Doa Kamilin Lengkap: Teks Arab, Latin, dan Artinya
Doa Kamilin merupakan salah satu doa yang sangat populer di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia, yang sering dibaca setelah selesai melaksanakan shalat Tarawih pada bulan suci Ramadan. Nama "Kamilin" sendiri berasal dari kata bahasa Arab "kamil" yang berarti sempurna. Doa ini disebut demikian karena di dalamnya terkandung permohonan-permohonan yang komprehensif, memohon kepada Allah SWT untuk dianugerahi kesempurnaan dalam berbagai aspek kehidupan, baik iman, amal, maupun akhlak.
Membaca doa ini setelah shalat Tarawih menjadi sebuah tradisi spiritual yang mengakar kuat. Shalat Tarawih adalah ibadah malam yang istimewa, dan menutupnya dengan untaian doa yang indah ini menjadi cara untuk menyempurnakan ibadah, memohon ampunan, serta mengharapkan rahmat dan ridha Allah. Doa Kamilin merangkum hampir semua harapan seorang hamba: dari kesempurnaan iman, ketaatan dalam menjalankan kewajiban, hingga perlindungan dari segala keburukan dan harapan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Artikel ini akan mengupas tuntas Doa Kamilin, mulai dari menyajikan teks lengkapnya dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk kemudahan pembacaan, hingga terjemahan bahasa Indonesia agar setiap lafaznya dapat dipahami dan diresapi maknanya. Lebih dari itu, kita akan menyelami makna yang terkandung di setiap kalimatnya, memahami keutamaan membacanya, dan bagaimana doa ini dapat menjadi sarana refleksi diri untuk menjadi pribadi muslim yang lebih baik.
Teks Lengkap Doa Kamilin
Berikut adalah bacaan lengkap Doa Kamilin yang biasa diamalkan setelah shalat Tarawih. Disajikan dalam tiga format untuk mempermudah pembacaan, penghafalan, dan pemahaman.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allâhummaj'alnâ bil îmâni kâmilîn, wa lil farâidhi muaddîn, wa lish-shalâti hâfidhîn, wa liz-zakâti fâ'ilîn, wa limâ 'indaka thâlibîn, wa li 'afwika râjîn, wa bil-hudâ mutamassikîn, wa 'anil laghwi mu'ridhîn, wa fid-dunyâ zâhidîn, wa fil âkhirati râghibîn, wa bil-qadhâ'i râdhîn, wa lin na'mâ'i syâkirîn, wa 'alal balâ'i shâbirîn, wa tahta liwâ'i sayyidinâ muhammadin shallallâhu 'alaihi wa sallama yaumal qiyâmati sâ'irîn, wa ilal hawdhi wâridîn, wa ilal jannati dâkhilîn, wa minan nâri nâjîn, wa 'alâ sarîril karâmati qâ'idîn, wa min hûrin 'înim mutazawwijîn, wa min sundusin wa istabraqin wa dîbâjin mutalabbisîn, wa min tha'âmil jannati âkilîn, wa min labanin wa 'asalin mushaffan syâribîn, bi akwâbin wa abârîqa wa ka'sim mim ma'în, ma'al ladzîna an'amta 'alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ'i wash shâlihîn, wa hasuna ulâ'ika rafîqâ, dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi 'alîmâ. Allâhummaj'alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfatil mubârakati minas su'adâ'il maqbûlîn, wa lâ taj'alnâ minal asyqiyâ'il mardûdîn. Wa shallallâhu 'alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihî wa shahbihî ajma'în, birahmatika yâ arhamar râhimîn, wal hamdu lillâhi rabbil 'âlamîn.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu, yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia, yang zuhud terhadap dunia, yang berhasrat terhadap akhirat, yang ridha dengan ketetapan-Mu, yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, yang sabar atas cobaan-cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, pada hari kiamat. Masukkanlah kami ke dalam telaga (Nabi), masukkanlah kami ke dalam surga, selamatkanlah kami dari api neraka, dan dudukkanlah kami di atas ranjang kemuliaan. Nikahkanlah kami dengan bidadari-bidadari yang jelita, pakaikanlah kami dengan pakaian dari sutra tipis, sutra tebal, dan brokat. Berilah kami makanan dari makanan surga, dan minuman dari susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir. Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikianlah keutamaan dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya). Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Menyelami Makna Mendalam Setiap Permohonan dalam Doa Kamilin
Doa Kamilin bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah peta jalan spiritual yang merangkum aspirasi tertinggi seorang mukmin. Setiap kalimatnya mengandung permohonan yang spesifik dan mendalam. Mari kita bedah satu per satu untuk memahami kekayaan maknanya.
