Panduan Lengkap Dzikir Al Matsurat Pagi dan Petang

Kumpulan wirid dan doa harian yang disusun berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.

Ilustrasi Tasbih untuk Dzikir Gambar simbolis berupa untaian tasbih yang melingkar, melambangkan kegiatan berdzikir dan mengingat Allah dalam amalan Al Matsurat. Ilustrasi tasbih untuk dzikir Al Matsurat

Memahami Makna dan Pentingnya Al Matsurat

Al-Matsurat ( المأثورات ) adalah kumpulan doa dan dzikir yang disusun oleh Imam Hasan Al-Banna, seorang ulama dan cendekiawan Muslim terkemuka. Kumpulan dzikir ini tidak diciptakan begitu saja, melainkan dirangkum dari ayat-ayat suci Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah Muhammad ﷺ. Istilah "Al-Matsurat" sendiri berasal dari kata "atsar" yang berarti jejak atau peninggalan, merujuk pada amalan yang dituntunkan atau diajarkan langsung oleh Nabi ﷺ. Oleh karena itu, mengamalkan Al-Matsurat berarti kita sedang berusaha menapaki jejak spiritual Rasulullah dalam berdzikir setiap hari.

Amalan ini terbagi menjadi dua bagian utama: dzikir pagi dan dzikir petang. Dzikir pagi dianjurkan untuk dibaca setelah shalat Subuh hingga matahari terbit, atau setidaknya hingga waktu Dhuha. Sementara itu, dzikir petang dibaca setelah shalat Ashar hingga matahari terbenam, atau hingga masuk waktu Isya. Waktu-waktu ini adalah momen pergantian antara siang dan malam, saat di mana seorang hamba dianjurkan untuk memperbanyak mengingat Tuhannya sebagai bentuk syukur, permohonan perlindungan, dan penguatan spiritual untuk menjalani aktivitas atau beristirahat.

Keutamaan mengamalkan Al-Matsurat sangatlah besar. Ia bukan sekadar rangkaian kata yang diucapkan, melainkan sebuah perisai spiritual bagi seorang Muslim. Dengan merutinkannya, seorang hamba membentengi dirinya dari segala macam keburukan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, seperti gangguan jin, sihir, hasad manusia, dan marabahaya lainnya. Lebih dari itu, Al-Matsurat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan hati dari kelalaian, mendatangkan ketenangan jiwa, serta membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan dalam hidup. Setiap kalimat di dalamnya mengandung makna yang dalam, mulai dari pengagungan terhadap keesaan Allah, permohonan ampunan, hingga penyerahan diri secara total kepada Sang Pencipta. Dengan memahami dan meresapi setiap bacaannya, seorang Muslim akan merasakan kehadiran Allah dalam setiap helaan napasnya, menjadikannya pribadi yang lebih tangguh, optimis, dan selalu berada dalam naungan perlindungan-Nya.

1. Membaca Ta'awudz

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim.

Artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk."

Keutamaan dan Penjelasan

Membaca Ta'awudz adalah langkah pertama dan paling mendasar sebelum memulai segala bentuk ibadah, termasuk berdzikir dan membaca Al-Qur'an. Kalimat ini merupakan permohonan perlindungan secara total kepada Allah SWT dari segala bentuk bisikan, godaan, dan tipu daya syaitan yang terkutuk. Perintah untuk membaca Ta'awudz sebelum membaca Al-Qur'an secara eksplisit disebutkan dalam Surah An-Nahl ayat 98: "Apabila kamu membaca Al-Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk."

Syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Tujuannya adalah untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus, menumbuhkan keraguan dalam hati, menimbulkan rasa malas dalam beribadah, dan menjerumuskan ke dalam kemaksiatan. Dengan mengucapkan "A'uudzu billah," kita mengakui kelemahan diri kita dan mengakui bahwa satu-satunya kekuatan yang dapat melindungi kita dari musuh yang tak terlihat ini hanyalah Allah SWT. Ini adalah bentuk penyerahan diri dan pengakuan atas kekuasaan Allah yang mutlak. Memulai Al-Matsurat dengan Ta'awudz membersihkan niat dan hati, mempersiapkan jiwa untuk fokus berdzikir, dan membangun benteng pertama dari gangguan yang dapat merusak kekhusyukan dan keikhlasan kita.

