Doa Tarawih Setelah 4 Rakaat

Panduan Lengkap Bacaan, Makna, dan Keutamaannya

Ilustrasi lentera Ramadan dan bulan sabit

alt text: Ilustrasi lentera Ramadan bercahaya di samping bulan sabit, melambangkan malam-malam ibadah yang penuh berkah.

Bulan Ramadan adalah anugerah terindah, sebuah madrasah spiritual yang dinanti-nantikan oleh setiap insan beriman. Malam-malamnya dihiasi dengan lantunan ayat suci, ruku', dan sujud dalam shalat Tarawih. Shalat Tarawih, yang secara harfiah berarti 'shalat istirahat', menjadi sebuah ritual yang tidak hanya menguji ketahanan fisik, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Di sela-sela rakaatnya yang panjang, terdapat jeda atau istirahat yang disebut tarwihah. Momen inilah yang seringkali diisi dengan zikir, shalawat, dan doa-doa khusus yang menambah kekhusyukan ibadah.

Salah satu momen paling signifikan dalam pelaksanaan shalat Tarawih berjamaah adalah jeda setelah menyelesaikan setiap empat rakaat. Pada saat inilah, jamaah bersama-sama melantunkan doa dan pujian kepada Allah SWT. Doa ini bukan sekadar pengisi waktu, melainkan sebuah ungkapan kerinduan, permohonan ampun, dan pengakuan atas keagungan Allah. Memahami bacaan doa ini, meresapi maknanya, dan mengamalkannya dengan penuh kesadaran akan mengangkat kualitas ibadah Tarawih kita ke level yang lebih tinggi.

Memahami Hakikat Shalat Tarawih

Sebelum kita menyelami lebih dalam mengenai doa spesifik setelah empat rakaat, penting untuk membangun fondasi pemahaman yang kokoh tentang shalat Tarawih itu sendiri. Shalat ini adalah bagian tak terpisahkan dari identitas malam Ramadan, sebuah amalan yang dianjurkan dengan sangat kuat (sunnah mu'akkadah) dan memiliki keutamaan yang luar biasa.

Definisi dan Sejarah Singkat

Kata "Tarawih" adalah bentuk jamak dari kata Arab tarwihah, yang berarti 'waktu sejenak untuk istirahat'. Penamaan ini sangat relevan karena praktik shalat ini melibatkan jeda atau istirahat setelah setiap empat rakaat. Shalat ini juga dikenal dengan nama Qiyam Ramadan, yang artinya "menghidupkan malam Ramadan" dengan ibadah.

Praktik shalat Tarawih berakar pada masa Rasulullah SAW. Beliau pernah melaksanakannya di masjid bersama para sahabat selama beberapa malam. Namun, beliau kemudian tidak melanjutkannya secara berjamaah di masjid karena khawatir amalan ini akan dianggap wajib oleh umatnya. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian perbuat. Aku tidak keluar (untuk shalat bersama kalian) hanyalah karena aku khawatir hal itu akan diwajibkan atas kalian."

Tradisi shalat Tarawih secara berjamaah kemudian dihidupkan dan dilembagakan kembali pada masa kekhalifahan 'Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Beliau melihat umat Islam shalat secara terpisah-pisah di masjid, lalu beliau berinisiatif untuk menyatukan mereka di belakang satu imam, yaitu Ubay bin Ka'ab. Sejak saat itulah, shalat Tarawih berjamaah menjadi syiar yang agung di bulan Ramadan hingga hari ini.

Keutamaan Shalat Tarawih

Keutamaan menghidupkan malam Ramadan dengan shalat Tarawih sangatlah besar. Amalan ini merupakan salah satu jalan terpenting untuk meraih ampunan Allah SWT atas dosa-dosa yang telah lalu. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan (shalat Tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memberikan motivasi yang luar biasa. Setiap rakaat, setiap ruku', dan setiap sujud yang kita lakukan di malam Ramadan adalah langkah menuju kesucian dan pembebasan dari belenggu dosa. Ini adalah kesempatan emas yang Allah berikan sekali dalam setahun untuk membersihkan diri dan memulai lembaran baru yang lebih baik.

Momen Istirahat (Tarwihah): Jeda Penuh Makna

Sebagaimana namanya, shalat Tarawih memiliki jeda istirahat. Jeda ini biasanya dilakukan setelah salam pada rakaat keempat, dan seterusnya pada setiap kelipatan empat rakaat. Ini bukan sekadar waktu untuk meluruskan kaki atau minum seteguk air. Lebih dari itu, tarwihah adalah sebuah ruang spiritual yang dirancang untuk menjaga kualitas ibadah.

