Panduan Lengkap Niat Sholat Sunnah Sebelum Jumatan

Hari Jumat adalah hari yang paling mulia dalam sepekan bagi umat Islam. Ia dijuluki sebagai Sayyidul Ayyam atau penghulu segala hari. Pada hari ini, terdapat ibadah agung yang wajib dilaksanakan oleh kaum laki-laki, yaitu Sholat Jumat. Sebelum melaksanakan ibadah wajib ini, banyak amalan sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan demi meraih keutamaan dan pahala yang berlipat ganda. Salah satu amalan penting tersebut adalah melaksanakan sholat sunnah sebelum Jumatan.

Sholat sunnah ini memiliki beberapa sebutan dan pandangan hukum di kalangan ulama, namun esensinya adalah sama: sebagai bentuk penghormatan terhadap masjid dan persiapan ruhani sebelum mendengarkan khutbah dan menunaikan Sholat Jumat. Memahami niat, tata cara, dan landasan hukumnya akan membuat ibadah kita menjadi lebih mantap dan berkualitas.

Memahami Sholat Sunnah Sebelum Jumat: Qobliyah atau Tahiyyatul Masjid?

Ketika seorang muslim memasuki masjid pada hari Jumat sebelum khatib naik mimbar, ada beberapa sholat sunnah yang dapat ia kerjakan. Hal ini seringkali menimbulkan pertanyaan: sholat sunnah apakah yang sebenarnya dikerjakan? Apakah itu Sholat Sunnah Qobliyah Jumat, Sholat Tahiyyatul Masjid, atau sholat sunnah lainnya? Mari kita urai satu per satu untuk mendapatkan pemahaman yang jernih.

1. Sholat Sunnah Qobliyah Jumat

Sholat Sunnah Qobliyah Jumat adalah sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum pelaksanaan Sholat Jumat. Istilah "Qobliyah" sendiri berarti "sebelum". Pelaksanaan sholat ini diqiyaskan (dianalogikan) dengan Sholat Sunnah Qobliyah Dzuhur, karena Sholat Jumat merupakan pengganti Sholat Dzuhur pada hari Jumat.

Pandangan ini dipegang kuat oleh para ulama dari madzhab Syafi'i dan Hanafi. Mereka berlandaskan pada hadits-hadits umum yang menganjurkan pelaksanaan sholat sunnah di antara setiap adzan dan iqamah, serta keumuman hadits tentang sholat sunnah sebelum Dzuhur.

أُصَلِّى سُنَّةً قَبْلِيَّةَ الْجُمْعَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan qabliyyatal jum'ati rak'ataini lillāhi ta'ālā. "Aku niat sholat sunnah Qobliyah Jumat dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Niat di atas adalah untuk pelaksanaan dua rakaat. Sebagian ulama juga memperbolehkan melaksanakannya sebanyak empat rakaat dengan dua kali salam, sama seperti Qobliyah Dzuhur. Jika melaksanakannya empat rakaat, niatnya bisa disesuaikan atau tetap dengan niat dua rakaat yang diulang dua kali.

2. Sholat Tahiyyatul Masjid

Sholat Tahiyyatul Masjid adalah sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan sebagai bentuk penghormatan kepada masjid. Sholat ini dianjurkan untuk dikerjakan setiap kali seseorang memasuki masjid dan sebelum ia duduk. Hukumnya adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) menurut mayoritas ulama.

Dasarnya adalah hadits yang sangat populer dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka janganlah ia duduk hingga mengerjakan sholat dua rakaat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini bersifat umum, berlaku kapan saja seseorang memasuki masjid, termasuk pada hari Jumat. Oleh karena itu, ketika seorang jamaah masuk ke masjid untuk menunaikan Sholat Jumat, ia sangat dianjurkan untuk mendirikan sholat dua rakaat ini terlebih dahulu sebagai penghormatan kepada rumah Allah.

أُصَلِّى سُنَّةً تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan tahiyyatal masjidi rak'ataini lillāhi ta'ālā. "Aku niat sholat sunnah Tahiyyatul Masjid dua rakaat karena Allah Ta'ala."

3. Sholat Sunnah Mutlaq

Sholat Sunnah Mutlaq adalah sholat sunnah yang tidak terikat oleh waktu, sebab, atau jumlah rakaat tertentu. Seseorang bisa melaksanakannya kapan saja selama tidak pada waktu-waktu yang diharamkan untuk sholat.

Pada hari Jumat, terdapat anjuran kuat untuk memperbanyak sholat sunnah mutlaq sejak memasuki masjid hingga khatib naik ke mimbar. Hal ini didasarkan pada hadits dari Salman Al-Farisi radhiyallahu 'anhu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang amalan hari Jumat, di antaranya:

"...kemudian ia sholat (sunnah) semampunya, kemudian diam ketika imam berkhutbah, niscaya akan diampuni dosanya antara Jumat tersebut dan Jumat berikutnya." (HR. Bukhari)

Kalimat "ia sholat semampunya" menunjukkan bahwa tidak ada batasan jumlah rakaat tertentu. Seorang jamaah bisa sholat dua, empat, enam, delapan rakaat, atau lebih, dengan setiap dua rakaat diakhiri salam, hingga imam memulai khutbahnya.

Menggabungkan Niat: Solusi Praktis dan Fiqih

Dengan adanya tiga jenis sholat sunnah ini, bagaimana cara terbaik untuk melaksanakannya? Para ulama memberikan solusi yang sangat praktis. Seseorang yang memasuki masjid pada hari Jumat sebelum khutbah dapat menggabungkan niat.

Misalnya, ia bisa berniat dalam hatinya untuk melaksanakan Sholat Sunnah Qobliyah Jumat sekaligus Sholat Tahiyyatul Masjid. Dengan melaksanakan dua rakaat, ia insyaAllah akan mendapatkan pahala dari kedua sholat sunnah tersebut. Ini adalah salah satu bentuk kemudahan dalam fiqih Islam, di mana satu amalan bisa mencakup beberapa niat ibadah sunnah yang waktunya bersamaan.

Jadi, cara yang paling utama dan mencakup semuanya adalah:

  1. Masuk masjid dengan niat untuk Sholat Jumat.
  2. Segera laksanakan sholat dua rakaat dengan niat utama Sholat Tahiyyatul Masjid, dan bisa digabungkan dengan niat Sholat Qobliyah Jumat.
  3. Setelah selesai, jika masih ada waktu yang lapang sebelum khatib naik mimbar, lanjutkan dengan sholat sunnah mutlaq sebanyak yang dimampui.

Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Sholat Qobliyah Jumat

Penting untuk diketahui bahwa terdapat perbedaan pendapat (khilafiyah) di kalangan para ulama mengenai keberadaan Sholat Sunnah Qobliyah Jumat secara spesifik. Memahami perbedaan ini akan menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pandangan yang berbeda dalam masalah fiqih yang bersifat ijtihadiyah.

Pendapat yang Menetapkan Adanya Qobliyah Jumat

Kelompok ini, yang mayoritasnya adalah dari madzhab Syafi'i dan Hanafi, berpendapat bahwa Sholat Qobliyah Jumat itu ada dan disunnahkan. Argumen mereka adalah sebagai berikut:

Pendapat yang Tidak Menetapkan Adanya Qobliyah Jumat

Kelompok lain, termasuk pandangan dalam madzhab Maliki dan Hambali, serta beberapa ulama kontemporer, berpendapat bahwa tidak ada sholat sunnah rawatib yang bernama "Qobliyah Jumat" secara khusus. Argumen mereka adalah:

Meskipun ada perbedaan pendapat, kedua kubu sepakat akan disunnahkannya sholat dua rakaat Tahiyyatul Masjid bagi yang baru masuk masjid, dan disunnahkannya memperbanyak sholat sunnah mutlaq sebelum khatib naik mimbar. Perbedaannya hanya terletak pada penamaan dan statusnya sebagai sunnah rawatib yang terikat (muqayyad) atau tidak.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Sunnah Sebelum Jumat