1. Fondasi Spiritual: Iman, Ibadah, dan Akhlak
Bagian awal doa ini fokus pada pembangunan fondasi spiritual yang kokoh.
- "Jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya (بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ)." Ini adalah permohonan pertama dan terpenting. Iman adalah dasar dari segalanya. Memohon iman yang sempurna berarti meminta keyakinan yang tidak goyah, yang meresap ke dalam hati, tercermin dalam lisan, dan terbukti dalam perbuatan. Iman yang kamil adalah iman yang bebas dari keraguan, syirik, dan kemunafikan. Ini adalah permohonan agar Allah senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas iman kita.
- "Yang menunaikan kewajiban-kewajiban (وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ)." Setelah iman, permohonan selanjutnya adalah kemampuan untuk menjalankan konsekuensinya, yaitu amal. Ini mencakup semua kewajiban yang Allah perintahkan, baik yang berhubungan langsung dengan-Nya (hablum minallah) seperti shalat dan puasa, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas) seperti menepati janji dan berbuat adil.
- "Yang memelihara shalat (وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ)." Shalat disebut secara khusus karena kedudukannya sebagai tiang agama. "Memelihara shalat" bukan hanya berarti mengerjakannya, tetapi juga melakukannya tepat waktu, dengan khusyuk, menyempurnakan rukun dan syaratnya, serta merasakan dampaknya dalam mencegah perbuatan keji dan munkar.
- "Yang menunaikan zakat (وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ)." Zakat juga disebut secara spesifik karena perannya sebagai pilar ibadah sosial dan pembersih harta. Ini adalah permohonan agar kita diberi kesadaran dan kemampuan untuk membersihkan harta kita dan peduli terhadap sesama, terutama kaum dhuafa.
2. Orientasi Hati dan Tujuan Hidup
Setelah pilar ibadah, doa ini beralih ke orientasi hati dan tujuan hidup seorang muslim.
- "Yang mencari apa yang ada di sisi-Mu (وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ)." Ini adalah permohonan agar tujuan hidup kita tidak semata-mata duniawi. Kita meminta agar hati kita senantiasa tertuju pada pencarian ridha, pahala, dan surga Allah. Segala aktivitas duniawi yang kita lakukan diniatkan sebagai sarana untuk meraih ganjaran di sisi-Nya.
- "Yang mengharapkan ampunan-Mu (وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ)." Pengakuan atas fitrah manusia yang tidak luput dari dosa. Sebesar apapun amal kita, harapan tertinggi kita tetaplah ampunan (afwu) dan rahmat Allah, bukan semata-mata mengandalkan perbuatan kita. Ini adalah sikap rendah hati di hadapan Sang Pencipta.
- "Yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu (وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ)." Permohonan agar kita senantiasa istiqamah di atas jalan yang lurus (Al-Qur'an dan Sunnah), tidak mudah terombang-ambing oleh godaan syahwat atau syubhat (kerancuan pemikiran).
- "Yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia (وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ)." Ciri seorang mukmin sejati adalah kemampuannya menjaga waktu dan lisan dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Ini adalah doa agar kita diberi kekuatan untuk menghindari perdebatan kusir, ghibah, dan segala aktivitas yang melalaikan dari mengingat Allah.
3. Sikap terhadap Dunia dan Akhirat
Doa ini menuntun kita untuk memiliki perspektif yang benar tentang kehidupan dunia dan akhirat.
- "Yang zuhud terhadap dunia (وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ)." Zuhud bukan berarti membenci dunia atau meninggalkan kehidupan duniawi. Zuhud adalah kondisi hati di mana dunia berada di tangan, bukan di dalam hati. Kita memohon agar tidak menjadi hamba dunia, tidak diperbudak oleh harta, takhta, dan syahwat, melainkan menjadikan dunia sebagai ladang untuk akhirat.
