Panduan Lengkap Doa Qunut Latin dan Maknanya

Ilustrasi Tangan Berdoa Ilustrasi sepasang tangan yang sedang berdoa, melambangkan kekhusyuan dalam memanjatkan doa qunut.

Doa Qunut merupakan salah satu doa yang sangat dikenal dalam praktik ibadah umat Islam, khususnya dalam shalat Subuh. Kata "Qunut" sendiri berasal dari bahasa Arab (قنوت) yang memiliki beragam makna, seperti berdiri lama, diam, taat, tunduk, dan doa. Dalam konteks syariat, Qunut adalah doa khusus yang dibaca pada waktu tertentu dalam shalat, dengan tujuan memohon kebaikan, perlindungan, dan petunjuk dari Allah SWT. Memahami bacaan doa qunut latin menjadi sangat penting bagi mereka yang belum fasih membaca tulisan Arab, agar tetap dapat mengamalkan dan menghayati maknanya.

Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan Doa Qunut, mulai dari bacaan lengkap dalam tulisan Arab, transliterasi doa qunut latin yang mudah diikuti, terjemahan bahasa Indonesia, hingga penjelasan mendalam mengenai hukum, jenis-jenis, tata cara pelaksanaan, serta hikmah dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif agar setiap Muslim dapat melaksanakannya dengan penuh keyakinan dan kekhusyukan.

Bacaan Lengkap Doa Qunut Subuh

Doa Qunut yang paling umum diamalkan adalah yang dibaca pada rakaat kedua shalat Subuh, tepatnya setelah ruku' saat posisi i'tidal. Berikut adalah bacaan lengkapnya yang disajikan dalam tiga format untuk kemudahan Anda: tulisan Arab, transliterasi latin, dan terjemahan dalam bahasa Indonesia.

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

"Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait, fa lakal hamdu a'laa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaik, wa shallallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam."

"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari keburukan yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang dapat menetapkan-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau pimpin. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."

Makna Mendalam Setiap Kalimat dalam Doa Qunut

Untuk dapat menghayati doa ini, penting bagi kita untuk memahami makna yang terkandung dalam setiap penggalan kalimatnya. Berikut adalah tafsir ringkas dari setiap permohonan dalam doa qunut.

1. Permohonan Petunjuk (Hidayah)

"Allahummahdinii fiiman hadaiit" (Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk).

Ini adalah permohonan paling mendasar dan terpenting. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah. Dengan meminta hidayah, kita mengakui kelemahan diri dan ketergantungan mutlak kepada Allah untuk senantiasa berada di jalan yang lurus. Kita memohon agar digolongkan bersama para nabi, orang-orang shalih, dan mereka yang telah Allah pilih untuk mendapatkan petunjuk-Nya.

2. Permohonan Kesehatan dan Keselamatan ('Afiyah)

"Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit" (Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan).

'Afiyah bukan hanya berarti kesehatan fisik, tetapi mencakup keselamatan dan kesejahteraan dalam segala aspek kehidupan: selamat dari penyakit, dari fitnah dunia, dari azab kubur, dan dari siksa neraka. Ini adalah permohonan perlindungan yang menyeluruh, baik di dunia maupun di akhirat.

3. Permohonan Perlindungan dan Kepemimpinan (Wilayah)

"Wa tawallanii fiiman tawallaiit" (Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin).

Kalimat ini mengandung makna penyerahan diri secara total kepada Allah. Kita memohon agar Allah menjadi Wali kita, yang mengatur, melindungi, dan menolong segala urusan kita. Ketika Allah menjadi Wali seseorang, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencelakainya.

4. Permohonan Keberkahan (Barakah)

"Wa baarik lii fiimaa a'thaiit" (Berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku).

Barakah berarti bertambahnya kebaikan pada sesuatu. Kita tidak hanya meminta rezeki yang banyak, tetapi rezeki yang diberkahi. Harta yang sedikit namun berkah jauh lebih baik daripada harta yang banyak tetapi tidak membawa kebaikan. Keberkahan mencakup keberkahan dalam umur, ilmu, keluarga, dan segala nikmat yang Allah berikan.

5. Permohonan Perlindungan dari Takdir Buruk

"Wa qinii syarra maa qadhaiit" (Dan peliharalah aku dari keburukan yang telah Engkau tetapkan).

