Ilustrasi Islami untuk bacaan Yasin dan Tahlil
Panduan Lengkap Bacaan Surat Yasin dan Tahlil
Surat Yasin dan rangkaian bacaan Tahlil merupakan dua amalan yang sangat lekat dengan tradisi spiritual masyarakat Muslim, khususnya di Indonesia. Keduanya sering dibaca bersamaan dalam berbagai kesempatan, mulai dari acara tasyakuran, malam Jumat, hingga sebagai doa bagi mereka yang telah mendahului kita. Memahami bacaan Yasin lengkap dan Tahlil tidak hanya sebatas melafalkan, tetapi juga meresapi makna di setiap ayat dan kalimat zikirnya. Artikel ini akan menyajikan panduan komprehensif mengenai bacaan Surat Yasin dan Tahlil, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, dan terjemahan Bahasa Indonesia, serta penjelasan mendalam mengenai keutamaan dan kandungannya.
Surat Yasin adalah surat ke-36 dalam Al-Qur'an dan tergolong dalam surat Makkiyah. Surat ini dikenal sebagai "jantung Al-Qur'an" (Qalbul Qur'an) karena kandungan maknanya yang begitu padat dan fundamental. Ia merangkum pilar-pilar akidah Islam, seperti keesaan Allah SWT, kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti kekuasaan Allah di alam semesta, hingga kepastian adanya hari kebangkitan dan pembalasan. Sementara itu, Tahlil adalah rangkaian zikir, tasbih, tahmid, takbir, shalawat, dan doa yang disusun untuk mengingat Allah, memohon ampunan, serta mengirimkan doa kepada para arwah. Kombinasi keduanya menjadi sebuah paket spiritual yang menenangkan hati, menguatkan iman, dan menjadi jembatan penghubung doa antara yang masih hidup dengan yang telah tiada.
Bacaan Surat Yasin Lengkap (Ayat 1-83)
Berikut adalah bacaan lengkap Surat Yasin, ayat per ayat, disertai dengan transliterasi Latin dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Dianjurkan untuk membacanya dalam keadaan suci (berwudhu) dan dengan niat yang tulus karena Allah SWT.
Ayat 1
يسۤ
Yā Sīn.
Ya Sin.
Ayat 2
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ
Wal-Qur'ānil-ḥakīm.
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
Ayat 3
اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ
Innaka laminal-mursalīn.
sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
Ayat 4
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ
'Alā ṣirāṭim mustaqīm.
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
Ayat 5
تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ
Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
Ayat 6
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.
agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Ayat 7
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Ayat 8
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka) diangkat ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
Ayat 9
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْfihimْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Ayat 10
وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
Ayat 11
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaib, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Sesungguhnya engkau hanya (bisa) memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
Ayat 12
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Makna dan Pelajaran Ayat 1-12
Bagian awal Surat Yasin dibuka dengan huruf muqatha'ah (huruf-huruf terpotong) yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. Dilanjutkan dengan sumpah Allah atas Al-Qur'an yang penuh hikmah untuk menegaskan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat ini melukiskan kondisi kaum yang ingkar, di mana hati mereka tertutup dari kebenaran, seolah-olah terbelenggu dan terhalang oleh dinding. Peringatan hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti petunjuk (Al-Qur'an) dan memiliki rasa takut (khasyah) kepada Allah. Bagian ini ditutup dengan penegasan kekuasaan Allah untuk membangkitkan yang mati dan mencatat seluruh amal perbuatan manusia secara detail.
Ayat 13
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ
Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
Ayat 14
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
Ayat 15
قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ
Qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibụn.
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
Ayat 16
قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ
Qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.
Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepadamu.”
Ayat 17
وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
“Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
Ayat 18
قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
Ayat 19
قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ
Qālụ ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifụn.
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
Ayat 20
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.”
Ayat 21
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
Ittabi'ụ mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadụn.
“Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat 22
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ụn.
“Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.”
Ayat 23
ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ
A'attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridinir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.
“Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagiku dan mereka tidak dapat menyelamatkanku.”
Ayat 24
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.
“Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.”