- "Yang berhasrat terhadap akhirat (وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ)." Ini adalah kebalikan dari sikap terhadap dunia. Hati seorang mukmin harus dipenuhi kerinduan dan hasrat untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Keinginan inilah yang menjadi bahan bakar untuk terus beramal saleh.
- "Yang ridha dengan ketetapan-Mu (وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ)." Puncak dari keimanan adalah ridha terhadap takdir Allah, baik yang terasa manis maupun pahit. Ini adalah permohonan agar hati kita diberi kelapangan untuk menerima segala ketentuan-Nya dengan keyakinan bahwa di baliknya pasti ada hikmah yang terbaik.
- "Yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu (وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ)." Kita memohon agar menjadi hamba yang pandai bersyukur, yang mampu melihat dan mengakui setiap nikmat, sekecil apapun itu, dan menggunakannya dalam ketaatan kepada-Nya.
- "Yang sabar atas cobaan-cobaan (وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ)." Hidup adalah ujian. Permohonan ini adalah agar kita diberi kekuatan, keteguhan, dan kesabaran saat diuji dengan musibah, kesulitan, atau penderitaan, tanpa keluh kesah dan putus asa.
4. Harapan di Hari Kiamat dan Kenikmatan Surga
Bagian selanjutnya adalah visualisasi harapan puncak setiap muslim di hari akhir.
- "Berjalan di bawah panji junjungan kami, Nabi Muhammad SAW (وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ)." Sebuah permohonan untuk diakui sebagai umat Nabi Muhammad SAW di hari kiamat, mendapatkan syafaatnya, dan berada dalam barisannya. Ini adalah sebuah kehormatan yang luar biasa.
- "Masuk ke dalam telaga (Nabi) (وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ)." Telaga Al-Kautsar adalah anugerah khusus bagi umat Nabi Muhammad. Minum darinya akan menghilangkan dahaga selamanya. Doa ini adalah ekspresi kerinduan untuk mendapatkan anugerah tersebut.
- Rangkaian Kenikmatan Surga: Doa ini kemudian merinci berbagai kenikmatan surga yang dijanjikan dalam Al-Qur'an: masuk surga, selamat dari neraka, duduk di ranjang kemuliaan, dinikahkan dengan bidadari, memakai pakaian sutra, menyantap makanan surga, dan menikmati minuman susu serta madu murni. Rincian ini bukan sekadar imajinasi, tetapi bertujuan untuk menumbuhkan kerinduan (syauq) yang mendalam terhadap surga, sehingga memotivasi kita untuk beramal lebih giat.
- "Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat." Puncak kenikmatan surga bukanlah pada aspek materialnya, melainkan pada kebersamaan. Doa ini memohon agar kita dikumpulkan bersama golongan terbaik: para Nabi, Shiddiqin (orang-orang yang jujur dan membenarkan kebenaran), Syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan Shalihin (orang-orang saleh). Sebagaimana disebutkan dalam Surat An-Nisa ayat 69, mereka adalah teman yang sebaik-baiknya.
5. Penutup dan Permohonan Final
Doa ini ditutup dengan permohonan khusus di malam Ramadan dan pujian kepada Allah.
- "Jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya)." Ini adalah permohonan inti di bulan Ramadan. Kita memohon agar segala ibadah kita, mulai dari puasa, tarawih, hingga sedekah, diterima oleh Allah SWT dan kita digolongkan sebagai orang-orang yang berbahagia karena mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya.
- "Janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya)." Sebuah permohonan agar kita dilindungi dari kesia-siaan dalam beribadah. Betapa ruginya seseorang yang telah lelah berpuasa dan beribadah di malam hari, namun amalnya tidak diterima oleh Allah.
- Shalawat dan Salam: Doa ditutup dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya, sebagai adab dalam berdoa.
- Pujian kepada Allah: Diakhiri dengan "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin," mengembalikan segala puji hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam, sebagai bentuk pengakuan bahwa segala kebaikan dan kemampuan untuk berdoa datang dari-Nya.
