Panduan Lengkap Bacaan Sesudah Adzan dan Keutamaannya

Ilustrasi Doa Sesudah Adzan Ilustrasi menara masjid dan tangan berdoa sebagai simbol adzan dan doa.

Di seluruh penjuru dunia, lima kali dalam sehari, berkumandang sebuah seruan agung yang menggetarkan jiwa. Seruan itu adalah adzan, panggilan suci yang menandakan masuknya waktu shalat bagi umat Islam. Gema adzan bukan sekadar penanda waktu, melainkan sebuah undangan dari Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menunaikan ibadah, meraih ketenangan, dan menggapai kemenangan. Namun, keutamaan dan keberkahan yang terkait dengan adzan tidak berhenti saat lafadz terakhirnya selesai diucapkan. Terdapat sebuah momen emas, sebuah jeda waktu yang penuh berkah antara selesainya adzan dan dimulainya shalat, di mana pintu-pintu langit terbuka lebar dan doa-doa memiliki potensi besar untuk diijabah. Momen ini diawali dengan sebuah amalan sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu membaca doa sesudah adzan.

Amalan ini, meskipun singkat, mengandung makna yang sangat dalam dan menyimpan fadhilah yang luar biasa. Membaca doa setelah adzan adalah bentuk pengakuan kita atas kesempurnaan panggilan Allah, sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW, serta permohonan agar kita senantiasa berada dalam bimbingan-Nya. Ini adalah cara kita menyempurnakan respons kita terhadap panggilan Ilahi. Jika menjawab adzan dengan lisan adalah bukti kepatuhan kita, maka melanjutkannya dengan doa adalah wujud kerendahan hati dan harapan kita sebagai seorang hamba. Artikel ini akan mengupas secara tuntas dan mendalam mengenai bacaan sesudah adzan, mulai dari lafadznya, maknanya yang kaya, hingga keutamaan-keutamaan agung yang dijanjikan bagi siapa saja yang mengamalkannya dengan penuh keikhlasan dan keyakinan.

Memahami Adzan: Panggilan Menuju Kemenangan

Sebelum kita menyelami doa sesudah adzan, penting bagi kita untuk merenungi kembali esensi dari adzan itu sendiri. Adzan secara bahasa berarti "pemberitahuan" atau "pengumuman". Dalam terminologi syariat, adzan adalah serangkaian lafadz khusus yang disyariatkan untuk memberitahukan masuknya waktu shalat fardhu. Namun, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar alarm pengingat waktu shalat.

Setiap kalimat dalam adzan adalah sebuah deklarasi keimanan yang fundamental. Dimulai dengan takbir (Allahu Akbar), kita mengawali panggilan ini dengan mengagungkan Allah, menyatakan bahwa Allah Maha Besar, lebih besar dari segala urusan duniawi yang sedang kita kerjakan. Kemudian, diikuti dengan syahadat (Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah), kita memperbarui kesaksian kita akan keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Ini adalah pondasi dari seluruh keyakinan seorang Muslim. Seruan "Hayya 'alash shalah" (Marilah mendirikan shalat) dan "Hayya 'alal falah" (Marilah meraih kemenangan) adalah inti dari undangan tersebut. Adzan tidak hanya memanggil kita untuk shalat, tetapi memanggil kita menuju kemenangan sejati—kemenangan di dunia dengan ketenangan jiwa dan kemenangan di akhirat dengan surga-Nya. Diakhiri kembali dengan takbir dan tahlil, adzan menegaskan kembali bahwa segala tujuan dan puncak keagungan hanyalah milik Allah semata.

Ketika seruan agung ini selesai, jiwa seorang mukmin yang mendengarnya akan tergerak. Hatinya terpanggil dan ia pun bersiap untuk menghadap Sang Pencipta. Pada transisi inilah, antara selesainya panggilan dan dimulainya ibadah inti, Rasulullah SAW mengajarkan kita sebuah untaian doa yang indah untuk menyempurnakan momen spiritual tersebut.

Lafadz Doa Sesudah Adzan: Teks Arab, Latin, dan Terjemahan

Doa sesudah adzan merupakan amalan yang didasarkan pada hadits shahih dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: "Barangsiapa yang ketika mendengar adzan mengucapkan (doa berikut)... maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." (HR. Bukhari no. 614). Berikut adalah bacaan lengkap doa tersebut:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

Allahumma rabba hadzihid-da'watit-tammah, wash-shalatil-qaimah, ati muhammadanil-wasilata wal-fadhilah, wab'atshu maqamam mahmudanil-ladzi wa'adtah.