Sebagai seorang mukmin, kita beriman kepada qadha dan qadar (ketetapan) Allah, baik yang baik maupun yang buruk. Namun, kita diperintahkan untuk berdoa dan berikhtiar. Kalimat ini adalah bentuk ikhtiar batin, memohon kepada Allah agar dijauhkan dari dampak buruk sebuah takdir, seperti musibah, bencana, atau malapetaka.

6. Penegasan Kekuasaan Mutlak Allah

"Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik" (Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang dapat menetapkan-Mu).

Ini adalah kalimat tauhid yang mengagungkan kekuasaan Allah. Hanya Allah yang memiliki wewenang absolut untuk menetapkan segala sesuatu. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menentang atau mengubah ketetapan-Nya. Kalimat ini menguatkan keyakinan kita akan keesaan dan kekuasaan Allah.

7. Penegasan Kemuliaan bagi yang Dilindungi Allah

"Wa innahuu laa yadzillu man waalaiit" (Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau pimpin).

Siapapun yang berada di bawah perlindungan dan pertolongan Allah (menjadi waliyullah), ia tidak akan pernah merasakan kehinaan sejati. Meskipun mungkin ia dipandang rendah oleh manusia, di mata Allah dan di akhirat kelak, ia adalah orang yang mulia.

8. Penegasan Kehinaan bagi yang Dimusuhi Allah

"Wa laa ya'izzu man 'aadaiit" (Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi).

Sebaliknya, siapapun yang menjadi musuh Allah, tidak akan pernah meraih kemuliaan hakiki. Meskipun ia mungkin memiliki kekuasaan, harta, dan jabatan di dunia, semua itu semu dan akan sirna. Di hadapan Allah, ia adalah orang yang hina.

9. Pujian dan Pengagungan kepada Allah

"Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait" (Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi).

Setelah memohon dan menegaskan keimanan, kita menutup doa dengan pujian. "Tabaarakta" berarti Maha Suci dan Maha Banyak Kebaikan-Nya. "Ta'aalait" berarti Maha Tinggi dari segala sifat kekurangan. Ini adalah bentuk adab dalam berdoa, yaitu mengagungkan Allah SWT.

10. Syukur, Istighfar, dan Taubat

"Fa lakal hamdu a'laa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaik" (Bagi-Mu segala puji atas apa yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu).

Bagian ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala ketetapan Allah, baik yang terasa nikmat maupun yang terasa pahit. Diikuti dengan istighfar (memohon ampun) dan taubat, sebagai pengakuan atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Kombinasi antara syukur dan istighfar adalah kunci untuk meraih ridha Allah.

11. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW

"Wa shallallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam" (Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya).

Menutup doa dengan shalawat adalah salah satu adab yang dianjurkan. Ini adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa risalah Islam kepada kita. Dengan bershalawat, kita berharap doa kita lebih mudah diterima oleh Allah SWT.

Hukum Melaksanakan Doa Qunut Menurut Empat Mazhab

Persoalan hukum melaksanakan Doa Qunut, khususnya dalam shalat Subuh, merupakan salah satu topik khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan para ulama fikih. Penting untuk memahami pandangan setiap mazhab agar kita bisa bersikap bijaksana dan saling menghormati perbedaan. Berikut adalah pandangan dari empat mazhab besar dalam Islam.

1. Mazhab Syafi'i

Menurut Mazhab Syafi'i, hukum membaca Doa Qunut pada rakaat kedua shalat Subuh adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Jika seseorang sengaja meninggalkannya, shalatnya tetap sah namun dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi. Jika lupa, maka sangat dianjurkan untuk sujud sahwi sebelum salam.

Dalil utama yang digunakan oleh Mazhab Syafi'i adalah hadits dari Anas bin Malik RA yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melakukan qunut pada shalat Subuh hingga beliau wafat. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi, serta dinilai shahih oleh sejumlah ulama hadits. Pandangan ini sangat populer dan banyak diamalkan di Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lain yang mayoritas penduduknya mengikuti Mazhab Syafi'i.

