Ilustrasi Sholat Sebuah ilustrasi orang yang sedang bersujud menghadap kiblat yang disimbolkan dengan bentuk sederhana. Ilustrasi tuntunan sholat sesuai sunnah.

Memahami Makna Doa Sholat Sesuai Tuntunan Muhammadiyah

Sholat adalah tiang agama, sebuah pilar fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Ia bukan sekadar rangkaian gerakan dan ucapan, melainkan sebuah dialog spiritual yang mendalam antara hamba dengan Sang Pencipta. Gerakan sholat adalah wujud ketundukan fisik, sementara bacaan di dalamnya adalah ekspresi ketundukan jiwa. Oleh karena itu, memahami setiap kata yang terucap menjadi kunci untuk meraih kekhusyukan dan esensi sejati dari ibadah ini.

Persyarikatan Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, senantiasa berupaya untuk memurnikan amalan ibadah umat sesuai dengan sumber aslinya, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah Al-Maqbulah (sunnah yang diterima). Pendekatan ini memastikan bahwa setiap aspek ibadah, termasuk bacaan sholat, didasarkan pada dalil yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Tuntunan ini tidak bertujuan menciptakan sesuatu yang baru, melainkan mengembalikan praktik ibadah kepada contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Artikel ini akan mengupas secara mendalam bacaan-bacaan sholat dari awal hingga akhir, sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah. Tujuannya bukan hanya untuk menghafal, tetapi untuk meresapi, memahami, dan menghayati setiap kalimat, sehingga sholat kita menjadi lebih bermakna, lebih khusyuk, dan lebih dekat dengan ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Niat: Fondasi Ibadah yang Tertanam di Hati

Sebelum memulai sholat, seorang muslim harus memiliki niat. Berbeda dengan pandangan umum yang sering melafalkan niat, Muhammadiyah menekankan bahwa niat adalah amalan hati. Tempatnya ada di dalam kalbu, bukan di lisan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Niat adalah tekad dan kesengajaan di dalam hati untuk melaksanakan suatu ibadah tertentu, pada waktu tertentu, semata-mata karena Allah. Dengan demikian, ketika seseorang berdiri tegak untuk sholat, hatinya telah bertekad untuk melaksanakan sholat Fardhu Dzuhur, misalnya. Niat ini tidak perlu diucapkan, karena Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di dalam dada.

Menghadirkan niat dalam hati sebelum takbiratul ihram sudah mencukupi dan sesuai dengan tuntunan sunnah, karena tidak ada satu pun riwayat shahih yang menyebutkan bahwa Nabi atau para sahabatnya melafalkan niat secara lisan sebelum sholat.

Takbiratul Ihram: Gerbang Memasuki Sholat

Sholat dimulai dengan Takbiratul Ihram, yaitu ucapan "Allahu Akbar" yang menandai dimulainya sholat dan diharamkannya segala sesuatu di luar sholat. Gerakan yang menyertainya adalah mengangkat kedua tangan. Terdapat beberapa variasi yang semuanya dicontohkan oleh Nabi:

Kedua cara ini sah dan dapat diamalkan. Setelah takbir, tangan diletakkan di atas dada, dengan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, pergelangan tangan, atau lengan kiri. Ini adalah posisi sedekap yang menenangkan dan menunjukkan sikap hormat di hadapan Allah.

Doa Iftitah: Kunci Pembuka Dialog dengan Allah

Setelah takbiratul ihram, disunnahkan membaca doa iftitah (doa pembuka). Terdapat beberapa pilihan doa iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengamalkan salah satunya secara bergantian dapat membantu kita menghayati makna yang berbeda-beda dan menjaga kekhusyukan. Berikut adalah beberapa doa iftitah yang terdapat dalam HPT Muhammadiyah.

Pilihan Doa Iftitah Pertama

اَللّٰهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَשْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللّٰهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللّٰهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

Allaahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Allaahummaghsilnii min khathaayaaya bits-tsalji wal maa-i wal barad. "Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air, dan embun."

