Panduan Lengkap Niat Sholat Tarawih dan Tata Caranya
Bulan suci Ramadhan adalah momen yang dinanti oleh seluruh umat Islam di dunia. Di bulan yang penuh berkah ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Salah satu amalan istimewa yang hanya ada di bulan Ramadhan adalah Sholat Tarawih. Ibadah sunnah ini menjadi penyempurna puasa dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Inti dari setiap ibadah adalah niat. Niat menjadi pembeda antara sebuah kebiasaan dengan ibadah yang bernilai pahala. Oleh karena itu, memahami dan melafalkan niat Sholat Tarawih dengan benar adalah langkah pertama dan paling fundamental sebelum kita melaksanakannya. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan niat sholat tarawih latin, mulai dari lafadznya, artinya, hingga perbedaan niat saat menjadi imam, makmum, atau ketika sholat sendirian.
Memahami Hakikat dan Keutamaan Sholat Tarawih
Sebelum kita menyelam lebih dalam ke lafadz niat, penting bagi kita untuk memahami esensi dari Sholat Tarawih itu sendiri. Kata "Tarawih" berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk jamak dari kata "tarwihah" (تَرْوِيْحَةٌ) yang berarti istirahat atau santai. Penamaan ini merujuk pada praktik para sahabat dan generasi setelahnya yang beristirahat sejenak setiap selesai mengerjakan empat rakaat (atau dua kali salam).
Sholat Tarawih hukumnya adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Meskipun beliau hanya melaksanakannya secara berjamaah di masjid selama beberapa malam untuk menghindari anggapan bahwa sholat ini wajib, semangat untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan qiyamullail (sholat malam) sangat ditekankan. Praktik sholat tarawih berjamaah secara rutin kemudian dilembagakan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu.
Keutamaan Luar Biasa Sholat Tarawih
Melaksanakan Sholat Tarawih dilandasi iman dan harapan akan ridha Allah SWT memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang mendirikan (sholat) Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi motivasi terbesar bagi kaum muslimin untuk tidak melewatkan satu malam pun di bulan Ramadhan tanpa mendirikan Sholat Tarawih. Pengampunan dosa adalah anugerah tak ternilai yang dijanjikan bagi mereka yang bersungguh-sungguh.
Urgensi Niat dalam Setiap Ibadah
Niat adalah ruh dari sebuah amalan. Tanpa niat, sebuah gerakan sholat hanyalah senam tanpa makna, dan puasa hanyalah menahan lapar dan dahaga tanpa pahala. Kedudukan niat sangat sentral dalam Islam, sebagaimana ditegaskan dalam hadits paling fundamental yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Niat berfungsi untuk tiga hal utama:
- Membedakan ibadah dari kebiasaan. Berdiri, ruku', dan sujud bisa saja merupakan gerakan olahraga. Namun, dengan niat sholat, gerakan tersebut berubah menjadi ibadah yang agung.
- Membedakan satu jenis ibadah dengan ibadah lainnya. Gerakan sholat dua rakaat bisa jadi adalah Sholat Subuh, Sholat Sunnah Tahiyatul Masjid, atau Sholat Sunnah Rawatib. Yang membedakannya adalah niat yang terpatri di dalam hati.
- Menentukan tujuan dari ibadah tersebut. Apakah ibadah dilakukan murni karena Allah (ikhlas) atau karena tujuan duniawi seperti ingin dipuji orang lain (riya').
Tempat niat adalah di dalam hati. Adapun melafalkan niat (talaffuzh) menurut mayoritas ulama Syafi'iyah hukumnya sunnah, karena dapat membantu lisan untuk menguatkan apa yang ada di dalam hati, sehingga lebih mudah untuk fokus dan konsentrasi.
