Gambar 1: Representasi visual ayam kampung unggul, simbol produktivitas peternakan modern.
Sektor peternakan ayam di Indonesia memiliki peran krusial dalam ketahanan pangan dan ekonomi nasional. Dalam beberapa dekade terakhir, fokus utama telah bergeser dari ayam ras komersial menuju kebangkitan ayam kampung. Namun, bukan sekadar ayam kampung biasa, melainkan jenis ayam kampung unggul yang telah melalui proses seleksi genetik intensif untuk meningkatkan produktivitas, baik dari segi pertumbuhan daging maupun produksi telur.
Ayam kampung unggul (AKU) menawarkan solusi yang menjembatani keunggulan rasa dan tekstur daging lokal yang otentik dengan efisiensi pakan dan kecepatan tumbuh yang mendekati ayam ras. Keunggulan ini membuat budidaya AKU menjadi investasi yang sangat menjanjikan, terutama bagi peternak skala kecil hingga menengah yang ingin memaksimalkan margin keuntungan dengan modal yang relatif terjangkau.
Keberhasilan budidaya sangat bergantung pada pemahaman mendalam mengenai keunggulan genetik dan adaptabilitas varietas ini. Ayam kampung unggul umumnya memiliki beberapa karakteristik superior dibandingkan ayam kampung lokal (buras) tradisional. Adaptabilitasnya terhadap lingkungan tropis, daya tahan terhadap penyakit, dan permintaan pasar yang stabil menjadikannya pilihan utama.
Secara ekonomi, daging dan telur ayam kampung unggul sering kali dijual dengan harga premium dibandingkan produk ayam ras. Konsumen menghargai kualitas dagingnya yang padat, rendah lemak, serta cita rasa yang khas, menjamin segmen pasar yang loyal dan stabil. Selain itu, masa panen yang lebih singkat dibandingkan ayam kampung tradisional juga sangat meningkatkan rotasi modal peternak.
Meskipun memiliki potensi besar, budidaya AKU tetap menghadapi tantangan, terutama terkait manajemen nutrisi yang tepat, pencegahan penyakit, dan standarisasi kualitas produk. Pengelolaan yang salah dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan kerugian finansial. Oleh karena itu, peternak harus mengadopsi sistem manajemen modern (intensif atau semi-intensif) yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Panduan ini dirancang untuk memberikan kerangka kerja komprehensif untuk mengatasi tantangan tersebut dan mencapai kesuksesan maksimal.
Langkah pertama dan paling kritis dalam budidaya adalah pemilihan varietas ayam kampung unggul yang sesuai dengan tujuan bisnis Anda (daging, telur, atau dwiguna). Indonesia kaya akan plasma nutfah, namun beberapa strain telah dikembangkan secara spesifik untuk meningkatkan performa komersial.
Varietas unggul adalah hasil persilangan selektif atau perbaikan genetik yang fokus pada peningkatan laju pertumbuhan (ADG), rasio konversi pakan (FCR), dan daya tahan. Pemilihan strain harus disesuaikan dengan infrastruktur kandang dan target pasar.
Ayam KUB dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Keunggulan utamanya adalah kemampuan bertelur yang tinggi, jauh melampaui ayam kampung lokal, mencapai 160-180 butir per ekor per tahun. KUB juga memiliki sifat mengeram yang rendah (hanya sekitar 10%), memungkinkan produksi telur yang lebih konsisten. Karakteristik ini sangat menguntungkan bagi peternak yang berfokus pada produksi DOC (Day Old Chick) atau telur konsumsi.
Meskipun unggul dalam telur, ayam KUB tetap memiliki pertumbuhan daging yang memuaskan, seringkali mencapai bobot potong ideal (sekitar 1 kg) dalam waktu 60-70 hari, yang merupakan percepatan signifikan dibandingkan ayam kampung tradisional yang memerlukan waktu hingga 4-5 bulan.
Ayam Sentul berasal dari Ciamis, Jawa Barat. Setelah melalui proses seleksi intensif, lahirlah Sensi-1. Ayam ini dikenal karena adaptabilitasnya yang sangat tinggi terhadap cuaca ekstrem dan ketahanan penyakit yang prima. Sentul Seleksi menjadi pilihan ideal bagi peternak di daerah dengan fluktuasi iklim yang tinggi atau minimnya akses terhadap obat-obatan kimia yang kompleks. Dagingnya memiliki tekstur yang sangat disukai pasar tradisional.
