Surah Yasin: Jantung Al-Quran
Surah Yasin adalah surah ke-36 dalam Al-Quran, terdiri dari 83 ayat, dan tergolong dalam surah Makkiyah. Ia dijuluki sebagai 'Qalbul Quran' atau jantungnya Al-Quran. Julukan ini mengisyaratkan betapa sentralnya kandungan dan pesan yang dibawanya. Seperti jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh, Surah Yasin memompa keimanan, keyakinan akan hari kebangkitan, dan pelajaran tentang kekuasaan Allah ke dalam jiwa setiap mukmin yang membacanya.
Keutamaan Membaca Surah Yasin
Banyak hadis yang menerangkan tentang fadhilah atau keutamaan membaca Surah Yasin. Keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa melazimi bacaannya, baik dalam kesempatan pribadi maupun berjamaah. Beberapa keutamaan tersebut antara lain:
- Mendapat Ampunan Dosa: Salah satu keutamaan yang paling sering disebut adalah pengampunan dosa. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, "Barangsiapa membaca surah Yasin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni." Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah bagi mereka yang meluangkan waktu untuk merenungi firman-Nya.
- Dimudahkan Urusannya: Membaca Surah Yasin diyakini dapat menjadi wasilah untuk memohon kemudahan dari Allah SWT atas segala kesulitan yang dihadapi, baik urusan duniawi maupun ukhrawi. Keyakinan ini lahir dari kandungan ayat-ayatnya yang menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu.
- Meringankan Sakaratul Maut: Surah Yasin sering dibacakan untuk orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Diharapkan dengan berkah dari bacaan surah ini, proses peralihan dari kehidupan dunia menuju akhirat dapat berjalan dengan lebih tenang dan mudah atas izin Allah.
- Pahala yang Berlipat Ganda: Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa membaca Surah Yasin sekali sama nilainya dengan membaca Al-Quran sepuluh kali. Meskipun status hadis ini menjadi perdebatan, ia tetap menjadi penyemangat bagi banyak orang untuk tidak meninggalkan amalan mulia ini.
Kandungan Pokok Surah Yasin
Secara garis besar, Surah Yasin membahas tiga tema utama yang menjadi pilar akidah Islam:
- Penegasan Risalah Nabi Muhammad SAW: Ayat-ayat awal surah ini menjadi sumpah Allah yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar seorang rasul yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaum yang lalai. Ini adalah pondasi keimanan kepada kenabian.
- Kisah dan Pelajaran Umat Terdahulu: Surah ini mengisahkan tentang utusan-utusan yang dikirim ke sebuah negeri (Ashab al-Qaryah) yang penduduknya mendustakan mereka. Kisah ini menjadi ibrah atau pelajaran berharga tentang akibat dari kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran.
- Bukti Kekuasaan Allah dan Hari Kebangkitan: Sebagian besar isi surah ini memaparkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, seperti menghidupkan bumi yang mati, peredaran matahari dan bulan, serta penciptaan manusia. Semua ini menjadi argumen logis dan kuat akan adanya hari kebangkitan, di mana semua manusia akan dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bacaan Lengkap Surah Yasin (Ayat 1-83)
Berikut adalah bacaan lengkap Surah Yasin dalam tulisan Arab, transliterasi Rumi, dan terjemahan Bahasa Indonesia.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
يٰسۤ ۚ (١)
Yā Sīn.
Ya Sin.
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ (٢)
Wal-qur'ānil-ḥakīm.
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ (٣)
Innaka laminal-mursalīn.
sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ (٤)
'Alā ṣirāṭim mustaqīm.
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ (٥)
Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ (٦)
Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.
agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (٧)
Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ (٨)
Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ (٩)
Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ (١٠)
Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ (١١)
Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.
Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ (١٢)
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ (١٣)
Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ (١٤)
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin faqālū innā ilaikum mursalūn.
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ (١٥)
Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ (١٦)
Qālū rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.
Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepadamu.
وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ (١٧)
Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ (١٨)
Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ (١٩)
Qālū ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ (٢٠)
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ۔ (٢١)
Ittabi'ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.
Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ (٢٢)
Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ (٢٣)
A'attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn.
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak akan berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ (٢٤)
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.
Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ (٢٥)
Innī āamantu birabbikum fasma'ūn.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ (٨٣)
Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ūn.
Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Tahlil: Rangkaian Zikir dan Doa
Tahlil secara harfiah berarti mengucapkan kalimat tauhid "Lā ilāha illallāh" (Tiada Tuhan selain Allah). Namun, dalam konteks budaya di Indonesia dan sekitarnya, tahlil merujuk pada sebuah rangkaian zikir, bacaan ayat-ayat Al-Quran, dan doa yang disusun secara sistematis. Amalan ini umumnya dilakukan untuk mendoakan arwah orang yang telah meninggal, atau sebagai acara syukuran dan selamatan.
Inti dari Tahlil adalah untuk mengingat Allah (zikrullah) dan mengirimkan pahala dari bacaan-bacaan mulia tersebut kepada almarhum atau almarhumah. Ini adalah wujud cinta dan bakti dari yang masih hidup kepada mereka yang telah berpulang. Setiap kalimat dalam Tahlil, mulai dari Istighfar, Tasbih, Tahmid, Takbir, hingga Shalawat, memiliki makna mendalam untuk membersihkan jiwa, mengagungkan Allah, dan memohon syafaat Rasulullah SAW.
Susunan Bacaan Tahlil Lengkap
Berikut adalah susunan bacaan Tahlil yang umum diamalkan, disajikan dalam format Arab, Rumi, dan terjemahan.
1. Pengantar Al-Fatihah (Ila Hadratin)
اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهٖ وَاَصْحَابِهِ الْكِرَامِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Ilā ḥaḍratin-nabiyyil-muṣṭafā Muḥammadin ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, wa ālihī wa aṣḥābihil-kirām, syai'un lillāhi lahumul-fātiḥah.
Teruntuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang mulia. Sesuatu karena Allah, untuk mereka Al-Fatihah. (Membaca Surah Al-Fatihah 1x)
2. Membaca Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, dan Awal Al-Baqarah
Dilanjutkan dengan membaca Surah Al-Ikhlas (3x), Surah Al-Falaq (1x), Surah An-Nas (1x), kemudian tahlil dan takbir.
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.
3. Membaca Ayat Kursi
اَللهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ... (hingga akhir ayat)
Allāhu lā ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm... (dan seterusnya)
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya)... (Membaca Ayat Kursi lengkap 1x)
4. Bacaan Istighfar dan Tasbih
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ (٣×)
Astaghfirullāhal-'aẓīm (3x)
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (٣٣×)
Subḥānallāhi wa biḥamdih, subḥānallāhil-'aẓīm (33x)
Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung.
5. Bacaan Tahlil
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ (١٠٠×)
Lā ilāha illallāh (100x)
Tiada Tuhan selain Allah.
6. Kalimat Tauhid Penutup
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Lā ilāha illallāh, Muḥammadur rasūlullāh, ṣallallāhu 'alaihi wa sallam.
Tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah, semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan kepadanya.
7. Doa Tahlil (Doa Arwah)
Rangkaian Tahlil ditutup dengan doa khusus yang memohon ampunan dan rahmat bagi arwah yang didoakan, serta kebaikan bagi keluarga yang ditinggalkan. Doa ini bisa bervariasi, namun intinya adalah permohonan kepada Allah SWT.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ...
Allāhummagfir lahum warḥamhum wa 'āfihim wa'fu 'anhum...
Ya Allah, ampunilah mereka, sayangilah mereka, sejahterakanlah mereka, dan maafkanlah kesalahan mereka... (Doa dilanjutkan sesuai hajat).