Secara praktis, tata cara pelaksanaan sholat sunnah sebelum Jumat (baik niat Qobliyah, Tahiyyatul Masjid, maupun gabungan keduanya) sama seperti sholat sunnah dua rakaat pada umumnya. Berikut adalah rincian langkah-langkahnya:

  1. Berdiri Menghadap Kiblat dengan Niat yang Mantap. Niatkan dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah yang diinginkan (misalnya, Qobliyah Jumat dan Tahiyyatul Masjid) sebanyak dua rakaat karena Allah Ta'ala.
  2. Takbiratul Ihram. Mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan "Allāhu Akbar".
  3. Membaca Doa Iftitah. Membaca doa iftitah yang dihafal, ini hukumnya sunnah.
  4. Membaca Surat Al-Fatihah. Al-Fatihah adalah rukun sholat yang wajib dibaca di setiap rakaat.
  5. Membaca Surat Pendek. Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Boleh membaca surat apa saja yang dihafal, seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, atau Al-Kafirun.
  6. Rukuk dengan Tuma'ninah. Membungkukkan badan dengan punggung lurus sambil membaca tasbih rukuk, "Subhāna rabbiyal 'azīmi wa bihamdih" minimal tiga kali. Tuma'ninah artinya tenang sejenak dalam gerakan.
  7. I'tidal dengan Tuma'ninah. Bangkit dari rukuk dan berdiri tegak sambil membaca "Sami'allāhu liman hamidah" dan dilanjutkan dengan "Rabbanā wa lakal hamd".
  8. Sujud Pertama dengan Tuma'ninah. Turun untuk sujud dengan tujuh anggota badan menyentuh alas sholat (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki). Membaca tasbih sujud, "Subhāna rabbiyal a'lā wa bihamdih" minimal tiga kali.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud dengan Tuma'ninah. Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy (kaki kiri diduduki, kaki kanan ditegakkan) sambil membaca doa "Rabbighfirlī warhamnī wajburnī warfa'nī warzuqnī wahdinī wa'āfinī wa'fu 'annī".
  10. Sujud Kedua dengan Tuma'ninah. Melakukan sujud kedua seperti sujud yang pertama.
  11. Bangkit untuk Rakaat Kedua. Berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua, dimulai dengan membaca Al-Fatihah dan dilanjutkan seperti pada rakaat pertama.
  12. Tasyahud Akhir. Setelah sujud kedua di rakaat kedua, lakukan duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, duduk di lantai) dan membaca doa tasyahud akhir, shalawat Ibrahimiyah, dan doa perlindungan sebelum salam.
  13. Salam. Menoleh ke kanan sambil mengucapkan "Assalāmu'alaikum warahmatullāh", kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama.

Keutamaan Agung Hari Jumat dan Amalannya

Melaksanakan sholat sunnah sebelum Jumatan adalah bagian dari rangkaian ibadah untuk menyempurnakan hari Jumat. Hari ini memiliki banyak sekali keistimewaan yang sayang untuk dilewatkan. Mengetahui keutamaannya akan menambah semangat kita dalam beribadah.

1. Hari Terbaik Terbitnya Matahari

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya. Dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jumat." (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa istimewanya hari Jumat karena menjadi saksi peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah manusia.

2. Waktu Mustajab untuk Berdoa

Di hari Jumat, terdapat satu waktu yang sangat singkat di mana doa seorang hamba yang beriman tidak akan ditolak oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda, "Di hari Jumat itu terdapat satu waktu yang jika seorang hamba muslim menepatinya dalam keadaan sedang melaksanakan sholat dan memohon sesuatu kepada Allah, niscaya permohonannya akan dikabulkan." (HR. Bukhari dan Muslim). Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan tepatnya waktu ini, namun pendapat terkuat mengarah pada dua waktu: saat imam duduk di antara dua khutbah, dan setelah sholat Ashar hingga terbenamnya matahari.

