Doa Qunut merupakan salah satu doa yang memiliki kedudukan istimewa dalam ibadah seorang Muslim. Kata "Qunut" sendiri secara bahasa berasal dari bahasa Arab (القنوت) yang memiliki beberapa makna, seperti berdiri lama, diam, tunduk, taat, dan berdoa. Dalam konteks istilah syar'i, Qunut adalah doa khusus yang dibacakan pada waktu tertentu di dalam shalat, dengan tujuan untuk memohon kebaikan, perlindungan, serta menolak bala atau musibah.
Bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, Doa Qunut sangat identik dengan shalat Subuh. Namun, pemahamannya lebih luas dari itu. Doa ini juga diamalkan pada shalat Witir, terutama di bulan Ramadhan, serta dalam kondisi-kondisi darurat yang dikenal sebagai Qunut Nazilah. Karena bacaannya yang cukup panjang, banyak umat Islam yang merasa perlu untuk mempelajarinya secara bertahap. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan bacaan Qunut Latin sebagai jembatan untuk menghafal bacaan Arabnya. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai doa Qunut, mulai dari bacaan Latin, Arab, terjemahan, makna mendalam di setiap kalimatnya, hingga hukum dan waktu pelaksanaannya.
Bacaan Lengkap Doa Qunut: Arab, Latin, dan Artinya
Berikut adalah bacaan doa Qunut yang umum dibacakan, disajikan dalam tiga format untuk kemudahan belajar dan pemahaman: tulisan Arab, transliterasi Latin, dan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Membaca teks Latin sangat membantu bagi mereka yang belum lancar membaca huruf Arab, namun tetap dianjurkan untuk terus berlatih melafalkan dari sumber aslinya guna menjaga makhraj (artikulasi huruf) yang benar.
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ
Allahummahdinii fiiman hadait,
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk."
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ
Wa 'aafinii fiiman 'aafait,
Artinya: "Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan."
وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ
Wa tawallanii fiiman tawallait,
Artinya: "Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau pelihara."
وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ
Wa baariklii fiimaa a'thait,
Artinya: "Berilah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku."
وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ
Wa qinii syarra maa qadhait,
Artinya: "Jauhkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan."
فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ
Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaik,
Artinya: "Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang menentukan atas-Mu."
وَاِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ
Wa innahu laa yadzillu man waalait,
Artinya: "Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau beri kekuasaan."
وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
Wa laa ya'izzu man 'aadait,
Artinya: "Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi."
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait,
Artinya: "Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau."
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ
Falakal hamdu 'alaa maa qadhait,
Artinya: "Maka bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan."
اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ
Astaghfiruka wa atuubu ilaik,
Artinya: "Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu."
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Artinya: "Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."
Membedah Makna Mendalam Setiap Kalimat Doa Qunut
Doa Qunut bukan sekadar rangkaian kata, tetapi sebuah permohonan komprehensif yang mencakup seluruh aspek kehidupan seorang hamba. Setiap kalimatnya mengandung makna yang sangat dalam dan menunjukkan tingkat kepasrahan yang tinggi kepada Allah SWT. Mari kita bedah satu per satu.
1. "Allahummahdinii fiiman hadait" (Ya Allah, berilah aku petunjuk...)
Kalimat pembuka ini adalah permohonan paling fundamental: permintaan hidayah atau petunjuk. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah. Tanpa hidayah, seseorang akan tersesat dalam kegelapan. Dengan memohon ini, kita mengakui bahwa petunjuk bukanlah hasil usaha intelektual semata, melainkan murni pemberian dari Allah. Frasa "sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk" menunjukkan kerendahan hati kita. Kita ingin digolongkan bersama para nabi, orang-orang saleh, dan para syuhada yang telah lebih dulu menapaki jalan lurus berkat petunjuk-Nya. Ini adalah doa agar kita senantiasa berada di atas jalan yang benar (shiratal mustaqim) dalam setiap pilihan hidup, baik dalam urusan ibadah maupun muamalah.
2. "Wa 'aafinii fiiman 'aafait" (Berilah aku kesehatan...)
Permohonan kedua adalah untuk 'afiyah, yang sering diterjemahkan sebagai kesehatan. Namun, maknanya jauh lebih luas. 'Afiyah mencakup keselamatan dan kesejahteraan dari segala hal yang buruk. Ini termasuk kesehatan fisik dari penyakit, kesehatan mental dari stres dan depresi, kesehatan spiritual dari keraguan dan kesesatan, serta perlindungan dari segala macam musibah, fitnah, dan kejahatan makhluk. Meminta 'afiyah adalah meminta perlindungan total dari Allah di dunia dan di akhirat. Ini adalah doa untuk kehidupan yang damai, tenteram, dan terbebas dari penderitaan.