Doa ini adalah sebuah pengakuan total akan kelemahan diri dan banyaknya dosa. Kita memohon kepada Allah untuk menjauhkan kita dari dosa, sebuah permohonan perlindungan untuk masa depan. Kemudian, kita memohon pembersihan total dari dosa-dosa masa lalu, menggunakan tiga metafora pembersihan yang paling kuat: dibersihkan seperti kain putih dari noda, dan dicuci dengan elemen-elemen paling murni: salju, air, dan embun. Ini adalah doa tobat yang sangat mendalam di awal sholat.

Pilihan Doa Iftitah Kedua

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wa maa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiin. "Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus (dan berserah diri), dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."

Doa ini adalah deklarasi tauhid yang agung. Kita menegaskan bahwa seluruh orientasi hidup kita, dari ibadah ritual hingga seluruh episode kehidupan dan kematian, kita persembahkan hanya untuk Allah. Ini adalah pernyataan komitmen total, sebuah ikrar untuk menjauhkan diri dari segala bentuk syirik dan mempersembahkan seluruh eksistensi kita kepada Sang Pencipta. Membaca doa ini di awal sholat adalah cara untuk mengingatkan diri akan tujuan utama hidup.

Membaca Al-Fatihah dan Surat Pilihan

Setelah doa iftitah, dilanjutkan dengan membaca ta'awudz (A'udzu billahi minasy syaithanir rajim) dan basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) secara lirih (sirr). Kemudian, membaca Surat Al-Fatihah. Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat, yang tanpanya sholat tidak sah. Nabi bersabda, “Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Al-Fatihah adalah "induk Al-Qur'an" yang merangkum seluruh pesan utama kitab suci. Ia dimulai dengan pujian kepada Allah (Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin), pengakuan atas sifat-sifat-Nya yang penuh kasih (Arrahmaanir rahiim), penegasan kekuasaan-Nya di hari pembalasan (Maaliki yaumiddiin), ikrar tauhid dalam ibadah dan permohonan (Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin), dan ditutup dengan permohonan paling esensial: hidayah ke jalan yang lurus (Ihdinash shiraathal mustaqiim).

Setelah membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Pada rakaat pertama dan kedua, bacaannya lebih panjang dibandingkan rakaat ketiga dan keempat. Pemilihan surat bisa disesuaikan dengan hafalan dan konteks, namun yang terpenting adalah membacanya dengan tartil dan berusaha memahami maknanya.

Rukuk: Tunduk dengan Pengagungan

Setelah selesai membaca surat, kita mengangkat tangan seperti takbiratul ihram, mengucapkan "Allahu Akbar," lalu membungkuk untuk rukuk. Posisi rukuk yang sempurna adalah punggung lurus sejajar dengan lantai, kepala tidak menunduk atau mendongak, dan kedua telapak tangan memegang lutut dengan jari-jari direnggangkan.

Dalam posisi ini, kita mengagungkan Allah dengan beberapa pilihan bacaan:

Bacaan Rukuk Pilihan Pertama

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ

Subhaana rabbiyal 'azhiim. "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung."

Ini adalah bacaan yang paling umum dan dianjurkan untuk diulang sebanyak tiga kali atau lebih dalam jumlah ganjil. Ucapan ini adalah bentuk penyucian (tasbih) dan pengagungan (ta'zhim) kepada Allah. Saat tubuh kita berada dalam posisi tunduk yang paling hormat, lisan kita menegaskan kesucian dan keagungan-Nya.

Bacaan Rukuk Pilihan Kedua

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfir lii. "Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, ya Allah, ampunilah aku."

Bacaan ini menggabungkan tasbih (penyucian), tahmid (pujian), dan istighfar (permohonan ampun). Ini adalah doa yang sangat komprehensif. Dalam satu tarikan nafas, kita mengakui kesempurnaan Allah, memuji-Nya atas segala nikmat, dan sekaligus menyadari kekurangan diri dengan memohon ampunan. Ini adalah bacaan yang sering dibaca oleh Nabi, terutama di akhir hayat beliau.

I'tidal: Bangkit dengan Pujian

Setelah rukuk, kita bangkit berdiri tegak seraya mengangkat kedua tangan dan mengucapkan:

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Sami'allaahu liman hamidah. "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."

