Gema Cinta Rasul: Menyelami Samudera Sholawat Abah Guru Sekumpul

Simbol Cahaya Sholawat Ilustrasi abstrak kubah masjid dengan cahaya yang memancar ke atas, melambangkan gema sholawat yang membawa pencerahan dan kedamaian.

Di jantung Kalimantan, di sebuah kota yang dijuluki Serambi Mekkah, hiduplah seorang ulama yang cahayanya menerangi jutaan hati. Beliau adalah Abah Guru Sekumpul, sosok yang namanya senantiasa lekat dengan gema sholawat. Ajaran beliau tidak rumit, namun meresap hingga ke sanubari terdalam: cintailah Rasulullah ﷺ, maka hidupmu akan berlimpah rahmat. Dan jalan termudah untuk menumbuhkan cinta itu, menurut beliau, adalah melalui lisan yang tak pernah kering dari melantunkan sholawat.

Sholawat, bagi banyak orang, mungkin sekadar rangkaian pujian. Namun di dalam majelis beliau, sholawat menjelma menjadi sebuah kekuatan dahsyat. Ia adalah jembatan yang menghubungkan kerinduan seorang hamba dengan sang kekasih agung, Nabi Muhammad ﷺ. Ia adalah penawar bagi jiwa yang gundah, pembuka pintu rezeki yang terkunci, dan yang terpenting, tiket emas untuk meraih syafaat di hari akhir. Artikel ini akan membawa kita menyelami samudra sholawat yang diajarkan dan diwariskan oleh Abah Guru Sekumpul, sebuah warisan spiritual yang tak lekang oleh waktu.

Sosok di Balik Lautan Pecinta Rasulullah ﷺ

Untuk memahami kedalaman sholawat Sekumpul, kita harus terlebih dahulu mengenal sumber mata airnya. Abah Guru Sekumpul adalah seorang 'alim yang memiliki karisma luar biasa. Wajahnya teduh, tutur katanya lembut namun tegas, dan ilmunya laksana lautan tak bertepi. Beliau adalah seorang pendidik ruhani (murabbi) yang mampu menyentuh hati murid-muridnya dengan cara yang paling sederhana. Beliau tidak hanya mengajarkan teks-teks kitab, tetapi menanamkan esensi dari ajaran itu sendiri, yaitu mahabbah atau cinta.

Cinta tertinggi beliau tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan ini bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan terwujud dalam setiap helaan napas, setiap gerak, dan setiap ajaran yang beliau sampaikan. Majelis beliau di Sekumpul, Martapura, menjadi magnet yang menarik jutaan manusia dari berbagai penjuru. Mereka datang bukan karena paksaan, melainkan karena panggilan jiwa, karena merasakan getaran cinta yang sama. Di majelis itulah, sholawat menjadi menu utama. Ia bukan lagi amalan sampingan, melainkan detak jantung dari seluruh kegiatan spiritual yang ada.

Beliau mengajarkan bahwa sholawat adalah "jalan tol" spiritual. Ketika seorang hamba merasa doanya sulit terijabah, amalnya terasa kurang, dan imannya naik turun, maka sholawat adalah solusinya. Dengan bersholawat, seorang hamba seolah-olah membonceng pada kedudukan mulia Rasulullah ﷺ. Pujian kita yang tak sempurna menjadi sempurna karena disandarkan kepada sosok yang paling sempurna. Beliau sering mengibaratkan, "Orang yang banyak membaca sholawat, maka ruhnya akan selalu tersambung dengan ruh Rasulullah ﷺ."

Makna dan Filosofi Sholawat dalam Ajaran Beliau

Di tangan Abah Guru Sekumpul, sholawat bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan sebuah filosofi hidup. Ia memiliki dimensi-dimensi yang sangat dalam, yang jika direnungkan akan mengubah cara pandang kita terhadap dunia dan akhirat.

1. Sholawat sebagai Ekspresi Kerinduan

Beliau mengajarkan bahwa sholawat adalah surat cinta dari seorang ummat kepada Nabinya. Setiap kali kita mengucapkannya, kita sedang mengirimkan salam rindu kepada beliau. Getaran suara yang melantunkan "Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad" adalah gema dari hati yang merindukan pertemuan dengan sang Nabi. Semakin sering dilantunkan, semakin tebal pula rasa rindu dan cinta itu. Rasa inilah yang menjadi bahan bakar utama dalam perjalanan spiritual seorang hamba.

