Ilustrasi dzikir tasbih di waktu dhuha yang cerah Dzikir Pagi Ilustrasi dzikir dan sholat dhuha di pagi hari yang cerah dengan tasbih.

Mengungkap Rahasia Ketenangan: Dzikir Setelah Sholat Dhuha 100x

Di antara hamparan waktu yang Allah SWT sediakan, ada satu momen istimewa yang terbentang setelah fajar menyingsing hingga menjelang tengah hari. Momen itu dikenal sebagai waktu Dhuha, sebuah periode penuh berkah saat langit memancarkan cahaya keemasan dan alam semesta seolah berdzikir dengan caranya sendiri. Bagi seorang Muslim, waktu Dhuha bukan sekadar pergantian jam, melainkan sebuah undangan terbuka dari Sang Pencipta untuk mendekat, memohon, dan mensyukuri nikmat-Nya melalui ibadah yang mulia, yaitu Sholat Dhuha.

Sholat Dhuha sering disebut sebagai sholatnya orang-orang yang kembali taat (Awwabin) dan menjadi wasilah pembuka pintu rezeki. Namun, keistimewaan Dhuha tidak berhenti pada pelaksanaan sholatnya saja. Terdapat sebuah amalan penyempurna yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, sebuah wirid yang ringan di lisan namun berat dalam timbangan kebaikan. Amalan tersebut adalah dzikir setelah sholat dhuha 100x, sebuah rangkaian istighfar yang memiliki kedalaman makna dan fadhilah yang luar biasa. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai amalan berharga ini, dari dasar anjurannya, makna yang terkandung, hingga hikmah di baliknya bagi kehidupan kita sehari-hari.

Memahami Sholat Dhuha: Gerbang Menuju Berkah Pagi

Sebelum kita menyelami lebih dalam tentang dzikir khususnya, penting bagi kita untuk memahami fondasi dari amalan ini, yaitu Sholat Dhuha itu sendiri. Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi hari, dimulai ketika matahari naik setinggi tombak (sekitar 15-20 menit setelah terbit) hingga sebelum waktu zawal (saat matahari tergelincir ke arah barat, menjelang waktu Zhuhur).

Keutamaan Sholat Dhuha yang Menakjubkan

Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk tidak meninggalkan ibadah ini. Keutamaannya begitu besar, seolah menjadi paket lengkap untuk memulai hari dengan spiritualitas dan optimisme.

Fokus Utama: Amalan Istighfar 100 Kali Setelah Dhuha

Setelah menyelesaikan Sholat Dhuha, baik dua rakaat maupun lebih, dan memanjatkan doa Dhuha yang masyhur, ada satu amalan dzikir yang menjadi inti pembahasan kita. Amalan ini secara spesifik dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dibaca sebanyak seratus kali. Ini bukanlah sembarang dzikir, melainkan sebuah permohonan ampun dan taubat yang sarat akan makna ketundukan.

Dzikir yang dimaksud diriwayatkan dari 'Aisyah RA, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW setelah selesai melaksanakan sholat Dhuha, beliau mengucapkan:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

"RABBIGHFIRLII WATUB 'ALAYYA, INNAKA ANTAT TAWWAABUR RAHIIM."

"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

Beliau membacanya sebanyak seratus kali. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albani). Hadits ini menjadi landasan kuat bagi kita untuk mengamalkan dzikir istimewa ini sebagai bagian tak terpisahkan dari ritual ibadah Dhuha kita.

Mengapa Istighfar dan Mengapa 100 Kali?

Mungkin timbul pertanyaan, mengapa istighfar yang dipilih sebagai dzikir utama setelah sholat yang identik dengan permohonan rezeki? Dan mengapa harus diulang hingga seratus kali? Di sinilah letak keindahan dan kedalaman syariat Islam.