3. Pahala Berangkat Awal ke Masjid

Bersegera menuju masjid untuk sholat Jumat diibaratkan seperti berkurban dengan hewan ternak terbaik. Semakin awal datang, semakin besar pahalanya. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandi junub, lalu ia pergi di awal waktu, maka ia seperti berkurban unta. Barangsiapa yang pergi di waktu kedua, maka ia seperti berkurban sapi. Barangsiapa yang pergi di waktu ketiga, maka ia seperti berkurban kambing bertanduk. Barangsiapa yang pergi di waktu keempat, maka ia seperti berkurban ayam. Dan barangsiapa yang pergi di waktu kelima, maka ia seperti berkurban telur. Apabila imam telah keluar (untuk berkhutbah), maka para malaikat hadir untuk mendengarkan dzikir (khutbah)." (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Pengampunan Dosa

Menjaga adab-adab hari Jumat, termasuk mendirikan sholat sunnah, mendengarkan khutbah dengan saksama, dan melaksanakan sholat Jumat dengan khusyuk, menjadi sebab diampuninya dosa-dosa kecil antara Jumat tersebut dengan Jumat sebelumnya. Ini adalah anugerah besar dari Allah SWT yang seharusnya kita kejar.

Amalan Sunnah Lainnya di Hari Jumat

Selain sholat sunnah sebelum Jumat, ada banyak amalan lain yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan agar kita bisa meraih keutamaan hari Jumat secara maksimal:

Pentingnya Diam Saat Khutbah Berlangsung

Setelah melaksanakan sholat sunnah, adab terpenting selanjutnya adalah diam dan menyimak khutbah dengan penuh perhatian. Bahkan, menegur orang lain yang berbicara pun dilarang karena dapat menghilangkan pahala Jumat. Rasulullah bersabda, "Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari Jumat, 'Diamlah!', padahal khatib sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia." (HR. Bukhari dan Muslim).

Perbuatan sia-sia ini bisa menggugurkan pahala utama sholat Jumat, meskipun sholatnya tetap sah. Oleh karena itu, setelah sholat sunnah, hendaknya kita fokus berdzikir dalam hati atau membaca Al-Qur'an secara perlahan hingga khatib naik mimbar. Ketika khutbah dimulai, seluruh perhatian harus dicurahkan untuk mendengarkan nasihat dan petuah yang disampaikan.

Jangan Lupakan Sholat Sunnah Ba'diyah Jumat

Ibadah sunnah tidak berhenti setelah sholat Jumat selesai. Terdapat pula anjuran untuk melaksanakan sholat sunnah sesudah Jumat (Ba'diyah Jumat). Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah sesudahnya empat rakaat." (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain dari Ibnu Umar, disebutkan bahwa Nabi biasa melaksanakan sholat sunnah dua rakaat di rumahnya setelah sholat Jumat. Dari dua hadits ini, para ulama menyimpulkan bahwa sholat Ba'diyah Jumat bisa dilakukan sebanyak empat rakaat (dengan dua salam) jika dikerjakan di masjid, dan dua rakaat jika dikerjakan di rumah. Melaksanakannya di rumah lebih utama untuk menghidupkan suasana ibadah di dalam rumah.

Kesimpulan: Sempurnakan Ibadah di Hari Terbaik

Sholat sunnah sebelum Jumatan, baik yang diniatkan sebagai Sholat Qobliyah Jumat, Tahiyyatul Masjid, maupun sholat sunnah mutlaq, adalah gerbang pembuka untuk meraih keberkahan di hari yang agung. Ia merupakan cerminan dari semangat seorang hamba untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menunaikan ibadah wajib.

Memahami ragam niat dan landasan hukumnya, serta menyikapi perbedaan pendapat dengan bijaksana, akan membuat ibadah kita lebih berilmu dan menenangkan hati. Yang terpenting adalah semangat untuk mendirikan sholat sunnah sebagai bentuk ketaatan, penghormatan kepada masjid, dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Mari kita hidupkan hari Jumat kita dengan amalan-amalan sunnah, mulai dari bersegera ke masjid, melaksanakan sholat sunnah sebelum Jumat, menyimak khutbah dengan khusyuk, hingga menyempurnakannya dengan sholat sunnah sesudahnya. Semoga setiap langkah dan setiap rakaat yang kita kerjakan diterima oleh Allah SWT dan menjadi pemberat timbangan kebaikan kita kelak.

🏠 Kembali ke Homepage