Memahami Makna dan Bacaan Doa Sujud Sajadah

Ilustrasi orang sedang sujud Sebuah ikon yang menggambarkan seseorang dalam posisi sujud, melambangkan kepasrahan dan ibadah.

Dalam alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat momen-momen istimewa yang mengajak setiap pendengar dan pembacanya untuk merenung lebih dalam. Salah satu momen tersebut adalah ketika kita bertemu dengan ayat-ayat Sajadah. Saat itu, kita dianjurkan untuk melakukan sebuah amalan mulia yang disebut Sujud Sajadah atau Sujud Tilawah. Ini bukan sekadar gerakan fisik, melainkan sebuah pernyataan totalitas kepasrahan, pengagungan, dan pengakuan atas kebesaran Allah SWT. Sujud ini adalah respons spontan dari hati yang bergetar tatkala mendengar firman-Nya yang agung.

Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan sujud sajadah, mulai dari pengertian mendalam, landasan hukumnya dalam Al-Qur'an dan Hadits, daftar lengkap ayat-ayat yang menyebabkannya, tata cara pelaksanaannya yang benar baik di dalam maupun di luar shalat, hingga bacaan doa yang dianjurkan beserta maknanya yang sarat akan hikmah. Memahami amalan ini secara komprehensif akan memperkaya pengalaman spiritual kita dalam berinteraksi dengan Kalamullah.

Pengertian Mendalam dan Landasan Hukum Sujud Sajadah

Untuk memahami sebuah amalan, penting bagi kita untuk mengetahui definisi dan dasar hukum yang melandasinya. Sujud Sajadah memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam, menjadikannya sebuah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Definisi Sujud Sajadah (Sujud Tilawah)

Secara etimologi, Sujud berasal dari bahasa Arab 'sajada-yasjudu-sujudan' yang berarti meletakkan dahi ke tanah, merendahkan diri, dan tunduk. Ini adalah posisi puncak kerendahan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Sementara itu, Sajadah atau Tilawah merujuk pada aktivitas membaca atau melantunkan Al-Qur'an.

Secara terminologi fiqih, Sujud Sajadah adalah sujud yang dilakukan sebanyak satu kali ketika membaca atau mendengar ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur'an yang disebut sebagai Ayat Sajadah. Sujud ini merupakan bentuk pengagungan kepada Allah SWT dan respons kepatuhan atas seruan atau penggambaran tentang sujud dalam ayat tersebut.

Landasan Hukum dari Al-Qur'an dan Hadits

Hukum melaksanakan Sujud Sajadah adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hanbali. Sementara itu, ulama dari mazhab Hanafi berpendapat hukumnya adalah wajib.

Dalil-dalil yang menjadi landasannya sangatlah kuat, di antaranya:

1. Dari Al-Qur'an:

Allah SWT berfirman mengenai sifat orang-orang beriman ketika dibacakan ayat-ayat-Nya:

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Innamā yu'minu bi'āyātinalladzīna idzā dzukkirụ bihā kharrụ sujjadaw wa sabbaḥụ biḥamdi rabbihim wa hum lā yastakbirụn.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat itu), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri." (QS. As-Sajdah: 15)

2. Dari Hadits Nabi Muhammad SAW:

Banyak sekali riwayat yang menunjukkan praktik Rasulullah SAW dalam melakukan sujud sajadah. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma:

"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena dahinya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits lain dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menjelaskan keutamaan luar biasa dari sujud ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: 'Celaka aku. Anak Adam diperintahkan sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, maka bagiku neraka.'" (HR. Muslim)

Dari dalil-dalil ini, jelaslah bahwa sujud sajadah bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah ibadah yang berlandaskan wahyu dan dicontohkan langsung oleh teladan terbaik umat manusia.


