Surah Yasin adalah surah ke-36 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 83 ayat, dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah. Surah ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa di hati umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Tidak heran jika Surah Yasin dijuluki sebagai Qolbul Qur'an atau jantungnya Al-Qur'an. Sebagaimana jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh untuk memberikan kehidupan, Surah Yasin mengandung intisari ajaran-ajaran pokok Al-Qur'an yang memompa keimanan dan ketakwaan ke dalam jiwa seorang mukmin.
Kandungan utama surah ini berpusat pada pilar-pilar fundamental akidah Islam. Mulai dari penegasan atas kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti kekuasaan Allah SWT yang terhampar di alam semesta, hingga peringatan dahsyat mengenai hari kebangkitan dan pembalasan. Membaca, memahami, dan merenungkan ayat-ayatnya dapat memberikan pencerahan, ketenangan batin, serta memperkuat keyakinan akan kebesaran Sang Pencipta. Artikel ini menyajikan bacaan Surah Yasin dalam tulisan Latin yang mudah diikuti, lengkap dengan terjemahan bahasa Indonesia, agar kita semua dapat lebih mudah mengakses dan menghayati pesan-pesan agung di dalamnya.
Teks Surah Yasin Latin dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Ayat 1
Yā sīn.
Yā Sīn.
Ayat 2
Wal-qur'ānil-ḥakīm.
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
Ayat 3
Innaka laminal-mursalīn.
sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
Ayat 4
'Alā ṣirāṭim mustaqīm.
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
Ayat 5
Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang,
Ayat 6
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fa hum gāfilūn.
agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Ayat 7
Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fa hum lā yu'minūn.
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Ayat 8
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fa hum muqmaḥūn.
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
Ayat 9
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fa hum lā yubṣirūn.
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Ayat 10
Wa sawā'un 'alaihim a anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
Ayat 11
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
Ayat 12
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Ayat 13
Waḍrib lahum maṡalan aṣ-ḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
Ayat 14
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalụn.
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
Ayat 15
Qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibụn.
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
Ayat 16
Qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalụn.
Mereka (para utusan) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar utusan(-Nya) kepadamu.
Ayat 17
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
Ayat 18
Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
Ayat 19
Qālụ ṭā'irukum ma'akum, a in żukkirtum, bal antum qaumum musrifụn.
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
Ayat 20
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
Ayat 21
Ittabi'ụ mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadụn.
Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat 22
Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ụn.
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.
Ayat 23
A attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak akan berguna bagiku sedikit pun dan mereka tidak dapat menyelamatkanku.
Ayat 24
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.
Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
Ayat 25
Innī āamantu birabbikum fasma'ụn.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
Ayat 26
Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụn.
Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
Ayat 27
Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”
Ayat 28
Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.
Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
Ayat 29
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidụn.
Hanyalah dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
Ayat 30
Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasụlin illā kānụ bihī yastahzi'ụn.
Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
Ayat 31
A lam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ụn.
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Mereka (umat-umat itu) tidak dapat kembali kepada mereka.
Ayat 32
Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarụn.
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
Ayat 33
Wa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban fa minhu ya'kulụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
Ayat 34
Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyụn.
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
Ayat 35
Liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, a fa lā yasykurụn.
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
Ayat 36
Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamụn.
Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Ayat 37
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa iżā hum muẓlimụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
Ayat 38
Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.
Ayat 39
Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
Ayat 40
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn.
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
Ayat 41
Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥụn.
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
Ayat 42
Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụn.
dan Kami ciptakan untuk mereka dari jenis itu apa yang mereka kendarai.
Ayat 43
Wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażụn.
Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
Ayat 44
Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.
melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Ayat 45
Wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum turḥamụn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
Ayat 46
Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'anhā mu'riḍīn.
Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
Ayat 47
Wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū a nuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Ayat 48
Wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.
Dan mereka berkata, “Kapankah janji (hari berbangkit) itu (akan datang), jika kamu orang yang benar?”
Ayat 49
Mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimụn.
Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
Ayat 50
Fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn.
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.
Ayat 51
Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn.
Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.
Ayat 52
Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụn.
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
Ayat 53
In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụn.
Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.
Ayat 54
Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụn.
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
Ayat 55
Inna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụn.
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
Ayat 56
Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ụn.
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
Ayat 57
Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụn.
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
Ayat 58
Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.
(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Ayat 59
Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụn.
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
Ayat 60
Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
Ayat 61
Wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
Ayat 62
Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, a fa lam takụnụ ta'qilụn.
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
Ayat 63
Hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adụn.
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
Ayat 64
Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụn.
Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
Ayat 65
Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụn.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Ayat 66
Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirụn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
Ayat 67
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn.
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
Ayat 68
Wa man nu'ammirhu nunakkishu fil-khalq, a fa lā ya'qilụn.
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
Ayat 69
Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan Kitab yang memberi penerangan,
Ayat 70
Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
Ayat 71
A wa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụn.
Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
Ayat 72
Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakụbuhum wa minhā ya'kulụn.
Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan ternak itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan.
Ayat 73
Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, a fa lā yasykurụn.
Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
Ayat 74
Wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụn.
Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
Ayat 75
Lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarụn.
Mereka (sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.
Ayat 76
Fa lā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn.
Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
Ayat 77
A wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn.
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.
Ayat 78
Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
Ayat 79
Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.
Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.
Ayat 80
Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum minhu tụqidụn.
Yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
Ayat 81
A wa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.
Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
Ayat 82
Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
Ayat 83
Fa subḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn.
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.
Membedah Makna dan Kandungan Surah Yasin
Surah Yasin tidak hanya sekadar rangkaian ayat yang indah untuk dilantunkan, tetapi juga samudra hikmah yang tak bertepi. Kandungannya merangkum pilar-pilar utama ajaran Islam yang jika direnungkan secara mendalam akan mengokohkan fondasi keimanan seorang hamba. Mari kita selami lebih dalam tema-tema pokok yang diusung oleh surah agung ini.
1. Penegasan Risalah Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur'an
Surah ini dibuka dengan sumpah Allah SWT demi Al-Qur'an yang penuh hikmah (ayat 2), yang langsung diikuti dengan penegasan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar seorang utusan (ayat 3) yang berada di jalan yang lurus (ayat 4). Ini adalah jawaban telak bagi kaum kafir Quraisy yang pada masa itu meragukan status kenabian beliau. Penegasan ini menggarisbawahi bahwa Al-Qur'an bukanlah karangan manusia, melainkan wahyu yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Fungsinya adalah sebagai peringatan bagi kaum yang leluhurnya belum pernah menerima peringatan, sehingga mereka berada dalam kelalaian. Ayat-ayat awal ini membangun fondasi utama: sumber kebenaran adalah wahyu ilahi, dan Nabi Muhammad SAW adalah penyampai wahyu yang tepercaya.
2. Gambaran Kondisi Orang yang Menolak Kebenaran
Surah Yasin dengan sangat kuat menggambarkan kondisi psikologis dan spiritual orang-orang yang menolak kebenaran. Mereka diibaratkan seperti orang yang lehernya dibelenggu hingga tertengadah (ayat 8), dan di depan serta di belakang mereka dipasang dinding penghalang sehingga mereka tidak bisa melihat (ayat 9). Ini adalah metafora yang luar biasa untuk menggambarkan ketertutupan hati. Kesombongan, prasangka, dan keengganan untuk berpikir jernih menjadi belenggu dan dinding yang menghalangi cahaya petunjuk. Akibatnya, sama saja bagi mereka apakah diberi peringatan atau tidak, hati mereka telah terkunci rapat dari keimanan (ayat 10). Ini menjadi pengingat bagi kita agar senantiasa membuka hati dan pikiran untuk menerima kebenaran, jangan sampai kesombongan intelektual atau keduniawian membutakan kita.
3. Kisah Penduduk Negeri sebagai Ibrah (Pelajaran)
Salah satu bagian paling menyentuh dari Surah Yasin adalah kisah tentang penduduk suatu negeri (yang oleh para ahli tafsir sering diidentikkan dengan Anthakiyah) yang didatangi oleh tiga orang utusan (ayat 13-32). Kisah ini adalah sebuah miniatur dari perjuangan dakwah para nabi. Di dalamnya terdapat beberapa pelajaran penting:
- Arogansi Penolakan: Penduduk negeri itu menolak para utusan dengan argumen dangkal, "Kamu hanyalah manusia biasa seperti kami" (ayat 15). Mereka tidak mau melihat isi pesan, tetapi hanya fokus pada sosok pembawa pesan. Ini adalah cerminan dari kesombongan yang menghalangi objektivitas.
- Keteguhan Para Da'i: Para utusan tidak goyah. Mereka dengan tenang menjawab, "Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar utusan-Nya kepadamu" (ayat 16). Mereka menyandarkan kebenaran pada Allah, bukan pada pengakuan manusia.
- Munculnya Pahlawan Iman: Di tengah-tengah penolakan massal, muncullah seorang laki-laki dari ujung kota yang berlari untuk membela para utusan (ayat 20). Ia, yang dikenal sebagai Habib An-Najjar, memberikan argumen logis dan tulus, "Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk" (ayat 21). Ia mempertaruhkan nyawanya demi kebenaran.
- Ganjaran dan Penyesalan: Meskipun ia akhirnya dibunuh oleh kaumnya, Allah segera memasukkannya ke dalam surga. Dari dalam surga, ia masih berharap kaumnya mengetahui nikmat yang ia terima (ayat 26-27), menunjukkan betapa besar kasih sayangnya. Sebaliknya, kaum yang durhaka itu dibinasakan hanya dengan satu teriakan dahsyat (ayat 29). Kisah ini menjadi pelajaran abadi tentang akhir yang mulia bagi pembela kebenaran dan akhir yang hina bagi para penentangnya.
