dua fase: fase aktif (inflamasi) dan fase tidak aktif (fibrotik/kronis), dengan pendekatan terapi yang berbeda untuk masing-masing fase. Keputusan pengobatan didasarkan pada tingkat keparahan penyakit (ringan, sedang-berat, mengancam penglihatan) dan aktivitas penyakit (ditetapkan oleh CAS).
1. Manajemen Umum dan Suportif
Ini adalah fondasi manajemen TAO, yang berlaku untuk semua pasien, terlepas dari keparahan atau fase penyakit.
Kontrol Fungsi Tiroid: Sangat penting untuk mencapai dan mempertahankan status eutiroid (kadar hormon tiroid normal) sesegera mungkin. Disfungsi tiroid, terutama hipertiroidisme yang tidak terkontrol atau fluktuasi tiroid, dapat memperburuk TAO. Ahli endokrinologi akan mengelola terapi antitiroid, ablasi radioiodin, atau tiroidektomi.
Berhenti Merokok: Ini adalah intervensi paling penting dan efektif untuk mengurangi risiko, keparahan, dan progresi TAO. Pasien harus didorong kuat untuk berhenti merokok dan diberikan dukungan yang diperlukan. Merokok memperburuk inflamasi orbital dan membuat penyakit lebih resisten terhadap pengobatan.
Pencegahan Mata Kering dan Paparan Kornea:
Air mata buatan, gel, atau salep pelumas secara teratur untuk menjaga kelembaban permukaan mata.
Kacamata hitam untuk mengurangi fotofobia dan melindungi mata dari angin/iritasi.
Tidur dengan posisi kepala ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan periorbital di pagi hari.
Plester kelopak mata atau penutup mata saat tidur jika lagophthalmos parah untuk mencegah paparan kornea.
Pengelolaan Diplopia:
Kacamata prisma dapat membantu mengoreksi penglihatan ganda pada beberapa pasien, terutama untuk diplopia pada posisi pandang primer atau membaca.
Menutup salah satu mata dengan penutup mata buram pada kondisi yang sangat mengganggu.
Kompres Dingin: Dapat membantu mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan pada kelopak mata dan periorbital.
Perlindungan Mata: Kacamata pelindung dapat membantu mengurangi iritasi dari angin dan debu, terutama pada pasien dengan eksoftalmos.
2. Terapi Medikamentosa (Fase Aktif)
Terapi ini bertujuan untuk menekan respons inflamasi autoimun yang sedang berlangsung dan paling efektif pada fase aktif penyakit (CAS ≥ 3).
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah lini pertama untuk TAO aktif sedang hingga berat, terutama bila ada tanda-tanda kompresi saraf optik.
Kortikosteroid Intravena (IV): Dosis tinggi metilprednisolon IV secara pulsa mingguan adalah pilihan yang lebih disukai karena efektivitas yang lebih tinggi dan profil efek samping yang lebih baik dibandingkan oral pada dosis tinggi. Regimen umum adalah 500-750 mg metilprednisolon IV seminggu sekali selama 6-12 minggu. Ini direkomendasikan untuk TAO sedang-berat dan terutama untuk CON.
Kortikosteroid Oral: Dapat digunakan untuk kasus yang lebih ringan atau sebagai regimen tappering setelah terapi IV. Namun, dosis tinggi oral jangka panjang memiliki efek samping sistemik yang signifikan (osteoporosis, diabetes, hipertensi, moon face, miopati, gastritis), sehingga penggunaannya harus hati-hati dan dengan pemantauan ketat.
Mekanisme: Menekan respons imun, mengurangi edema, dan menghambat produksi glikosaminoglikan.
Respon terhadap kortikosteroid dinilai menggunakan CAS dan pemantauan klinis. Jika CAS tidak membaik atau terjadi kekambuhan, strategi lain perlu dipertimbangkan.
b. Obat Imunosupresif Non-Steroid
Obat-obatan ini dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk kortikosteroid untuk mengurangi dosis total steroid, atau sebagai alternatif jika kortikosteroid kontraindikasi, tidak efektif, atau jika pasien tidak toleran terhadap efek samping kortikosteroid.
