Panduan Bacaan Sholat Idul Fitri dan Tata Caranya
Idul Fitri adalah momen puncak kemenangan spiritual bagi umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan. Hari yang suci ini disambut dengan gema takbir, tahmid, dan tahlil, serta ditandai dengan pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri. Sholat ini bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT atas segala nikmat, ampunan, dan bimbingan yang telah diberikan.
Melaksanakan sholat Idul Fitri dengan benar, memahami setiap bacaan dan gerakannya, akan menambah kekhusyukan dan kesempurnaan ibadah kita. Artikel ini akan mengupas secara tuntas dan mendalam mengenai panduan lengkap bacaan sholat Idul Fitri, mulai dari hukum, waktu pelaksanaan, sunnah-sunnah sebelum sholat, hingga tata cara pelaksanaan yang rinci beserta bacaannya.
Hukum dan Waktu Pelaksanaan Sholat Idul Fitri
Sebelum melangkah ke tata cara, penting untuk memahami dasar hukum dan waktu pelaksanaan sholat Idul Fitri agar ibadah kita dilandasi oleh ilmu yang benar.
Hukum Sholat Idul Fitri
Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai hukum sholat Idul Fitri, namun mayoritas sepakat akan anjurannya yang sangat kuat. Perbedaan ini muncul dari interpretasi dalil-dalil yang ada.
- Sunnah Mu'akkadah (Sunnah yang Sangat Dianjurkan): Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari mazhab Syafi'i dan Maliki. Mereka berlandaskan pada hadis seorang Arab Badui yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kewajiban sholat. Rasulullah SAW menyebutkan sholat lima waktu, dan ketika ditanya apakah ada kewajiban lain, beliau menjawab, "Tidak, kecuali jika engkau ingin mengerjakan sholat sunnah." Karena sholat Ied tidak disebutkan sebagai kewajiban, maka hukumnya adalah sunnah yang sangat ditekankan, mendekati wajib.
- Fardhu Kifayah (Wajib Kolektif): Ini adalah pendapat dari mazhab Hanbali. Artinya, jika sebagian kaum muslimin di suatu wilayah telah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, jika tidak ada satu pun yang mengerjakannya, maka seluruh penduduk di wilayah tersebut berdosa. Pendapat ini didasarkan pada perintah Allah dalam Al-Qur'an dan konsistensi Rasulullah SAW dalam melaksanakannya.
- Wajib 'Ain (Wajib bagi Setiap Individu): Ini adalah pendapat dari mazhab Hanafi. Menurut mereka, setiap muslim yang memenuhi syarat wajib sholat Jumat juga wajib melaksanakan sholat Idul Fitri. Dasarnya adalah perintah yang tegas dalam Al-Qur'an Surah Al-Kautsar ayat 2: "Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah," yang ditafsirkan sebagai sholat Ied.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan, semua mazhab sepakat bahwa sholat Idul Fitri adalah syiar Islam yang agung dan tidak sepatutnya ditinggalkan oleh seorang muslim tanpa udzur yang syar'i.
Waktu Pelaksanaan Sholat Idul Fitri
Waktu pelaksanaan sholat Idul Fitri dimulai sejak matahari terbit setinggi tombak dan berakhir hingga tergelincirnya matahari (masuk waktu sholat Dzuhur). Waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah di pagi hari, setelah matahari terbit sepenuhnya. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi umat Islam untuk menunaikan zakat fitrah sebelum sholat dilaksanakan.
Di Indonesia, umumnya sholat Idul Fitri dilaksanakan sekitar pukul 06.30 hingga 07.30 pagi waktu setempat. Disunnahkan untuk menyegerakan sholat Idul Adha dan sedikit mengakhirkan sholat Idul Fitri.
Amalan Sunnah Sebelum Sholat Idul Fitri
Untuk menyempurnakan ibadah di hari kemenangan, terdapat beberapa amalan sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dilakukan sebelum berangkat menuju tempat sholat. Amalan-amalan ini menambah pahala dan menunjukkan kegembiraan kita dalam menyambut Idul Fitri.
- Mandi dan Membersihkan Diri: Disunnahkan untuk mandi besar pada pagi hari Idul Fitri sebelum berangkat sholat. Ini sebagai simbol pembersihan diri secara lahir dan batin, menyambut hari yang fitri (suci).
- Memakai Pakaian Terbaik dan Wewangian: Kenakanlah pakaian terbaik yang dimiliki, tidak harus baru, yang penting bersih dan suci. Bagi laki-laki, dianjurkan pula untuk memakai wangi-wangian (non-alkohol) sebagai bentuk penghormatan terhadap hari raya.
- Makan Sebelum Berangkat: Berbeda dengan Idul Adha, pada Idul Fitri kita disunnahkan untuk makan terlebih dahulu sebelum berangkat sholat. Dianjurkan makan buah kurma dalam jumlah ganjil (satu, tiga, atau lima butir). Hal ini sebagai penanda bahwa hari itu kita tidak lagi berpuasa.
- Mengumandangkan Takbir: Gema takbir adalah syiar utama hari raya. Disunnahkan untuk memperbanyak takbir sejak terbenamnya matahari di malam terakhir Ramadan hingga imam memulai sholat Ied. Takbir diucapkan di mana saja: di rumah, di jalan, di pasar, dan di masjid atau lapangan tempat sholat.
- Berjalan Kaki Menuju Tempat Sholat: Jika memungkinkan dan jaraknya tidak terlalu jauh, dianjurkan untuk berjalan kaki menuju tempat pelaksanaan sholat Ied.
- Melewati Jalan yang Berbeda Saat Pergi dan Pulang: Rasulullah SAW mencontohkan untuk mengambil rute yang berbeda antara saat berangkat dan saat pulang dari sholat Ied. Hikmahnya antara lain agar dapat bertemu dan bersilaturahmi dengan lebih banyak orang serta memperbanyak saksi (bumi yang kita lewati) di hari kiamat.
- Mengajak Seluruh Keluarga: Sholat Ied adalah momen kebersamaan. Ajaklah seluruh anggota keluarga, termasuk wanita dan anak-anak, untuk turut serta merasakan kegembiraan dan syiar Islam di hari raya, bahkan wanita yang sedang haid dianjurkan tetap datang ke lokasi untuk mendengarkan khutbah meskipun tidak ikut sholat.
Tata Cara dan Bacaan Sholat Idul Fitri Lengkap
Sholat Idul Fitri terdiri dari dua rakaat, dilaksanakan secara berjamaah, dan di dalamnya terdapat beberapa takbir tambahan (takbir zawa'id) yang membedakannya dari sholat biasa. Berikut adalah panduan langkah demi langkah beserta bacaannya.
1. Niat Sholat Idul Fitri
Segala amal ibadah dimulai dengan niat. Niat sholat Idul Fitri diucapkan dalam hati, namun melafalkannya juga diperbolehkan untuk memantapkan hati. Niat dibedakan antara menjadi imam dan menjadi makmum.
Niat sebagai Imam:
أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'atayni imāman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta'ala."
Niat sebagai Makmum:
أُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'atayni ma'mūman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
2. Rakaat Pertama
Rakaat pertama adalah bagian yang paling khas dari sholat Ied karena memiliki tujuh kali takbir tambahan setelah takbiratul ihram.
a. Takbiratul Ihram
Imam mengangkat kedua tangan sejajar telinga (atau pundak) sambil mengucapkan "Allāhu Akbar," diikuti oleh makmum. Ini adalah takbir penanda dimulainya sholat. Setelah itu, tangan disedekapkan di antara dada dan pusar.
b. Membaca Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram, disunnahkan membaca doa iftitah secara lirih (sirr). Ada beberapa versi doa iftitah, salah satu yang paling umum adalah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Allāhu akbar kabīran, walhamdu lillāhi kathīran, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā.
Artinya: "Allah Maha Besar dengan segala kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang."
c. Takbir Tambahan (Takbir Zawa'id) 7 Kali
Setelah membaca doa iftitah, imam akan memimpin takbir tambahan sebanyak tujuh kali. Setiap kali imam bertakbir, makmum mengikutinya sambil mengangkat tangan. Di antara setiap takbir, ada jeda sejenak untuk membaca zikir.
Bacaan di Antara Takbir Tambahan:
Pada jeda di antara dua takbir, disunnahkan untuk membaca zikir berikut secara lirih:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhānallāh, walhamdu lillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."
Imam akan memberikan jeda yang cukup bagi makmum untuk menyelesaikan bacaan ini sebelum melanjutkan ke takbir berikutnya.
d. Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Pendek
Setelah selesai tujuh kali takbir tambahan, imam akan membaca ta'awudz (A'ūdzu billāhi minasy-syaitānir-rajīm) secara lirih, kemudian membaca Surat Al-Fatihah yang diikuti dengan "Aamiin" oleh para makmum. Setelah Al-Fatihah, disunnahkan bagi imam untuk membaca surat yang cukup panjang dengan suara yang jelas (jahr). Sunnahnya adalah membaca Surat Al-A'la atau Surat Qaf.