Lafadz Niat Sholat Tarawih Lengkap (Tulisan Latin)
Berikut ini adalah panduan lengkap lafadz niat Sholat Tarawih dalam berbagai kondisi, baik saat menjadi imam, makmum, maupun saat melaksanakannya sendirian (munfarid). Setiap niat disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk kemudahan, dan artinya dalam Bahasa Indonesia.
1. Niat Sholat Tarawih Sebagai Makmum (Berjamaah)
Ini adalah niat yang paling umum diucapkan oleh mayoritas umat Islam saat melaksanakan Sholat Tarawih di masjid atau mushala secara berjamaah.
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
USHALLI SUNNATAT TARAAWIIHI RAK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALAA.
"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."
Penjabaran Makna per Kata:
- USHALLI: Aku niat sholat.
- SUNNATAT TARAAWIIHI: Sunnah Tarawih.
- RAK’ATAINI: Dua rakaat.
- MUSTAQBILAL QIBLATI: Menghadap kiblat.
- ADAA-AN: Tunai (dilaksanakan pada waktunya).
- MA’MUUMAN: Sebagai seorang makmum (pengikut imam).
- LILLAAHI TA’AALAA: Karena Allah Ta'ala.
2. Niat Sholat Tarawih Sebagai Imam (Memimpin Sholat)
Bagi Anda yang bertugas atau berkesempatan menjadi imam, baik di masjid, mushala, atau bahkan di rumah bersama keluarga, niatnya sedikit berbeda. Kata "ma'muuman" diganti dengan "imaaman".
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
USHALLI SUNNATAT TARAAWIIHI RAK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA.
"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta'ala."
Penjabaran Makna per Kata:
- USHALLI: Aku niat sholat.
- SUNNATAT TARAAWIIHI: Sunnah Tarawih.
- RAK’ATAINI: Dua rakaat.
- MUSTAQBILAL QIBLATI: Menghadap kiblat.
- ADAA-AN: Tunai (dilaksanakan pada waktunya).
- IMAAMAN: Sebagai seorang imam (pemimpin sholat).
- LILLAAHI TA’AALAA: Karena Allah Ta'ala.
3. Niat Sholat Tarawih Sendiri (Munfarid)
Terkadang, karena suatu udzur atau halangan, kita tidak dapat melaksanakan Sholat Tarawih secara berjamaah. Namun, bukan berarti kita harus meninggalkannya. Sholat Tarawih tetap bisa dan sangat dianjurkan untuk dikerjakan secara sendiri di rumah. Niatnya lebih sederhana karena tidak menyertakan status imam ataupun makmum.
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
USHALLI SUNNATAT TARAAWIIHI RAK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN LILLAAHI TA’AALAA.
"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, tunai karena Allah Ta'ala."
Penjabaran Makna per Kata:
- USHALLI: Aku niat sholat.
- SUNNATAT TARAAWIIHI: Sunnah Tarawih.
- RAK’ATAINI: Dua rakaat.
- MUSTAQBILAL QIBLATI: Menghadap kiblat.
- ADAA-AN: Tunai (dilaksanakan pada waktunya).
- LILLAAHI TA’AALAA: Karena Allah Ta'ala.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Tarawih
Setelah memahami niatnya, langkah selanjutnya adalah mengetahui tata cara pelaksanaannya. Secara umum, Sholat Tarawih dilaksanakan sama seperti sholat sunnah lainnya, yaitu dikerjakan setiap dua rakaat diakhiri dengan satu salam.
Jumlah Rakaat
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah rakaat Sholat Tarawih, namun keduanya memiliki dasar yang kuat dan sama-sama sah untuk diamalkan. Pendapat yang paling populer adalah:
- 11 Rakaat: Terdiri dari 8 rakaat Sholat Tarawih (dikerjakan dengan 4 kali salam) dan ditutup dengan 3 rakaat Sholat Witir. Pendapat ini didasarkan pada hadits Aisyah radhiyallahu 'anha yang menjelaskan tentang sholat malam Rasulullah SAW.