3. "Wa tawallanii fiiman tawallait" (Peliharalah aku...)
Kata "tawallanii" berasal dari kata wali, yang berarti pelindung, penolong, atau kekasih. Dengan kalimat ini, kita memohon agar Allah SWT menjadi Wali kita. Kita meminta agar Allah yang mengambil alih urusan kita, membimbing setiap langkah kita, dan melindungi kita dari segala marabahaya. Ketika Allah menjadi Wali seorang hamba, maka tidak ada satu pun kekuatan di alam semesta ini yang dapat mencelakainya. Ini adalah bentuk penyerahan diri total, di mana kita meletakkan seluruh kepercayaan dan nasib kita di "tangan" Allah Yang Maha Kuasa. Ini adalah permohonan untuk mendapatkan cinta dan pertolongan langsung dari-Nya.
4. "Wa baariklii fiimaa a'thait" (Berilah keberkahan...)
Setelah meminta petunjuk, kesehatan, dan perlindungan, kita memohon keberkahan (barakah). Barakah adalah kebaikan ilahi yang melekat pada sesuatu, membuatnya bertambah, bermanfaat, dan langgeng. Permohonan ini tidak terbatas pada harta, tetapi mencakup segala sesuatu yang Allah berikan: waktu, ilmu, keluarga, pekerjaan, dan usia. Harta yang banyak tanpa barakah bisa jadi sumber malapetaka. Sebaliknya, harta yang sedikit namun penuh barakah akan terasa cukup dan mendatangkan kebaikan. Ilmu yang berkah akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Usia yang berkah adalah usia yang dipenuhi dengan ketaatan. Doa ini mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi pada kualitas dan nilai kebaikan dari setiap nikmat.
5. "Wa qinii syarra maa qadhait" (Jauhkanlah aku dari keburukan...)
Ini adalah pengakuan iman terhadap takdir (qadha dan qadar). Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah atas ketetapan Allah. Namun, sebagai manusia, kita tidak mengetahui hikmah di balik setiap kejadian. Oleh karena itu, kita memohon perlindungan dari aspek-aspek takdir yang mungkin tampak buruk bagi kita. Kita tidak menentang takdir-Nya, tetapi kita memohon kepada-Nya, Sang Pembuat takdir, untuk melindungi kita dari dampak buruknya. Ini adalah adab seorang hamba: beriman pada ketetapan-Nya sambil terus berdoa memohon kebaikan dan perlindungan dari-Nya.
6. "Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaik" (Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan...)
Kalimat ini adalah penegasan atas kekuasaan absolut Allah. Allah adalah satu-satunya yang berhak menetapkan dan menghakimi. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa mendikte atau menentukan sesuatu atas-Nya. Ini adalah deklarasi tauhid yang memurnikan keyakinan kita bahwa segala kekuatan, keputusan, dan ketetapan mutlak berada di tangan Allah. Manusia hanya bisa berencana dan berusaha, tetapi hasil akhir adalah milik-Nya. Pengakuan ini menumbuhkan rasa tawakal yang mendalam dan membebaskan hati dari ketergantungan kepada selain Allah.
7. "Wa innahu laa yadzillu man waalait" (Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau beri kekuasaan...)
Ini adalah kelanjutan dari permohonan "tawallanii". Kalimat ini menegaskan konsekuensi logis ketika Allah menjadi Wali seseorang. Siapapun yang berada di bawah perlindungan dan naungan Allah tidak akan pernah mengalami kehinaan sejati. Mungkin ia diuji dengan kemiskinan atau direndahkan oleh manusia, tetapi di mata Allah dan di akhirat kelak, ia akan menjadi orang yang mulia. Kemuliaan dan kehinaan sejati bukanlah berdasarkan standar duniawi, melainkan berdasarkan kedekatan seseorang dengan Allah SWT.
8. "Wa laa ya'izzu man 'aadait" (Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi.)
Ini adalah kebalikannya. Seseorang yang menjadi musuh Allah, yang menentang syariat-Nya dan berbuat kerusakan, tidak akan pernah mencapai kemuliaan hakiki. Meskipun di dunia ia tampak berkuasa, kaya raya, dan dihormati, kemuliaannya palsu dan sementara. Di hadapan Allah, ia adalah orang yang hina, dan pada akhirnya ia akan menemui kehancuran. Kalimat ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu berada di pihak Allah, bukan menentang-Nya.