4. Tanda-tanda Kebesaran Allah di Alam Semesta (Ayat-ayat Kauniyah)
Setelah menyajikan kisah sejarah, Surah Yasin mengajak kita untuk membuka mata dan merenungkan alam semesta. Allah SWT memaparkan serangkaian bukti kekuasaan-Nya yang tak terbantahkan, yang seharusnya membuat manusia sadar akan eksistensi dan keagungan-Nya.
"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan."
Ayat 33 ini adalah analogi yang sangat kuat untuk hari kebangkitan. Sebagaimana Allah mampu menghidupkan tanah yang kering kerontang menjadi subur, begitu pula Allah Maha Mampu untuk membangkitkan manusia dari tulang-belulang yang telah hancur. Kemudian, Allah menunjukkan tanda-tanda lain:
- Penciptaan Berpasang-pasangan: Dari tumbuhan, diri manusia, hingga hal-hal yang tidak kita ketahui (ayat 36), semuanya diciptakan berpasangan. Ini menunjukkan adanya keteraturan dan desain yang sempurna, bukan kebetulan.
- Pergantian Siang dan Malam: Sebuah siklus presisi yang memungkinkan kehidupan di bumi (ayat 37).
- Peredaran Matahari dan Bulan: Keduanya bergerak pada orbitnya masing-masing dengan ketetapan yang luar biasa akurat, tanpa pernah bertabrakan (ayat 38-40). Ini adalah bukti adanya "Taqdirul 'Azizil 'Alim" (Ketetapan dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui).
- Kekuasaan di Lautan: Kemampuan manusia berlayar di lautan dengan kapal adalah berkat rahmat dan ilmu yang Allah anugerahkan (ayat 41-42).
Rangkaian ayat ini bukan sekadar deskripsi alam, melainkan undangan untuk bertafakur. Setiap fenomena alam adalah "ayat" atau tanda yang menunjuk kepada Sang Pencipta. Bagi orang yang berpikir, seluruh alam semesta ini adalah kitab terbuka yang membuktikan keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
5. Kepastian Hari Kebangkitan dan Peristiwa di Hari Kiamat
Tema puncak dari Surah Yasin adalah penegasan tentang hari kiamat dan kebangkitan. Surah ini membantah keraguan kaum kafir yang bertanya, "Kapankah janji itu akan datang?" (ayat 48). Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba melalui satu teriakan dahsyat (ayat 49). Setelah itu, tiupan sangkakala kedua akan membangkitkan semua manusia dari kubur mereka (ayat 51). Surah ini melukiskan dua skenario kontras di akhirat:
- Kenikmatan Penghuni Surga: Mereka digambarkan berada dalam kesibukan yang menyenangkan, bersandar di atas dipan bersama pasangan mereka, menikmati buah-buahan dan segala yang mereka inginkan (ayat 55-57). Puncak kenikmatan adalah ucapan "Salam" dari Allah, Tuhan Yang Maha Penyayang (ayat 58).
- Penderitaan dan Penyesalan Penghuni Neraka: Mereka dipisahkan dari orang-orang beriman dan diingatkan akan janji mereka kepada Allah untuk tidak menyembah setan (ayat 59-60). Pada hari itu, mulut mereka dikunci, dan yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka, menjadi saksi atas perbuatan mereka di dunia (ayat 65). Ini adalah gambaran pengadilan yang seadil-adilnya, di mana tidak ada satu pun perbuatan yang bisa disembunyikan.
6. Argumen Logis tentang Kekuasaan Allah untuk Membangkitkan
Menjelang akhir surah, Allah SWT menyajikan argumen pamungkas yang membungkam semua keraguan tentang hari kebangkitan. Ketika manusia yang sombong bertanya, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" (ayat 78), Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menjawab dengan tiga argumen yang tak terbantahkan:
- Logika Penciptaan Awal: "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali." (ayat 79). Secara logika, menciptakan sesuatu dari ketiadaan jauh lebih sulit daripada mengumpulkan dan menghidupkan kembali sesuatu yang pernah ada. Jika Allah mampu melakukan yang pertama, tentu Dia lebih mampu melakukan yang kedua.
- Analogi dari Alam: Allah menunjukkan kekuasaan-Nya yang mampu mengeluarkan api (energi) dari kayu yang hijau (ayat 80). Ini adalah tanda bahwa Allah mampu mengeluarkan kehidupan dari sesuatu yang tampak mati.
- Argumentum ad Majus (Argumen yang Lebih Besar): "Bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu?" (ayat 81). Penciptaan langit dan bumi yang begitu maha dahsyat jauh lebih besar dan kompleks daripada penciptaan kembali seorang manusia. Jika Allah mampu melakukan penciptaan yang kolosal tersebut, maka membangkitkan manusia adalah perkara yang sangat mudah bagi-Nya.
Surah ini ditutup dengan ayat yang menjadi esensi kekuasaan Allah, yaitu "Kun Fayakun" (Jadilah! Maka jadilah ia) (ayat 82), dan sebuah deklarasi tauhid yang agung: "Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan" (ayat 83). Ayat penutup ini merangkum seluruh pesan surah: semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya, menegaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sebuah perjalanan singkat menuju pertanggungjawaban abadi.