Bayangkan jika shalat dilakukan 20 rakaat tanpa henti. Tentu akan sangat melelahkan dan berpotensi mengurangi kekhusyukan. Jeda ini memberikan kesempatan bagi fisik untuk beristirahat dan bagi jiwa untuk kembali fokus, merenung, dan membasahi lisan dengan zikir. Para ulama salaf terdahulu mengisi waktu istirahat ini dengan berbagai amalan, seperti membaca Al-Qur'an, bertasbih, atau bahkan melakukan shalat sunnah lainnya. Dalam konteks berjamaah di masyarakat kita, jeda ini secara umum diisi dengan lantunan zikir, shalawat, dan doa yang dipimpin oleh bilal atau imam.

Bacaan Doa Tarawih Setelah 4 Rakaat: Teks dan Makna Mendalam

Inilah inti dari pembahasan kita. Doa yang sering dilantunkan setelah melaksanakan empat rakaat shalat Tarawih merupakan serangkaian pujian, permohonan, dan pengakuan yang sangat indah. Meskipun terdapat beberapa variasi redaksi, salah satu yang paling umum dan populer dibaca di berbagai masjid di Indonesia adalah sebagai berikut.

Biasanya, bacaan ini didahului oleh seruan dari bilal dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang bertujuan untuk menyemangati jamaah dan mempersiapkan mereka untuk berdoa bersama.

اَللّٰهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا يَا كَرِيْمُ.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ. سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَعْبُودِ. سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَوْجُودِ. سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَنَامُ وَلَا يَمُوتُ وَلَا يَفُوتُ أَبَدًا. سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ.

Allahumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbul 'afwa fa'fu 'annaa yaa kariim.

Subhaanal malikil qudduus. Subhaanal malikil ma'buud. Subhaanal malikil maujuud. Subhaanal malikil hayyil ladzii laa yanaamu wa laa yamuutu wa laa yafuutu abadan. Subbuuhun qudduusun robbunaa wa robbul malaa-ikati war ruuh.

Allahumma innaa nas-aluka ridhooka wal jannah, wa na'uudzubika min sakhothika wan naar.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau menyukai pemaafan, maka maafkanlah kami, wahai Yang Maha Mulia."

"Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci. Maha Suci Engkau, Raja Yang Disembah. Maha Suci Engkau, Raja Yang Ada. Maha Suci Engkau, Raja Yang Hidup, Yang tidak tidur, tidak mati, dan tidak akan sirna selamanya. Maha Suci, Maha Qudus, Tuhan kami dan Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."

"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keridhaan-Mu dan surga, dan kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan api neraka."

Tadabbur (Perenungan) Makna Doa

Membaca doa ini bukan sekadar rutinitas. Setiap kalimatnya mengandung makna teologis yang sangat dalam. Mari kita bedah dan renungkan bersama setiap bagian dari doa agung ini.

Bagian Pertama: Permohonan Ampunan (Al-'Afwu)

"Allahumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbul 'afwa fa'fu 'annaa yaa kariim."
(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau menyukai pemaafan, maka maafkanlah kami, wahai Yang Maha Mulia.)

Bagian pertama ini adalah adaptasi dari doa yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dibaca pada malam Lailatul Qadr. Ini menunjukkan betapa sentralnya permohonan ampunan di bulan Ramadan. Mari kita perhatikan kata kunci di sini: 'Afuwwun.

Dalam bahasa Arab, ada beberapa kata untuk ampunan, seperti Ghafuur dan 'Afuww. Keduanya sering diterjemahkan sebagai "Maha Pengampun", namun memiliki nuansa makna yang berbeda.

Dengan mengucapkan doa ini, kita tidak hanya meminta agar dosa kita ditutupi, tetapi kita memohon agar dosa-dosa kita dihapuskan seluruhnya. Kita juga menyebut sifat-Nya Al-Kariim (Maha Mulia/Maha Pemurah), yang menandakan bahwa kita memohon kepada Dzat yang pemberian-Nya tidak terbatas dan melampaui ekspektasi kita. Frasa "tuhibbul 'afwa" (Engkau menyukai pemaafan) adalah sebuah sanjungan yang indah. Kita meyakinkan diri bahwa Allah tidak terpaksa dalam memberi maaf, melainkan Dia justru mencintai perbuatan itu. Ini memberikan harapan besar bagi kita, para pendosa yang merindukan ampunan-Nya.

Bagian Kedua: Tasbih dan Pengagungan (At-Taqdis)

"Subhaanal malikil qudduus..."
(Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci...)

Setelah memohon, adab berdoa mengajarkan kita untuk memuji dan mengagungkan Allah. Bagian ini adalah serangkaian tasbih yang menegaskan kesucian dan kekuasaan mutlak Allah SWT.