Daftar Lengkap 15 Ayat Sajadah dalam Al-Qur'an

Para ulama sepakat bahwa terdapat 15 ayat di dalam Al-Qur'an yang termasuk kategori Ayat Sajadah. Ketika kita membaca atau mendengar salah satu dari ayat-ayat ini, disunnahkan untuk segera melakukan sujud sajadah. Mengenali ayat-ayat ini adalah langkah pertama untuk dapat mengamalkannya. Berikut adalah daftar lengkapnya:

1. Surah Al-A'raf, Ayat 206

إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ ۩

Innal-ladhīna ‘inda rabbika lā yastakbirūna ‘an ‘ibādatihī wa yusabbiḥūnahū wa lahū yasjudūn.

"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud."

Refleksi: Ayat ini menggambarkan kepatuhan mutlak para malaikat yang senantiasa bersujud. Sujud kita adalah bentuk peneladanan terhadap makhluk-makhluk suci tersebut dalam ketaatan kepada Allah.

2. Surah Ar-Ra'd, Ayat 15

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُم بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ ۩

Wa lillāhi yasjudu man fis-samāwāti wal-arḍi ṭaw‘an wa karhan wa ẓilāluhum bil-guduwwi wal-āṣāl.

"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari."

Refleksi: Ayat ini menegaskan bahwa seluruh alam semesta, baik secara suka rela maupun terpaksa, tunduk pada hukum Allah. Sujud kita adalah ikrar bahwa kita memilih untuk tunduk dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

3. Surah An-Nahl, Ayat 49

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِن دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ ۩

Wa lillāhi yasjudu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi min dābbatin wal-malā’ikatu wa hum lā yastakbirūn.

"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri."

Refleksi: Kembali, ayat ini menekankan ketundukan universal makhluk ciptaan-Nya. Dengan bersujud, kita bergabung dalam orkestra kepatuhan agung seluruh alam semesta.

4. Surah Al-Isra', Ayat 107

قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا ۚ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا ۩

Qul āminū bihī aw lā tu’minū, innal-ladhīna ūtul-‘ilma min qablihī idhā yutlā ‘alayhim yakhirrūna lil-adhqāni sujjadā.

"Katakanlah: 'Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.'"

Refleksi: Ayat ini menunjukkan ciri orang-orang berilmu. Ilmu yang benar akan melahirkan kerendahan hati dan kepatuhan. Sujud kita adalah manifestasi dari ilmu yang meresap ke dalam jiwa.

5. Surah Maryam, Ayat 58

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩

Ulā’ikal-ladhīna an‘amallāhu ‘alayhim minan-nabiyyīna min dhurriyyati Ādama wa mimman ḥamalnā ma‘a Nūḥin wa min dhurriyyati Ibrāhīma wa Isrā’īla wa mimman hadaynā wajtabaynā, idhā tutlā ‘alayhim āyātur-Raḥmāni kharrū sujjadan wa bukiyyā.

"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis."

Refleksi: Ini adalah sifat para nabi dan orang-orang pilihan. Hati mereka begitu lembut hingga firman Allah sanggup membuat mereka tersungkur bersujud seraya menangis. Sujud kita adalah upaya meneladani kelembutan hati para kekasih Allah.

6. Surah Al-Hajj, Ayat 18

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ۩

Alam tara annallāha yasjudu lahū man fis-samāwāti wa man fil-arḍi wasy-syamsu wal-qamaru wan-nujūmu wal-jibālu wasy-syajaru wad-dawābbu wa kathīrum minan-nāsi wa kathīrun ḥaqqa ‘alayhil-‘adhāb, wa man yuhinillāhu fa mā lahū min mukrim, innallāha yaf‘alu mā yasyā’.

"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."

Refleksi: Ayat ini merinci betapa banyak makhluk yang bersujud. Dengan bersujud, kita memilih untuk berada di barisan para penyembah, bukan di barisan mereka yang sombong dan pantas mendapatkan azab.

7. Surah Al-Hajj, Ayat 77

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ۩

Yā ayyuhal-ladhīna āmanurka‘ū wasjudū wa‘budū rabbakum waf‘alul-khayra la‘allakum tufliḥūn.

"Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan."