Ucapan ini adalah pernyataan keyakinan bahwa setiap pujian yang tulus dari seorang hamba pasti didengar dan direspons oleh Allah. Ini adalah motivasi untuk senantiasa bersyukur. Setelah berdiri tegak sempurna (posisi i'tidal), kita melanjutkan dengan membaca doa pujian. Ada beberapa pilihan doa:

Bacaan I'tidal Pilihan Pertama

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Rabbanaa wa lakal hamd. "Ya Tuhan kami, dan bagi-Mu segala puji."

Ini adalah bacaan yang paling ringkas namun padat makna. Ia adalah respons langsung terhadap "Sami'allahu liman hamidah", seolah-olah kita berkata, "Benar ya Allah, Engkaulah yang berhak atas segala pujian itu."

Bacaan I'tidal Pilihan Kedua (Lebih Lengkap)

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

Rabbanaa wa lakal hamd, hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih. "Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, pujian yang banyak, yang baik, dan yang diberkahi di dalamnya."

Versi ini menambahkan kualifikasi pada pujian kita. Kita tidak hanya memuji, tetapi kita memuji dengan pujian yang tak terhingga jumlahnya (katsiran), tulus dan berasal dari sumber yang baik (thayyiban), serta membawa keberkahan yang berkelanjutan (mubarakan fiih). Ini menunjukkan kedalaman rasa syukur kita kepada Allah.

Sujud: Puncak Kerendahan Diri

Dari posisi i'tidal, kita turun untuk sujud seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Sujud adalah posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya. Saat dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung jari kedua kaki menyentuh bumi, kita berada dalam puncak ketundukan dan kerendahan diri. Di momen inilah kita dianjurkan untuk memperbanyak doa.

Berikut adalah bacaan-bacaan sujud yang sesuai tuntunan:

Bacaan Sujud Pilihan Pertama

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

Subhaana rabbiyal a'laa. "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi."

Dibaca minimal tiga kali. Bacaan ini adalah kebalikan yang indah dari posisi fisik kita. Saat tubuh kita berada di posisi paling rendah, menyentuh tanah, lisan dan hati kita justru mengagungkan ketinggian Allah yang tak terbatas. Ini adalah pengakuan bahwa serendah apa pun kita bersujud, ketinggian Allah tetap tak tertandingi.

Bacaan Sujud Pilihan Kedua

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfir lii. "Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, ya Allah, ampunilah aku."

Sama seperti bacaan rukuk pilihan kedua, doa ini juga sangat dianjurkan dibaca saat sujud. Mengingat sujud adalah momen mustajab untuk berdoa, menggabungkan tasbih, tahmid, dan istighfar dalam posisi ini memiliki keutamaan yang sangat besar.

Duduk di Antara Dua Sujud: Memohon Kebutuhan Dunia dan Akhirat

Setelah sujud pertama, kita bangkit untuk duduk sejenak (duduk iftirasy, yaitu duduk di atas telapak kaki kiri dengan telapak kaki kanan ditegakkan) seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Di posisi ini, kita membaca salah satu doa paling komprehensif yang mencakup seluruh aspek kebaikan dunia dan akhirat.

Bacaan Duduk di Antara Dua Sujud

رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي

Rabbighfir lii, warhamnii, wajburnii, wahdinii, warzuqnii. "Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, berilah aku petunjuk, dan berilah aku rezeki."

Mari kita renungkan kedalaman doa ini:

  • Rabbighfir lii (Ampunilah aku): Permohonan pertama adalah ampunan, karena dosa adalah penghalang terbesar antara kita dan Allah.
  • Warhamnii (Rahmatilah aku): Kita memohon kasih sayang Allah, karena hanya dengan rahmat-Nya kita bisa selamat di dunia dan akhirat.
  • Wajburnii (Cukupkanlah/Tutuplah kekuranganku): Kata "jabr" berarti menambal sesuatu yang rusak. Kita memohon agar Allah memperbaiki segala kekurangan kita, baik fisik, mental, maupun spiritual.
  • Wahdinii (Berilah aku petunjuk): Kita memohon hidayah, karena tanpa petunjuk-Nya, kita akan tersesat.
  • Warzuqnii (Berilah aku rezeki): Permohonan rezeki yang mencakup segala hal, bukan hanya materi, tetapi juga kesehatan, ilmu, keluarga yang sakinah, dan iman yang kokoh.