- 23 Rakaat: Terdiri dari 20 rakaat Sholat Tarawih (dikerjakan dengan 10 kali salam) dan ditutup dengan 3 rakaat Sholat Witir. Pendapat ini didasarkan pada praktik yang dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, serta menjadi amalan mayoritas kaum muslimin di berbagai belahan dunia.
Penting untuk dipahami bahwa perbedaan ini adalah rahmat. Kita bisa memilih mana yang paling sesuai dengan kondisi dan keyakinan kita, tanpa perlu menyalahkan atau merendahkan amalan orang lain.
Urutan Pelaksanaan Sholat Tarawih (per 2 Rakaat)
Berikut adalah urutan standar pelaksanaan setiap dua rakaat Sholat Tarawih:
- Niat: Menghadirkan niat di dalam hati sesuai dengan posisi kita (imam, makmum, atau sendiri) sesaat sebelum Takbiratul Ihram.
- Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga (untuk laki-laki) atau dada (untuk perempuan) sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
- Membaca Doa Iftitah: Disunnahkan membaca doa iftitah setelah takbir.
- Membaca Surat Al-Fatihah: Membaca Al-Fatihah secara lengkap.
- Membaca Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an.
- Ruku': Ruku' dengan tuma'ninah (tenang sejenak) sambil membaca tasbih ruku'.
- I'tidal: Bangun dari ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca "Sami'allahu liman hamidah" dan "Rabbana lakal hamd".
- Sujud Pertama: Sujud dengan tuma'ninah sambil membaca tasbih sujud.
- Duduk di Antara Dua Sujud: Duduk dengan tuma'ninah sambil membaca doa "Rabbighfirli warhamni...".
- Sujud Kedua: Sujud kembali dengan tuma'ninah sambil membaca tasbih sujud.
- Berdiri ke Rakaat Kedua: Bangkit untuk rakaat kedua, lalu mengulangi urutan dari membaca Al-Fatihah hingga sujud kedua.
- Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua di rakaat kedua, lakukan duduk Tasyahud (Tahiyat) Akhir.
- Salam: Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri untuk mengakhiri sholat.
Urutan ini diulang terus hingga mencapai jumlah rakaat yang diinginkan, baik 8 rakaat maupun 20 rakaat.
Niat dan Pelaksanaan Sholat Witir
Sholat Tarawih tidaklah lengkap tanpa ditutup dengan Sholat Witir. Witir berarti ganjil, dan sholat ini berfungsi sebagai penutup dari rangkaian ibadah sholat malam pada hari itu. Jumlah rakaatnya ganjil, umumnya 3 rakaat. Ada dua cara populer untuk melaksanakannya:
- Tiga rakaat dengan satu kali salam: Dikerjakan langsung tiga rakaat tanpa tasyahud awal di rakaat kedua.
- Tiga rakaat dengan dua kali salam: Dikerjakan dua rakaat terlebih dahulu (salam), kemudian berdiri lagi untuk mengerjakan satu rakaat (salam).
Sama seperti Tarawih, niat Sholat Witir juga berbeda tergantung posisi sholat kita.
1. Niat Sholat Witir 3 Rakaat 1 Salam (sebagai makmum)
أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
USHALLI SUNNATAL WITRI TSALAATSA RAKA’AATIN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALAA.
"Aku niat sholat sunnah Witir tiga rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."
2. Niat Sholat Witir 2 Rakaat (bagian pertama dari 3 rakaat 2 salam, sebagai makmum)
أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
USHALLI SUNNATAN MINAL WITRI RAK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALAA.
"Aku niat sholat sunnah bagian dari Witir dua rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."
3. Niat Sholat Witir 1 Rakaat (bagian kedua dari 3 rakaat 2 salam, sebagai makmum)
أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
USHALLI SUNNATAL WITRI RAK’ATAN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALAA.
"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala."