Ayat 25
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ
Innī āamantu birabbikum fasma'ụn.
“Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.”
Ayat 26
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَۗ قَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ
Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụn.
Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,”
Ayat 27
بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.
“apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”
Kisah Ashabul Qaryah: Pelajaran Tentang Dakwah dan Keimanan (Ayat 13-27)
Bagian ini menyajikan sebuah perumpamaan tentang penduduk suatu negeri (Ashabul Qaryah) yang mendustakan para utusan Allah. Kisah ini menyoroti pola penolakan yang sama dari kaum-kaum terdahulu: menganggap para rasul hanya manusia biasa, menuduh mereka membawa sial, dan mengancam mereka dengan kekerasan. Di tengah penolakan massal, muncul seorang lelaki beriman dari ujung kota yang dengan gagah berani membela para utusan dan mengajak kaumnya untuk mengikuti kebenaran. Argumennya logis: mengapa tidak menyembah Tuhan yang menciptakan, dan mengapa mengikuti utusan yang tidak meminta imbalan duniawi? Puncak keimanannya adalah ketika ia syahid dan langsung dimasukkan ke dalam surga, ia masih berharap kaumnya mengetahui nikmat yang ia peroleh agar mereka mau beriman.
Ayat 28
وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ
Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.
Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
Ayat 29
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خٰمِدُوْنَ
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum khāmidụn.
Hukuman mereka itu tidak lain hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
Ayat 30
يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasụlin illā kānụ bihī yastahzi'ụn.
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
Ayat 31
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ
Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ụn.
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (umat-umat itu) tidak dapat kembali kepada mereka.
Ayat 32
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarụn.
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
Ayat 33
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُۖ اَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ
Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah, aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya'kulụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
Ayat 34
وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ
Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyụn.
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
Ayat 35
لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
Liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, afalā yasykurụn.
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
Ayat 36
سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ
Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamụn.
Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Ayat 37
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُۖ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ
Wa āyatul lahumul-lail, naslakhu min-hun-nahāra fa'iżā hum muẓlimụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
Ayat 38
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.
Ayat 39
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
Ayat 40
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn.
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
Ayat 41
وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ
Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
Ayat 42
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ
Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụn.
dan Kami ciptakan untuk mereka dari jenis itu apa yang mereka kendarai.
Ayat 43
وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ
Wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażụn.
Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka, maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
Ayat 44
اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ
Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.
melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Ayat 45
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum tur-ḥamụn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
Ayat 46
وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ
Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn.
Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
Ayat 47
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُۙ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū anuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Ayat 48
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.
Dan mereka berkata, “Kapankah janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?”
Ayat 49
مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ
Mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimụn.
Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
Ayat 50
فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ
Fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn.
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.
Tanda-Tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 28-50)
Setelah kisah Ashabul Qaryah, Allah menunjukkan betapa mudahnya bagi-Nya membinasakan suatu kaum yang ingkar. Kemudian, Al-Qur'an mengajak kita merenungkan tanda-tanda (ayat) kekuasaan-Nya yang terhampar di alam. Mulai dari bumi yang mati dihidupkan kembali, penciptaan segala sesuatu berpasangan, peredaran siang dan malam, hingga orbit matahari dan bulan yang presisi. Semua ini adalah bukti nyata akan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Ayat-ayat ini juga menyindir sikap kaum kafir yang terus berpaling meski bukti sudah jelas, enggan berinfak dengan alasan yang dibuat-buat, dan selalu menantang kapan datangnya hari kiamat. Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba, tanpa memberi kesempatan bagi mereka untuk bertaubat atau berwasiat.
Ayat 51
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ
Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa'iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn.
Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.
Ayat 52
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ەۗهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụn.
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
Ayat 53
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụn.
Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.
Ayat 54
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụn.
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
Ayat 55
اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ
Inna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụn.
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
Ayat 56
هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ
Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ụn.
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
Ayat 57
لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ
Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụn.
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
Ayat 58
سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ
Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.
(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Ayat 59
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ
Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụn.
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
Ayat 60
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
Ayat 61
وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
Wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
Ayat 62
وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًاۗ اَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ
Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takụnụ ta'qilụn.
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
Ayat 63
هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adụn.
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
Ayat 64
اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụn.
Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
Ayat 65
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụn.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Ayat 66
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ
Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirụn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
Ayat 67
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
Ayat 68
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
Wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, afalā ya'qilụn.
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
Ayat 69
وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌۙ
Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,
Ayat 70
لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
Ayat 71
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مٰلِكُوْنَ
Awa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụn.
Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
Ayat 72
وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ
Wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya'kulụn.
Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (yang lain) mereka makan.
Ayat 73
وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurụn.
Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
Ayat 74
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ
Wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụn.
Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
Ayat 75
لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ
Lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarụn.
(Sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka, padahal (sesembahan) itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.
Ayat 76
فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ
Fa lā yaḥzungka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn.
Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
Ayat 77
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
Awa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa'iżā huwa khaṣīmum mubīn.
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata?
Ayat 78
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ
Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
Ayat 79
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌۙ
Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.
Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”
Ayat 80
ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًا فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ
Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa'iżā antum min-hu tụqidụn.
Yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.
Ayat 81
اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْۗ بَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ
Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.
Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
Ayat 82
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
Ayat 83
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Fa subḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn.
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.
Puncak Argumen: Hari Kebangkitan dan Kekuasaan Mutlak Allah (Ayat 51-83)
Bagian akhir Surat Yasin adalah klimaks yang menggambarkan dahsyatnya hari kebangkitan. Manusia akan dibangkitkan dari kubur dengan tiupan sangkakala dan menyadari janji Allah adalah benar. Akan ada pemisahan tegas antara penghuni surga yang menikmati segala kenikmatan—termasuk salam langsung dari Allah—dan para pendosa yang dihadapkan pada neraka Jahanam. Pada hari itu, mulut dikunci, dan anggota tubuh lain yang akan bersaksi. Surat ini ditutup dengan argumen logis yang tak terbantahkan: Tuhan yang mampu menciptakan manusia dari setetes mani, menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan api dari kayu hijau, tentulah sangat mampu untuk menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah hancur. Kekuasaan-Nya mutlak; cukup dengan berfirman "Kun" (Jadilah!), maka terjadilah. Surat ini berakhir dengan tasbih, menyucikan Allah yang memegang kekuasaan atas segala sesuatu, dan menegaskan bahwa kepada-Nya lah kita semua akan kembali.
Doa Setelah Membaca Surat Yasin
Setelah selesai membaca Surat Yasin, dianjurkan untuk membaca doa berikut ini. Doa ini berisi permohonan ampunan, rahmat, dan berbagai kebaikan dunia dan akhirat.
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ اَدْيَانَنَا وَاَنْفُسَنَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وَاَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْءٍ اَعْطَيْتَنَا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ فِى كَنَفِكَ وَاَمَانِكَ وَجِوَارِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِىْ عَيْنٍ وَذِىْ بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ ذِى شَرٍّ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّٰهُمَّ جَمِّلْنَا بِالْعَافِيَةِ وَالسَّلَامَةِ وَحَقِّقْنَا بِالتَّقْوٰى وَالْاِسْتِقَامَةِ وَاَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِاَوْلَادِنَا وَمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا فِى الدِّيْنِ وَلِاَصْحَابِنَا وَاَحْبَابِنَا وَلِمَنْ اَحَبَّنَا فِيْكَ وَلِمَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. وَارْزُقْنَا كَمَالَ الْمُتَابَعَةِ لَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا فِى عَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allāhumma innā nastaḥfiẓuka wa nastaudi‘uka adyānanā wa anfusanā wa ahlanā wa aulādanā wa amwālanā wa kulla syai’in a‘ṭaitanā. Allāhummaj‘alnā wa iyyāhum fī kanafika wa amānika wa jiwārika wa ‘iyāżika min kulli syaṭānim marīd wa jabbārin ‘anīd wa żī ‘ainin wa żī baghyin wa min syarri kulli żī syarrin, innaka ‘alā kulli syai’in qadīr. Allāhumma jammilnā bil ‘āfiyati was salāmati, wa ḥaqqiqnā bit taqwā wal istiqāmah, wa a‘iżnā min mụjibātin nadāmati, innaka samī‘ud du‘ā’. Allāhummagfir lanā wa liwālidīnā wa liaulādinā wa masyāyikhinā wa liikhwāninā fid dīni wa liashḥābinā wa aḥbābinā wa liman aḥabbanā fīka wa liman aḥsana ilainā wa lil mu’minīna wal mu’mināt, wal muslimīna wal muslimāt, yā rabbal ‘ālamīn. Wa ṣalli ‘alā ‘abdika wa rasūlika sayyidinā wa maulānā muḥammadin wa ‘alā ālihī wa ṣaḥbihī wa sallim. Warzuqnā kamālal mutāba‘ati lahụ ẓāhiran wa bāṭinan fī ‘āfiyatin wa salāmatin birahmatika yā arhamar rāhimīn.
"Ya Allah, kami memohon penjagaan-Mu dan menitipkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta benda kami, dan segala sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, jadikanlah kami dan mereka semua dalam penjagaan, keamanan, perlindungan, dan pengayoman-Mu dari setiap setan yang durhaka, orang yang kejam, dan dari pandangan jahat serta perbuatan zalim, dan dari kejahatan segala sesuatu yang membawa kejahatan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, hiasilah kami dengan kesehatan dan keselamatan, dan wujudkanlah kami dengan takwa dan istiqamah. Lindungilah kami dari hal-hal yang menyebabkan penyesalan, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami seagama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang mencintai kami karena-Mu, orang-orang yang berbuat baik kepada kami, serta kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, wahai Tuhan semesta alam. Limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada hamba dan utusan-Mu, junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan anugerahilah kami kesempurnaan dalam mengikutinya lahir dan batin, dalam keadaan sehat dan selamat, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang."
Panduan Bacaan Tahlil Lengkap
Tahlil adalah serangkaian bacaan yang terdiri dari ayat-ayat Al-Qur'an, zikir, dan doa. Rangkaian ini biasa dibaca untuk mendoakan orang yang telah meninggal atau dalam acara-acara keagamaan lainnya. Berikut adalah urutan bacaan Tahlil yang umum diamalkan.
1. Pengantar Al-Fatihah (Ila Hadhratin Nabiyyi)
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Ilā hadratin-nabiyyil-muṣṭafā Muḥammadin ṣallallāhu 'alaihi wa sallam wa ālihī wa aṣḥābihī wa azwājihī wa żurriyyātihī, syai'un lillāhi lahumul-fātiḥah.
"Kepada junjungan Nabi yang terpilih, Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, istri, dan keturunannya. Sesuatu karena Allah, untuk mereka Al-Fatihah."
(Membaca Surat Al-Fatihah 1x)
2. Tawasul kepada Para Sahabat, Ulama, dan Orang Tua
ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ (sebutkan nama almarhum/almarhumah) ... لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilā arwāḥi ābā'inā wa ummahātinā wa ajdādinā wa jaddātinā wa masyāyikhinā wa masyāyikhi masyāyikhinā wa limanijtama'nā hāhunā bisababihī, khusūṣan ilā rūḥi (...sebut nama almarhum/ah...), lahumul-fātiḥah.
"Kemudian kepada ruh-ruh bapak dan ibu kami, kakek dan nenek kami, guru-guru kami dan guru dari guru-guru kami, dan kepada orang yang karena sebabnya kami berkumpul di sini, khususnya kepada ruh (...sebut nama...), untuk mereka Al-Fatihah."
(Membaca Surat Al-Fatihah 1x)
3. Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
Membaca Surat Al-Ikhlas (3 kali), diikuti Tahlil dan Takbir.
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ... (3x)
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
Membaca Surat Al-Falaq (1 kali), diikuti Tahlil dan Takbir.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ... (1x)
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
Membaca Surat An-Nas (1 kali), diikuti Tahlil dan Takbir.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ... (1x)
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
4. Membaca Awal Surat Al-Baqarah dan Ayat Kursi
Membaca Surat Al-Fatihah (1 kali), lalu Awal Surat Al-Baqarah (ayat 1-5).