Hubungan Erat Antara Istighfar dan Rezeki: Dalam banyak ayat Al-Qur'an, Allah SWT mengaitkan secara langsung antara memohon ampun (istighfar) dengan terbukanya pintu-pintu kebaikan, termasuk rezeki, keturunan, dan keberkahan. Salah satu yang paling jelas adalah firman Allah yang mengisahkan dakwah Nabi Nuh AS kepada kaumnya:

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.’” (QS. Nuh: 10-12).

Ayat ini secara gamblang menunjukkan bahwa istighfar adalah kunci pembuka "keran" rezeki dari langit. Dosa dan maksiat diibaratkan sebagai sumbatan yang menghalangi turunnya rahmat dan berkah Allah. Dengan beristighfar, kita seolah sedang membersihkan saluran-saluran tersebut, melapangkan jalan bagi rezeki untuk mengalir deras ke dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, menggandengkan Sholat Dhuha (doa meminta rezeki) dengan dzikir setelah sholat dhuha 100x berupa istighfar adalah sebuah kombinasi yang sangat harmonis dan strategis secara spiritual.

Makna Angka 100: Dalam tradisi Islam, pengulangan dzikir dengan jumlah tertentu memiliki makna penekanan, kesungguhan, dan konsistensi. Angka 100 menunjukkan sebuah kesempurnaan dan keseriusan dalam memohon. Rasulullah SAW sendiri, yang ma'shum (terjaga dari dosa), beristighfar kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari, bahkan dalam riwayat lain seratus kali. Jika Nabi yang tanpa dosa saja begitu gigih beristighfar, apalagi kita sebagai manusia biasa yang setiap hari tak luput dari khilaf dan dosa, baik yang disadari maupun tidak.

Mengulang istighfar seratus kali melatih jiwa kita untuk senantiasa merasa butuh kepada ampunan Allah. Proses ini melembutkan hati yang keras, menumbuhkan rasa rendah diri di hadapan Keagungan-Nya, dan mengingatkan kita bahwa segala pencapaian dan kemudahan hidup semata-mata berasal dari rahmat dan kasih sayang-Nya, bukan karena kehebatan diri kita sendiri.

Menyelami Samudra Makna dalam Lafadz Dzikir

Setiap kata dalam doa dan dzikir yang diajarkan Rasulullah SAW memiliki lautan makna yang dalam. Mari kita bedah kalimat per kalimat dari dzikir agung ini untuk dapat meresapinya dengan lebih baik saat mengucapkannya.

رَبِّ اغْفِرْ لِي (Rabbighfirlii) - Ya Tuhanku, Ampunilah Aku

Kata "Rabb" (Tuhan) bukan sekadar sebutan. Ia mengandung makna Pemilik, Pendidik, Pemelihara, dan Pengatur segala urusan. Ketika kita memanggil "Rabb", kita sedang mengakui posisi kita sebagai hamba yang sepenuhnya bergantung pada-Nya. Kita mengakui bahwa hanya Dia yang mampu mendidik jiwa kita dan memelihara kehidupan kita.

Kalimat "Ighfir lii" (ampunilah aku) berasal dari kata "ghafara" yang secara harfiah berarti menutupi. Saat kita memohon ampunan, kita tidak hanya meminta agar dosa kita dihapus catatannya, tetapi juga memohon agar aib dan keburukan kita ditutupi oleh Allah dari pandangan makhluk lain di dunia dan di akhirat. Ini adalah permohonan perlindungan dari rasa malu akibat dosa-dosa kita.

وَتُبْ عَلَيَّ (Wa Tub 'Alayya) - Dan Terimalah Taubatku

Ini adalah tingkatan yang lebih tinggi dari sekadar memohon ampun. Taubat (at-taubah) berarti kembali. Ketika kita mengucapkan "Tub 'alayya", kita memohon agar Allah berkenan menerima kembalinya kita kepada-Nya. Kita memohon agar Allah memberi kita kekuatan untuk meninggalkan perbuatan dosa tersebut dan tidak mengulanginya lagi. Ini adalah sebuah komitmen untuk berubah menjadi lebih baik. Ada kesadaran bahwa tanpa pertolongan dan penerimaan dari Allah, usaha taubat kita tidak akan berarti apa-apa.

إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ (Innaka Antat Tawwaabur Rahiim) - Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang

Ini adalah kalimat penutup yang merupakan bentuk pujian dan pengakuan terhadap sifat Allah. "At-Tawwab" adalah salah satu Asmaul Husna yang berarti Maha Penerima Taubat. Sifat ini menunjukkan bahwa Allah sangat senang dan selalu membuka pintu-Nya lebar-lebar bagi hamba-Nya yang ingin kembali, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah ia perbuat. Penggunaan bentuk "Tawwab" (superlatif) menandakan bahwa Allah menerima taubat secara berulang-ulang dari hamba-Nya.

"Ar-Rahiim" (Maha Penyayang) melengkapi sifat At-Tawwab. Kasih sayang Allah-lah yang menjadi alasan mengapa Dia mau menerima taubat kita. Dia tidak hanya menerima taubat, tetapi juga melimpahkan kasih sayang-Nya setelahnya, mengganti keburukan dengan kebaikan, dan mengangkat derajat hamba-Nya yang bertaubat. Dengan mengakui dua sifat ini, kita menanamkan optimisme dan harapan besar dalam hati, bahwa permohonan kita pasti didengar dan diterima oleh Zat yang Maha Baik.

Panduan Praktis Mengamalkan Rangkaian Ibadah Dhuha

Untuk mendapatkan manfaat maksimal, penting untuk melaksanakan rangkaian ibadah Dhuha ini dengan tertib dan penuh kekhusyukan. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa diikuti:

1. Persiapan dan Niat

Ambil wudhu dengan sempurna. Hadirkan hati dan niatkan ibadah Sholat Dhuha ikhlas karena Allah SWT. Niat cukup di dalam hati, dengan kesadaran bahwa kita akan melaksanakan sholat sunnah Dhuha.

2. Pelaksanaan Sholat Dhuha

Kerjakan sholat minimal dua rakaat. Jika memiliki waktu lebih, bisa mengerjakannya empat, enam, delapan, hingga dua belas rakaat, dilakukan dengan salam setiap dua rakaat. Bacaan surat setelah Al-Fatihah bisa surat apa saja yang dihafal. Namun, ada beberapa surat yang dianjurkan seperti surat Asy-Syams pada rakaat pertama dan Ad-Dhuha pada rakaat kedua, atau Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.

3. Doa Setelah Sholat Dhuha

Setelah salam, jangan langsung beranjak. Luangkan waktu untuk berdzikir sejenak (tasbih, tahmid, takbir) kemudian bacalah doa sholat Dhuha yang ma'tsur (diajarkan). Doa ini berisi permohonan yang sangat komprehensif, mencakup permohonan rezeki, kemudahan, kesucian, dan perlindungan.

4. Puncak Amalan: Dzikir Istighfar 100x

Inilah momen intinya. Dengan posisi duduk yang nyaman dan hati yang fokus, mulailah membaca dzikir:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Ulangi bacaan ini sebanyak seratus kali. Untuk membantu menjaga hitungan dan konsentrasi, Anda bisa menggunakan jari-jemari tangan kanan (sesuai sunnah) atau menggunakan alat bantu hitung seperti tasbih. Usahakan untuk tidak terburu-buru. Resapi setiap kata yang diucapkan, bayangkan dosa-dosa yang pernah dilakukan, dan hadirkan harapan besar akan ampunan dan rahmat Allah.

5. Menutup dengan Doa Pribadi

Setelah selesai seratus kali, sempurnakan dengan memanjatkan doa-doa pribadi. Inilah waktu mustajab untuk memohon segala hajat dunia dan akhirat. Mintalah kelapangan rezeki, kesehatan, kebahagiaan keluarga, ilmu yang bermanfaat, dan keteguhan iman hingga akhir hayat.

