Panduan Lengkap Bacaan Sholat Idul Fitri Saat Takbir 7 Kali

Ilustrasi suasana Idul Fitri dengan masjid dan bulan sabit sebagai simbol kemenangan.

Idul Fitri adalah momen puncak kebahagiaan spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh berpuasa, menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu, tibalah hari kemenangan di mana gema takbir, tahlil, dan tahmid berkumandang membesarkan asma Allah SWT. Puncak dari perayaan ini adalah pelaksanaan Sholat Idul Fitri, sebuah ibadah komunal yang memiliki kekhasan tersendiri, terutama pada jumlah takbirnya yang lebih banyak dibandingkan sholat biasa.

Salah satu pertanyaan yang sering muncul, khususnya bagi mereka yang ingin menyempurnakan ibadahnya, adalah mengenai bacaan sholat Idul Fitri saat takbir 7 kali di rakaat pertama. Memahami bacaan ini, beserta maknanya, akan menambah kekhusyuan dan kualitas sholat kita. Artikel ini akan mengupas tuntas, secara mendalam dan komprehensif, segala hal yang berkaitan dengan tata cara Sholat Idul Fitri, dengan fokus utama pada bacaan di antara takbir-takbir tambahan tersebut.

Memahami Makna Agung dan Kedudukan Sholat Idul Fitri

Sebelum melangkah ke pembahasan teknis mengenai bacaan dan tata cara, sangat penting bagi kita untuk merenungi terlebih dahulu makna dan kedudukan Sholat Idul Fitri dalam syariat Islam. Dengan pemahaman yang mendalam, setiap gerakan dan ucapan dalam sholat akan terasa lebih bermakna dan tidak sekadar menjadi rutinitas tahunan.

Idul Fitri: Hari Kemenangan dan Kembali ke Fitrah

Secara harfiah, "Idul Fitri" berarti "kembali ke fitrah". Fitrah adalah kondisi suci, bersih dari dosa, layaknya seorang bayi yang baru dilahirkan. Bulan Ramadhan adalah madrasah (sekolah) spiritual yang bertujuan untuk menempa jiwa, membersihkan hati, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa, tarawih, tadarus Al-Qur'an, sedekah, dan amalan lainnya selama Ramadhan adalah proses pembersihan diri. Idul Fitri adalah hari wisuda, hari di mana kita merayakan keberhasilan kembali kepada kesucian jiwa. Sholat Ied adalah manifestasi rasa syukur tertinggi atas bimbingan dan ampunan yang telah Allah anugerahkan selama bulan suci.

Hukum dan Keutamaan Sholat Idul Fitri

Jumhur (mayoritas) ulama, termasuk dari mazhab Syafi'i dan Maliki, berpendapat bahwa hukum Sholat Idul Fitri adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya sejak disyariatkan hingga beliau wafat. Bahkan, beliau memerintahkan seluruh kaum muslimin, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, hingga wanita yang sedang haid (meskipun tidak ikut sholat, mereka dianjurkan hadir di lapangan untuk mendengarkan khutbah dan merasakan syiar Islam) untuk keluar menuju tempat sholat.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini sebagai syiar (simbol kebesaran) agama Islam. Ini adalah momen untuk menunjukkan persatuan, kekuatan, dan kebahagiaan umat Islam secara kolektif. Keutamaan melaksanakannya sangat besar, di antaranya adalah sebagai bentuk ketaatan, ungkapan syukur, sarana untuk saling memaafkan, dan mempererat tali silaturahmi di antara sesama muslim.

Persiapan Menuju Pelaksanaan Sholat Idul Fitri

Untuk menyambut hari yang agung ini, Islam mengajarkan beberapa amalan sunnah yang dapat kita lakukan sebelum berangkat menuju lokasi sholat. Amalan-amalan ini bukan hanya sekadar persiapan fisik, tetapi juga persiapan spiritual untuk menghadap Allah SWT dalam kondisi terbaik.

Amalan Sunnah di Pagi Hari Idul Fitri

Panduan Rinci Tata Cara Sholat Idul Fitri

Sholat Idul Fitri terdiri dari dua rakaat yang dilaksanakan secara berjamaah, diikuti dengan dua khutbah setelahnya. Yang membedakannya secara signifikan dari sholat lain adalah adanya takbir tambahan (takbir zawa-id) sebanyak tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali di rakaat kedua.

Rakaat Pertama: Fokus pada Tujuh Takbir Tambahan

Mari kita urai langkah demi langkah pelaksanaan rakaat pertama, yang menjadi inti dari pembahasan kita.

1. Niat Sholat Idul Fitri

Segala amal ibadah dimulai dengan niat. Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Lafadz niat ini dapat diucapkan lisan untuk membantu konsentrasi hati.

Niat sebagai Ma'mum (Pengikut):

أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'ataini ma'muman lillahi ta'ala.

"Aku niat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat sebagai ma'mum karena Allah Ta'ala."

Niat sebagai Imam:

أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'ataini imaman lillahi ta'ala.