الۤمۤ ۚ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Membaca Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah ayat 255).
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ... (hingga akhir ayat)
5. Istighfar, Tahlil, dan Tasbih
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ (3x)
Astaghfirullāhal-'aẓīm. (3x)
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
Afdhaluż-żikri fa'lam annahū: Lā ilāha illallāh.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ (100x)
Lā ilāha illallāh (100x)
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
Lā ilāha illallāh, Muḥammadur rasūlullāh.
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (33x)
Subḥānallāhi wa biḥamdih, subḥānallāhil-'aẓīm. (33x)
"Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung."
6. Shalawat dan Doa Tahlil
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allāhumma ṣalli 'alā sayyidinā Muḥammad, wa 'alā āli sayyidinā Muḥammad.
Dilanjutkan dengan membaca Doa Tahlil atau Doa Arwah. Doa ini panjang dan bervariasi, namun intinya adalah memohon ampunan untuk diri sendiri dan para arwah, serta memohon agar pahala bacaan disampaikan kepada mereka.
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ وَأَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْنَا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً إِلَى حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّm... (dilanjutkan dengan menyebutkan para nabi, sahabat, ulama, dan arwah yang dituju)... اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ... رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَة...
Keutamaan Membaca Yasin dan Tahlil
Membaca Surat Yasin dan berzikir melalui Tahlil memiliki banyak sekali keutamaan (fadilah) yang dijanjikan, baik yang bersumber dari hadis Nabi maupun yang dirasakan langsung secara spiritual oleh para pengamalnya.
Keutamaan Surat Yasin
- Jantung Al-Qur'an: Disebut sebagai jantung Al-Qur'an menunjukkan betapa penting dan sentralnya kandungan surat ini dalam merangkum ajaran Islam. Membacanya seolah-olah mengulang kembali pokok-pokok keimanan.
- Mendapat Ampunan Dosa: Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa membaca Surat Yasin dengan ikhlas karena Allah di malam hari akan membuat dosa-dosa diampuni di pagi harinya.
- Memudahkan Urusan: Dipercaya bahwa membaca Surat Yasin dapat membantu melapangkan segala urusan yang sulit, baik urusan duniawi maupun ukhrawi.
- Meringankan Sakaratul Maut: Dianjurkan untuk membacakan Surat Yasin di dekat orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, dengan harapan dapat meringankan prosesnya dan membawanya pada husnul khatimah.
- Memberi Ketenangan Hati: Seperti halnya membaca Al-Qur'an pada umumnya, lantunan ayat-ayat Surat Yasin memiliki efek menenangkan jiwa dan pikiran, serta mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT.
Keutamaan Tahlil dan Zikir
- Zikir Terbaik: Kalimat "La ilaha illallah" disebut sebagai zikir yang paling utama. Mengucapkannya secara berulang-ulang adalah penegasan kembali tauhid, pondasi utama ajaran Islam.
- Menghapus Dosa dan Mengangkat Derajat: Setiap kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir yang diucapkan dengan tulus dapat menghapus dosa-dosa kecil dan mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah.
- Menjadi Penolong di Akhirat: Rangkaian zikir ini akan menjadi pemberat timbangan amal baik di hari kiamat dan menjadi saksi keimanan seseorang.
- Menyambung Silaturahmi Doa: Praktik Tahlilan menjadi sarana untuk mendoakan orang lain, terutama yang telah meninggal. Ini adalah bentuk bakti seorang anak kepada orang tua yang telah tiada dan wujud kepedulian sosial dalam bingkai spiritual.
Dengan demikian, mengamalkan bacaan yasin lengkap dan tahlil adalah sebuah upaya komprehensif untuk mendekatkan diri kepada Allah, merenungi makna kehidupan dan kematian, serta menebar manfaat melalui doa bagi sesama. Semoga panduan ini dapat membantu kita semua dalam memahami dan mengamalkan kedua ibadah mulia ini dengan lebih baik dan lebih khusyuk.