Surat Al-A'la (Yang Paling Tinggi)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ (1) الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوّٰىۖ (2) وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰىۖ (3) وَالَّذِيْٓ اَخْرَجَ الْمَرْعٰىۖ (4) فَجَعَلَهٗ غُثَاۤءً اَحْوٰىۖ (5) سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسٰىٓ ۖ (6) اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّهٗ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفٰىۗ (7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرٰىۖ (8) فَذَكِّرْ اِنْ نَّفَعَتِ الذِّكْرٰىۗ (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَّخْشٰىۙ (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْاَشْقَىۙ (11) الَّذِيْ يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرٰىۚ (12) ثُمَّ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَلَا يَحْيٰىۗ (13) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ (15) بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ (16) وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ (17) اِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰىۙ (18) صُحُفِ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى ࣖ (19)
Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (1) Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, (2) yang menciptakan lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya), (3) yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, (4) dan yang menumbuhkan rerumputan, (5) lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput itu) kering kehitam-hitaman. (6) Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa, (7) kecuali jika Allah menghendaki. Sungguh, Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (8) Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan kemudahan (mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat). (9) Oleh sebab itu, berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat. (10) Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, (11) dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya, (12) (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). (13) Selanjutnya, dia di sana tidak mati dan tidak (pula) hidup. (14) Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), (15) dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia sholat. (16) Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, (17) padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (18) Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu, (19) (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa."
e. Ruku', I'tidal, dan Sujud
Setelah selesai membaca surat, gerakan selanjutnya sama seperti sholat biasa: ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua. Bacaan untuk setiap gerakan ini juga sama seperti bacaan dalam sholat fardhu.
3. Rakaat Kedua
Setelah bangkit dari sujud kedua di rakaat pertama, langsung berdiri untuk rakaat kedua. Rakaat kedua juga memiliki takbir tambahan, namun dengan jumlah yang berbeda.
a. Takbir Tambahan (Takbir Zawa'id) 5 Kali
Pada rakaat kedua, setelah takbir intiqal (takbir perpindahan dari sujud ke berdiri), imam akan memimpin takbir tambahan sebanyak lima kali. Sama seperti di rakaat pertama, setiap takbir diikuti oleh makmum dan di antara setiap takbir dianjurkan membaca zikir yang sama:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhānallāh, walhamdu lillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
b. Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Pendek
Setelah lima kali takbir, imam kembali membaca Surat Al-Fatihah, diikuti dengan "Aamiin" oleh makmum. Kemudian, disunnahkan bagi imam untuk membaca surat yang berbeda dari rakaat pertama. Jika pada rakaat pertama membaca Surat Al-A'la, maka pada rakaat kedua sunnahnya membaca Surat Al-Ghasyiyah. Jika pada rakaat pertama membaca Surat Qaf, maka sunnahnya membaca Surat Al-Qamar.
Surat Al-Ghasyiyah (Hari Pembalasan)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ (1) وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌ ۙ (2) عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ۙ (3) تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةً ۙ (4) تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍ ۗ (5) لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ (6) لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ (7) وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌ ۙ (8) لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ ۙ (9) فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ۙ (10) لَّا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةً ۗ (11) فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ ۘ (12) فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌ ۙ (13) وَّاَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌ ۙ (14) وَّنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌ ۙ (15) وَّزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌ ۗ (16) اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ (17) وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ (18) وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ (19) وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ (20) فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ (21) لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ (22) اِلَّا مَنْ تَوَلّٰى وَكَفَرَۙ (23) فَيُعَذِّبُهُ اللّٰهُ الْعَذَابَ الْاَكْبَرَۗ (24) اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْۙ (25) ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ ࣖ (26)
Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (1) Sudahkah sampai kepadamu berita tentang (hari Kiamat) yang menutupi? (2) Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina, (3) bekerja keras lagi kepayahan, (4) mereka memasuki api yang sangat panas (neraka), (5) diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas. (6) Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri, (7) yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. (8) Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, (9) merasa senang karena usahanya (sendiri), (10) (berada) dalam surga yang tinggi, (11) di sana engkau tidak mendengar perkataan yang tidak berguna. (12) Di sana ada mata air yang mengalir. (13) Di sana ada dipan-dipan yang ditinggikan, (14) dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), (15) dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, (16) dan permadani-permadani yang terhampar. (17) Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? (18) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (19) Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? (20) Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? (21) Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan. (22) Engkau bukanlah seorang yang berkuasa atas mereka. (23) Kecuali (jika) orang yang berpaling dan kafir, (24) maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang paling besar. (25) Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali, (26) kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka."
c. Ruku', Sujud, Tasyahud Akhir, dan Salam
Setelah selesai membaca surat, lanjutkan dengan ruku', i'tidal, sujud, dan seterusnya hingga duduk tasyahud akhir. Bacaan tasyahud akhir sama dengan bacaan pada sholat fardhu.
Bacaan Tasyahud Akhir:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.At-tahiyyātul mubārakātus shalawātut thayyibātu lillāh. As-salāmu 'alayka ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh. As-salāmu 'alaynā wa 'alā 'ibādillāhis shālihīn. Asyhadu an lā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muhammadar Rasūlullāh.
Allāhumma shalli 'alā sayyidinā Muhammadin wa 'alā āli sayyidinā Muhammad. Kamā shallayta 'alā sayyidinā Ibrāhīma wa 'alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Wa bārik 'alā sayyidinā Muhammadin wa 'alā āli sayyidinā Muhammad. Kamā bārakta 'alā sayyidinā Ibrāhīma wa 'alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Fil 'ālamīna innaka hamīdum majīd.Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga keselamatan tercurah atasmu wahai Nabi, beserta rahmat dan berkah-Nya. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam semesta, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Sholat diakhiri dengan mengucapkan salam ke kanan, lalu ke kiri.
Setelah Sholat: Mendengarkan Khutbah
Salah satu sunnah penting yang melengkapi sholat Idul Fitri adalah mendengarkan khutbah. Berbeda dengan sholat Jumat di mana khutbah dilakukan sebelum sholat, khutbah Idul Fitri dilaksanakan setelah sholat selesai.
Khutbah Ied terdiri dari dua bagian, dipisahkan oleh duduk sejenak oleh khatib. Dianjurkan bagi seluruh jamaah, termasuk wanita dan anak-anak, untuk tetap di tempat dan mendengarkan khutbah dengan saksama hingga selesai. Khatib biasanya akan memulai khutbah pertama dengan sembilan kali takbir dan khutbah kedua dengan tujuh kali takbir. Isi khutbah umumnya berupa puji-pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi, wasiat takwa, dan nasihat-nasihat terkait Idul Fitri, seperti pentingnya menjaga amalan pasca-Ramadan, mempererat silaturahmi, dan saling memaafkan.
Bacaan Takbir Hari Raya
Mengumandangkan takbir adalah syiar yang tidak terpisahkan dari Idul Fitri. Bacaan takbir ini disunnahkan untuk terus dilantunkan sejak malam hari raya hingga imam memulai sholat. Terdapat beberapa versi lafal takbir, yang paling umum adalah sebagai berikut:
Versi Umum:
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamd.
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah."
Versi yang Lebih Panjang:
Terdapat juga lafal takbir yang lebih panjang, sering kali ditambahkan dengan zikir dan puji-pujian lainnya, seperti:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ.
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi kathīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā. Lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa a'azza jundah, wa hazamal ahzāba wahdah. Lā ilāha illallāhu wa lā na'budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn.
Artinya: "Allah Maha Besar dengan segala kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang. Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Dia menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan bala tentara-Nya, dan mengalahkan golongan-golongan (musuh) sendirian. Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir membencinya."
Kesimpulan dan Hikmah Sholat Idul Fitri
Sholat Idul Fitri adalah puncak dari perjalanan spiritual sebulan penuh di bulan Ramadan. Ibadah ini bukan hanya serangkaian gerakan dan bacaan, tetapi sarat dengan hikmah dan makna yang mendalam. Ia adalah wujud syukur kolektif atas kemenangan melawan hawa nafsu, simbol persatuan umat Islam yang berkumpul di satu tempat untuk mengagungkan nama Allah, serta momen untuk kembali kepada fitrah (kesucian) dengan saling memaafkan dan memulai lembaran baru.
Dengan memahami setiap detail bacaan dan tata caranya, diharapkan kita dapat melaksanakan sholat Idul Fitri dengan lebih khusyuk, sempurna, dan penuh penghayatan. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita di bulan Ramadan dan menjadikan kita hamba-Nya yang kembali suci di hari yang fitri ini. Aamiin.