Rangkaian tasbih ini membersihkan hati kita dari segala bentuk penyekutuan dan menyadarkan kita akan posisi kita sebagai hamba di hadapan Raja segala raja.

Bagian Ketiga: Permohonan Puncak (Ridha dan Surga)

"Allahumma innaa nas-aluka ridhooka wal jannah, wa na'uudzubika min sakhothika wan naar."
(Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keridhaan-Mu dan surga, dan kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan api neraka.)

Ini adalah puncak dari doa seorang hamba. Setelah memohon ampunan dan mengagungkan-Nya, kita sampai pada dua permintaan terbesar dan dua perlindungan terpenting.

Doa penutup ini merangkum seluruh aspirasi seorang Muslim: meraih cinta Allah yang terwujud dalam surga, dan menghindari murka-Nya yang termanifestasi dalam neraka.

Varian Bacaan dan Zikir Lainnya

Perlu dipahami bahwa doa yang disebutkan di atas adalah salah satu dari banyak praktik baik yang ada. Di beberapa tempat, terutama di kalangan Nahdliyin di Indonesia, setelah doa tersebut seringkali dilanjutkan dengan pujian kepada Khulafaur Rasyidin. Ini bukanlah bagian wajib, melainkan sebuah tradisi baik (sunnah hasanah) untuk mengenang dan mendoakan para pemimpin terbaik umat Islam setelah Rasulullah SAW.

Bacaannya biasanya sebagai berikut, dipimpin oleh bilal dan dijawab oleh jamaah:

Bilal: "Al-Khalifatul ula, amirul mu'minin sayyiduna Abu Bakar As-Shiddiq."
Jamaah: "Radhiyallahu 'anh." (Semoga Allah meridhoinya).

Kemudian dilanjutkan dengan menyebut nama Sayyidina 'Umar bin Khattab, Sayyidina 'Utsman bin 'Affan, dan Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib dengan jawaban yang sama dari jamaah. Praktik ini bertujuan untuk menanamkan kecintaan kepada para sahabat Nabi dan meneladani kepemimpinan mereka.

Intinya, waktu jeda dalam shalat Tarawih adalah waktu yang fleksibel untuk diisi dengan zikir, doa, atau shalawat apa pun yang ma'tsur (berasal dari riwayat) atau yang mengandung makna baik. Yang terpenting adalah menjaga semangat ibadah dan kekhusyukan, bukan memperdebatkan perbedaan redaksi bacaan.

Adab dan Etika dalam Berdoa

Agar doa kita, khususnya doa di sela-sela Tarawih, menjadi lebih berkualitas dan lebih berpotensi untuk diijabah, ada beberapa adab yang perlu kita perhatikan:

  1. Ikhlas: Niatkan doa semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dilihat atau dipuji orang lain.
  2. Khusyuk dan Hadir Hati: Usahakan untuk memahami apa yang kita ucapkan. Jangan biarkan lisan bergerak tanpa diikuti oleh perenungan hati.
  3. Yakin Akan Dikabulkan: Berdoalah dengan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Buang jauh-jauh keraguan dari dalam hati.
  4. Memulai dengan Pujian dan Shalawat: Sebagaimana struktur doa Tarawih di atas, memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah adab yang sangat dianjurkan.
  5. Mengangkat Tangan: Mengangkat kedua tangan saat berdoa adalah sunnah yang menunjukkan kerendahan diri dan kebutuhan kita sebagai hamba.
  6. Tidak Tergesa-gesa: Lafalkan doa dengan tartil, tenang, dan tidak terburu-buru. Nikmati setiap momen komunikasi spiritual dengan Sang Khalik.

Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Rutinitas

Doa setelah empat rakaat Tarawih bukanlah sekadar jeda atau pengisi waktu. Ia adalah sebuah miniatur perjalanan spiritual. Dimulai dengan pengakuan dosa dan permohonan ampunan yang mendalam, dilanjutkan dengan pengagungan atas kesempurnaan dan kekuasaan Allah, dan diakhiri dengan permohonan puncak seorang hamba: meraih ridha dan surga-Nya, serta terhindar dari murka dan neraka-Nya.

Dengan memahami dan meresapi setiap kalimatnya, momen tarwihah akan berubah dari istirahat fisik menjadi sebuah oase spiritual yang menyegarkan jiwa. Ia menjadi pengingat konstan tentang tujuan kita beribadah di malam-malam Ramadan, yaitu untuk kembali menjadi hamba yang suci, yang diridhai oleh Tuhannya. Semoga Allah SWT menerima ibadah Tarawih kita, mengampuni segala dosa kita, dan mengabulkan setiap doa yang kita panjatkan di bulan yang penuh berkah ini.

🏠 Kembali ke Homepage