Ayam Joper bukanlah strain murni, melainkan hasil persilangan antara ayam petelur (seperti Lohmann Brown) dengan ayam kampung jantan. Tujuan persilangan ini adalah mendapatkan kecepatan pertumbuhan yang ekstrem (mendekati broiler) namun dengan penampilan, tekstur, dan rasa daging ayam kampung. Joper seringkali mencapai bobot potong dalam 50-60 hari, menjadikannya pilihan agresif untuk pasar daging cepat saji atau rumah makan yang memerlukan pasokan stabil.
Kualitas DOC (Day Old Chick) adalah pondasi utama keberhasilan. DOC yang buruk akan sulit mencapai target bobot dan rentan terhadap penyakit. Peternak harus memastikan DOC yang dibeli berasal dari penetasan terpercaya yang memiliki program biosekuriti yang ketat.
Proses seleksi ini memerlukan mata yang jeli dan komitmen terhadap kualitas. Investasi pada DOC yang berkualitas tinggi akan menghasilkan FCR yang efisien dan tingkat mortalitas yang rendah selama masa pemeliharaan, yang pada akhirnya akan sangat menentukan profitabilitas budidaya ayam kampung unggul.
Sistem pemeliharaan intensif adalah kunci untuk mengoptimalkan potensi genetik ayam kampung unggul. Manajemen ini meliputi persiapan kandang yang higienis, penataan lingkungan yang nyaman (brooding), serta program nutrisi yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan ayam.
Kandang harus memenuhi tiga fungsi utama: melindungi ayam dari predator dan cuaca ekstrem, memfasilitasi manajemen kebersihan (biosekuriti), dan memberikan ventilasi yang memadai. Untuk AKU, sistem kandang postal (lantai litter) atau kandang panggung (berkoloni) dapat digunakan, tergantung skala dan modal awal.
Gambar 2: Desain kandang panggung yang meminimalkan kontak ayam dengan kotoran dan menjaga sirkulasi udara optimal.
Fase brooding adalah periode paling rentan. Suhu ideal harus dijaga antara 32°C hingga 34°C pada hari pertama, dan diturunkan secara bertahap hingga mencapai suhu lingkungan normal. Kepadatan brooding tidak boleh melebihi 50 ekor per meter persegi. Sumber pemanas (indukan buatan) harus stabil, dan ventilasi harus diatur agar udara segar tetap masuk tanpa menyebabkan aliran angin kencang.
Kepadatan yang berlebihan adalah penyebab utama stres, kanibalisme, dan penyebaran penyakit. Untuk ayam kampung unggul pedaging, kepadatan ideal pada fase pembesaran (di atas 4 minggu) adalah 6-8 ekor per meter persegi. Untuk kandang bertelur, idealnya 4-5 ekor per meter persegi, tergantung sistem yang digunakan (baterai atau koloni).
Nutrisi harus diprioritaskan untuk memaksimalkan potensi genetik AKU. Berbeda dengan ayam kampung biasa, AKU membutuhkan asupan protein dan energi yang lebih tinggi pada fase awal untuk mendukung pertumbuhan cepat.
Pada fase ini, fokusnya adalah pembentukan kerangka, otot, dan organ vital. Pakan harus mengandung Protein Kasar (PK) minimal 20-23% dengan Energi Metabolisme (EM) sekitar 2900-3100 Kkal/kg. Pakan harus berbentuk crumble atau mesh halus agar mudah dicerna. Suplemen vitamin B kompleks dan asam amino (Lysine, Methionine) sangat penting untuk memacu pertumbuhan awal.
Kebutuhan protein mulai menurun, digantikan oleh peningkatan kebutuhan energi untuk pembentukan massa otot. PK ideal adalah 18-20% dengan EM 2850-2950 Kkal/kg. Transisi pakan harus dilakukan secara bertahap (mixing 50:50 selama 3 hari) untuk menghindari gangguan pencernaan.