2. Membaca Surah Al-Fatihah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Al-hamdu lillaahi rabbil-'aalamiin. Ar-rahmaanir-rahiim. Maaliki yaumid-diin. Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdinash-shiraathal-mustaqiim. Shiraathal-ladziina an'amta 'alaihim ghairil-maghdhuubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin.

Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."

Keutamaan dan Penjelasan

Surah Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan," adalah surah paling agung dalam Al-Qur'an. Ia disebut juga "Ummul Qur'an" (Ibu Al-Qur'an) karena mengandung intisari dari seluruh ajaran kitab suci. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman bahwa Dia membagi shalat (Al-Fatihah) antara Diri-Nya dan hamba-Nya. Ketika seorang hamba memuji Allah, Allah menjawab pujiannya. Ketika hamba memohon, Allah mengabulkan permohonannya. Ini menunjukkan adanya dialog langsung antara hamba dengan Tuhannya setiap kali surah ini dibaca.

Membaca Al-Fatihah dalam dzikir pagi dan petang adalah cara untuk memulai dan mengakhiri hari dengan merenungkan pilar-pilar utama keimanan: tauhid (mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan), pengagungan (memuji sifat-sifat-Nya yang mulia), ibadah (menegaskan penyembahan hanya kepada-Nya), tawakal (memohon pertolongan hanya dari-Nya), dan permohonan hidayah (meminta untuk senantiasa dibimbing di jalan yang benar). Surah ini juga merupakan ruqyah atau doa penyembuhan yang paling utama. Dengan membacanya, kita memohon agar Allah membukakan pintu kebaikan, petunjuk, dan perlindungan sepanjang hari atau malam yang akan kita jalani.

3. Membaca Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255)

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ.

Allaahu laa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, man dzal-ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardh, wa laa ya'uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'azhiim.

Artinya: "Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung."

Keutamaan dan Penjelasan

Ayat Kursi adalah ayat yang paling mulia di dalam Al-Qur'an. Keagungannya terletak pada kandungan isinya yang secara komprehensif menjelaskan tentang keesaan, kekuasaan, ilmu, dan kebesaran Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa saja yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian. Ini menunjukkan betapa besarnya pahala dan keutamaan ayat ini.

Dalam konteks dzikir pagi dan petang, Ayat Kursi berfungsi sebagai benteng pertahanan yang sangat kuat. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa barangsiapa membacanya di pagi hari, ia akan dilindungi dari (gangguan) jin hingga petang hari. Dan barangsiapa membacanya di petang hari, ia akan dilindungi hingga pagi hari. Dengan merenungkan maknanya, kita diingatkan bahwa tidak ada kekuatan yang bisa menandingi kekuatan Allah. Dia tidak pernah lalai, tidak pernah tidur, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Kesadaran ini menanamkan rasa aman dan tawakal yang mendalam di dalam hati seorang mukmin, menghilangkan rasa takut terhadap makhluk dan menguatkan ketergantungan hanya kepada Sang Khaliq.

4. Membaca Tiga Surah Pelindung (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)

Dibaca 3 Kali

Surah Al-Ikhlas

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ. اَللّٰهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Qul huwallaahu ahad. Allaahush-shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.

Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"

Surah Al-Falaq

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Qul a'uudzu birabbil-falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin-naffaatsaati fil-'uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.

Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.'"

Surah An-Nas

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. اِلٰهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِ. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Qul a'uudzu birabbin-naas. Malikin-naas. Ilaahin-naas. Min syarril-waswaasil-khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas. Minal-jinnati wan-naas.

Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.'"

Keutamaan dan Penjelasan

Ketiga surah ini, yang dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat (surah-surah perlindungan), memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Rasulullah ﷺ bersabda, "Bacalah Qul Huwallahu Ahad (Al-Ikhlas) dan Al-Mu'awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) di waktu pagi dan petang sebanyak tiga kali, maka itu mencukupimu dari segala sesuatu." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Kata "mencukupimu" di sini memiliki makna yang sangat luas: cukup sebagai pelindung dari segala keburukan, cukup sebagai sebab turunnya rahmat, dan cukup sebagai amalan untuk meraih pahala yang besar.