Cyclosporine, Methotrexate, Azathioprine, Mycophenolate Mofetil: Digunakan untuk mengurangi kebutuhan akan kortikosteroid atau untuk mempertahankan remisi, terutama pada kasus kronis atau refrakter. Efektivitasnya bervariasi dan memerlukan pemantauan efek samping yang ketat.
c. Terapi Biologis
Ini adalah perkembangan terbaru dalam pengobatan TAO, menargetkan jalur spesifik dalam respons autoimun dan menawarkan harapan baru, terutama untuk kasus yang parah atau refrakter.
Teprotumumab (Tepezza): Merupakan antibodi monoklonal yang menargetkan reseptor IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1 Receptor) pada fibroblas orbital. Aktivasi IGF-1R memainkan peran kunci dalam patogenesis TAO. Teprotumumab adalah terapi pertama dan satu-satunya yang disetujui FDA secara khusus untuk TAO aktif sedang hingga berat. Telah menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan dalam mengurangi eksoftalmos, diplopia, dan aktivitas penyakit, dengan efek samping yang relatif dapat ditoleransi.
Rituximab: Antibodi monoklonal yang menargetkan sel B (CD20+), yang terlibat dalam produksi autoantibodi. Digunakan off-label pada beberapa kasus yang refrakter terhadap terapi standar.
Tocilizumab: Antibodi monoklonal yang menargetkan reseptor IL-6, sebuah sitokin pro-inflamasi yang berperan dalam TAO. Juga digunakan off-label dan sedang dalam tahap penelitian untuk indikasi ini.
d. Radioterapi Orbital
Radioterapi dosis rendah pada orbit dapat diberikan untuk mengurangi peradangan aktif pada otot dan jaringan lunak orbital. Ini sering digunakan sebagai terapi tambahan untuk kortikosteroid atau pada pasien yang tidak toleran/kontraindikasi terhadap steroid, terutama pada fase aktif. Efeknya lambat dan biasanya tidak digunakan untuk kasus CON yang akut dan mengancam penglihatan.
Mekanisme: Mengurangi proliferasi fibroblas, menghambat diferensiasi adiposit, dan mengurangi infiltrasi sel imun.
Pertimbangan: Risiko radiasi pada lensa (katarak) dan retina, meskipun risiko ini rendah pada dosis yang digunakan. Umumnya dihindari pada pasien muda atau mereka dengan neuropati optik akut.
3. Terapi Bedah (Fase Tidak Aktif/Stabil)
Setelah fase inflamasi mereda dan penyakit stabil (biasanya setelah 6-12 bulan tanpa perburukan gejala), intervensi bedah dapat dipertimbangkan untuk mengoreksi sekuele (dampak jangka panjang) dari TAO, meningkatkan fungsi, dan memperbaiki penampilan. Urutan bedah yang benar sangat penting untuk hasil optimal.
a. Dekompresi Orbital
Prosedur ini bertujuan untuk memperluas volume rongga mata dengan membuang sebagian tulang dinding orbit (misalnya, dinding medial dan inferior) dan/atau menghilangkan lemak orbital berlebih. Dekompresi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan bedah (transkutan atau transkonjungtival).
Indikasi Utama:
Neuropati Optik Kompresif (CON): Ini adalah indikasi darurat untuk dekompresi guna menyelamatkan penglihatan.
Eksoftalmos Berat: Untuk mengurangi penonjolan bola mata yang signifikan secara kosmetik dan fungsional (misalnya, untuk mencegah paparan kornea atau untuk rehabilitasi penampilan).
Manfaat: Mengurangi tekanan pada saraf optik, mengurangi eksoftalmos, memungkinkan kelopak mata menutup lebih baik.
Risiko: Diplopia baru atau memburuk (paling umum), perubahan sensasi di area wajah, perdarahan, infeksi, dan dalam kasus yang jarang, kehilangan penglihatan.
b. Bedah Strabismus
Jika diplopia tetap ada meskipun peradangan telah reda, telah dicoba dengan prisma, dan jika diperlukan, setelah dekompresi orbital, bedah strabismus dapat dilakukan. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan posisi otot-otot ekstraokular sehingga mata dapat bergerak selaras.
Dilakukan setelah dekompresi orbital (jika diperlukan) dan ketika diplopia telah stabil selama setidaknya 6 bulan.