Mengingat harga pakan komersial yang tinggi, peternak AKU disarankan untuk memanfaatkan bahan pakan lokal seperti maggot BSF (kadar protein tinggi), tepung ikan non-komersial, atau limbah pertanian yang telah difermentasi. Namun, formulasi pakan alternatif harus tetap dihitung secara cermat agar nutrisi esensial tidak terlewatkan. Integrasi maggot BSF dalam ransum dapat mengurangi biaya pakan hingga 15-20% sambil menjaga kualitas protein.
Daya tahan genetik ayam kampung unggul memang lebih baik, tetapi kepadatan tinggi dalam sistem intensif membuatnya rentan terhadap penyakit menular jika biosekuriti diabaikan. Biosekuriti adalah serangkaian tindakan pencegahan untuk meminimalkan risiko masuknya, penyebaran, dan penularan penyakit di peternakan.
Sistem biosekuriti yang efektif dibangun di atas tiga pilar utama: isolasi, sanitasi, dan kontrol lalu lintas.
Peternakan harus dipagar, dan akses masuk hanya melalui satu gerbang utama yang dilengkapi dengan bak celup desinfektan (foot dip) dan gerbang semprot (spray gate) untuk kendaraan. Area kandang harus dianggap sebagai zona bersih (clean zone), dan tamu yang tidak berkepentingan harus dilarang masuk. Pekerja kandang harus menggunakan pakaian dan alas kaki khusus peternakan.
Sanitasi mencakup pembersihan rutin tempat pakan dan minum. Tempat minum otomatis harus dibersihkan minimal dua kali seminggu untuk mencegah pembentukan biofilm bakteri. Litter (sekam) harus dijaga agar tetap kering; kelembaban tinggi memicu pertumbuhan jamur dan amonia, yang menyebabkan gangguan pernapasan. Penggantian litter total harus dilakukan setelah setiap siklus panen.
Vaksinasi adalah investasi pencegahan terbaik. Program vaksinasi untuk AKU harus fokus pada penyakit utama yang endemik di Indonesia, yaitu ND (Newcastle Disease), Gumboro (IBD), dan Cacar Ayam (Fowl Pox).
Penyimpanan vaksin harus pada suhu yang tepat (rantai dingin) dan aplikasinya harus dilakukan oleh personel terlatih. Kesalahan dalam penyimpanan atau aplikasi dapat membatalkan efektivitas vaksin.
Peternak harus mampu mendiagnosis dan menangani penyakit umum dengan cepat:
Penting untuk selalu melakukan pengamatan harian (monitoring) terhadap nafsu makan, konsumsi air, dan kondisi feses ayam. Deteksi dini adalah 90% keberhasilan dalam penanganan wabah.
Untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas genetik, peternak besar atau peternak pembibitan (breeder farm) harus memiliki program seleksi dan pelestarian galur murni (pure line). Kegagalan dalam menjaga galur murni dapat menyebabkan penurunan performa produksi secara progresif pada generasi berikutnya.
Program breeding AKU harus terstruktur dan didokumentasikan dengan baik. Tujuannya adalah memilih individu-individu terbaik untuk dijadikan indukan, yang memiliki karakteristik superior seperti FCR rendah, ADG tinggi, dan ketahanan penyakit optimal.
Setiap calon indukan harus memiliki catatan individu yang meliputi: bobot lahir, bobot saat dewasa kelamin, tingkat konversi pakan kumulatif, dan riwayat kesehatan. Ayam yang pertumbuhannya jauh di bawah standar atau sering sakit harus dikeluarkan dari populasi indukan (culling).
Seleksi tidak hanya berfokus pada satu sifat (misalnya bobot badan) tetapi pada indeks gabungan yang mempertimbangkan efisiensi reproduksi (untuk betina) dan daya tahan tubuh. Indukan yang dipilih harus menunjukkan kekerabatan yang terkontrol untuk mencegah inbreeding (perkawinan sedarah) yang dapat menurunkan vitalitas genetik.
Kualitas telur tetas sangat mempengaruhi kualitas DOC. Indukan harus diberi pakan khusus (Breeder Feed) yang diperkaya dengan vitamin E, Selenium, dan kalsium untuk memastikan kualitas kerabang telur yang baik dan fertilitas yang tinggi.