Surah Al-Ikhlas adalah penegasan murni tentang tauhid. Membacanya setara dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Dengan membacanya berulang kali, kita mengokohkan fondasi keimanan kita kepada Allah Yang Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Surah Al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari kejahatan eksternal. Kita memohon perlindungan kepada Tuhan Penguasa Fajar dari segala keburukan makhluk-Nya secara umum, kemudian secara spesifik dari kejahatan malam yang gelap, kejahatan sihir, dan kejahatan orang yang hasad atau dengki. Ini mencakup perlindungan dari bahaya fisik dan non-fisik yang datang dari luar diri kita.

Surah An-Nas adalah permohonan perlindungan dari kejahatan internal, yaitu bisikan syaitan. Syaitan adalah musuh yang membisikkan keraguan, was-was, dan keinginan buruk ke dalam dada manusia. Dengan berlindung kepada Tuhan, Raja, dan Sembahan manusia, kita memohon kekuatan untuk melawan musuh tersembunyi ini. Kombinasi ketiganya memberikan perlindungan yang komprehensif, baik dari dalam maupun dari luar, menjadikan seorang hamba berada dalam penjagaan Allah yang sempurna.

5. Dzikir Pagi dan Petang: Penyerahan Diri

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ.

Ash-bahnaa wa ash-bahal mulku lillaah, wal-hamdu lillaah, laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir. Rabbi as'aluka khaira maa fii haadzal-yaumi wa khaira maa ba'dah, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzal-yaumi wa syarri maa ba'dah. Rabbi a'uudzu bika minal-kasali wa suu'il-kibar. Rabbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin-naari wa 'adzaabin fil-qabr.

Artinya: "Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur."

Catatan: Untuk dzikir petang, kalimat أَصْبَحْنَا (ash-bahnaa) diganti menjadi أَمْسَيْنَا (am-sainaa) dan هَذَا الْيَوْمِ (haadzal-yaumi) diganti menjadi هَذِهِ اللَّيْلَةِ (haadzihil-lailati), sehingga menjadi: "Am-sainaa wa am-sal mulku lillaah...".

Keutamaan dan Penjelasan

Doa ini adalah sebuah paket permohonan yang sangat lengkap untuk memulai hari atau malam. Ia diawali dengan sebuah deklarasi tauhid dan pengakuan total bahwa segala kekuasaan di alam semesta ini hanyalah milik Allah. Ini menanamkan kesadaran bahwa kita, sebagai hamba, tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas izin-Nya. Setelah pengagungan, kita langsung memanjatkan permohonan yang paling esensial: meminta seluruh kebaikan yang ada pada hari itu (atau malam itu) dan hari-hari sesudahnya, serta memohon perlindungan dari seluruh keburukannya.

Permohonan ini mencakup segala aspek kehidupan, baik urusan duniawi maupun ukhrawi. Selanjutnya, doa ini secara spesifik meminta perlindungan dari dua hal yang sering merusak kualitas hidup dan ibadah seseorang: kemalasan (al-kasal) dan keburukan masa tua (suu'il-kibar), seperti pikun, lemah fisik, dan menjadi beban bagi orang lain. Puncaknya, kita memohon perlindungan dari azab yang paling menakutkan, yaitu siksa neraka dan siksa kubur. Membaca doa ini di pagi dan petang adalah wujud penyerahan diri secara total kepada Allah, memohon bimbingan, kekuatan, dan perlindungan-Nya dalam setiap langkah kita, dari dunia hingga akhirat.

6. Dzikir Tauhid dan Penyerahan Hidup Mati

اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ.

Allaahumma bika ash-bahnaa, wa bika am-sainaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikan-nusyuur.

Artinya: "Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk)."