Seringkali memerlukan beberapa operasi (tahap) untuk mencapai keselarasan yang optimal karena kompleksitas perubahan otot pada TAO.
c. Bedah Kelopak Mata
Prosedur ini dilakukan untuk mengoreksi retraksi kelopak mata atau lagophthalmos, serta untuk mengatasi masalah kosmetik lainnya.
Koreksi Retraksi Kelopak Mata Atas: Melonggarkan atau memotong otot levator palpebra atau otot Mueller yang terlalu aktif, atau menempatkan cangkok (spacer) di kelopak mata.
Koreksi Retraksi Kelopak Mata Bawah: Mengangkat kelopak mata bawah menggunakan cangkok atau prosedur lainnya.
Blefaroplasti: Pengangkatan kulit atau lemak berlebih di kelopak mata untuk memperbaiki penampilan, terutama "kantong" di kelopak mata bawah.
Prosedur untuk Lagophthalmos: Jika kelopak mata tidak dapat menutup sepenuhnya, dapat dilakukan cangkok atau tarsorrafi (menjahit sebagian kelopak mata) sementara untuk melindungi kornea.
Bedah kelopak mata biasanya merupakan langkah terakhir dalam urutan bedah, setelah dekompresi dan bedah strabismus, karena perubahan posisi bola mata dan kesejajaran mata yang dihasilkan dari prosedur sebelumnya dapat memengaruhi kebutuhan dan hasil bedah kelopak mata.
Komplikasi Oftalmopati Asosiasi Tiroid
Jika tidak diobati atau tidak dikelola dengan baik, TAO dapat menyebabkan komplikasi serius yang dapat berdampak permanen pada penglihatan dan kualitas hidup:
Kehilangan Penglihatan Permanen: Paling sering akibat neuropati optik kompresif yang tidak ditangani secara tepat waktu, atau ulkus kornea yang parah dengan infeksi yang menyebabkan perforasi dan jaringan parut pada kornea.
Keratopati Paparan: Kerusakan kornea akibat kekeringan dan paparan berlebihan karena lagophthalmos atau eksoftalmos berat. Ini dapat berkembang menjadi erosi kornea, ulkus, infeksi bakteri, dan akhirnya jaringan parut kornea yang mengganggu penglihatan.
Diplopia Persisten: Meskipun dapat diatasi dengan bedah strabismus, beberapa pasien mungkin mengalami diplopia kronis yang mengganggu meskipun sudah menjalani berbagai terapi.
Perubahan Kosmetik yang Signifikan: Eksoftalmos berat, retraksi kelopak mata, dan pembengkakan periorbital dapat menyebabkan distorsi wajah yang signifikan, memengaruhi citra diri, kepercayaan diri, dan interaksi sosial.
Kualitas Hidup Menurun Drastis: Nyeri, iritasi, penglihatan ganda, dan penampilan yang berubah dapat secara drastis memengaruhi aktivitas sehari-hari, kemampuan bekerja, dan interaksi sosial, seringkali menyebabkan kecemasan, depresi, dan isolasi.
Glaucoma Sekunder: Peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi akibat kompresi vena-vena orbital oleh otot yang bengkak, menghambat drainase aqueous humor.
Prognosis dan Pemantauan
Prognosis TAO bervariasi. Sekitar 70% pasien mengalami perbaikan spontan atau stabilisasi gejala ringan-sedang. Namun, sekitar 30% akan mengalami progresi penyakit yang memerlukan intervensi medis atau bedah. Neuropati optik dan ulkus kornea adalah komplikasi serius yang membutuhkan penanganan segera dan agresif untuk mencegah kehilangan penglihatan permanen.
Pemantauan jangka panjang sangat penting bagi semua pasien dengan TAO. Pasien memerlukan kunjungan rutin ke dokter spesialis mata (khususnya ahli oftalmologi okularplastik) dan ahli endokrinologi untuk:
Memantau fungsi tiroid dan menyesuaikan pengobatan tiroid agar tetap dalam kondisi eutiroid stabil.
Menilai aktivitas dan keparahan TAO secara berkala (misalnya, dengan CAS, pengukuran eksoftalmos, dan pemeriksaan gerakan mata).
Mendeteksi dini komplikasi, terutama neuropati optik, melalui pemeriksaan visus, penglihatan warna, lapang pandang, dan pemeriksaan diskus optik.