"Aku niat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

2. Takbiratul Ihram

Setelah berniat, imam akan memulai sholat dengan Takbiratul Ihram (mengucapkan "Allahu Akbar") sambil mengangkat kedua tangan sejajar telinga atau bahu. Ma'mum mengikutinya. Setelah itu, tangan disedekapkan di antara dada dan pusar.

3. Membaca Doa Iftitah

Setelah Takbiratul Ihram, disunnahkan untuk membaca doa iftitah secara sirr (tidak dikeraskan), baik oleh imam maupun ma'mum. Doa iftitah yang dibaca sama seperti pada sholat fardhu biasa.

4. Melakukan Takbir Tambahan Sebanyak 7 Kali

Inilah bagian yang menjadi ciri khas Sholat Ied. Setelah membaca doa iftitah dan sebelum membaca surat Al-Fatihah, imam akan mengucapkan takbir tambahan sebanyak tujuh kali. Ma'mum pun mengikuti setiap takbir yang diucapkan oleh imam. Di setiap takbir ini, disunnahkan untuk mengangkat tangan seperti saat takbiratul ihram.

Di antara setiap takbir dari ketujuh takbir tersebut, terdapat jeda sejenak. Jeda inilah yang diisi dengan bacaan dzikir khusus. Inilah jawaban dari pertanyaan utama kita.

Bacaan Sholat Idul Fitri Saat Takbir 7 Kali: Analisis Mendalam

Setelah melakukan satu takbir tambahan, ada jeda singkat sebelum takbir berikutnya. Di sela-sela inilah disunnahkan untuk melafalkan dzikir sebagai bentuk pujian dan pengagungan kepada Allah SWT. Bacaan yang paling masyhur dan umum diamalkan oleh mayoritas kaum muslimin, khususnya di Indonesia yang mengikuti mazhab Syafi'i, adalah sebagai berikut:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar.

"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."

Bacaan ini diucapkan secara pelan (sirr) setelah takbir pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Setelah takbir ketujuh, tidak ada lagi bacaan ini; imam akan langsung melanjutkan ke bacaan ta'awudz dan surat Al-Fatihah.

Makna Filosofis di Balik Bacaan Antar Takbir

Kalimat dzikir "Subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar" dikenal sebagai Al-Baqiyatush Shalihat (amalan-amalan yang kekal lagi baik). Setiap frasanya mengandung makna tauhid yang sangat dalam dan relevan dengan semangat Idul Fitri.

Mengulang-ulang kalimat mulia ini di antara takbir-takbir Sholat Ied berfungsi untuk meresapkan makna-makna agung ini ke dalam jiwa, menjadikan sholat kita bukan hanya gerakan fisik, tetapi sebuah dialog spiritual yang mendalam dengan Sang Pencipta.

Dasar Hukum dan Pandangan Ulama

Mengenai bacaan spesifik di antara takbir tambahan ini, para ulama memiliki beberapa pandangan yang bersumber dari atsar (riwayat) para sahabat dan tabi'in. Tidak ada hadits marfu' (yang langsung bersambung kepada Nabi Muhammad SAW) yang secara eksplisit menyebutkan lafadz dzikir tersebut. Namun, praktik ini didasarkan pada riwayat yang kuat dari sahabat besar, Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.

Beliau mengajarkan bahwa di antara setiap takbir hendaknya diisi dengan pujian dan sanjungan kepada Allah SWT. Lafadz "Subhanallah, walhamdulillah..." adalah bentuk pujian dan sanjungan yang paling utama. Oleh karena itu, para ulama dari mazhab Syafi'i dan Hanbali menganjurkan bacaan ini.

Sebagian ulama lain, seperti dari mazhab Hanafi, berpendapat cukup dengan diam sejenak tanpa melafalkan bacaan tertentu. Sementara ulama mazhab Maliki berpendapat tidak ada jeda sama sekali, takbir diucapkan secara berurutan. Perbedaan ini adalah bagian dari khazanah fiqih Islam yang kaya dan menunjukkan fleksibilitas dalam amalan sunnah. Mengamalkan bacaan dzikir tersebut adalah pilihan yang paling utama (afdhal) karena mengandung pujian kepada Allah dan didasarkan pada praktik sahabat Nabi.

5. Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek

Setelah selesai melakukan tujuh takbir tambahan, imam akan membaca ta'awudz dan surat Al-Fatihah dengan suara yang dikeraskan (jahr). Ma'mum mendengarkan dengan khusyuk dan membaca Al-Fatihah sendiri secara pelan setelah imam selesai.

Setelah Al-Fatihah, disunnahkan bagi imam untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Surat yang dianjurkan untuk dibaca pada rakaat pertama adalah Surat Al-A'la (Surat ke-87) atau Surat Qaf (Surat ke-50). Namun, imam boleh membaca surat lain yang dihafalnya.

6. Ruku', I'tidal, Sujud, dan Seterusnya

Setelah selesai membaca surat, gerakan selanjutnya sama persis seperti sholat biasa: ruku' dengan tuma'ninah, i'tidal, sujud dua kali dengan tuma'ninah, dan duduk di antara dua sujud. Semua gerakan ini dilakukan dengan khusyuk sambil membaca bacaan yang sesuai.

