Panduan Lengkap Bacaan Tawasul Sederhana
Tawasul merupakan salah satu amalan spiritual yang sering dilakukan oleh sebagian besar umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Secara bahasa, tawasul berarti mencari perantara atau wasilah. Dalam konteks ibadah, tawasul adalah berdoa kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara, baik itu melalui Asmaul Husna, amal saleh, maupun melalui kemuliaan para nabi dan orang-orang saleh. Tujuannya adalah satu, yaitu agar doa yang dipanjatkan lebih didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. Praktik ini didasari oleh keyakinan bahwa para perantara tersebut memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah, sehingga doa yang disampaikan melalui mereka menjadi lebih berbobot.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam mengenai bacaan tawasul sederhana yang bisa diamalkan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pemahaman mendasar tentang hakikat tawasul, adab-adab yang perlu dijaga, hingga urutan bacaan yang runut dan mudah diikuti. Dengan memahami setiap bagian dari bacaan tawasul, diharapkan kita tidak hanya melafalkannya, tetapi juga meresapi makna dan hikmah di baliknya, sehingga amalan ini dapat meningkatkan kualitas spiritual dan kedekatan kita kepada Sang Pencipta.
Memahami Hakikat dan Kedudukan Tawasul
Sebelum melangkah ke bacaan praktis, sangat penting untuk memahami fondasi dari amalan tawasul. Kesalahpahaman sering kali muncul karena kurangnya pemahaman tentang esensi tawasul itu sendiri. Tawasul bukanlah meminta kepada selain Allah. Permintaan, doa, dan pengharapan hakikatnya hanya tertuju kepada Allah SWT semata. Dialah satu-satunya Tuhan yang Maha Mengabulkan Doa. Tawasul adalah sebuah 'metode' atau 'cara' berdoa yang menunjukkan kerendahan hati seorang hamba.
Seorang hamba yang bertawasul menyadari sepenuhnya bahwa dirinya penuh dengan dosa dan kekurangan. Ia merasa tidak pantas untuk langsung memohon kepada Allah yang Maha Suci. Oleh karena itu, ia mencari perantara yang ia yakini memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah. Ia seolah-olah berkata, "Ya Allah, hamba ini penuh dosa, tetapi hamba memohon kepada-Mu melalui kemuliaan Nabi-Mu yang Engkau cintai, atau melalui amal saleh yang pernah hamba lakukan murni karena-Mu. Kabulkanlah doa hamba karena berkah dari perantara ini."
Dengan demikian, fokus utama tetaplah Allah. Perantara atau wasilah hanyalah sarana untuk menunjukkan adab dan penghormatan, serta untuk 'mengetuk pintu langit' dengan cara yang lebih sopan. Ini dapat diibaratkan seperti seseorang yang ingin meminta sesuatu kepada seorang raja. Ia mungkin akan merasa lebih nyaman jika menyampaikan permohonannya melalui orang kepercayaan raja yang ia hormati. Tentu saja, analogi ini memiliki keterbatasan, namun dapat membantu memberikan gambaran tentang logika di balik tawasul.
Ada beberapa jenis tawasul yang disepakati kebolehannya oleh mayoritas ulama, di antaranya:
- Tawasul dengan Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang Indah): Membuka doa dengan menyebut nama-nama Allah yang sesuai dengan hajat yang diminta. Misalnya, memohon rezeki dengan menyebut "Yaa Razzaq," memohon ampunan dengan "Yaa Ghaffar."
- Tawasul dengan Amal Saleh: Berdoa dengan menyebutkan amal saleh yang pernah dilakukan dengan ikhlas. Contohnya seperti kisah tiga orang yang terperangkap di dalam gua yang berdoa dengan menyebutkan amal terbaik mereka masing-masing.
- Tawasul dengan Orang Saleh yang Masih Hidup: Meminta seorang ulama atau orang saleh yang kita yakini doanya mustajab untuk mendoakan kita.
- Tawasul dengan Kedudukan Nabi Muhammad SAW dan Orang-Orang Saleh: Ini adalah bentuk tawasul yang paling umum dipraktikkan, di mana seseorang berdoa kepada Allah dengan menyebut kemuliaan dan kedudukan para kekasih-Nya.