Menyesuaikan terapi sesuai dengan fase penyakit (aktif atau tidak aktif) dan respons terhadap pengobatan.
Memberikan dukungan psikologis dan konseling untuk membantu pasien mengatasi dampak emosional dan sosial penyakit.
Aspek Psikososial dan Kualitas Hidup
Dampak TAO tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga secara signifikan memengaruhi aspek psikososial dan kualitas hidup pasien. Perubahan penampilan fisik, terutama eksoftalmos yang menonjol, retraksi kelopak mata yang membuat mata tampak "terbelalak", dan pembengkakan periorbital, dapat menyebabkan distres psikologis yang mendalam. Banyak pasien melaporkan perasaan malu, rendah diri, kecemasan sosial, dan bahkan depresi. Mereka mungkin menghindari kontak mata, menarik diri dari aktivitas sosial, atau mengalami kesulitan di lingkungan kerja.
Selain perubahan penampilan, gejala fungsional seperti diplopia (penglihatan ganda) dapat sangat mengganggu. Kemampuan untuk membaca, mengemudi, dan melakukan pekerjaan sehari-hari dapat terpengaruh secara serius, membatasi kemandirian pasien. Nyeri, iritasi, dan mata kering yang persisten juga menambah beban penderitaan, mengganggu tidur dan konsentrasi.
Oleh karena itu, penanganan TAO tidak hanya berfokus pada aspek medis dan bedah, tetapi juga pada dukungan psikososial yang komprehensif. Peran psikolog atau konselor dapat sangat membantu. Bergabung dengan kelompok dukungan pasien yang mengalami kondisi serupa juga dapat memberikan rasa komunitas dan berbagi pengalaman yang berharga. Komunikasi terbuka dengan keluarga dan teman juga krusial untuk mendapatkan dukungan emosional yang dibutuhkan pasien dalam mengatasi tantangan emosional dan sosial yang terkait dengan penyakit ini. Membantu pasien untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan pada penampilan dan fungsi mereka adalah bagian integral dari perawatan holistik.
Pencegahan dan Gaya Hidup
Meskipun TAO adalah kondisi autoimun yang tidak sepenuhnya dapat dicegah, beberapa langkah dapat mengurangi risiko perkembangan dan keparahannya, terutama pada individu yang sudah memiliki penyakit Graves atau faktor risiko lainnya:
Berhenti Merokok: Ini adalah intervensi pencegahan paling efektif. Merokok adalah faktor risiko terbesar untuk TAO. Konseling berhenti merokok harus menjadi bagian integral dari manajemen pasien Graves.
Kontrol Tiroid yang Optimal: Memastikan kadar hormon tiroid tetap stabil dan normal (eutiroid) adalah kunci. Fluktuasi atau hipertiroidisme yang tidak terkontrol dapat memicu atau memperburuk TAO.
Perlindungan Kortikosteroid dengan RAI: Jika terapi yodium radioaktif (RAI) diindikasikan untuk hipertiroidisme pada pasien dengan TAO yang sudah ada atau berisiko tinggi (misalnya, perokok dengan TRAb tinggi), pemberian kortikosteroid profilaksis dosis rendah dapat dipertimbangkan untuk mencegah atau meminimalkan eksaserbasi TAO.
Nutrisi Seimbang: Meskipun tidak ada diet spesifik yang terbukti mencegah TAO, pola makan sehat dan seimbang penting untuk kesehatan kekebalan tubuh secara keseluruhan.
Manajemen Stres: Stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Teknik relaksasi, meditasi, atau aktivitas fisik ringan dapat membantu mengelola stres.
Hindari Pemicu Lingkungan: Beberapa penelitian menyarankan paparan polutan lingkungan tertentu mungkin berperan, meskipun buktinya belum konklusif.
Penelitian dan Arah Masa Depan
Bidang oftalmopati terus berkembang pesat dengan penelitian yang intensif untuk memahami patogenesis yang lebih dalam dan mengembangkan terapi yang lebih efektif dan bertarget. Beberapa area penelitian yang menjanjikan meliputi:
Identifikasi Biomarker Baru: Penelitian sedang berlangsung untuk menemukan biomarker (penanda biologis) dalam darah atau jaringan yang dapat memprediksi risiko TAO, memonitor aktivitas penyakit secara objektif, dan memprediksi respons terhadap pengobatan. Ini akan memungkinkan deteksi dini dan terapi yang lebih personal.
