Ilustrasi Sholat Jenazah di Masjid Siluet beberapa orang melakukan sholat berjamaah di depan sebuah kubah masjid, melambangkan kebersamaan dalam ibadah.

Panduan Terlengkap Niat Sholat Mayit Laki-Laki dan Tata Caranya

Kematian adalah sebuah kepastian yang akan dihadapi oleh setiap makhluk yang bernyawa. Sebagai seorang Muslim, kita memiliki kewajiban untuk mengurus jenazah sesama Muslim, mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkan. Salah satu prosesi yang memiliki kedudukan sangat mulia adalah Sholat Jenazah atau Sholat Mayit. Ibadah ini merupakan bentuk penghormatan terakhir, doa, dan permohonan ampunan bagi almarhum sebelum dikebumikan.

Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan Sholat Jenazah, dengan fokus utama pada niat sholat mayit laki-laki. Memahami niat dengan benar adalah kunci pertama agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Selain itu, kita juga akan mengupas tuntas rukun, syarat, tata cara pelaksanaan, doa-doa yang dibaca, hingga hikmah di balik pensyariatan ibadah agung ini.

Memahami Makna dan Kedudukan Niat Sholat Mayit Laki-Laki

Niat adalah pondasi dari segala amal ibadah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam konteks Sholat Jenazah, niat bukan sekadar ucapan di lisan, melainkan kehendak dan kesungguhan hati untuk melaksanakan ibadah sholat atas jenazah seorang Muslim dengan tujuan memohonkan ampunan baginya dan mengharap ridha Allah SWT.

Kekhususan niat sholat mayit laki-laki terletak pada penentuan jenis kelamin jenazah yang dishalatkan. Dalam bahasa Arab, ini ditandai dengan penggunaan kata ganti (dhamir) yang merujuk kepada laki-laki. Meskipun yang utama adalah niat di dalam hati, melafalkannya (talaffuzh binniyah) dianggap sunnah oleh sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati dan konsentrasi.

Lafal Niat Sholat Jenazah untuk Mayit Laki-laki

Berikut adalah lafal niat yang dibaca ketika hendak melaksanakan sholat jenazah untuk mayit berjenis kelamin laki-laki. Perlu diperhatikan bahwa terdapat sedikit perbedaan lafal antara menjadi imam dan menjadi makmum.

1. Niat sebagai Imam

أُصَلِّى عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala hadzal mayyiti arba’a takbiratin fardha kifayatin imaman lillahi ta’ala.

Artinya: "Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai imam karena Allah Ta’ala."

2. Niat sebagai Makmum

أُصَلِّى عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala hadzal mayyiti arba’a takbiratin fardha kifayatin ma’muman lillahi ta’ala.

Artinya: "Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai makmum karena Allah Ta’ala."

Penting untuk dipahami bahwa frasa "hâdzal mayyiti" secara spesifik merujuk pada "mayit laki-laki ini". Jika jenazahnya perempuan, frasa ini akan berubah menjadi "hâdzihil mayyitati". Inilah letak perbedaan mendasar yang harus diperhatikan agar niat kita sesuai dengan kondisi jenazah yang sedang dishalatkan.

Hukum dan Keutamaan Melaksanakan Sholat Jenazah

Hukum melaksanakan Sholat Jenazah adalah Fardhu Kifayah. Artinya, ini adalah kewajiban kolektif bagi seluruh komunitas Muslim di suatu wilayah. Apabila sebagian dari mereka sudah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melaksanakannya, maka seluruh komunitas Muslim di wilayah tersebut akan menanggung dosa.

Kedudukan Fardhu Kifayah ini menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial dalam Islam. Agama Islam memastikan bahwa setiap Muslim yang wafat akan mendapatkan haknya untuk didoakan dan dihormati oleh saudara-saudaranya seiman. Ini adalah wujud nyata dari ukhuwah Islamiyah yang tidak terputus bahkan setelah kematian.