Artinya: "Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini (adzan) dan shalat yang didirikan. Berikanlah wasilah (kedudukan yang tinggi) dan fadhilah (keutamaan) kepada Nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqam mahmud (tempat yang terpuji) yang telah Engkau janjikan."

Dalam beberapa riwayat, terdapat tambahan di akhir doa yaitu "Innaka laa tukhliful mi'aad" (Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji). Tambahan ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan dinilai hasan oleh sebagian ulama. Meskipun riwayat yang paling kuat adalah yang tanpa tambahan, mengamalkannya tidak dilarang karena maknanya yang baik dan benar.

Amalan Sunnah Sebelum Membaca Doa: Menjawab Adzan dan Bershalawat

Sebelum kita membaca doa utama sesudah adzan, terdapat dua amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan, yaitu menjawab adzan saat sedang berkumandang dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW setelahnya. Rangkaian ini menjadikan amalan kita lebih lengkap dan sempurna.

1. Menjawab Panggilan Adzan

Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menjawab setiap kalimat yang diucapkan oleh muadzin. Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzin." (HR. Bukhari dan Muslim). Caranya adalah dengan mengulangi lafadz yang sama persis seperti yang diucapkan muadzin, kecuali pada dua kalimat:

Pada kedua kalimat ini, kita dianjurkan untuk menjawab dengan: "Laa haula wa laa quwwata illa billah" (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah). Jawaban ini mengandung makna pengakuan total atas kelemahan diri kita. Kita mengakui bahwa kita tidak akan mampu mendirikan shalat atau meraih kemenangan tanpa kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT. Ini adalah wujud ketundukan dan kepasrahan yang mendalam.

2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW

Setelah adzan selesai sepenuhnya, dan sebelum membaca doa utama, kita disunnahkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada hadits dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhuma, bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda: "Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan. Kemudian, bershalawatlah untukku. Karena barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya (memberi rahmat) sepuluh kali. Kemudian, mintalah kepada Allah untukku wasilah..." (HR. Muslim).

Shalawat yang bisa dibaca bisa berupa shalawat singkat seperti "Allahumma shalli 'ala Muhammad" atau shalawat yang lebih lengkap seperti shalawat Ibrahimiyah yang biasa dibaca saat tasyahud akhir dalam shalat. Dengan bershalawat, kita menunjukkan cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah SAW, sekaligus menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Rangkaian ini—menjawab adzan, bershalawat, lalu berdoa—adalah urutan yang paling sempurna dalam menyambut panggilan shalat.

Menyelami Samudra Makna dalam Doa Sesudah Adzan

Doa singkat ini bukanlah sekadar rangkaian kata tanpa makna. Setiap frasa di dalamnya mengandung permohonan yang agung dan pengakuan yang mendalam. Mari kita bedah satu per satu makna yang terkandung di dalamnya.

1. "Allahumma Rabba Hadzihid-Da'watit-Tammah" (Ya Allah, Tuhan Pemilik Panggilan yang Sempurna Ini)

Kalimat pembuka ini adalah sebuah pengakuan. Kita mengakui bahwa adzan yang baru saja kita dengar bukanlah panggilan biasa. Ia adalah "ad-da'wah at-tammah", sebuah panggilan yang sempurna. Apa makna dari kesempurnaan ini?

Dengan mengucapkan frasa ini, kita seolah-olah berkata, "Ya Allah, kami bersaksi bahwa panggilan yang baru saja kami dengar ini adalah panggilan-Mu yang Maha Sempurna, dan kami siap untuk menyambutnya."

2. "Wash-Shalatil-Qaimah" (dan Shalat yang Didirikan)

Frasa ini merupakan kelanjutan dari pengakuan sebelumnya. Kita tidak hanya mengakui kesempurnaan panggilannya (adzan), tetapi juga mengakui keagungan ibadah yang menjadi tujuan dari panggilan itu, yaitu "as-shalah al-qaimah", shalat yang akan segera ditegakkan atau didirikan. Kata "al-qaimah" (yang berdiri tegak/didirikan) memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar 'dilakukan'. Ia menyiratkan sebuah shalat yang:

Jadi, kita memohon kepada Allah, Sang Pemilik panggilan sempurna dan shalat yang akan ditegakkan dengan sempurna, untuk mengabulkan permohonan kita selanjutnya.