2. Mazhab Maliki

Pandangan Mazhab Maliki mirip dengan Mazhab Syafi'i. Mereka juga berpendapat bahwa membaca Doa Qunut pada shalat Subuh adalah sunnah atau mandub (dianjurkan). Namun, mereka menganjurkan agar doa qunut dibaca dengan suara pelan (sirr) meskipun dalam shalat jahriyah (shalat yang bacaannya dikeraskan). Selain itu, menurut Mazhab Maliki, qunut disunnahkan untuk dibaca sebelum ruku', bukan setelahnya. Perbedaan ini menunjukkan variasi dalam praktik yang tetap didasarkan pada dalil-dalil yang diyakini kebenarannya oleh para ulama mazhab ini.

3. Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi berpandangan bahwa Doa Qunut tidak disyariatkan untuk dibaca pada shalat Subuh. Menurut mereka, qunut secara spesifik hanya disyariatkan pada shalat Witir. Adapun qunut pada shalat fardhu lainnya, termasuk Subuh, hanya dilakukan pada saat terjadi Qunut Nazilah, yaitu ketika umat Islam sedang ditimpa musibah besar seperti peperangan, bencana alam, atau wabah penyakit.

Dalil yang mereka gunakan adalah hadits yang menyatakan bahwa Nabi SAW pernah melakukan qunut selama sebulan untuk mendoakan keburukan bagi suatu kaum, kemudian beliau meninggalkannya. Bagi ulama Hanafi, ini menunjukkan bahwa qunut pada shalat Subuh bersifat temporer dan terikat dengan sebab tertentu (nazilah).

4. Mazhab Hanbali

Pandangan Mazhab Hanbali serupa dengan Mazhab Hanafi. Mereka meyakini bahwa qunut tidak disunnahkan dalam shalat Subuh. Qunut hanya disyariatkan pada shalat Witir dan saat terjadi Qunut Nazilah. Ketika terjadi nazilah, imam atau pemimpin kaum muslimin dapat memerintahkan untuk melakukan qunut pada seluruh shalat fardhu (kecuali shalat Jumat menurut sebagian riwayat) hingga musibah tersebut diangkat oleh Allah SWT.

Sikap kita dalam menghadapi perbedaan pendapat ini adalah dengan lapang dada dan saling menghormati. Setiap mazhab memiliki dasar dan ijtihadnya masing-masing yang patut dihargai. Mengikuti salah satu pendapat yang diyakini kuat dalilnya adalah hal yang dibenarkan, tanpa harus menyalahkan atau merendahkan mereka yang mengamalkan pendapat berbeda.

Jenis-Jenis Doa Qunut

Selain Doa Qunut yang biasa dibaca saat shalat Subuh, terdapat beberapa jenis qunut lain yang disyariatkan pada waktu dan kondisi yang berbeda. Mengenal jenis-jenis qunut ini akan menambah wawasan keislaman kita.

1. Qunut Subuh

Ini adalah qunut yang paling dikenal luas, yang dibaca pada rakaat terakhir shalat Subuh setelah i'tidal. Sebagaimana telah dibahas, hukumnya adalah sunnah mu'akkadah menurut Mazhab Syafi'i dan Maliki. Tujuannya adalah untuk memohon petunjuk, perlindungan, dan keberkahan secara rutin setiap hari.

2. Qunut Witir

Qunut Witir dibaca pada rakaat terakhir shalat Witir. Terdapat perbedaan pendapat mengenai waktu pelaksanaannya. Mazhab Syafi'i berpendapat qunut witir disunnahkan untuk dibaca pada separuh terakhir bulan Ramadhan. Sementara itu, Mazhab Hanafi dan Hanbali mewajibkan atau mensunnahkan qunut witir sepanjang tahun. Bacaan doa qunutnya pada dasarnya sama dengan doa qunut Subuh.

3. Qunut Nazilah

Qunut Nazilah adalah qunut yang dilakukan ketika umat Islam sedang menghadapi musibah besar, bencana, penindasan, atau malapetaka yang bersifat umum. "Nazilah" berarti "peristiwa besar yang menimpa". Qunut ini dapat dibaca di setiap shalat fardhu lima waktu pada rakaat terakhir setelah i'tidal. Doanya bisa menggunakan bacaan qunut biasa, namun seringkali ditambahkan dengan doa-doa yang spesifik sesuai dengan musibah yang sedang terjadi, misalnya mendoakan kemenangan bagi kaum muslimin yang tertindas atau memohon diangkatnya wabah penyakit. Pelaksanaan Qunut Nazilah ini disepakati oleh mayoritas ulama dari keempat mazhab.