Inti dari semua ini adalah tauhid yang lurus. Selama keyakinan kita teguh bahwa hanya Allah yang memberi manfaat dan mudarat, maka tawasul menjadi sebuah jembatan spiritual yang indah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Adab dan Persiapan Sebelum Bertawasul
Sebagaimana ibadah lainnya, tawasul juga memiliki adab atau etika yang harus dijaga agar amalan ini menjadi lebih sempurna dan bernilai di sisi Allah. Adab ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan cerminan dari kesungguhan hati seorang hamba. Berikut adalah beberapa adab penting yang perlu diperhatikan:
1. Niat yang Ikhlas
Segala sesuatu bergantung pada niatnya. Luruskan niat bahwa tawasul ini dilakukan semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niatkan bahwa kita memohon kepada Allah, dan wasilah yang kita sebut adalah bentuk penghormatan dan cara kita berharap agar doa lebih diterima.
2. Suci dari Hadas
Usahakan untuk berada dalam keadaan suci, baik dari hadas kecil (dengan berwudhu) maupun hadas besar. Berwudhu sebelum berdoa adalah sunnah yang dianjurkan, karena akan memberikan ketenangan dan kesiapan spiritual yang lebih baik.
3. Memilih Waktu dan Tempat yang Tepat
Meskipun tawasul bisa dilakukan kapan saja, ada waktu-waktu tertentu yang diyakini lebih mustajab, seperti di sepertiga malam terakhir, setelah shalat fardhu, atau di antara adzan dan iqamah. Pilihlah juga tempat yang bersih dan tenang, jauh dari gangguan, agar bisa lebih fokus dan khusyuk.
4. Menghadap Kiblat
Seperti halnya berdoa pada umumnya, menghadap kiblat adalah salah satu adab yang sangat dianjurkan. Ini melambangkan kesatuan arah seluruh umat Islam dalam beribadah kepada Allah SWT.
5. Memulai dengan Pujian dan Shalawat
Jangan terburu-buru menyampaikan hajat. Mulailah rangkaian tawasul dengan memuji kebesaran Allah SWT. Ucapkan istighfar untuk membersihkan diri dari dosa, baca syahadat untuk meneguhkan tauhid, dan perbanyak shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Shalawat adalah kunci pembuka pintu rahmat dan salah satu sebab terkabulnya doa.
6. Khusyuk, Tawadhu, dan Penuh Harap
Hadirkan hati sepenuhnya saat melantunkan bacaan tawasul. Rasakan kerendahan diri di hadapan Allah Yang Maha Agung. Yakinlah seyakin-yakinnya bahwa Allah mendengar doa kita dan akan mengabulkannya dengan cara terbaik menurut-Nya. Jangan ada keraguan sedikit pun di dalam hati.
Urutan Bacaan Tawasul Sederhana (Langkah-demi-Langkah)
Berikut adalah susunan bacaan tawasul yang ringkas dan sederhana, sering diamalkan dalam berbagai majelis zikir dan tahlil, serta dapat diamalkan secara perorangan. Urutan ini disusun secara hierarkis, dimulai dari makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT.
Setiap kali selesai membaca satu bagian "Ilaa hadhrotin...", dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah sebanyak satu kali dengan niat menghadiahkan pahalanya kepada mereka yang namanya disebut.
Langkah 1: Pembukaan (Istighfar, Syahadat, Shalawat)
Mulailah dengan memohon ampunan sebagai bentuk pembersihan diri sebelum menghadap Allah.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Astaghfirullahal 'adziim. (Dibaca 3x atau lebih)
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
Lanjutkan dengan memperbarui ikrar tauhid.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah.
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."
Kemudian, bershalawat kepada Nabi sebagai pintu rahmat.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma sholli 'ala sayyidinaa Muhammad wa 'ala aali sayyidinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."