Untuk niat sebagai imam, ganti kata "ma'muuman" dengan "imaaman". Untuk niat sholat sendiri, hilangkan kata "ma'muuman" atau "imaaman".
Dzikir dan Doa Setelah Sholat Tarawih dan Witir
Salah satu tradisi baik yang sering dilakukan di sela-sela dan setelah Sholat Tarawih adalah berdzikir dan berdoa. Biasanya, setelah setiap salam (dua rakaat), bilal akan memandu jamaah membaca shalawat atau dzikir singkat. Setelah seluruh rangkaian Tarawih selesai dan sebelum Witir, seringkali dibacakan doa bersama.
Doa Kamilin (Doa Setelah Tarawih)
Salah satu doa yang populer dibaca setelah Sholat Tarawih adalah Doa Kamilin. Doa ini berisi permohonan yang sangat lengkap, mencakup kebaikan iman, kesehatan, rezeki, hingga keselamatan di dunia dan akhirat.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُบَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْลِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allahummaj'alnaa bil iimaani kaamiliin, wa lil faraa-idhi mu-addiin, wa lish-shalaati haafizhiin, wa liz-zakaati faa'iliin, wa limaa 'indaka thaalibiin, wa li'afwika raajiin, wa bil hudaa mutamassikiin, wa 'anil laghwi mu'ridhiin, wa fid-dunyaa zaahidiin, wa fil aakhirati raaghibiin, wa bil qadhaa-i raadhiin, wa lin na'maa-i syaakiriin, wa 'alal balaa-i shaabiriin, wa tahta liwaa-i sayyidinaa muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama yaumal qiyaamati saa-iriin, wa 'alal hawdhi waaridiin, wa ilal jannati daakhiliin, wa minan naari naajiin, wa 'alaa sariiril karaamati qaa'idiin, wa bi huurin 'iinin mutazawwijiin, wa min sundusin wa istabraqin wa diibaajin mutalabbisiin, wa min tha'aamil jannati aakiliin, wa min labanin wa 'asalin mushaffan syaaribiin, bi akwaabin wa abaariiqa wa ka'sin min ma'iin, ma'al ladziina an'amta 'alaihim minan nabiyyiina wash shiddiiqiina wasy syuhadaa-i wash shaalihiin, wa hasuna ulaa-ika rafiiqaa, dzaalikal fadhlu minallaahi wa kafaa billaahi 'aliimaa. Allahummaj'alnaa fii haadzihil laylatisy syahrisy syariifatil mubaarakati minas su'adaa-il maqbuuliin, wa laa taj'alnaa minal asyqiyaa-il marduudiin, wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa aalihi wa shahbihi ajma'iin, birahmatika yaa arhamar raahimiin, wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.
"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari kesia-siaan, yang zuhud di dunia, yang berhasrat pada akhirat, yang ridha dengan takdir, yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat, yang mendatangi telaga (Al-Kautsar), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra halus dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir, bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya). Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Muhammad, serta kepada keluarga dan sahabatnya semua, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara para penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Dzikir Setelah Sholat Witir
Setelah menyelesaikan Sholat Witir, disunnahkan untuk membaca dzikir berikut:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal malikil qudduus.
"Maha Suci Raja Yang Maha Suci." (Dibaca 3 kali, pada bacaan ketiga suara dipanjangkan dan lebih keras)
Kesimpulannya, Sholat Tarawih adalah sebuah permata berharga di bulan Ramadhan. Memulainya dengan niat yang benar, baik secara lafadz maupun maknanya di dalam hati, merupakan kunci untuk meraih keutamaan dan keberkahannya. Semoga panduan lengkap mengenai niat sholat tarawih latin ini dapat membantu kita semua dalam menyempurnakan ibadah di bulan yang suci, sehingga kita dapat keluar darinya sebagai pribadi yang diampuni dosa-dosanya dan meraih derajat takwa di sisi Allah SWT.