Keutamaan bagi orang yang menyalatkan jenazah sangatlah besar. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyalatkannya, maka baginya satu qirath. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath." Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dengan dua qirath?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Seperti dua gunung yang besar." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pahala sebesar gunung yang agung ini menjadi motivasi besar bagi umat Islam untuk tidak meremehkan dan senantiasa berpartisipasi dalam penyelenggaraan sholat jenazah. Ini bukan hanya kewajiban, tetapi juga kesempatan emas untuk meraih ganjaran yang melimpah dari Allah SWT.

Syarat Sah Pelaksanaan Sholat Jenazah

Agar sholat jenazah yang kita laksanakan menjadi sah dan diterima di sisi Allah SWT, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat ini terbagi menjadi tiga kategori: syarat bagi orang yang sholat, syarat bagi jenazah, dan syarat terkait tempat.

1. Syarat Bagi Orang yang Melakukan Sholat

2. Syarat Bagi Jenazah

Rukun Sholat Jenazah yang Wajib Dipenuhi

Rukun adalah bagian inti dari suatu ibadah yang jika salah satunya ditinggalkan, maka ibadah tersebut tidak sah. Sholat jenazah memiliki beberapa rukun yang wajib dilaksanakan secara berurutan. Berbeda dengan sholat biasa, sholat jenazah tidak memiliki gerakan rukuk, sujud, i'tidal, maupun duduk tasyahud. Intinya adalah berdiri dan melakukan empat kali takbir.

  1. Niat: Seperti yang telah dibahas, niat di dalam hati untuk melaksanakan sholat jenazah bagi mayit tertentu karena Allah SWT. Termasuk di dalamnya menentukan niat sebagai imam atau makmum.
  2. Berdiri bagi yang Mampu: Sholat jenazah harus dilaksanakan dalam posisi berdiri. Bagi yang memiliki udzur syar'i (misalnya sakit parah atau usia lanjut yang tidak memungkinkan untuk berdiri lama), diperbolehkan untuk sholat sambil duduk.
  3. Empat Kali Takbir: Melakukan takbir sebanyak empat kali, termasuk takbiratul ihram di awal sholat. Setiap takbir menjadi penanda perpindahan dari satu rukun bacaan ke rukun bacaan berikutnya.
  4. Membaca Surat Al-Fatihah: Setelah takbir pertama (takbiratul ihram), rukun selanjutnya adalah membaca Surat Al-Fatihah secara lengkap. Dianjurkan untuk dibaca secara lirih (sirr).
  5. Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW: Setelah takbir kedua, wajib membaca shalawat atas Nabi. Minimal membaca "Allahumma shalli ‘ala Muhammad", namun yang lebih sempurna adalah membaca Shalawat Ibrahimiyah seperti yang dibaca saat tasyahud akhir dalam sholat biasa.
  6. Mendoakan Jenazah: Setelah takbir ketiga, rukun intinya adalah mendoakan secara khusus untuk jenazah. Doa inilah yang menjadi esensi dari sholat jenazah, yaitu memohonkan ampunan dan rahmat bagi si mayit.
  7. Membaca Doa Setelah Takbir Keempat: Setelah takbir keempat, disunnahkan untuk membaca doa singkat sebelum salam, yang ditujukan untuk kebaikan si mayit dan kaum Muslimin secara umum. Sebagian ulama menganggapnya sebagai rukun, sementara yang lain berpendapat cukup diam sejenak sebelum salam. Namun, membacanya adalah yang lebih utama.
  8. Salam: Mengakhiri sholat dengan mengucapkan salam ke kanan, dan disunnahkan juga ke kiri, sama seperti sholat pada umumnya.

Panduan Lengkap Tata Cara Sholat Mayit Laki-Laki (Langkah-demi-Langkah)

Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah panduan praktis dan rinci mengenai tata cara pelaksanaan sholat jenazah untuk mayit laki-laki dari awal hingga akhir.

Persiapan dan Posisi

Sebelum sholat dimulai, pastikan semua syarat sah telah terpenuhi. Jenazah diletakkan di depan jamaah dengan posisi kepala di sebelah kanan imam. Untuk jenazah laki-laki, posisi imam yang paling utama adalah berdiri sejajar dengan kepala jenazah. Para makmum kemudian membentuk shaf (barisan) di belakang imam. Sangat dianjurkan untuk membentuk minimal tiga shaf, meskipun setiap shafnya hanya terdiri dari beberapa orang, karena hal ini didasarkan pada hadits Nabi SAW.

Langkah 1: Takbiratul Ihram dan Membaca Niat

Imam mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Gerakan ini menandai dimulainya sholat. Makmum mengikutinya. Bersamaan dengan takbir ini, hadirkan niat sholat mayit laki-laki di dalam hati. Setelah takbir, tangan disedekapkan di atas dada (tangan kanan di atas tangan kiri).

Setelah itu, langsung membaca Surat Al-Fatihah secara lirih (sirr). Tidak ada pembacaan doa iftitah dalam sholat jenazah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. اَلرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ

Langkah 2: Takbir Kedua dan Membaca Shalawat

Setelah selesai membaca Al-Fatihah, imam kembali bertakbir "Allahu Akbar" tanpa mengangkat tangan (sebagian ulama berpendapat mengangkat tangan pada setiap takbir, keduanya diperbolehkan). Makmum mengikutinya.

Setelah takbir kedua, bacalah shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Bacaan yang paling utama adalah Shalawat Ibrahimiyah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, kama shallaita ‘ala sayyidina Ibrahim wa ‘ala ali sayyidina Ibrahim. Wa barik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, kama barakta ‘ala sayyidina Ibrahim wa ‘ala ali sayyidina Ibrahim, fil ‘alamina innaka hamidum majid.

Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung."

Langkah 3: Takbir Ketiga dan Doa untuk Mayit Laki-laki

Imam kembali bertakbir "Allahu Akbar", diikuti oleh makmum. Inilah bagian paling inti dari sholat jenazah, yaitu memanjatkan doa khusus untuk si mayit. Karena jenazahnya laki-laki, maka doa yang dibaca menggunakan kata ganti "-hu" (dia laki-laki).

Berikut adalah doa yang paling umum dan dianjurkan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil ma’i wats tsalji wal barad, wa naqqihi minal khathaya kama yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas, wa abdilhu daran khairan min darihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a’idzhu min ‘adzabil qabri wa ‘adzabin nar.

Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya. Muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah pintu masuknya (kuburnya), mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah dia ke dalam surga dan lindungilah dia dari siksa kubur dan siksa api neraka."

Langkah 4: Takbir Keempat dan Doa Penutup

Imam bertakbir untuk keempat kalinya, diikuti oleh makmum. Setelah takbir ini, bacalah doa penutup sebelum salam. Doa ini berisi permohonan agar kita tidak dihalangi dari pahalanya dan tidak mendapat fitnah sepeninggalnya.

اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

Allahumma la tahrimna ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfirlana wa lahu.

Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami untuk memperoleh pahalanya dan janganlah Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia."

Setelah membaca doa ini, sebagian jamaah ada yang diam sejenak sebelum imam mengucapkan salam.

Langkah 5: Salam

Terakhir, imam mengucapkan salam untuk mengakhiri sholat, "Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh" sambil menoleh ke kanan, kemudian menoleh ke kiri dengan salam yang sama. Makmum mengikuti gerakan dan ucapan salam imam. Dengan selesainya salam, maka berakhirlah pelaksanaan sholat jenazah.

Perbedaan Mendasar Sholat Jenazah Laki-laki dan Perempuan

Meskipun secara umum rukun dan tata caranya sama, terdapat tiga perbedaan mendasar antara sholat jenazah untuk mayit laki-laki dan mayit perempuan yang penting untuk diketahui.

  1. Lafal Niat: Seperti yang telah dijelaskan, dalam niat sholat mayit laki-laki digunakan frasa "hâdzal mayyiti", sedangkan untuk perempuan digunakan "hâdzihil mayyitati".
  2. Kata Ganti dalam Doa: Pada doa setelah takbir ketiga dan keempat, semua kata ganti (dhamir) untuk laki-laki adalah "-hu" (contoh: Allahummaghfirlahu). Untuk jenazah perempuan, semua kata ganti tersebut diubah menjadi "-ha" (contoh: Allahummaghfirlaha).
  3. Posisi Berdiri Imam: Ini adalah perbedaan yang paling terlihat secara fisik. Untuk jenazah laki-laki, imam berdiri sejajar dengan kepala. Sedangkan untuk jenazah perempuan, posisi imam adalah berdiri sejajar dengan bagian tengah tubuh jenazah, atau sekitar pinggang/perut. Hikmah di baliknya, menurut para ulama, adalah untuk lebih menjaga kehormatan dan aurat jenazah perempuan dari pandangan langsung.