Langkah 2: Mengirim Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad SAW
Inti tawasul dimulai dengan menghadiahkan Al-Fatihah kepada sosok yang paling mulia, pemimpin para nabi dan rasul, Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ، شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Ilaa hadhrotin Nabiyyil Mushthofaa Sayyidinaa Muhammadin shollallohu 'alaihi wa sallam, wa 'alaa aalihii wa ash-haabihii wa azwaajihii wa dzurriyyatihii ajma'iin, syai-un lillaahi lahumul faatihah.
"Teruntuk hadirat Nabi yang terpilih, junjungan kita Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, istri, dan keturunannya. Sesuatu karena Allah, untuk mereka Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1x)
Langkah 3: Mengirim Al-Fatihah kepada Para Nabi, Wali, dan Ulama
Setelah kepada Nabi Muhammad, kita lanjutkan kepada para nabi terdahulu, para wali, ulama, dan syuhada yang telah berjuang menegakkan agama Allah.
ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيِّ، شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa hadhroti ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wal auliyaa-i wasy-syuhadaa-i wash-shoolihiin, wash-shohaabati wat-taabi'iin, wal 'ulamaa-il 'aamiliin, wal mushonnifiinal mukhlishiin, wa jamii'il malaa-ikatil muqorrobiin, khushuushon Sayyidina asy-Syaikh 'Abdul Qodir al-Jailani, syai-un lillaahi lahumul faatihah.
"Kemudian teruntuk hadirat saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, para sahabat dan tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang kitab yang ikhlas, dan seluruh malaikat yang dekat dengan Allah, khususnya kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Sesuatu karena Allah, untuk mereka Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1x)
Langkah 4: Mengirim Al-Fatihah kepada Para Leluhur dan Kaum Muslimin
Langkah ini bertujuan untuk mendoakan orang tua, kakek-nenek, guru-guru, serta seluruh kaum muslimin dan muslimat yang telah mendahului kita. Ini adalah bentuk bakti dan kepedulian kita kepada mereka.
ثُمَّ إِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَنَخُصُّ خُصُوْصًا إِلَى مَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ وَلِأَجْلِهِ، شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa jamii'i ahlil qubuur minal muslimiina wal muslimaat, wal mu'miniina wal mu'minaat, min masyaariqil ardhi ilaa maghooribihaa barrihaa wa bahrihaa, khushuushon ilaa aabaa-inaa wa ummahaatinaa wa ajdaadinaa wa jaddaatinaa, wa nakhushshu khushuushon ilaa manijtama'naa haahunaa bisababihii wa li-ajlihii, syai-un lillaahi lahumul faatihah.
"Kemudian kepada seluruh ahli kubur dari kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat dari timur hingga ke barat, baik di darat maupun di laut, khususnya kepada bapak-bapak dan ibu-ibu kami, kakek-kakek dan nenek-nenek kami, dan kami khususkan terkhusus untuk (sebutkan nama orang yang dituju jika ada, atau niatkan hajat kita) yang karenanya kami berkumpul di sini. Sesuatu karena Allah, untuk mereka Al-Fatihah."
(Kemudian membaca Surat Al-Fatihah 1x)
Langkah 5: Penutup dan Doa Hajat
Setelah menyelesaikan rangkaian hadiah Al-Fatihah, inilah saatnya untuk memanjatkan doa atau hajat pribadi kita kepada Allah SWT. Dengan hati yang telah disiapkan dan jiwa yang telah terhubung melalui wasilah para kekasih Allah, kita berharap doa kita menjadi lebih mustajab.
Mulailah doa dengan kembali memuji Allah dan bershalawat, kemudian sampaikanlah hajat Anda dengan bahasa yang paling Anda pahami. Ungkapkan semua keinginan, keluh kesah, dan permohonan ampunan dengan penuh kesungguhan.
Contoh doa penutup:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ وَبِسِرِّ الْفَاتِحَةِ وَبِكَرَامَةِ الْفَاتِحَةِ، وَبِحَقِّ مَنْ قَرَأْنَاهَا لَهُ، اقْضِ حَوَائِجَنَا...
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin. Hamdan yuwaafii ni'amahu wa yukaafi-u maziidah. Yaa robbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghii lijalaali wajhikal kariim wa 'adhiimi sulthoonik. Allahumma sholli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad. Allahumma bihaqqil fatihah, wa bisirril fatihah, wa bikaroomatil fatihah, wa bihaqqi man qoro'naahaa lahu, iqdhi hawaa-ijanaa...