Rakaat Kedua: Lima Takbir Tambahan dan Penyelesaian Sholat

Setelah menyelesaikan sujud kedua di rakaat pertama, bangkitlah untuk rakaat kedua dengan mengucap takbir intiqal (takbir perpindahan gerakan).

1. Melakukan Takbir Tambahan Sebanyak 5 Kali

Pada rakaat kedua, sebelum membaca Al-Fatihah, dilakukan lagi takbir tambahan, kali ini sebanyak lima kali. Sama seperti di rakaat pertama, di setiap takbir disunnahkan mengangkat tangan dan di antara takbir-takbir tersebut (setelah takbir pertama hingga keempat), kita kembali membaca dzikir yang sama:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar.

2. Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek

Setelah takbir kelima, imam melanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah secara jahr. Surat yang dianjurkan untuk dibaca setelah Al-Fatihah pada rakaat kedua adalah Surat Al-Ghasyiyah (Surat ke-88) atau Surat Al-Qamar (Surat ke-54).

3. Menyelesaikan Sholat

Gerakan selanjutnya sama seperti sholat biasa, yaitu ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, hingga duduk tasyahud akhir. Sholat diakhiri dengan salam ke kanan dan ke kiri.

Rangkaian Ibadah Setelah Sholat Idul Fitri

Selesainya sholat dua rakaat bukan berarti rangkaian ibadah Idul Fitri berakhir. Ada amalan sunnah penting yang melengkapinya, yaitu mendengarkan khutbah.

Mendengarkan Khutbah Idul Fitri

Berbeda dengan Sholat Jumat di mana khutbah dilaksanakan sebelum sholat, khutbah Idul Fitri dilaksanakan setelah sholat. Hukum mendengarkannya adalah sunnah, namun sangat dianjurkan untuk tidak langsung meninggalkan tempat sholat. Khatib akan menyampaikan dua khutbah yang berisi puji-pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi, wasiat taqwa, serta nasihat-nasihat yang relevan dengan momentum Idul Fitri, seperti pentingnya menjaga semangat Ramadhan, zakat fitrah, dan mempererat ukhuwah Islamiyah.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Berikut adalah beberapa jawaban atas pertanyaan umum yang mungkin muncul terkait pelaksanaan takbir dalam Sholat Ied.

Bagaimana jika saya lupa atau ragu jumlah takbirnya?

Takbir tambahan ini hukumnya sunnah hai'at. Artinya, jika seseorang lupa jumlahnya, baik kurang maupun lebih, atau bahkan tidak melakukannya sama sekali, sholatnya tetap sah dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Namun, tentu akan mengurangi kesempurnaan pahala sholat tersebut. Jika ragu, ambillah jumlah yang paling sedikit dan lanjutkan sholat seperti biasa.

Apakah harus mengangkat tangan pada setiap takbir tambahan?

Ya, mengangkat tangan pada setiap takbir tambahan (tujuh di rakaat pertama dan lima di rakaat kedua) adalah sunnah, sebagaimana dianjurkan dalam mazhab Syafi'i dan Hanbali. Ini meneladani praktik yang diriwayatkan dari para sahabat.

Apa hukumnya jika tidak membaca dzikir di antara takbir?

Membaca dzikir "Subhanallah, walhamdulillah..." di sela-sela takbir hukumnya juga sunnah. Jika seseorang tidak membacanya dan hanya diam sejenak, sholatnya tetap sah. Namun, ia kehilangan keutamaan dan pahala dari melafalkan kalimat-kalimat thayyibah tersebut.

Bagaimana jika saya terlambat (masbuq) dan imam sudah melakukan beberapa takbir?

Jika seorang ma'mum datang terlambat dan mendapati imam sedang melakukan takbir tambahan, ia cukup melakukan takbiratul ihram dan langsung mengikuti imam pada posisi saat itu. Ia tidak perlu mengqadha (mengganti) takbir tambahan yang telah terlewat. Ia cukup mengikuti takbir yang tersisa bersama imam. Jika ia mendapati imam sudah dalam posisi ruku', ia melakukan takbiratul ihram lalu langsung ruku' bersama imam dan ia dianggap telah mendapatkan rakaat tersebut.

Kesimpulan: Meraih Kesempurnaan Ibadah di Hari Kemenangan

Sholat Idul Fitri adalah ibadah yang sarat dengan simbol dan makna. Tujuh takbir di rakaat pertama dan lima di rakaat kedua bukan sekadar angka, melainkan sebuah ritme spiritual yang mengajak kita untuk terus mengagungkan Allah SWT. Bacaan "Subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar" yang dilantunkan di antara takbir-takbir tersebut adalah jantung dari ritme itu. Ia adalah untaian tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir yang menegaskan kembali pilar-pilar keimanan kita di hari kemenangan.

Dengan memahami setiap detail, mulai dari persiapan, niat, tata cara, hingga bacaan sholat Idul Fitri saat takbir 7 kali, kita dapat melaksanakan ibadah ini dengan lebih khusyuk, lebih bermakna, dan lebih sempurna. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan menjadikan kita kembali kepada fitrah yang suci di hari yang mulia ini.

🏠 Kembali ke Homepage