Telur yang akan ditetaskan harus dikumpulkan minimal empat kali sehari dan disimpan pada suhu 15-18°C dengan kelembaban 70-80%. Proses penetasan (hatching) di mesin tetas modern harus diawasi ketat, dengan kontrol suhu, kelembaban, dan pemutaran telur yang presisi untuk mencapai daya tetas di atas 85%.
Budidaya ayam kampung unggul adalah bisnis. Keberhasilan finansial diukur dari efisiensi biaya produksi, strategi harga, dan penetrasi pasar. AKU memiliki keunggulan harga premium, namun strategi pemasarannya harus tepat sasaran.
Biaya terbesar dalam budidaya ayam (sekitar 60-75%) adalah biaya pakan. Oleh karena itu, peternak harus menghitung FCR (Feed Conversion Ratio) secara berkala. FCR yang baik untuk AKU pedaging idealnya berkisar antara 2.8 hingga 3.2, tergantung strain dan lama pemeliharaan.
Perhitungan BEP (Break Even Point) adalah vital. Peternak harus menghitung biaya total per ekor (pakan, DOC, vaksin, tenaga kerja, depresiasi kandang) dan membandingkannya dengan harga jual. Budidaya AKU seringkali memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi daripada ayam ras, asalkan mortalitas dapat ditekan di bawah 5%.
Selain menggunakan bahan alternatif yang sudah disebutkan, pembelian pakan dalam jumlah besar (tonase) dan kerja sama langsung dengan pabrik pakan dapat mengurangi biaya per kg. Selain itu, optimalisasi jadwal pemberian pakan (timing) dan pencegahan pakan terbuang (spillage) juga berkontribusi besar pada efisiensi.
Produk ayam kampung unggul harus diposisikan sebagai produk premium di pasar. Strategi pemasarannya berbeda dengan ayam broiler massal.
Bagi peternak skala kecil, model kemitraan dengan peternak besar (inti) atau integrator dapat memberikan jaminan pasar (off-taker) dan dukungan teknis. Kemitraan ini membantu mengurangi risiko pasar dan memastikan pasokan DOC dan pakan yang stabil dengan harga bersaing. Model kemitraan yang transparan dan adil sangat penting untuk menjaga keberlanjutan rantai pasok AKU.
Peternakan ayam kampung unggul modern tidak bisa lepas dari sentuhan teknologi. Pemanfaatan teknologi tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan berbasis data (data-driven decision making).
Precision livestock farming (PLF) melibatkan penggunaan sensor dan otomatisasi untuk memantau kondisi lingkungan dan kesehatan ternak secara real-time.
Kandang tertutup (closed house) yang dilengkapi dengan sistem pendingin evaporatif dan kipas ekstraksi sangat ideal untuk AKU yang dipelihara secara intensif di daerah panas. Sistem ini secara otomatis mengatur suhu, kelembaban, dan konsentrasi amonia, memastikan ayam berada dalam zona nyaman termal, yang secara langsung meningkatkan efisiensi pakan.
Penggunaan sensor IoT (Internet of Things) untuk memantau konsumsi air, pakan, dan bobot badan harian (menggunakan timbangan otomatis) memungkinkan peternak mendeteksi anomali kesehatan atau penurunan performa jauh sebelum gejala klinis muncul. Data yang terkumpul dapat digunakan untuk memprediksi waktu panen yang paling optimal.
Untuk peternak pembibitan, teknologi genomik mulai diterapkan untuk mempercepat proses seleksi genetik. Identifikasi penanda genetik (marker assisted selection) yang terkait dengan sifat pertumbuhan cepat atau ketahanan terhadap penyakit spesifik (misalnya, ND) memungkinkan peternak untuk memilih calon indukan dengan akurasi yang lebih tinggi dan mempersingkat generasi breeding.
Inovasi juga harus mencakup aspek lingkungan. Kotoran ayam (feses) dapat diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi melalui fermentasi (menggunakan mikroorganisme lokal efektif atau EM4). Selain itu, kotoran kering juga dapat digunakan sebagai substrat untuk budidaya Maggot BSF, menciptakan siklus nutrisi tertutup yang sangat efisien dan mengurangi dampak lingkungan peternakan secara signifikan.