2. Sholawat sebagai Pembersih Jiwa

Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Dosa-dosa ini, disadari atau tidak, akan mengeruhkan hati dan membuat jiwa gelisah. Abah Guru Sekumpul menekankan bahwa sholawat adalah sabun ruhani yang paling ampuh. Ia mampu membersihkan noda-noda dosa, melapangkan dada yang sesak, dan menenangkan hati yang bergejolak. Dalam majelisnya, isak tangis sering terdengar saat sholawat dilantunkan. Itu adalah tangisan pelepasan, tangisan pembersihan jiwa yang difasilitasi oleh berkah sholawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.

3. Sholawat sebagai Kunci Pembuka Rahmat

Salah satu ajaran beliau yang paling populer adalah tentang bagaimana sholawat menjadi kunci segala hajat. Beliau meyakinkan jamaahnya bahwa tidak ada hajat dunia maupun akhirat yang tidak bisa tembus dengan wasilah sholawat. Mengapa? Karena ketika kita bersholawat, Allah sendiri yang akan membalasnya dengan rahmat yang berlipat ganda. "Satu kali sholawatmu, dibalas sepuluh rahmat dari Allah," begitu sabda Nabi. Rahmat Allah inilah yang menjadi sumber dari segala kebaikan: kesehatan, kelancaran rezeki, ketenangan keluarga, dan kemudahan dalam segala urusan.

4. Sholawat sebagai Jaminan Syafaat

Tujuan akhir setiap mukmin adalah selamat di akhirat dan masuk ke dalam surga-Nya. Jalan menuju ke sana penuh dengan rintangan dan hisab yang berat. Satu-satunya harapan terbesar kita adalah syafaat atau pertolongan dari Rasulullah ﷺ. Abah Guru Sekumpul selalu mengingatkan bahwa orang yang paling berhak mendapatkan syafaat beliau adalah mereka yang paling banyak bersholawat kepadanya. Sholawat yang kita lantunkan di dunia ini ibarat kita menabung investasi untuk hari akhir, sebuah investasi yang tak akan pernah merugi.

Beberapa Sholawat Agung yang Dipopulerkan

Meskipun semua bentuk sholawat baik, ada beberapa kitab dan gubahan sholawat yang menjadi ciri khas dalam majelis Sekumpul. Beliau mengijazahkannya secara luas, membuatnya diamalkan oleh jutaan orang hingga hari ini.

1. Maulid Simtud Duror

Karya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi ini adalah salah satu kitab maulid yang paling sering dibacakan. Judulnya berarti "Untaian Mutiara," yang menggambarkan betapa indahnya kisah kelahiran, sifat, dan perjuangan Nabi Muhammad ﷺ yang tertuang di dalamnya. Abah Guru Sekumpul membacakannya dengan penuh penghayatan, seolah-olah membawa jamaah hadir langsung dalam peristiwa-peristiwa mulia tersebut. Lantunan Simtud Duror di majelis Sekumpul memiliki irama yang khas, syahdu, dan mampu menggetarkan jiwa siapa pun yang mendengarnya.

2. Maulid Ad-Diba'i

Ini adalah kitab maulid lain yang sangat populer, karya Imam Abdurrahman Ad-Diba'i. Gaya bahasanya sangat puitis dan indah. Pembacaan Maulid Ad-Diba'i seringkali diiringi dengan lantunan merdu dan pukulan rebana yang khas, menambah semangat dan kekhusyukan jamaah dalam memuji Nabi ﷺ. Kitab ini secara rinci mengisahkan perjalanan hidup Rasulullah dari sebelum kelahiran hingga wafatnya, menjadikannya sebuah biografi spiritual yang lengkap.

3. Qasidah Burdah

Qasidah Burdah karya Imam Al-Bushiri adalah sebuah mahakarya sastra Arab yang berisi pujian-pujian agung kepada Rasulullah ﷺ. Diceritakan bahwa Imam Al-Bushiri menggubah qasidah ini saat beliau menderita sakit lumpuh. Dalam mimpinya, beliau bertemu Rasulullah ﷺ yang kemudian menyelimutinya dengan burdah (mantel) beliau. Seketika, Imam Al-Bushiri pun sembuh dari penyakitnya. Abah Guru Sekumpul sangat mencintai qasidah ini dan sering membacakannya. Beliau mengajarkan bahwa di dalam bait-bait Burdah terkandung obat bagi penyakit fisik maupun penyakit hati.

مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّـمْ دَائِمًا أَبَدًا
عَلىٰ حَبِيْبِكَ خَيْرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ

Mawlāya ṣalli wa sallim dā-iman abadan
‘Alā ḥabībika khayril-khalqi kullihimi
"Wahai Tuhanku, limpahkanlah selalu rahmat dan keselamatan,
atas kekasih-Mu, makhluk terbaik dari semuanya."

Bait pembuka Burdah ini saja sudah menjadi wirid bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia, sebuah warisan yang terus hidup berkat para ulama seperti Abah Guru Sekumpul.

4. Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah

Ini mungkin adalah sholawat yang paling identik dengan Abah Guru Sekumpul. Meskipun liriknya sederhana, cara beliau melantunkannya dengan penuh perasaan dan kerinduan yang mendalam membuatnya begitu menusuk kalbu. Sholawat ini adalah sebuah panggilan langsung, sebuah rintihan dari seorang pecinta kepada yang dicintainya. Ia menjadi semacam "lagu kebangsaan" bagi para muhibbin (pecinta) Abah Guru Sekumpul.

يَا سَيِّدِيْ يَا رَسُوْلَ الله
يَا مَنْ لَهُ الْجَاهُ عِنْدَ الله
إِنَّ الْمُسِيْئِيْنَ قَدْ جَاءُوْكَ
بِالذَّنْبِ يَسْتَغْفِرُوْنَ الله

Yā Sayyidī yā Rasūlallāh
Yā man lahul-jāhu ‘indallāh
Innal-musī-īna qad jā-ūka
Bidz-dzanbi yastaghfirūnallāh
"Wahai tuanku, wahai Rasulullah,
Wahai yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah,
Sungguh, kami para pendosa telah datang kepadamu,
Dengan membawa dosa, kami memohon ampunan kepada Allah."

Lantunan sholawat ini ketika dibawakan oleh beliau dan diikuti oleh lautan manusia di Sekumpul menciptakan sebuah atmosfer spiritual yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Ia adalah pengakuan atas kelemahan diri sekaligus permohonan pertolongan melalui perantara makhluk yang paling dicintai Allah.

Warisan Majelis Sholawat yang Tak Pernah Padam

Meskipun sang guru telah berpulang ke Rahmatullah, warisannya justru semakin bersinar terang. Majelis Sekumpul tetap hidup, dan gema sholawat yang beliau ajarkan kini melintasi batas-batas geografis Martapura. Rekaman-rekaman suara dan video pengajian beliau tersebar luas di dunia digital, menjadi oase penyejuk bagi jiwa-jiwa yang haus akan kedamaian di tengah hiruk pikuk dunia modern.

Pengaruh beliau telah mengubah lanskap budaya dan spiritual di Kalimantan Selatan dan sekitarnya. Majelis-majelis sholawat menjamur di berbagai tempat, meniru semangat dan metode yang diajarkan di Sekumpul. Anak-anak muda yang dulunya jauh dari nilai-nilai agama, kini banyak yang menjadi penggiat sholawat. Ini adalah bukti nyata dari keberkahan dakwah beliau yang berpusat pada cinta kepada Rasulullah ﷺ.

Warisan terbesarnya bukanlah bangunan fisik, melainkan jutaan hati yang telah beliau hidupkan dengan cahaya sholawat. Beliau berhasil menanamkan sebuah keyakinan bahwa sebesar apa pun dosa seorang hamba, dan serumit apa pun masalah hidupnya, selalu ada jalan keluar selama ia tidak melepaskan tambang penghubungnya kepada Rasulullah ﷺ. Dan tambang itu adalah sholawat.

Mengamalkan sholawat ajaran Guru Sekumpul sejatinya adalah melanjutkan perjuangan beliau dalam menyebarkan cinta kepada Baginda Nabi. Ini bukan sekadar mengikuti tren, tetapi sebuah kebutuhan ruhani. Di zaman yang penuh fitnah dan ketidakpastian, berpegang teguh pada sholawat adalah seperti memegang kompas yang selalu menunjuk ke arah yang benar. Ia adalah cahaya yang akan menuntun kita melewati kegelapan dunia, menuju kepada keridhaan Allah dan syafaat Rasulullah ﷺ.

Mari kita basahi lisan kita, penuhi waktu kita, dan getarkan hati kita dengan sholawat. Sebagaimana yang selalu diajarkan oleh sang guru, sholawat adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebuah amalan ringan di lisan, namun berat timbangannya di sisi Allah, dan menjadi penyebab utama turunnya rahmat dan terbukanya pintu-pintu kebaikan yang tak terhingga.

🏠 Kembali ke Homepage