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah, dengan hakikat Al-Fatihah, dengan rahasia Al-Fatihah, dan dengan kemuliaan Al-Fatihah, serta dengan kebenaran orang-orang yang kami hadiahkan Al-Fatihah untuknya, kabulkanlah hajat-hajat kami..."
(Sebutkan hajat atau doa pribadi Anda di sini)
Tutup doa dengan shalawat dan pujian kepada Allah.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. آمِيْن.
Wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihii wa shohbihii wa sallam, walhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. Aamiin.
"Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Amin."
Makna Spiritual di Balik Setiap Lantunan
Setiap lafaz dalam bacaan tawasul memiliki kedalaman makna yang jika direnungkan akan menambah kekhusyukan kita. Frasa "Ilaa hadhrotin" yang berarti "Kepada hadirat/kehadiran" bukanlah sekadar kata pengantar. Ia adalah sebuah pernyataan spiritual bahwa kita sedang 'menghadirkan' ruh-ruh mulia tersebut dalam kesadaran kita, memohon keberkahan dari jejak spiritual yang telah mereka tinggalkan.
Pemilihan Surat Al-Fatihah sebagai hadiah utama juga bukan tanpa alasan. Al-Fatihah adalah Ummul Qur'an atau induk dari Al-Qur'an. Di dalamnya terkandung seluruh pokok ajaran Islam: tauhid (ayat 1-4), prinsip ibadah dan permohonan (ayat 5), serta permohonan petunjuk ke jalan yang lurus (ayat 6-7). Menghadiahkan Al-Fatihah ibarat menghadiahkan intisari dari ajaran Islam, sebuah hadiah pahala yang sangat bernilai.
Ungkapan "Syai-un lillaah" yang sering disisipkan memiliki makna "Sesuatu (pahala ini) adalah karena Allah". Ini adalah penegasan kembali niat kita bahwa semua yang kita lakukan, termasuk menghadiahkan pahala bacaan, adalah murni karena Allah. Ini sekaligus menepis anggapan bahwa kita beribadah kepada selain-Nya. Semuanya berasal dari Allah, dilakukan untuk Allah, dan kembali kepada Allah.
Urutan penyebutan nama-nama mulia, dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada kaum muslimin biasa, mengajarkan kita tentang adab dan hierarki spiritual. Kita mendahulukan yang paling utama, sebagai bentuk penghormatan tertinggi. Ini juga mengajarkan kita tentang konsep sanad atau mata rantai keilmuan dan spiritualitas dalam Islam, bahwa kita adalah bagian dari sebuah untaian panjang yang terhubung hingga kepada Rasulullah SAW.
Dengan melakukan tawasul, kita sejatinya sedang menapaki jejak spiritual para pendahulu kita. Kita menyambungkan tali silaturahmi ruhani dengan mereka, memohon agar Allah melimpahkan keberkahan yang sama seperti yang telah dilimpahkan kepada mereka. Ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang menguatkan, menenangkan, dan mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam meniti jalan menuju Allah SWT.
Kesimpulan
Bacaan tawasul sederhana adalah sebuah sarana yang indah untuk memperkaya kehidupan spiritual seorang muslim. Ia bukanlah tujuan, melainkan wasilah atau jembatan untuk meraih keridhaan Allah SWT. Dengan niat yang lurus, adab yang terjaga, dan pemahaman yang benar, tawasul dapat menjadi amalan rutin yang menenangkan hati dan, atas izin Allah, mempercepat terkabulnya doa-doa kita.
Inti dari tawasul adalah kerendahan hati. Kita mengakui kelemahan diri dan mengakui kemuliaan para kekasih Allah. Kita berharap, melalui percikan kemuliaan mereka, doa kita yang kotor ini menjadi lebih pantas untuk diangkat ke hadirat Ilahi. Semoga panduan ini bermanfaat dan dapat diamalkan dengan istiqamah, membawa keberkahan bagi kita semua dalam mengarungi kehidupan di dunia dan mempersiapkan bekal untuk akhirat.