Peternakan adalah bisnis yang penuh risiko. Mengenali potensi hambatan dan menyiapkan mitigasinya adalah bagian integral dari strategi sukses budidaya ayam kampung unggul.
Meskipun ayam kampung unggul relatif lebih tahan banting, wabah penyakit yang disebabkan oleh virus (ND, AI/Flu Burung) tetap menjadi ancaman terbesar. Risiko ini diperburuk oleh mobilitas unggas liar atau kontaminasi dari peternakan tetangga.
Mitigasi risiko wabah memerlukan protokol yang ketat, termasuk: (1) Vaksinasi Sempurna, (2) Depopulasi Cepat (pemusnahan ternak terinfeksi) jika terjadi kasus AI, (3) Sistem All-in All-out (AIAO), yaitu seluruh ayam dalam satu kandang dipanen pada waktu bersamaan dan kandang dikosongkan untuk disinfeksi total sebelum siklus berikutnya. Sistem AIAO memutus rantai penularan penyakit.
Ketidakstabilan harga bahan baku pakan (terutama jagung dan bungkil kedelai) dapat menggerus margin keuntungan. Peternak harus memiliki strategi pembelian pakan yang cerdas, termasuk kontrak pembelian jangka panjang atau diversifikasi sumber pakan domestik.
Di sisi pasar, lonjakan produksi AKU tanpa strategi pemasaran yang memadai dapat menyebabkan penurunan harga jual. Oleh karena itu, penting untuk membangun relasi jangka panjang dengan pembeli dan distributor, serta melakukan analisis pasar secara berkala untuk memprediksi permintaan dan penawaran di masa mendatang.
Peternakan modern membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan tentang biosekuriti dan manajemen ternak. Pelatihan berkala mengenai prosedur standar operasional (SOP) dan kesadaran akan pentingnya kebersihan pribadi adalah wajib. Tingkat pergantian pekerja yang tinggi (turnover) harus dihindari, karena setiap pekerja baru memerlukan adaptasi yang dapat berpotensi membawa agen penyakit dari luar.
Meskipun sistem kandang tertutup menawarkan kontrol iklim yang superior, kegagalan ventilasi dapat menyebabkan penumpukan gas beracun seperti amonia (NH3) dan karbon dioksida (CO2). Amonia di atas 25 ppm dapat merusak saluran pernapasan ayam, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Pemantauan amonia harus menjadi bagian dari checklist harian, dan sistem ventilasi (fan dan inlet) harus dikalibrasi sesuai bobot ayam yang terus bertambah.
Air adalah nutrisi yang paling sering diabaikan. Konsumsi air yang ideal adalah 1,5 hingga 2 kali lipat dari konsumsi pakan. Penurunan mendadak dalam konsumsi air adalah salah satu indikator awal stres atau penyakit.
Program pencahayaan memainkan peran krusial, terutama pada AKU petelur. Intensitas dan durasi cahaya mempengaruhi hormon reproduksi.
Pada fase ini, durasi cahaya harus dibatasi (biasanya 8-10 jam/hari) untuk menunda kematangan seksual. Tujuannya adalah memastikan ayam betina mencapai bobot badan dan perkembangan kerangka yang optimal sebelum mulai bertelur.
Setelah mencapai 18-20 minggu, durasi cahaya ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai 16-17 jam/hari. Peningkatan cahaya ini merangsang hipotalamus untuk memproduksi hormon yang memicu ovulasi dan produksi telur. Intensitas cahaya harus sekitar 5-10 lux.
Debikasi (pemotongan paruh) sering dilakukan pada ayam yang dipelihara secara koloni untuk mencegah kanibalisme, yang merupakan masalah umum pada AKU. Debikasi harus dilakukan oleh tenaga terampil, idealnya pada usia 7-10 hari. Jika dilakukan secara intensif, prosedur ini dapat mengurangi kerugian hingga 5%.
Culling (afkir) harus dilakukan secara rutin. Ayam yang sakit parah, kerdil (runt), atau memiliki cacat permanen harus segera dikeluarkan dari populasi. Culling menjaga uniformitas kawanan, mencegah penyebaran penyakit, dan memastikan efisiensi pakan hanya diberikan kepada ayam produktif.
Selain pasar daging dan telur konvensional, ayam kampung unggul membuka peluang di pasar niche yang menawarkan margin keuntungan lebih tinggi.
Jika peternak berhasil membangun reputasi sebagai penghasil DOC atau pullet (ayam dara umur 16 minggu) yang berkualitas dan tersertifikasi, keuntungan dapat berlipat ganda. Pullet siap telur memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi daripada ayam konsumsi, dan permintaan dari peternak kecil seringkali stabil.
Tren global menuju makanan organik dan berkelanjutan adalah peluang besar. Dengan menerapkan standar pakan non-kimia (bebas antibiotik dan zat pemacu tumbuh sintetis/AGP) dan memelihara ayam di lingkungan semi-intensif yang memungkinkan akses ke padang rumput (free-range), peternak dapat memasarkan produk dengan label "Ayam Kampung Organik" atau "Antibiotic-Free Chicken." Sertifikasi organik memungkinkan harga jual naik 30-50% di atas harga premium AKU biasa.
Tidak hanya daging. Jeroan, tulang, dan kepala ayam dapat diolah menjadi tepung daging dan tulang (Meat and Bone Meal/MBM) yang merupakan sumber protein pakan ternak non-ruminansia lainnya, atau diolah menjadi kaldu konsentrat premium. Bagian ini penting untuk mencapai nol limbah (zero waste farming).
Ayam jantan yang digunakan untuk breeding (pejantan) yang sudah melewati masa produktifnya dapat dijual sebagai ayam pejantan afkir. Dagingnya yang keras diminati pasar masakan tradisional seperti soto atau ayam bumbu kuning yang membutuhkan daging bertekstur kuat dan rasa yang lebih intensif.
Banyak peternak sukses di Indonesia yang beralih dari ayam ras ke ayam kampung unggul karena melihat stabilitas harga dan permintaan yang minim dipengaruhi oleh kebijakan impor. Keberhasilan mereka seringkali berakar pada kombinasi antara manajemen kesehatan yang sangat ketat dan strategi pemasaran yang berfokus pada diferensiasi produk.
Misalnya, peternakan di Jawa Barat yang fokus pada strain KUB berhasil mencapai FCR 3.0 dengan mortalitas di bawah 3% selama siklus pembesaran 65 hari. Kunci sukses mereka adalah penggunaan sistem brooding infra-merah yang stabil dan program vaksinasi yang diperkuat dengan booster pada minggu ke-4, memastikan tidak ada kasus ND yang fatal. Mereka juga menjalin kontrak langsung dengan 10 katering besar, mengamankan harga premium sepanjang tahun tanpa tergantung pada fluktuasi harga pasar tradisional.
Refleksi utama dari studi kasus ini adalah bahwa potensi genetik ayam kampung unggul hanya dapat dicapai jika peternak bersedia menginvestasikan waktu dan sumber daya pada manajemen yang detail dan berbasis data, bukan sekadar membiarkannya berkeliaran seperti ayam kampung biasa.
Ayam kampung unggul telah membuktikan diri sebagai komoditas peternakan yang strategis, menggabungkan cita rasa otentik lokal dengan efisiensi produksi yang dibutuhkan pasar modern. Masa depan budidaya ini sangat cerah, didorong oleh peningkatan permintaan konsumen terhadap produk unggas yang dianggap lebih alami dan sehat.
Keberhasilan jangka panjang memerlukan pendekatan holistik, mulai dari pemilihan bibit yang unggul secara genetik (seperti KUB atau Sensi-1), penerapan biosekuriti yang tak kenal kompromi, hingga pemanfaatan teknologi untuk efisiensi pakan dan kontrol lingkungan. Peternak yang mampu mengelola biaya pakan, menekan angka kematian, dan membangun jaringan pasar premium akan menjadi pemenang dalam industri ayam kampung unggul di masa mendatang.
Integrasi vertikal, yaitu penguasaan dari hulu (pembibitan) hingga hilir (pengolahan produk turunan), adalah model bisnis ideal yang harus dituju untuk menciptakan keberlanjutan ekonomi dan stabilitas rantai pasok. Budidaya ini bukan hanya sekadar memelihara ayam, tetapi membangun sebuah ekosistem pangan yang unggul, efisien, dan berkelanjutan.