Keutamaan dan Fadhilah Mengamalkan Doa Kamilin
Meskipun Doa Kamilin bukanlah doa yang secara spesifik diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW (bukan doa ma'tsur), namun doa ini disusun oleh para ulama saleh dengan merangkai permohonan-permohonan yang esensinya berasal dari Al-Qur'an dan Hadis. Mengamalkannya, terutama setelah shalat Tarawih, memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
1. Doa yang Komprehensif dan Menyeluruh
Salah satu keistimewaan terbesar Doa Kamilin adalah sifatnya yang jami' (menyeluruh). Doa ini mencakup hampir seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Mulai dari urusan iman yang paling mendasar, ibadah ritual, akhlak sosial, sikap terhadap dunia, hingga harapan tertinggi di akhirat. Dengan membaca satu doa ini, seorang hamba seolah-olah telah memanjatkan puluhan permohonan yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat.
2. Sarana Introspeksi dan Muhasabah Diri
Membaca dan merenungi setiap kalimat Doa Kamilin dapat menjadi sarana muhasabah (introspeksi) yang sangat efektif. Ketika kita memohon, "Jadikanlah kami yang memelihara shalat," kita akan terdorong untuk bertanya pada diri sendiri: "Sudahkah shalatku terpelihara dengan baik?" Ketika kita meminta, "Jadikanlah kami yang berpaling dari hal yang sia-sia," kita akan merefleksikan bagaimana kita menggunakan waktu dan lisan kita. Doa ini menjadi cermin untuk melihat kekurangan diri dan memotivasi untuk perbaikan.
3. Menjaga Semangat Ibadah Setelah Tarawih
Shalat Tarawih adalah ibadah yang cukup panjang. Menutupnya dengan Doa Kamilin membantu menjaga suasana spiritual tetap hidup. Alih-alih langsung bubar dan kembali ke urusan dunia, umat Islam diajak untuk duduk sejenak, menadahkan tangan, dan memusatkan hati untuk memohon kepada Allah. Ini menjadi penutup yang indah dan penyempurna ibadah malam di bulan Ramadan.
4. Memperkuat Ikatan dengan Cita-cita Akhirat
Kehidupan dunia yang penuh dengan kesibukan seringkali membuat kita lalai akan tujuan akhir kita, yaitu akhirat. Doa Kamilin secara eksplisit mengingatkan kita tentang hari kiamat, telaga Nabi, dan kenikmatan surga. Mengulang-ulang permohonan ini setiap malam di bulan Ramadan membantu memperkuat orientasi hidup kita, bahwa tujuan sejati bukanlah kesuksesan duniawi yang fana, melainkan kebahagiaan abadi di sisi Allah SWT.
5. Meneladani Adab Berdoa
Struktur Doa Kamilin mengajarkan adab berdoa yang baik. Dimulai dengan permohonan yang berkaitan dengan hubungan hamba dengan Allah (iman dan ibadah), dilanjutkan dengan permohonan kebaikan di dunia dan akhirat, dan ditutup dengan shalawat kepada Nabi serta pujian (hamdalah) kepada Allah. Ini adalah struktur doa yang dianjurkan, di mana kita memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi-Nya.
Kesimpulan: Sebuah Peta Jalan Menuju Kesempurnaan
Doa Kamilin adalah sebuah mahakarya spiritual yang merangkum esensi dari ajaran Islam dalam bentuk permohonan yang indah. Ia bukan sekadar doa rutin setelah Tarawih, melainkan sebuah panduan komprehensif bagi setiap muslim yang mendambakan kesempurnaan dalam hubungannya dengan Allah (iman yang kamil), dalam menjalankan perintah-Nya (faraidh yang ditunaikan), dalam menyikapi kehidupan (zuhud di dunia, rindu pada akhirat), dan dalam menghadapi takdir (syukur saat nikmat, sabar saat diuji).
Di bulan Ramadan yang penuh berkah, saat pintu-pintu langit terbuka dan doa-doa diijabah, mengamalkan Doa Kamilin dengan penuh penghayatan adalah kesempatan emas untuk memohon kepada Allah agar kita dibimbing menuju versi terbaik dari diri kita. Semoga dengan memahami dan meresapi setiap maknanya, kita tidak hanya melafalkannya dengan lisan, tetapi juga mampu mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita benar-benar layak digolongkan sebagai hamba-hamba-Nya yang "kamilin".