Catatan: Untuk dzikir petang, lafaznya sedikit berubah menjadi: اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ (Allaahumma bika am-sainaa, wa bika ash-bahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikal-mashiir) yang artinya "dan kepada-Mu tempat kembali."

Keutamaan dan Penjelasan

Dzikir ini adalah bentuk pengakuan paling murni dari seorang hamba tentang ketergantungannya kepada Allah SWT. Setiap frasa "bika" (dengan-Mu) menekankan bahwa tidak ada satu pun peristiwa dalam hidup kita—bangun di pagi hari, bertemu petang, menjalani kehidupan, hingga menghadapi kematian—yang terjadi di luar kuasa dan kehendak Allah. Ini adalah penegasan kembali syahadat dalam bentuk praktis, bahwa hidup dan mati kita sepenuhnya berada dalam genggaman-Nya.

Dengan mengucapkannya setiap pagi, kita menyerahkan seluruh agenda dan aktivitas hari itu kepada Allah. Kita mengakui bahwa kita bisa beraktivitas karena Allah yang menghidupkan kita. Kalimat penutup "wa ilaikan-nusyuur" (dan kepada-Mu lah kebangkitan) mengingatkan kita akan hari akhir, bahwa tujuan akhir dari kehidupan ini adalah kembali kepada-Nya. Ini menanamkan kesadaran akan akuntabilitas dan mendorong kita untuk mengisi hari dengan amalan yang diridhai-Nya. Begitu pula saat petang, kalimat "wa ilaikal-mashiir" (dan kepada-Mu lah tempat kembali) mengingatkan kita bahwa setelah lelahnya aktivitas, tempat kembali dan istirahat sejati hanyalah bersama Allah. Dzikir ini membangun kerangka berpikir seorang mukmin yang selalu menyandarkan segala urusannya kepada Allah dan selalu sadar akan tujuan akhir kehidupannya.

7. Sayyidul Istighfar: Raja Permohonan Ampun

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ.

Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu'u laka bini'matika 'alayya, wa abuu'u bidzanbii faghfir lii fa innahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta.

Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu dan janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa selain Engkau."

Keutamaan dan Penjelasan

Doa ini disebut sebagai "Sayyidul Istighfar" atau "Raja dari segala permohonan ampunan" oleh Rasulullah ﷺ. Keutamaannya luar biasa. Nabi ﷺ bersabda, "Barangsiapa mengucapkannya di siang hari dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal pada hari itu sebelum petang, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya di malam hari dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga." (HR. Bukhari).

Keagungan doa ini terletak pada kelengkapan unsur-unsurnya. Ia dimulai dengan pengakuan tauhid rububiyah dan uluhiyah (Engkau Tuhanku, tiada ilah selain Engkau). Kemudian dilanjutkan dengan pengakuan status kehambaan (aku hamba-Mu), komitmen untuk taat (aku di atas janji-Mu), pengakuan atas kelemahan diri (semampuku), permohonan perlindungan dari dampak buruk perbuatan dosa, pengakuan atas limpahan nikmat Allah, dan yang terpenting, pengakuan tulus atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Ini adalah bentuk kerendahan hati yang paripurna di hadapan Allah. Dengan membacanya setiap pagi dan petang, kita membersihkan diri dari dosa-dosa yang mungkin kita lakukan tanpa sadar, memperbarui komitmen kita kepada Allah, dan menempatkan diri kita dalam golongan orang-orang yang, jika takdir kematian menjemput, dijamin masuk ke dalam surga-Nya.

8. Dzikir Perlindungan Diri, Agama, Keluarga, dan Harta

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ.

Allaahumma innii as'alukal-'afwa wal-'aafiyah fid-dunyaa wal-aakhirah. Allaahumma innii as'alukal-'afwa wal-'aafiyah fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allaahummastur 'auraatii wa aamin rau'aatii. Allaahummah-fazhnii min baini yadayya wa min khalfii wa 'an yamiinii wa 'an syimaalii wa min fauqii, wa a'uudzu bi'azhamatika an ughtaala min tahtii.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aib-aibku dan tenangkanlah rasa takutku. Ya Allah, peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku, dan dari atasku. Dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari terperosok dari bawahku."

Keutamaan dan Penjelasan

Ini adalah doa permohonan perlindungan yang sangat komprehensif. Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan doa ini baik di pagi maupun petang hari. Doa ini mengandung dua permohonan utama: al-'afwu (ampunan atas dosa) dan al-'aafiyah (keselamatan). Keselamatan yang diminta di sini mencakup segala hal: keselamatan di dunia dari segala musibah, penyakit, dan fitnah, serta keselamatan di akhirat dari siksa api neraka. Permohonan ini tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk empat pilar terpenting dalam hidup seorang mukmin: agama (keselamatan dari kesesatan), dunia (keselamatan dalam urusan rezeki dan sosial), keluarga (keselamatan bagi orang-orang yang dicintai), dan harta (keselamatan dari kerugian dan yang haram).

Selanjutnya, doa ini memohon perlindungan fisik dan psikologis. "Tutupilah aib-aibku" berarti memohon agar Allah menjaga kehormatan kita. "Tenangkanlah rasa takutku" adalah permohonan ketenangan jiwa. Puncaknya adalah permohonan perlindungan total dari enam arah: depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah. Ini melambangkan penjagaan sempurna dari segala jenis bahaya yang mungkin datang dari arah manapun, baik yang terlihat maupun tidak. Ini adalah doa penyerahan total akan keamanan diri kepada Allah, Sang Penjaga yang Sejati.

9. Dzikir Syukur Atas Nikmat

Dibaca 1 Kali

اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ.

Allaahumma maa ash-baha bii min ni'matin au bi ahadin min khalqika fa minka wahdaka laa syariika lak, falakal-hamdu wa lakasy-syukr.

Artinya: "Ya Allah, nikmat apapun yang aku terima di pagi ini atau yang diterima oleh salah seorang dari makhluk-Mu, maka itu semua datangnya dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Maka bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu segala syukur."

Catatan: Untuk dzikir petang, lafaz أَصْبَحَ (ash-baha) diganti menjadi أَمْسَى (am-saa).

Keutamaan dan Penjelasan

Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa ketika pagi mengucapkan doa ini, maka ia telah menunaikan syukurnya pada hari itu. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada waktu petang, maka ia telah menunaikan syukurnya pada malam itu." (HR. Abu Daud). Dzikir ini adalah esensi dari rasa syukur. Ia mengajarkan kita untuk mengakui bahwa setiap nikmat, sekecil apapun itu—mulai dari detak jantung, hembusan napas, kesehatan, hingga rezeki—semuanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.

Pengakuan ini menyingkirkan kesombongan dan perasaan berjasa dari dalam diri. Kita sadar bahwa semua yang kita miliki bukanlah murni hasil usaha kita, melainkan anugerah dari-Nya. Dengan mengucapkannya, kita memulai hari dengan hati yang penuh syukur, yang akan menarik lebih banyak lagi nikmat dari Allah, sebagaimana janji-Nya dalam Al-Qur'an, "Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat-Ku) untukmu." Sikap syukur ini juga akan membuat hati menjadi lebih lapang, lebih positif dalam memandang kehidupan, dan lebih mudah merasa cukup dan bahagia.

10. Dzikir Ridha Kepada Allah, Islam, dan Nabi Muhammad ﷺ

Dibaca 3 Kali

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا.

Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil-islaami diinaa, wa bi muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama nabiyyaa.

Artinya: "Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad ﷺ sebagai Nabiku."

Keutamaan dan Penjelasan

Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa mengucapkan (dzikir ini) sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka hak Allah untuk meridhainya pada hari kiamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi). Ini adalah janji yang sangat agung. Keridhaan Allah adalah puncak dari segala pencapaian seorang hamba. Mendapatkan ridha-Nya berarti mendapatkan ampunan, rahmat, dan surga-Nya.