3. "Ati Muhammadanil-Wasilata wal-Fadhilah" (Berikanlah Wasilah dan Fadhilah kepada Nabi Muhammad)

Ini adalah inti dari permohonan dalam doa ini. Kita memohon dua hal yang sangat istimewa untuk junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Makna Al-Wasilah

Al-Wasilah secara bahasa berarti perantara atau sesuatu yang mendekatkan. Namun, dalam konteks hadits ini, Al-Wasilah adalah sebuah nama untuk suatu kedudukan atau tingkatan tertinggi di dalam surga. Rasulullah SAW sendiri yang menjelaskan maknanya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Al-Ash: "...Kemudian mintalah kepada Allah untukku Al-Wasilah. Karena ia adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba tersebut. Barangsiapa memintakan untukku Al-Wasilah, maka halal baginya syafa'atku." (HR. Muslim).

Jadi, dengan memohonkan Al-Wasilah untuk Nabi Muhammad SAW, kita sebenarnya sedang berdoa agar Allah menganugerahkan tempat paling mulia dan paling tinggi di surga untuk beliau. Ini adalah bentuk cinta dan penghormatan tertinggi kita kepada Rasulullah. Dan sebagai imbalannya, Rasulullah menjanjikan syafa'at bagi orang yang tulus memintakannya.

Makna Al-Fadhilah

Al-Fadhilah secara bahasa berarti keutamaan, kelebihan, atau kemuliaan. Dalam doa ini, kita memohon agar Allah memberikan keutamaan dan kelebihan kepada Nabi Muhammad SAW di atas seluruh makhluk lainnya. Ini adalah penegasan atas keyakinan kita bahwa beliau adalah manusia terbaik, pemimpin para nabi dan rasul, dan makhluk yang paling dicintai oleh Allah SWT. Permohonan ini mencakup kemuliaan beliau di dunia dan di akhirat.

4. "Wab'atshu Maqamam Mahmudanil-Ladzi Wa'adtah" (Dan Bangkitkanlah Beliau pada Tempat yang Terpuji yang Telah Engkau Janjikan)

Permohonan terakhir ini merujuk pada sebuah kedudukan istimewa yang akan diberikan kepada Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat. Maqam Mahmud berarti "kedudukan yang terpuji" atau "tempat yang terpuji". Para ulama tafsir sepakat bahwa kedudukan yang dimaksud adalah hak untuk memberikan syafa'at 'uzhma (syafa'at agung) pada hari kiamat.

Pada hari itu, ketika manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam keadaan yang sangat sulit dan mencekam, mereka akan mendatangi para nabi (Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa) untuk memohon agar mereka berdoa kepada Allah untuk menyegerakan hisab (perhitungan amal). Namun, semua nabi tersebut merasa tidak sanggup. Akhirnya, manusia akan datang kepada Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang kemudian akan bersujud di hadapan 'Arsy Allah, memuji-Nya dengan pujian yang belum pernah diucapkan sebelumnya, hingga Allah berfirman, "Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya akan diberi. Berilah syafa'at, niscaya syafa'atmu akan diterima."

Inilah Maqam Mahmud, sebuah kedudukan di mana seluruh makhluk, dari yang pertama hingga yang terakhir, akan memuji Nabi Muhammad SAW atas perannya sebagai perantara yang agung. Janji mengenai Maqam Mahmud ini disebutkan dalam Al-Qur'an:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

"Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra': 79)

Dengan membaca doa ini, kita ikut memohon agar janji Allah tersebut terwujud, sekaligus menunjukkan kerinduan kita akan syafa'at beliau di hari yang sangat menentukan itu.

Keutamaan Agung Mengamalkan Doa Sesudah Adzan

Mengamalkan doa ini secara rutin bukan hanya sekadar ritual. Terdapat janji dan keutamaan yang sangat besar di baliknya, yang menjadikan amalan ini begitu istimewa.

Mendapatkan Syafa'at Rasulullah SAW di Hari Kiamat

Ini adalah keutamaan terbesar dan paling utama yang disebutkan secara eksplisit dalam hadits. Seperti yang telah dikutip dari hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "...maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." Kata "berhak" (halal baginya) menunjukkan sebuah jaminan. Syafa'at adalah pertolongan atau mediasi yang diberikan oleh seseorang yang diizinkan Allah di hari kiamat kepada orang lain.

Syafa'at Nabi Muhammad SAW memiliki berbagai macam bentuk, di antaranya adalah syafa'at untuk menyegerakan hisab (Maqam Mahmud), syafa'at untuk memasukkan kaumnya ke surga tanpa hisab, syafa'at bagi pelaku dosa besar dari umatnya agar tidak masuk neraka atau dikeluarkan darinya, dan syafa'at untuk menaikkan derajat ahli surga. Mendapatkan jaminan syafa'at dari beliau adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya, sebuah harapan di tengah ketidakpastian dahsyatnya hari kiamat.

Waktu Mustajab untuk Berdoa

Waktu antara adzan dan iqamah adalah salah satu waktu terbaik untuk memanjatkan doa-doa pribadi. Doa sesudah adzan ini berfungsi sebagai pembuka gerbang untuk doa-doa selanjutnya. Rasulullah SAW bersabda, "Doa di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan An-Nasa'i, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Setelah selesai membaca doa sesudah adzan, seorang Muslim memiliki kesempatan emas untuk mengangkat tangannya dan memohon apa saja hajatnya, baik urusan dunia maupun akhirat. Meminta ampunan dosa, kelapangan rezeki, kesehatan, keturunan yang shalih, hingga husnul khatimah. Mengawali doa pribadi dengan sanjungan kepada Allah dan shalawat serta doa untuk Rasulullah (seperti yang terkandung dalam doa sesudah adzan) adalah salah satu adab berdoa yang dapat memperbesar peluang terkabulnya doa.

Menunjukkan Kecintaan kepada Rasulullah SAW

Mendoakan kebaikan untuk orang lain adalah cerminan cinta. Apalagi jika doa tersebut kita panjatkan untuk manusia paling mulia, Nabi Muhammad SAW. Dengan memohonkan Al-Wasilah, Al-Fadhilah, dan Maqam Mahmud untuk beliau, kita secara aktif menunjukkan rasa cinta, hormat, dan terima kasih kita atas segala jasa dan pengorbanan beliau dalam menyampaikan risalah Islam kepada kita. Cinta kepada Rasulullah adalah bagian tak terpisahkan dari keimanan.

Menjaga Spiritualitas dan Koneksi dengan Allah

Rangkaian amalan dari menjawab adzan hingga berdoa setelahnya membantu menjaga kesadaran spiritual seorang Muslim. Adzan yang berkumandang seolah "mencabut" kita dari kesibukan duniawi. Dengan menjawabnya, kita memberikan respons sadar. Dengan berdoa setelahnya, kita memperkuat koneksi tersebut, mengubah momen transisi menjadi momen ibadah yang penuh makna, sebelum kita masuk ke dalam ibadah shalat yang lebih agung.

Momen Emas yang Sering Terlewatkan

Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, seringkali kita mendengar adzan hanya sebagai penanda waktu. Kita mungkin berhenti sejenak dari aktivitas, namun seringkali lalai untuk mengisi jeda berharga antara adzan dan iqamah dengan amalan-amalan sunnah yang telah diajarkan. Banyak di antara kita yang langsung bersiap untuk shalat tanpa menyempatkan diri untuk bershalawat dan memanjatkan doa agung ini.

Padahal, inilah salah satu "bonus" ibadah yang Allah sediakan setiap hari, lima kali sehari. Sebuah peluang yang jika kita kalkulasikan, hanya memakan waktu kurang dari satu menit, namun ganjarannya adalah syafa'at di hari kiamat. Betapa ruginya jika kita melewatkan kesempatan semudah dan seberharga ini. Oleh karena itu, marilah kita membiasakan diri, melatih diri kita untuk senantiasa berhenti sejenak setelah adzan selesai. Menjawabnya dengan penuh penghayatan, melantunkan shalawat dengan penuh cinta, dan memanjatkan doa sesudah adzan dengan penuh harap.

Jadikanlah ini sebagai sebuah kebiasaan yang melekat dalam rutinitas ibadah harian kita. Ajarkan kepada anak-anak dan keluarga kita agar mereka juga terbiasa mengamalkannya sejak dini. Dengan demikian, gema adzan tidak hanya menjadi panggilan untuk shalat, tetapi juga menjadi pembuka pintu menuju limpahan rahmat, ampunan, dan syafa'at dari Allah SWT melalui perantaraan Rasul-Nya yang mulia.

Kesimpulannya, doa sesudah adzan adalah mutiara tersembunyi yang terletak di antara dua ibadah agung. Ia adalah jembatan yang menghubungkan panggilan Allah dengan pelaksanaan shalat. Dengan memahaminya, menghayatinya, dan mengamalkannya secara istiqamah, kita tidak hanya menjalankan sebuah sunnah, tetapi kita sedang menenun jalinan cinta dengan Rasulullah SAW dan menabung untuk sebuah pertolongan maha dahsyat di hari di mana tidak ada pertolongan lain selain pertolongan dari Allah SWT.

🏠 Kembali ke Homepage