Dalam riwayat lain, ada tambahan: wa'aafinii warfa'nii (berilah aku kesehatan dan angkatlah derajatku).

Tasyahud (Tahiyat): Salam Penghormatan dan Ikrar Syahadat

Tasyahud dilakukan pada rakaat kedua (Tasyahud Awal) dan rakaat terakhir (Tasyahud Akhir). Posisinya adalah duduk iftirasy untuk tasyahud awal, dan duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai) untuk tasyahud akhir.

Bacaan Tasyahud

اَلتَّحِيَّاتُ لِلّٰهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

At-tahiyyaatu lillaahi wash-shalawaatu wath-thayyibaat. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhuu wa rasuuluh. "Segala penghormatan, sholat, dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Pada Tasyahud Awal, bacaan ini dibaca hingga syahadat. Pada Tasyahud Akhir, bacaan ini dilanjutkan dengan shalawat Ibrahimiyah.

Bacaan Shalawat Ibrahimiyah (Lanjutan Tasyahud Akhir)

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Allaahumma shalli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shallaita 'alaa ibraahiima wa 'alaa aali ibraahiim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarakta 'alaa ibraahiima wa 'alaa aali ibraahiim, innaka hamiidum majiid. "Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Doa Perlindungan Sebelum Salam

Setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat, namun sebelum salam, Rasulullah mengajarkan kita untuk berlindung dari empat perkara besar. Ini adalah momen krusial untuk memohon perlindungan dari fitnah terbesar dalam kehidupan dan setelah kematian.

Doa Perlindungan dari Empat Perkara

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qabri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal. "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Doa ini adalah benteng pertahanan spiritual. Kita memohon perlindungan dari siksa akhirat yang paling mengerikan (Jahannam dan azab kubur), dari segala ujian yang dapat menyesatkan kita selama hidup dan saat sakaratul maut (fitnah kehidupan dan kematian), serta dari fitnah terbesar di akhir zaman, yaitu Dajjal. Mengamalkan doa ini secara rutin dalam sholat adalah wujud kesadaran kita akan bahaya-bahaya tersebut.

Salam: Penutup Sholat yang Menebar Kedamaian

Sholat diakhiri dengan salam, yaitu menoleh ke kanan dan ke kiri seraya mengucapkan:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

As-salaamu 'alaikum wa rahmatullaah. "Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian."

Salam bukan sekadar ucapan penutup. Ia adalah doa yang kita tebarkan untuk orang-orang di sekitar kita (malaikat dan sesama muslim). Setelah menyelesaikan dialog suci dengan Allah, kita kembali ke dunia nyata dengan membawa misi kedamaian. Sholat yang benar akan tercermin dalam perilaku sehari-hari yang penuh damai dan kasih sayang.

Dzikir dan Doa Setelah Sholat

Setelah salam, tidak langsung bubar. Rasulullah mencontohkan untuk berdzikir dan berdoa. Rangkaian dzikir yang sesuai tuntunan Tarjih Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

  1. Membaca Istighfar (Astaghfirullah) sebanyak 3 kali.
  2. Membaca:

    اَللّٰهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

    Allaahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam. "Ya Allah, Engkau adalah As-Salam (Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mu lah keselamatan. Maha Suci Engkau, wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan."
  3. Membaca Tasbih (Subhanallah) 33 kali.
  4. Membaca Tahmid (Alhamdulillah) 33 kali.
  5. Membaca Takbir (Allahu Akbar) 33 kali.
  6. Menggenapkannya menjadi seratus dengan membaca:

    لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

    Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir. "Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Selain rangkaian dzikir tersebut, dianjurkan pula membaca Ayat Kursi, serta surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Setelah itu, barulah kita bisa memanjatkan doa pribadi sesuai dengan hajat dan kebutuhan kita masing-masing, menggunakan bahasa yang kita pahami, karena Allah Maha Mengerti setiap bahasa dan isi hati hamba-Nya.

🏠 Kembali ke Homepage