Keajaiban Istiqomah: Mengatasi Tantangan dan Memetik Buah Manis

Kunci dari setiap amalan adalah istiqomah atau konsistensi. Melakukan dzikir setelah sholat dhuha 100x mungkin terasa mudah untuk satu atau dua hari, namun tantangan sebenarnya adalah menjadikannya kebiasaan harian yang tak terpisahkan dari rutinitas pagi kita.

Tantangan yang Mungkin Dihadapi:

Strategi untuk Tetap Istiqomah:

  1. Pahami dan Ingat Terus Keutamaannya: Semakin kita paham fadhilah dari amalan ini—ampunan dosa, kelapangan rezeki, ketenangan jiwa—maka motivasi kita akan semakin kuat. Jadikan artikel ini atau catatan pribadi sebagai pengingat.
  2. Mulai dari yang Paling Ringan: Jika belum terbiasa, mulailah dengan Sholat Dhuha dua rakaat saja. Yang terpenting adalah memulai dan menjaga kesinambungannya.
  3. Alokasikan Waktu Khusus: Sisihkan waktu sekitar 10-15 menit setiap pagi khusus untuk rangkaian ibadah Dhuha ini. Anggap ini sebagai "investasi spiritual" terpenting di hari itu.
  4. Jangan Menunda: Segera laksanakan setelah matahari mulai naik. Semakin ditunda, semakin besar kemungkinan untuk terlewat.
  5. Cari Lingkungan yang Mendukung: Ajak pasangan atau anggota keluarga untuk melakukannya bersama. Saling mengingatkan akan sangat membantu.
  6. Jangan Putus Asa Jika Terlewat: Jika suatu hari Anda terlewat karena satu dan lain hal, jangan merasa gagal dan berhenti total. Segera niatkan untuk melaksanakannya kembali keesokan harinya. Allah Maha Memahami kondisi hamba-Nya.

Buah manis dari istiqomah akan terasa seiring berjalannya waktu. Anda akan merasakan ketenangan batin yang berbeda dalam menghadapi hari. Masalah yang datang akan terasa lebih ringan karena ada sandaran yang kokoh. Pintu-pintu rezeki yang tak terduga akan mulai terbuka. Hati akan menjadi lebih peka, lebih mudah bersyukur, dan lebih sulit untuk berbuat maksiat. Inilah hasil nyata dari membersihkan jiwa di waktu pagi melalui Sholat Dhuha dan istighfar seratus kali.

Kesimpulan: Kunci Emas Pembuka Hari

Sholat Dhuha adalah hadiah indah dari Allah untuk memulai hari. Ia adalah sedekah tanpa harta, keuntungan tanpa perniagaan dunia, dan investasi untuk istana di surga. Menyempurnakannya dengan amalan dzikir setelah sholat dhuha 100x berupa istighfar adalah seperti memegang kunci emas untuk membuka gerbang ampunan, rahmat, dan rezeki-Nya.

Amalan ini mengajarkan kita sebuah filosofi hidup yang fundamental: mulailah harimu dengan membersihkan diri. Sebelum meminta dan menuntut hak kita dari Tuhan (berupa rezeki dan kemudahan), tunaikan dulu kewajiban kita untuk memohon ampun atas segala kelalaian. Dengan jiwa yang bersih dari noda dosa, kita menjadi wadah yang lebih pantas untuk menerima curahan nikmat dan berkah dari Allah SWT.

Marilah kita bertekad untuk menghidupkan sunnah yang mulia ini dalam kehidupan kita. Jadikan setiap pagi sebagai momen untuk berdialog mesra dengan Sang Pencipta, melaporkan diri, memohon ampunan, dan menjemput rezeki yang telah Dia janjikan dengan hati yang suci dan penuh harapan. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk istiqomah dalam mengamalkannya.

🏠 Kembali ke Homepage