9. "Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait" (Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.)
Setelah rentetan permohonan dan pengakuan, doa ini beralih ke pujian. "Tabaarakta" berarti Engkau Maha Pemberi Berkah yang melimpah dan abadi. "Ta'aalait" berarti Engkau Maha Tinggi dari segala sifat kekurangan dan dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan-Mu. Ini adalah bentuk sanjungan dan pengagungan yang sempurna kepada Allah, mengakui kesempurnaan-Nya setelah kita memohon segala macam kebaikan dari-Nya.
10. "Falakal hamdu 'alaa maa qadhait" (Maka bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan.)
Ini adalah puncak dari kepasrahan. Setelah memohon agar dijauhkan dari takdir buruk, kita menutupnya dengan pujian atas apa pun yang telah Allah tetapkan. Kalimat ini mengajarkan kita untuk rida (menerima dengan lapang dada) atas segala ketetapan Allah, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai. Ini adalah manifestasi dari keyakinan bahwa setiap ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan kebaikan, meskipun terkadang kita tidak mampu memahaminya. Ini adalah level tertinggi dari syukur dan sabar.
11. "Astaghfiruka wa atuubu ilaik" (Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.)
Setelah memuji Allah, kita kembali menyadari posisi kita sebagai hamba yang penuh dosa dan kekurangan. Permohonan ampun (istighfar) dan taubat adalah penutup yang sangat penting. Kita mengakui segala kesalahan, kelalaian, dan dosa yang mungkin telah kita lakukan, dan kita berjanji untuk kembali ke jalan-Nya. Ini menunjukkan bahwa sesaleh apa pun seseorang, ia tidak akan pernah lepas dari kebutuhan untuk memohon ampunan Allah.
12. Shalawat Penutup
Doa ditutup dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Bershalawat adalah perintah Allah dan merupakan adab dalam berdoa. Diyakini bahwa doa yang diawali dan diakhiri dengan shalawat memiliki kemungkinan lebih besar untuk dikabulkan. Ini juga merupakan bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah SAW yang telah membawa risalah Islam kepada kita.
Hukum Membaca Doa Qunut Menurut Pandangan Mazhab
Dalam fiqih Islam, terdapat perbedaan pandangan (ikhtilaf) di kalangan ulama mengenai hukum membaca doa Qunut, terutama dalam shalat Subuh. Perbedaan ini lahir dari interpretasi yang berbeda terhadap hadis-hadis yang ada. Penting untuk memahami pandangan ini dengan lapang dada sebagai bagian dari kekayaan khazanah intelektual Islam.
1. Mazhab Syafi'i dan Maliki
Menurut pandangan Mazhab Syafi'i, yang banyak dianut di Indonesia dan Asia Tenggara, hukum membaca doa Qunut pada rakaat kedua shalat Subuh adalah Sunnah Mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Mereka berpegang pada hadis yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melakukan Qunut pada shalat Subuh hingga beliau wafat. Jika seorang Muslim yang mengikuti mazhab ini lupa atau sengaja tidak membaca doa Qunut, maka shalatnya tetap sah, namun dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam.
Mazhab Maliki juga memiliki pandangan serupa, yaitu menganjurkan Qunut pada shalat Subuh. Mereka menganggapnya sebagai sebuah amalan yang baik (mustahab).
2. Mazhab Hanafi dan Hanbali
Di sisi lain, Mazhab Hanafi berpendapat bahwa Qunut tidak disyariatkan secara rutin pada shalat Subuh. Menurut mereka, amalan Qunut Subuh telah dinasakh (dihapus hukumnya). Mereka lebih menekankan pelaksanaan Qunut pada shalat Witir sebelum ruku'.
Mazhab Hanbali juga memiliki pandangan yang mirip. Mereka berpendapat bahwa Qunut secara rutin hanya dilakukan pada shalat Witir. Namun, kedua mazhab ini (Hanafi dan Hanbali) sepakat mengenai disyariatkannya Qunut Nazilah, yaitu Qunut yang dibaca ketika umat Islam sedang menghadapi bencana besar, seperti peperangan, wabah penyakit, kelaparan, atau penindasan. Qunut Nazilah ini dapat dibaca di setiap shalat fardhu.
Perbedaan ini adalah rahmat. Setiap mazhab memiliki dalil dan argumentasi yang kuat. Sikap terbaik adalah mengikuti pandangan mazhab yang diyakini atau yang umum diamalkan di lingkungan kita, sambil tetap menghormati perbedaan pandangan yang ada tanpa merasa paling benar.