Hal-hal Khusus Seputar Sholat Jenazah

Bagaimana Jika Terlambat (Masbuq)?

Jika seseorang datang terlambat dan mendapati imam sudah melakukan beberapa takbir, ia harus segera berniat dan melakukan takbiratul ihram untuk bergabung dengan jamaah. Ia mengikuti gerakan imam saat itu. Setelah imam mengucapkan salam, ia tidak ikut salam. Sebaliknya, ia harus menyempurnakan sisa takbir yang tertinggal beserta bacaannya, lalu baru mengucapkan salam.

Contoh: Jika ia bergabung saat imam sudah melakukan takbir ketiga, ia ikut takbir dan membaca doa untuk mayit bersama imam. Ketika imam melakukan takbir keempat, ia ikut takbir. Setelah imam salam, ia tidak salam. Ia kemudian melakukan takbir lagi (mengganti takbir pertama yang tertinggal) lalu membaca Al-Fatihah, takbir lagi (mengganti takbir kedua) lalu membaca shalawat, dan terakhir mengucapkan salam.

Sholat Jenazah untuk Anak-anak

Menyalatkan jenazah anak kecil yang belum baligh juga disyariatkan. Tata caranya sama persis, namun doa setelah takbir ketiga berbeda. Doanya lebih berfokus pada permohonan agar anak tersebut menjadi pemberat timbangan kebaikan dan syafaat bagi kedua orang tuanya.

Doa untuk jenazah anak-laki-laki:

Allahummaj’alhu farathan li abawaihi wa salafan wa dzukhran wa ‘izhatan wa’tibaran wa syafi’an, wa tsaqqil bihi mawazinahuma wa afrighis shabra ‘ala qulubihima wa la taftinhuma ba’dahu wa la tahrimhuma ajrahu.

Sholat Ghaib

Sholat ghaib adalah sholat jenazah yang dilakukan untuk seorang Muslim yang meninggal di tempat yang jauh, di mana jenazahnya tidak berada di hadapan orang yang sholat. Hukumnya boleh dan sah. Tata caranya sama persis dengan sholat jenazah biasa, yang membedakan hanya niatnya.

Niat sholat ghaib untuk mayit laki-laki: "Ushalli ‘alal mayyitil ghaibi (sebut nama jika tahu) arba’a takbiratin fardha kifayatin lillahi ta’ala."

Hikmah Agung di Balik Ibadah Sholat Jenazah

Setiap syariat dalam Islam pasti mengandung hikmah dan kebaikan yang mendalam, baik bagi individu maupun masyarakat. Begitu pula dengan sholat jenazah. Ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah ibadah yang sarat akan makna.

Kesimpulan

Sholat jenazah adalah ibadah yang sangat mulia dan memiliki kedudukan penting dalam Islam. Memahaminya secara mendalam, terutama tentang ketepatan niat sholat mayit laki-laki, rukun, dan tata caranya, merupakan sebuah keharusan bagi setiap Muslim. Ini bukan hanya tentang menggugurkan kewajiban Fardhu Kifayah, tetapi juga tentang menunjukkan empati, meraih pahala yang besar, serta merenungi hakikat kehidupan dan kematian.

Semoga panduan yang komprehensif ini dapat membantu kita semua dalam melaksanakan salah satu hak saudara Muslim kita dengan cara yang terbaik, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Dengan demikian, kita tidak hanya mendoakan kebaikan bagi yang telah berpulang, tetapi juga menuai kebaikan yang tak terhingga untuk diri kita sendiri di dunia dan di akhirat.

🏠 Kembali ke Homepage