Pemahaman Patogenesis Molekuler yang Lebih Dalam: Ilmuwan terus meneliti peran spesifik dari berbagai populasi sel imun (misalnya, sel T regulator, sel T helper 17), sitokin (misalnya, IL-23, TNF-alpha), dan jalur pensinyalan (misalnya, reseptor TSH, IGF-1R) dalam proses inflamasi dan fibrosis orbital. Pemahaman yang lebih baik tentang ini akan membuka target terapi baru.
Pengembangan Terapi Target Baru: Selain Teprotumumab yang menargetkan IGF-1R, banyak obat lain yang menargetkan jalur inflamasi atau autoimun spesifik sedang dalam tahap uji klinis. Contohnya termasuk obat yang menargetkan CD40-CD40L pathway, reseptor IL-6, atau molekul adhesi yang terlibat dalam migrasi sel imun ke orbit.
Optimasi Kombinasi Terapi: Penelitian untuk menemukan kombinasi obat atau modalitas terapi (misalnya, kortikosteroid dengan radioterapi atau agen biologis) yang paling efektif, dengan efek samping minimal, adalah area fokus lainnya.
Genomik dan Proteomik: Studi yang menganalisis dasar genetik dan profil protein yang terlibat dalam TAO dapat membantu mengidentifikasi individu berisiko tinggi dan memandu pengembangan terapi yang lebih personal (precision medicine).
Terapi Sel Punca: Meskipun masih dalam tahap awal, penelitian tentang penggunaan sel punca untuk meregenerasi atau memodulasi jaringan orbital yang rusak mungkin menawarkan solusi jangka panjang di masa depan.
Dengan kemajuan yang berkelanjutan dalam penelitian ini, diharapkan akan ada pengobatan yang lebih efektif dan kurang invasif di masa depan, yang dapat mencegah komplikasi serius, meminimalkan kebutuhan bedah ekstensif, dan meningkatkan kualitas hidup pasien TAO secara signifikan.
Kesimpulan
Oftalmopati, khususnya Oftalmopati Asosiasi Tiroid (TAO) atau Penyakit Mata Tiroid (TED), adalah kondisi autoimun kompleks yang memengaruhi mata dan struktur orbital, seringkali berkaitan erat dengan penyakit Graves. Ini bukan hanya masalah estetika, melainkan dapat menyebabkan serangkaian gejala yang mengganggu, mulai dari retraksi kelopak mata, eksoftalmos, diplopia, hingga komplikasi serius seperti neuropati optik kompresif yang mengancam penglihatan.
Deteksi dini dan diagnosis yang akurat sangat penting, didukung oleh anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang teliti, pemeriksaan laboratorium (termasuk fungsi tiroid dan autoantibodi TRAb), serta pencitraan orbital (CT atau MRI) yang komprehensif. Diagnosis banding yang tepat dengan kondisi lain yang menyerupai TAO juga krusial untuk memastikan jalur pengobatan yang benar.
Penatalaksanaan TAO memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli endokrinologi, oftalmologi, dan tim medis terkait lainnya. Ini mencakup kontrol fungsi tiroid yang optimal, manajemen suportif untuk mengurangi gejala, terapi medikamentosa pada fase aktif (kortikosteroid, imunosupresan, terapi biologis seperti Teprotumumab, radioterapi orbital), dan pada fase tidak aktif, intervensi bedah untuk mengoreksi sekuele (dekompresi orbital, bedah strabismus, bedah kelopak mata).
Peran pasien dalam mengelola kondisi ini, terutama dengan berhenti merokok, sangat krusial. Pemantauan jangka panjang yang teratur dan dukungan psikososial juga merupakan bagian integral dari perawatan untuk mengatasi dampak signifikan penyakit ini pada kualitas hidup. Dengan kemajuan yang berkelanjutan dalam penelitian dan pengembangan terapi baru, harapan untuk manajemen TAO yang lebih baik dan pencegahan komplikasi yang lebih efektif terus meningkat, memberikan prospek yang lebih cerah bagi para penderita.