Refleksi: Ayat ini adalah perintah langsung untuk bersujud. Sujud kita adalah jawaban "sami'na wa atha'na" (kami dengar dan kami taat) atas panggilan iman dari Tuhan semesta alam.

8. Surah Al-Furqan, Ayat 60

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا ۩

Wa idhā qīla lahumusjudū lir-raḥmāni qālū wa mar-raḥmānu anasjudu limā ta’murunā wa zādahum nufūrā.

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang', mereka menjawab: 'Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?', dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)."

Refleksi: Ayat ini menggambarkan kesombongan orang kafir yang menolak sujud. Dengan bersujud, kita membedakan diri kita dari mereka dan menunjukkan bahwa kita mengenal dan tunduk kepada Ar-Rahman.

9. Surah An-Naml, Ayat 26

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ۩

Allāhu lā ilāha illā huwa rabbul-‘arsyil-‘aẓīm.

"Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar."

Refleksi: Ayat ini, menurut sebagian riwayat, adalah titik akhir dari sebuah narasi di mana Ratu Balqis dan kaumnya menyembah matahari. Ayat ini menegaskan tauhid. Sujud kita adalah penegasan bahwa hanya Allah, Pemilik 'Arsy yang Agung, yang berhak disembah, bukan makhluk-Nya.

10. Surah As-Sajdah, Ayat 15

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ ۩

Innamā yu’minu bi’āyātinalladzīna idhā dhukkirū bihā kharrū sujjadan wa sabbaḥū biḥamdi rabbihim wa hum lā yastakbirūn.

"Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat itu) mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri."

Refleksi: Ayat ini menjadi definisi praktis dari keimanan sejati. Iman bukan hanya di hati, tapi terbukti dengan tindakan tunduk dan patuh. Sujud adalah bukti nyata keimanan tersebut.

11. Surah Sad, Ayat 24

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِ ۖ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ ۩

Qāla laqad ẓalamaka bisu’āli na‘jatika ilā ni‘ājihī wa inna kathīram minal-khulaṭā’i layabgī ba‘ḍuhum ‘alā ba‘ḍin illal-ladhīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa qalīlum mā hum, wa ẓanna Dāwūdu annamā fatannāhu fastagfara rabbahū wa kharra rāki‘an wa anāb.

"Daud berkata: 'Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini'. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat."

Refleksi: Ini adalah sujud taubat Nabi Daud 'alaihissalam. Sujud kita di sini adalah pengingat bahwa sebesar apapun kedudukan seseorang, ia harus segera kembali dan bersujud memohon ampunan ketika menyadari kesalahannya.

12. Surah Fussilat, Ayat 37

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ۩

Wa min āyātihil-laylu wan-nahāru wasy-syamsu wal-qamar, lā tasjudū lisy-syamsi wa lā lil-qamari wasjudū lillāhil-ladhī khalaqahunna in kuntum iyyāhu ta‘budūn.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah."

Refleksi: Ayat ini adalah deklarasi tauhid yang paling murni. Kita dilarang bersujud pada makhluk, seagung apapun ia terlihat, dan diperintahkan untuk bersujud hanya kepada Sang Pencipta. Sujud kita adalah penegasan komitmen ini.

13. Surah An-Najm, Ayat 62

فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا ۩

Fasjudū lillāhi wa‘budū.

"Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)."

Refleksi: Sebuah perintah yang singkat, padat, dan jelas di akhir surah. Setelah Allah memaparkan keagungan wahyu-Nya, kesimpulan logis bagi setiap insan adalah bersujud dan menyembah-Nya.

14. Surah Al-Insyiqaq, Ayat 21

وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ ۩

Wa idhā quri’a ‘alayhimul-qur’ānu lā yasjudūn.

"Dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau bersujud."

Refleksi: Ayat ini mencela orang-orang yang hatinya membatu, yang bahkan Al-Qur'an pun tak sanggup membuat mereka tunduk. Dengan bersujud, kita berdoa agar tidak termasuk ke dalam golongan yang dicela ini.