Dzikir ini merupakan deklarasi tiga pilar utama akidah seorang Muslim. Pertama, ridha kepada Allah sebagai Rabb, artinya kita menerima segala takdir-Nya, baik maupun buruk, dengan lapang dada. Kita yakin bahwa setiap ketetapan-Nya mengandung hikmah dan kebaikan. Kedua, ridha kepada Islam sebagai Diin, artinya kita menerima seluruh ajaran dan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) tanpa keraguan, dan menjadikannya sebagai satu-satunya panduan hidup. Ketiga, ridha kepada Muhammad ﷺ sebagai Nabi, artinya kita menerima beliau sebagai utusan Allah, mencintainya, meneladani sunnahnya, dan mengikuti ajarannya. Mengucapkan ikrar ini setiap hari akan menguatkan identitas keislaman kita, menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melapangkan hati dalam menjalani kehidupan sesuai tuntunan syariat.

11. Dzikir Perlindungan dari Segala Bahaya

Dibaca 3 Kali

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Bismillaahil-ladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un fil-ardhi wa laa fis-samaa'i wa huwas-samii'ul-'aliim.

Artinya: "Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan di langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Keutamaan dan Penjelasan

Ini adalah salah satu doa perlindungan yang paling kuat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidaklah seorang hamba membaca doa ini di pagi hari tiga kali dan di petang hari tiga kali, lalu ia akan ditimpa bahaya." (HR. Tirmidzi dan Abu Daud). Janji perlindungan dalam hadits ini bersifat mutlak. Dengan menyebut nama Allah, kita meyakini bahwa tidak ada satu pun makhluk di langit maupun di bumi yang dapat mendatangkan mudharat atau bahaya tanpa izin-Nya.

Kekuatan doa ini terletak pada keyakinan penuh kepada Asma Allah. Ketika kita memulai sesuatu "dengan nama Allah", kita sedang memohon pertolongan dan penjagaan dari Pemilik segala kekuatan. Racun, binatang buas, musuh, penyakit, dan segala marabahaya tunduk di bawah kekuasaan-Nya. Penutup doa "wa huwas-samii'ul-'aliim" (dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) semakin menguatkan keyakinan kita. Dia Maha Mendengar doa kita dan Maha Mengetahui segala potensi bahaya yang mengancam kita, bahkan sebelum bahaya itu datang. Merutinkan dzikir ini akan menumbuhkan ketenangan dan rasa aman yang luar biasa, membebaskan hati dari kekhawatiran yang berlebihan terhadap urusan dunia.

12. Tasbih dan Tahmid: Puncak Pujian

Dibaca 100 Kali

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ.

Subhaanallaahi wa bihamdih.

Artinya: "Maha Suci Allah, aku memuji-Nya."

Keutamaan dan Penjelasan

Kalimat ini, meskipun singkat, memiliki bobot yang sangat besar di sisi Allah. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan 'Subhanallahi wa bihamdihi' di pagi dan petang hari sebanyak 100 kali, maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan yang lebih baik darinya, kecuali orang yang mengucapkan seperti itu atau lebih banyak." (HR. Muslim).

Hadits lain menyebutkan bahwa membaca kalimat ini seratus kali dalam sehari akan menghapuskan dosa-dosa seseorang, sekalipun sebanyak buih di lautan. "Subhanallah" adalah bentuk tasbih, yaitu menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan, aib, dan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. "Wa bihamdihi" adalah bentuk tahmid, yaitu memuji Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Menggabungkan keduanya adalah bentuk pujian yang paling sempurna. Merutinkan dzikir ini adalah cara yang mudah untuk mengumpulkan pahala yang melimpah, membersihkan catatan amal dari dosa-dosa kecil, dan memberatkan timbangan kebaikan di hari kiamat. Ini adalah investasi akhirat yang sangat menguntungkan dengan usaha yang sangat ringan.

13. Tahlil: Penegasan Tauhid dan Keagungan-Nya

Dibaca 10 Kali atau 100 kali

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir.