Waktu dan Tata Cara Pelaksanaan Doa Qunut
Doa Qunut tidak dibaca di sembarang waktu dalam shalat. Ada waktu dan tata cara khusus yang perlu diperhatikan agar sesuai dengan tuntunan.
1. Qunut Shalat Subuh
- Waktu: Dibaca pada rakaat kedua shalat Subuh.
- Posisi: Setelah bangkit dari ruku' untuk i'tidal. Setelah membaca "Sami'allaahu liman hamidah, rabbanaa lakal hamdu...", imam atau orang yang shalat sendiri mengangkat kedua tangan seperti posisi berdoa.
- Pelaksanaan: Doa Qunut dibaca dengan suara yang lirih (sirr) jika shalat sendiri. Jika shalat berjamaah, imam dianjurkan mengeraskan suaranya dan makmum mengamini. Untuk bagian doa yang berisi pujian (seperti "Fa innaka taqdhii..."), makmum dianjurkan untuk ikut membacanya dengan lirih.
- Setelah Selesai: Setelah selesai membaca doa, tidak perlu mengusap wajah dengan tangan, langsung melanjutkan gerakan untuk sujud.
2. Qunut Shalat Witir
- Waktu: Umumnya dilakukan pada rakaat terakhir shalat Witir.
- Periode: Seringkali diamalkan secara khusus pada separuh akhir bulan Ramadhan (dari malam ke-16 hingga akhir).
- Posisi dan Pelaksanaan: Tata caranya sama seperti Qunut Subuh, yaitu dibaca setelah i'tidal pada rakaat terakhir sebelum sujud.
3. Qunut Nazilah
- Waktu: Dapat dilakukan pada setiap shalat fardhu lima waktu.
- Kondisi: Dilakukan ketika umat Islam sedang ditimpa musibah besar yang bersifat umum.
- Bacaan: Bacaan Qunut Nazilah bisa menggunakan lafaz doa Qunut yang umum, atau bisa juga ditambahkan doa-doa lain yang sesuai dengan kondisi musibah yang sedang dihadapi. Doanya seringkali berisi permohonan pertolongan bagi kaum Muslimin dan permohonan kehancuran bagi pihak yang zalim.
Tips Mudah Menghafal Doa Qunut
Bagi pemula, menghafal doa Qunut mungkin terasa menantang karena panjangnya. Namun, dengan metode yang tepat, prosesnya bisa menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
- Pahami Artinya: Menghafal akan jauh lebih mudah jika kita memahami apa yang kita ucapkan. Baca terjemahan dan makna per kalimat seperti yang telah diuraikan di atas. Ini akan membuat hafalan lebih melekat di hati.
- Bagi Menjadi Bagian Kecil: Jangan mencoba menghafal semuanya sekaligus. Pecah doa menjadi 3-4 bagian kecil. Fokuslah menghafal satu bagian hingga lancar sebelum pindah ke bagian berikutnya.
- Dengarkan Audio Murottal: Cari rekaman audio bacaan doa Qunut dari qari' yang suaranya merdu. Dengarkan berulang-ulang, baik saat di perjalanan, sebelum tidur, atau saat waktu luang. Metode auditori ini sangat efektif.
- Tulis Ulang: Menulis ulang bacaan doa Qunut (baik Arab maupun Latin) di buku catatan dapat membantu memperkuat memori visual dan motorik.
- Praktikkan Langsung: Cara terbaik untuk menghafal adalah dengan mempraktikkannya. Meskipun belum hafal seluruhnya, bacalah bagian yang sudah hafal saat shalat Subuh. Untuk bagian yang belum hafal, Anda bisa membacanya sambil melihat catatan kecil untuk sementara waktu hingga hafalan lancar.
- Minta Bantuan Orang Lain: Minta tolong kepada teman, keluarga, atau guru ngaji untuk menyimak hafalan Anda dan mengoreksi jika ada kesalahan dalam pelafalan.
Doa Qunut adalah senjata seorang mukmin. Di dalamnya terkandung permohonan yang mencakup segala kebaikan dunia dan akhirat. Dengan memahami, menghafal, dan mengamalkannya secara rutin, kita tidak hanya menjalankan sebuah sunnah, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah SWT, memohon perlindungan-Nya di setiap embusan napas, dan memasrahkan segala urusan kita kepada-Nya. Semoga panduan ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.