Tata Cara Pelaksanaan Doa Qunut dalam Shalat

Agar pelaksanaan Doa Qunut sesuai dengan tuntunan, berikut adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan, baik bagi imam maupun makmum dalam shalat berjamaah, ataupun saat shalat sendirian (munfarid).

Waktu dan Posisi

  1. Waktu Pembacaan: Doa Qunut dibaca pada rakaat terakhir sebuah shalat (misalnya rakaat kedua pada shalat Subuh atau rakaat terakhir pada shalat Witir).
  2. Posisi: Dibaca setelah bangkit dari ruku' untuk i'tidal. Setelah membaca "Sami'allahu liman hamidah, rabbanaa lakal hamdu...", sebelum turun untuk sujud.

Cara Mengangkat Tangan

Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan saat membaca doa qunut, sebagaimana mengangkat tangan saat berdoa pada umumnya. Posisi tangan ditengadahkan ke atas setinggi dada atau bahu, dengan telapak tangan terbuka menghadap ke langit. Ini adalah simbol permohonan dan kerendahan diri di hadapan Allah SWT.

Bagi Imam dan Makmum

Jika Lupa Membaca Doa Qunut

Dalam Mazhab Syafi'i, Doa Qunut termasuk dalam kategori sunnah ab'adh, yaitu sunnah yang jika ditinggalkan (baik sengaja maupun lupa) dianjurkan untuk diganti dengan sujud sahwi. Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud seperti sujud biasa, yang dilaksanakan sebelum salam. Jika seseorang lupa qunut dan sudah terlanjur turun untuk sujud, maka ia tidak perlu kembali berdiri untuk membaca qunut, tetapi cukup melanjutkan shalatnya dan melakukan sujud sahwi di akhir shalat.

Keutamaan dan Hikmah Mengamalkan Doa Qunut

Mengamalkan Doa Qunut bukan sekadar rutinitas ibadah tanpa makna. Di dalamnya terkandung banyak sekali keutamaan dan hikmah yang dapat memperkaya spiritualitas seorang Muslim.

  1. Sarana Meminta Petunjuk Setiap Hari: Memulai hari dengan shalat Subuh yang di dalamnya terdapat permohonan hidayah adalah cara terbaik untuk memastikan langkah kita sepanjang hari berada dalam bimbingan Allah.
  2. Bentuk Penyerahan Diri Total: Dengan mengakui bahwa hanya Allah yang dapat memberi petunjuk, kesehatan, dan perlindungan, kita melatih diri untuk senantiasa bergantung kepada-Nya dan menanggalkan rasa sombong.
  3. Mendapatkan Perlindungan Komprehensif: Doa qunut adalah permohonan paket lengkap. Kita meminta kebaikan dunia (kesehatan, rezeki berkah) dan kebaikan akhirat (selamat dari takdir buruk dan azab).
  4. Memperkuat Aqidah Tauhid: Kalimat-kalimat seperti "fa innaka taqdhii..." dan "laa yadzillu man waalaiit..." adalah penegasan ulang yang kuat terhadap keesaan dan kekuasaan mutlak Allah, yang dapat memperkokoh iman.
  5. Meneladani Sunnah Nabi: Bagi yang meyakini kesunnahannya, mengamalkan qunut adalah salah satu cara untuk meneladani dan menghidupkan ajaran Rasulullah SAW.
  6. Wujud Solidaritas Umat (Qunut Nazilah): Saat terjadi Qunut Nazilah, doa ini menjadi simbol kepedulian dan solidaritas umat Islam di seluruh dunia. Kita bersama-sama mendoakan saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah, memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah.

Kesimpulannya, Doa Qunut adalah sebuah doa yang agung dan sarat makna. Memahami bacaan doa qunut latin, Arab, dan terjemahannya adalah langkah awal yang baik. Namun, yang lebih penting adalah meresapi setiap permohonan di dalamnya dan mengamalkannya dengan penuh kekhusyukan dan keyakinan. Baik yang memilih untuk mengamalkannya secara rutin pada shalat Subuh maupun yang tidak, yang terpenting adalah menjaga semangat untuk selalu berdoa dan memohon kepada Allah dalam setiap keadaan, karena doa adalah inti dari ibadah.

🏠 Kembali ke Homepage