Artinya: "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Keutamaan dan Penjelasan

Ini adalah kalimat tauhid, inti dari ajaran Islam. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai dzikir yang paling utama. Keutamaannya sangat banyak, di antaranya: "Barangsiapa mengucapkannya 10 kali di pagi hari, maka akan dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 keburukan, ia mendapatkan pahala seperti memerdekakan seorang budak, dan ia akan dilindungi dari syaitan pada hari itu hingga petang." (HR. An-Nasa'i). Dalam riwayat lain, jika dibaca 100 kali sehari, pahalanya setara dengan memerdekakan sepuluh budak, dicatat seratus kebaikan, dihapus seratus kesalahan, dan menjadi pelindung dari syaitan.

Membaca kalimat ini berulang-ulang akan menancapkan pilar tauhid di dalam hati. Ia mengingatkan kita bahwa hanya Allah lah satu-satunya penguasa, pemilik segala puji, dan sumber segala kekuatan. Kesadaran ini membebaskan jiwa dari penghambaan kepada selain Allah, baik itu kepada materi, jabatan, maupun makhluk lainnya. Ia memberikan kekuatan mental, keberanian, dan ketenangan karena kita tahu bahwa kita bersandar kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ini adalah dzikir yang menguatkan iman, menghapus dosa, dan memberikan perlindungan sempurna.

14. Doa Memohon Ilmu, Rezeki, dan Amal yang Diterima

(Khusus Dibaca Pagi Hari)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.

Allaahumma innii as'aluka 'ilman naafi'an, wa rizqan thayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan.

Artinya: "Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima."

Keutamaan dan Penjelasan

Doa ini secara khusus dibaca oleh Rasulullah ﷺ setiap selesai shalat Subuh. Ia mencakup tiga pilar utama kesuksesan seorang Muslim dalam kehidupannya sehari-hari. Pertama, ilmu yang bermanfaat ('ilman naafi'an). Bukan sekadar ilmu, tetapi ilmu yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain, ilmu yang mendekatkan kepada Allah, dan ilmu yang diamalkan. Kedua, rezeki yang baik (rizqan thayyiban). Bukan sekadar rezeki yang banyak, tetapi rezeki yang halal, berkah, dan diperoleh dengan cara yang diridhai Allah. Rezeki yang baik akan menenangkan jiwa dan menjadi sumber energi untuk beribadah. Ketiga, amal yang diterima ('amalan mutaqabbalan). Ini adalah puncak dari segala usaha. Seorang hamba tidak hanya beramal, tetapi ia juga memohon agar amalnya, baik ibadah maupun aktivitas duniawinya, diterima di sisi Allah SWT.

Memulai pagi dengan doa ini adalah seperti menetapkan tujuan (goals) yang paling mulia untuk hari itu. Kita memohon kepada Allah agar setiap detik yang kita lalui diisi dengan menuntut ilmu yang bermanfaat, mencari rezeki yang halal, dan melakukan perbuatan yang diterima sebagai ibadah. Ini adalah doa yang mengubah seluruh aktivitas harian kita, dari bekerja hingga belajar, menjadi rangkaian ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah.

15. Istighfar dan Taubat

Dibaca 100 Kali

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.

Astaghfirullaaha wa atuubu ilaih.

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya."

Keutamaan dan Penjelasan

Rasulullah ﷺ, manusia yang ma'shum (terjaga dari dosa), beristighfar lebih dari seratus kali dalam sehari. Ini mengajarkan kita, yang senantiasa berbuat salah dan dosa, untuk lebih giat lagi dalam memohon ampunan. Istighfar bukan hanya untuk menghapus dosa, tetapi juga memiliki banyak keutamaan duniawi. Dalam Al-Qur'an (Surah Nuh: 10-12), disebutkan bahwa istighfar dapat menjadi sebab turunnya hujan (rahmat), dilapangkannya harta dan keturunan, serta diberikannya kebun-kebun dan sungai-sungai (kemakmuran).

Rasulullah ﷺ juga bersabda, "Barangsiapa yang melazimkan (merutinkan) istighfar, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan, dan solusi dari setiap kesedihan, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Abu Daud). Merutinkan istighfar di pagi dan petang hari adalah cara untuk membersihkan hati dari noda-noda dosa, melapangkan dada dari kegelisahan, dan membuka pintu-pintu rezeki serta pertolongan Allah dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan.

🏠 Kembali ke Homepage