15. Surah Al-'Alaq, Ayat 19

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب ۩

Kallā, lā tuṭi‘hu wasjud waqtarib.

"Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)."

Refleksi: Perintah penutup yang sarat makna. Jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan menentang kebatilan dan memperbanyak sujud. Sujud adalah gerbang kedekatan (qurb) dengan-Nya.


Tata Cara Pelaksanaan Sujud Sajadah yang Benar

Pelaksanaan sujud sajadah sedikit berbeda tergantung pada apakah kita sedang berada di dalam shalat atau di luar shalat. Namun, syarat-syaratnya tetap sama, yaitu harus dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil (memiliki wudhu), suci badan, pakaian, dan tempat, serta menghadap kiblat.

1. Tata Cara Sujud Sajadah di Dalam Shalat

Ini biasanya terjadi ketika imam atau kita sendiri yang sedang shalat membaca salah satu dari 15 ayat sajadah di atas.

  1. Setelah selesai membaca ayat sajadah secara sempurna, segera bertakbir (mengucapkan "Allahu Akbar") untuk turun sujud, tanpa mengangkat kedua tangan.
  2. Lakukan sujud sebanyak satu kali, sama seperti sujud dalam shalat biasa (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki menempel pada tempat sujud).
  3. Di dalam sujud, bacalah doa sujud sajadah yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Membaca tasbih sujud biasa (Subhaana rabbiyal a'laa) juga diperbolehkan.
  4. Setelah selesai membaca doa, bertakbir kembali ("Allahu Akbar") untuk bangkit dari sujud dan kembali ke posisi berdiri sempurna.
  5. Tidak ada duduk istirahat atau tasyahud setelah sujud ini. Setelah berdiri, shalat dilanjutkan seperti biasa. Disunnahkan untuk membaca beberapa ayat pendek lagi sebelum melanjutkan ke ruku', agar tidak terkesan seolah-olah ruku' dilakukan tepat setelah sujud sajadah.

2. Tata Cara Sujud Sajadah di Luar Shalat

Ini terjadi ketika kita sedang membaca Al-Qur'an (tadarus) atau mendengar bacaan Al-Qur'an dari orang lain atau dari rekaman, lalu melewati ayat sajadah.

Terdapat sedikit perbedaan pendapat ulama mengenai tata caranya, namun pendapat yang paling kuat dan dianut oleh mazhab Syafi'i adalah sebagai berikut:

  1. Pastikan diri dalam keadaan suci dan menghadap kiblat.
  2. Berniat dalam hati untuk melakukan sujud sajadah.
  3. Mengangkat kedua tangan dan melakukan Takbiratul Ihram (mengucapkan "Allahu Akbar") seperti hendak memulai shalat.
  4. Setelah takbiratul ihram, langsung bertakbir lagi (tanpa mengangkat tangan) untuk turun sujud.
  5. Lakukan sujud sebanyak satu kali, dan bacalah doa sujud sajadah.
  6. Bangkit dari sujud untuk duduk (seperti duduk di antara dua sujud atau duduk tasyahud akhir) sambil bertakbir.
  7. Mengakhiri rangkaian sujud sajadah dengan mengucapkan salam ke kanan ("Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah"), seperti mengakhiri shalat.

Praktik dengan takbiratul ihram di awal dan salam di akhir ini dianggap lebih lengkap dan sesuai dengan kaidah-kaidah ibadah yang menyerupai shalat, meskipun hanya terdiri dari satu sujud.


Bacaan Doa Sujud Sajadah: Arab, Latin, dan Maknanya

Inti dari sujud sajadah adalah doa yang kita panjatkan di dalamnya. Terdapat beberapa riwayat doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Berikut adalah doa yang paling umum dan shahih:

Doa Utama Sujud Sajadah

Doa ini diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi SAW biasa membacanya dalam sujud tilawah:

سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِي خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ، فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Sajada wajhiya lilladzī khalaqahū, wa syaqqa sam'ahū wa basharahū, bihaulihī wa quwwatihī. Fatabārakallāhu aḥsanul khāliqīn.

"Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, yang membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maka Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta."

Makna Mendalam Doa Ini:

Doa Versi Lainnya

Terdapat juga riwayat doa lain yang bisa diamalkan, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa seseorang datang kepada Nabi SAW dan menceritakan mimpinya, lalu Nabi SAW mengajarkan doa ini:

اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَضَعْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ

Allāhummaktub lī bihā 'indaka ajran, wa ḍa' 'annī bihā wizran, waj'alhā lī 'indaka dzukhran, wa taqabbalhā minnī kamā taqabbaltahā min 'abdika dāwūd.

"Ya Allah, catatlah untukku dengan sujud ini sebuah pahala di sisi-Mu, dan hapuskanlah dariku dengannya sebuah dosa, dan jadikanlah ia sebagai simpanan bagiku di sisi-Mu, dan terimalah ia dariku sebagaimana Engkau menerimanya dari hamba-Mu Daud."

Doa ini mengandung permohonan yang sangat komprehensif: memohon pahala, penghapusan dosa, investasi amal untuk akhirat, dan harapan agar amalan kita diterima sebagaimana amalan para nabi.

Kedua doa di atas dapat diamalkan, baik secara bergantian maupun memilih salah satu yang lebih mudah dihafal. Jika belum hafal keduanya, maka membaca tasbih sujud biasa (Subhaana rabbiyal a'laa) sebanyak tiga kali sudah dianggap cukup.


Hikmah dan Keutamaan di Balik Sujud Sajadah

Setiap amalan dalam Islam pasti mengandung hikmah dan keutamaan yang agung. Sujud sajadah, sebagai respons langsung terhadap firman Allah, memiliki beberapa keutamaan yang luar biasa:

  1. Simbol Kepatuhan Mutlak: Ketika Allah memerintahkan atau menggambarkan tentang sujud, kita langsung menyambutnya dengan sujud. Ini melatih jiwa kita untuk senantiasa patuh tanpa keraguan terhadap perintah Allah.
  2. Menghancurkan Kesombongan: Sujud adalah antitesis dari sifat sombong. Iblis dilaknat karena menolak sujud. Dengan bersujud, kita mendeklarasikan perang terhadap sifat sombong dalam diri dan mengakui kerendahan kita di hadapan Al-Kibriya' (Yang Maha Agung).
  3. Mendekatkan Diri Kepada Allah: Rasulullah SAW bersabda, "Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah doa." (HR. Muslim). Sujud sajadah adalah kesempatan emas untuk merasakan kedekatan spiritual yang intens dengan Allah.
  4. Membuat Setan Menangis dan Menjauh: Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, setan akan sangat tersiksa dan meratapi kegagalannya ketika melihat seorang anak Adam patuh bersujud. Setiap sujud kita adalah pukulan telak bagi setan.
  5. Meraih Pahala dan Pengampunan: Doa sujud sajadah secara eksplisit memohon pahala dan penghapusan dosa. Ini adalah janji bahwa setiap kening yang menempel di bumi karena mengagungkan Allah akan diganjar dengan kebaikan yang berlimpah.

Penutup

Sujud sajadah adalah sebuah permata ibadah yang seringkali terlewatkan. Ia adalah jeda spiritual di tengah lantunan ayat, sebuah momen refleksi di mana lisan, hati, dan anggota badan bersatu dalam pengagungan kepada Sang Pencipta. Ia adalah bukti cinta, bukti iman, dan bukti kerinduan seorang hamba untuk senantiasa dekat dengan Tuhannya.

Dengan memahami hakikat, tata cara, dan doa-doanya, semoga kita dapat menghidupkan sunnah yang mulia ini setiap kali kita berinteraksi dengan Al-Qur'an. Semoga setiap sujud yang kita lakukan menjadi pemberat timbangan kebaikan, penghapus dosa, dan sarana untuk semakin dekat dengan Allah SWT. Amin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage