Memahami Bacaan dan Makna Tahiyat Akhir Sesuai Tuntunan Muhammadiyah

Ilustrasi Posisi Duduk Tawarruk Sebuah siluet sederhana yang menggambarkan seseorang dalam posisi duduk Tawarruk dengan jari telunjuk mengarah ke depan, khas untuk gerakan shalat pada Tahiyat Akhir.

Ilustrasi posisi duduk Tawarruk dan isyarat telunjuk saat Tahiyat Akhir.

Shalat adalah tiang agama, sebuah pilar fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Ia merupakan bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna yang mendalam dan didasarkan pada contoh (sunnah) dari Rasulullah SAW. Salah satu rukun shalat yang paling penting adalah duduk dan membaca Tahiyat, khususnya Tahiyat Akhir yang menjadi penutup rangkaian shalat sebelum salam.

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki pedoman yang jelas dalam pelaksanaan ibadah yang tertuang dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Pedoman ini disusun berdasarkan kajian mendalam terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah Al-Maqbulah (hadis-hadis yang diterima). Memahami bacaan Tahiyat Akhir sesuai tuntunan HPT Muhammadiyah bukan hanya soal menghafal lafaz, tetapi juga meresapi makna dan hikmah di baliknya, serta mengetahui dalil yang menjadi landasannya. Artikel ini akan mengupas secara tuntas mengenai bacaan, makna, dalil, hingga tata cara pelaksanaan Tahiyat Akhir menurut perspektif Tarjih Muhammadiyah.

Kedudukan Tahiyat Akhir dalam Shalat

Tahiyat Akhir, atau disebut juga Tasyahhud Akhir, merupakan rukun shalat yang wajib dilaksanakan. Meninggalkannya secara sengaja dapat membatalkan shalat. Posisinya berada pada rakaat terakhir setiap shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah, sebelum mengucapkan salam. Ini adalah momen krusial di mana seorang hamba berhenti sejenak dari gerakan fisik, memusatkan hati dan pikiran untuk menyampaikan penghormatan tertinggi kepada Allah, bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta memanjatkan doa-doa terbaik untuk diri sendiri dan seluruh hamba Allah yang shaleh.

Fungsi Tahiyat Akhir adalah sebagai kesimpulan dan peneguhan kembali ikrar seorang muslim. Di dalamnya terkandung tiga pilar utama: pujian kepada Allah, pengakuan atas kerasulan Muhammad SAW, dan doa keselamatan universal. Ini adalah momen refleksi terakhir sebelum seorang hamba kembali ke aktivitas duniawi, membawa serta spirit dan nilai-nilai shalat yang baru saja ia tunaikan.

Lafaz Bacaan Tahiyat Akhir Menurut HPT Muhammadiyah

Berdasarkan Himpunan Putusan Tarjih, bacaan Tahiyat Akhir yang dirajihkan (diunggulkan berdasarkan kekuatan dalil) terdiri dari dua bagian utama: bacaan Tasyahhud dan bacaan Shalawat Ibrahimiyyah. Keduanya didasarkan pada hadis-hadis shahih yang kuat.

Bagian Pertama: Bacaan Tasyahhud

Bacaan ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadis ini dianggap sebagai salah satu riwayat Tasyahhud yang paling shahih dan paling sering diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat.

التَّحِيَّاتُ لِلّٰهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Attahiyyaatu lillaahi wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh.

"Segala penghormatan, ibadah, dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Bagian Kedua: Bacaan Shalawat Ibrahimiyyah

Setelah selesai membaca Tasyahhud, dilanjutkan dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Bacaan shalawat yang paling utama (afdhal) adalah Shalawat Ibrahimiyyah. HPT Muhammadiyah merajihkan lafaz shalawat berikut, yang juga bersumber dari hadis shahih.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahiima wa ‘alaa aali Ibraahiim. Wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiima wa ‘alaa aali Ibraahiim. Innaka hamiidum majiid.

"Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Analisis Dalil dan Dasar Penetapan oleh Majelis Tarjih

Prinsip utama yang dipegang oleh Muhammadiyah dalam urusan ibadah adalah kembali kepada sumber otentik, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih. Pilihan terhadap bacaan di atas bukanlah tanpa alasan, melainkan hasil dari proses *tarjih*, yaitu memilih pendapat yang memiliki dalil paling kuat di antara beberapa pilihan yang ada.

Dalil Bacaan Tasyahhud Ibnu Mas'ud

Pilihan pada lafaz Tasyahhud dari riwayat Abdullah bin Mas'ud didasarkan pada kekuatan hadisnya. Hadis ini diriwayatkan oleh dua imam hadis terkemuka, Bukhari dan Muslim, yang menandakan tingkat keshahihan tertinggi.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: عَلَّمَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّشَهُّدَ، كَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ، كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajariku Tasyahhud—telapak tanganku berada di antara kedua telapak tangan beliau—sebagaimana beliau mengajariku sebuah surat dari Al-Qur'an: 'Attahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat, assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh'." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kekuatan hadis ini terletak pada beberapa aspek. Pertama, periwayatannya yang muttafaqun 'alaih (disepakati oleh Bukhari dan Muslim). Kedua, redaksi hadis yang menunjukkan betapa pentingnya bacaan ini, di mana Rasulullah mengajarkannya seperti mengajarkan surat Al-Qur'an. Ini menunjukkan penekanan dan perhatian khusus dari Nabi terhadap lafaz ini.

Dalil Bacaan Shalawat Ibrahimiyyah

Adapun untuk shalawat, terdapat beberapa versi redaksi yang shahih. Majelis Tarjih Muhammadiyah mengunggulkan versi yang diriwayatkan oleh Ka'ab bin 'Ujrah, yang juga tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Hadis ini menjelaskan jawaban Rasulullah ketika para sahabat bertanya tentang cara bershalawat kepada beliau.

عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، قَدْ عَلِمْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ، فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ قَالَ: قُولُوا: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

Dari Ka'ab bin 'Ujrah, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menemui kami, lalu kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?' Beliau menjawab, 'Ucapkanlah: Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shallaita ‘alaa aali Ibraahiim innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa aali Ibraahiim innaka hamiidum majiid.'" (HR. Bukhari dan Muslim, dengan redaksi yang sedikit bervariasi namun substansi sama).

Versi yang diadopsi oleh HPT Muhammadiyah sedikit berbeda dengan menghilangkan kata "aali" (keluarga) sebelum Ibrahim pada bagian pertama, merujuk pada riwayat lain yang juga kuat. Hal ini menunjukkan ketelitian Majelis Tarjih dalam membandingkan berbagai riwayat untuk menemukan redaksi yang dianggap paling otentik dan komprehensif. Pilihan ini didasarkan pada prinsip bahwa lafaz yang diajarkan langsung oleh Nabi sebagai jawaban atas pertanyaan spesifik memiliki keutamaan.

Tadabbur dan Perenungan Makna Bacaan Tahiyat Akhir

Memahami makna di balik setiap kata dalam Tahiyat Akhir akan meningkatkan kualitas shalat dan kekhusyukan kita. Mari kita bedah makna dari setiap kalimatnya.

Makna Kalimat Tasyahhud

  1. التَّحِيَّاتُ لِلّٰهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ (Segala penghormatan, ibadah, dan kebaikan hanyalah milik Allah).
    Ini adalah kalimat pembuka yang menegaskan bahwa segala bentuk penghormatan, pujian, pengagungan, dan sanjungan yang sempurna hanyalah pantas ditujukan kepada Allah. Kata "Ash-Shalawat" mencakup semua jenis ibadah doa dan shalat. Kata "Ath-Thayyibat" merujuk pada segala ucapan dan perbuatan baik yang suci dari segala kekurangan. Dengan kalimat ini, kita menafikan hakikat pengagungan dari selain Allah dan mengembalikannya hanya kepada-Nya.
  2. اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ (Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi).
    Setelah memuji Allah, kita beralih menyampaikan salam penghormatan kepada figur sentral dalam Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bentuk cinta, penghormatan, dan doa kita untuk beliau. Meskipun beliau telah wafat, doa ini tetap kita panjatkan sebagai pengakuan atas jasa-jasa beliau yang tak terhingga dalam menyampaikan risalah Islam.
  3. اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ (Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh).
    Ini adalah doa yang sangat indah dan inklusif. Setelah mendoakan Nabi, kita mendoakan diri kita sendiri ("'alaina") dan kemudian memperluasnya untuk mencakup seluruh hamba Allah yang shaleh ("'ala 'ibadillahis shalihin"), di mana pun mereka berada, baik di langit maupun di bumi, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada. Ini menanamkan rasa persaudaraan (ukhuwah islamiyah) yang universal.
  4. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).
    Ini adalah puncak dari Tasyahhud, yaitu mengulang kembali ikrar syahadat. Persaksian ini adalah inti dari ajaran tauhid. Kita menegaskan kembali keyakinan kita bahwa satu-satunya yang berhak disembah adalah Allah, dan Muhammad SAW adalah hamba-Nya yang paling mulia sekaligus utusan-Nya yang membawa petunjuk. Penggunaan kata "'abduhu" (hamba-Nya) sebelum "rasuluh" (utusan-Nya) adalah penekanan penting untuk menolak pengkultusan yang berlebihan terhadap Nabi, menempatkan beliau pada posisi yang semestinya: seorang hamba yang taat dan seorang rasul yang diutus.

Makna Kalimat Shalawat Ibrahimiyyah

Shalawat ini mengikat hubungan antara dua nabi besar, Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS, yang keduanya merupakan figur sentral dalam sejarah tauhid. Dengan bershalawat seperti ini, kita memohon kepada Allah agar memberikan pujian dan kemuliaan kepada Nabi Muhammad SAW di hadapan para malaikat, sebagaimana Allah telah memberikan kemuliaan kepada Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Kita juga memohon keberkahan yang terus-menerus dan kebaikan yang melimpah untuk Nabi Muhammad dan keluarganya.

Frasa penutup إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ (Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia) adalah pujian kembali kepada Allah. "Hamid" berarti Dzat yang Maha Terpuji atas segala sifat, perbuatan, dan nikmat-Nya. "Majid" berarti Dzat yang Maha Mulia, Agung, dan Luhur dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Ini adalah penutup yang sempurna untuk sebuah doa agung.

Doa Setelah Tahiyat Akhir Sebelum Salam

Sunnah Rasulullah SAW tidak berhenti setelah membaca shalawat. Beliau sangat menganjurkan umatnya untuk berlindung dari empat perkara besar sebelum mengucapkan salam. Doa ini sangat dianjurkan (sunnah mu'akkadah) untuk dibaca dan menjadi bagian dari tuntunan shalat dalam HPT Muhammadiyah.

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qabri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Doa ini mencakup permohonan perlindungan dari empat ujian terbesar yang akan dihadapi manusia:

Membaca doa ini menunjukkan kesadaran seorang hamba akan kelemahannya dan kebutuhannya yang mutlak akan perlindungan dari Allah SWT.

Posisi Duduk dan Gerakan Tangan saat Tahiyat Akhir

Selain bacaan, tata cara fisik saat Tahiyat Akhir juga memiliki tuntunan yang spesifik berdasarkan sunnah Nabi.

Posisi Duduk Tawarruk

Untuk shalat yang memiliki dua Tasyahhud (seperti Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya), posisi duduk pada Tasyahhud Akhir adalah Tawarruk. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:

  1. Duduk dengan menjadikan pantat kiri menempel langsung di lantai.
  2. Kaki kiri dikeluarkan ke arah kanan, di bawah kaki kanan.
  3. Kaki kanan ditegakkan, dengan jari-jemari kaki kanan menghadap ke arah kiblat.

Posisi ini didasarkan pada hadis dari Abu Humaid As-Sa'idi yang menceritakan sifat shalat Nabi SAW secara detail, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Duduk Tawarruk ini membedakan antara duduk Tasyahhud Akhir dengan duduk Tasyahhud Awal (yang disebut duduk Iftirasy).

Isyarat Jari Telunjuk (Isyarah As-Sabaabah)

Selama membaca Tasyahhud, disunnahkan untuk meletakkan kedua tangan di atas paha. Tangan kiri diletakkan biasa, sementara tangan kanan melakukan isyarat khusus:

Pandangan mata dianjurkan untuk melihat ke arah jari telunjuk yang diacungkan tersebut. Mengenai apakah jari digerak-gerakkan atau tidak, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Pandangan yang dipegang dalam lingkungan Muhammadiyah, merujuk pada beberapa hadis seperti hadis Wa'il bin Hujr, adalah bahwa jari telunjuk diacungkan (menunjuk) saat Tasyahhud sebagai simbol penegasan tauhid, namun tidak digerak-gerakkan secara terus menerus.

Isyarat ini adalah simbol yang sangat kuat. Saat lisan mengucapkan "Asyhadu an laa ilaaha illallaah", jari telunjuk yang menunjuk ke depan seolah-olah mengkonfirmasi secara fisik penegasan keesaan Allah. Ini adalah bentuk sinkronisasi antara ucapan, keyakinan hati, dan perbuatan anggota badan dalam mengagungkan Allah.

Penutup

Tahiyat Akhir adalah momen agung dalam shalat. Ia bukan sekadar rangkaian kata-kata yang dihafal, melainkan sebuah dialog spiritual yang sarat makna. Di dalamnya, kita mempersembahkan penghormatan tertinggi kepada Allah, mengirimkan salam dan shalawat terindah untuk Rasulullah SAW, mendoakan keselamatan bagi diri sendiri dan seluruh umat Islam, serta memperbarui ikrar tauhid yang menjadi fondasi keimanan kita. Diakhiri dengan permohonan perlindungan dari ujian-ujian terbesar, Tahiyat Akhir menjadi penutup shalat yang sempurna, membekali seorang muslim dengan kekuatan spiritual sebelum kembali berinteraksi dengan dunia.

Dengan mengikuti tuntunan yang telah dikaji dan dirajihkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kita berupaya untuk melaksanakan shalat sedekat mungkin dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Semoga pemahaman yang mendalam terhadap bacaan dan makna Tahiyat Akhir ini dapat meningkatkan kualitas shalat kita, menjadikannya lebih khusyuk, lebih bermakna, dan diterima di sisi Allah SWT. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage