Sholat Subuh memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam. Ia adalah sholat yang disaksikan oleh para malaikat, menjadi pembeda antara seorang mukmin sejati dengan yang lainnya, dan menyimpan keberkahan yang luar biasa untuk memulai hari. Di dalam sholat Subuh, terdapat satu amalan yang menjadi ciri khas bagi sebagian besar umat Muslim di berbagai belahan dunia, yaitu pembacaan doa qunut pendek sholat subuh. Doa ini, meskipun singkat, sarat dengan permohonan yang komprehensif, mencakup segala aspek kebaikan dunia dan akhirat.
Artikel ini akan mengupas secara tuntas mengenai doa qunut pada sholat Subuh. Mulai dari bacaan lengkapnya dalam aksara Arab, transliterasi Latin untuk mempermudah pelafalan, hingga terjemahan dan makna mendalam yang terkandung dalam setiap kalimatnya. Lebih jauh lagi, kita akan menelusuri pandangan para ulama mengenai hukum pelaksanaannya, serta tata cara yang benar bagi imam, makmum, maupun bagi mereka yang sholat sendirian. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang utuh, sehingga amalan ini dapat dilaksanakan dengan penuh keyakinan, kekhusyukan, dan penghayatan.
Keistimewaan Waktu Subuh dan Posisinya dalam Ibadah
Sebelum menyelam lebih dalam ke pembahasan doa qunut, penting untuk memahami konteks waktu pelaksanaannya. Fajar atau Subuh adalah waktu peralihan dari gelap menuju terang, sebuah metafora agung dari petunjuk yang datang setelah kejahilan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an mengenai keutamaan sholat di waktu ini, yang sering disebut sebagai "Qur'anal Fajr" atau bacaan di waktu fajar.
Rasulullah SAW juga menekankan berbagai keutamaan sholat Subuh. Beliau bersabda bahwa dua rakaat sebelum Subuh (sholat sunnah qabliyah) lebih baik dari dunia dan seisinya. Maka, bisa dibayangkan betapa besar nilai sholat fardhu Subuh itu sendiri. Di waktu yang penuh berkah inilah, doa qunut dipanjatkan, menambah kekhusyukan dan nilai spiritual dari ibadah yang agung ini. Ia menjadi momen dialog intim seorang hamba dengan Rabb-nya di awal hari, memohon segala kebaikan sebelum memulai aktivitas.
Bacaan Lengkap Doa Qunut Pendek Sholat Subuh
Berikut adalah teks lengkap dari doa qunut yang biasa dibaca pada rakaat kedua sholat Subuh, setelah bangkit dari ruku' (i'tidal).
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
"Allahummahdinii fiiman hadait, wa 'aafinii fiiman 'aafait, wa tawallanii fiiman tawallait, wa baarik lii fiimaa a'thait, wa qinii syarra maa qadhait, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaik, wa innahuu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait, falakal hamdu 'alaa maa qadhait, astahgfiruka wa atuubu ilaik, wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam."
"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berikanlah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang dapat menetapkan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."
Tafsir dan Makna Mendalam Setiap Kalimat Doa Qunut
Doa qunut bukan sekadar rangkaian kata tanpa makna. Setiap frasa di dalamnya merupakan permohonan yang sangat fundamental dan esensial bagi kehidupan seorang hamba. Mari kita bedah satu per satu.
1. Permohonan Petunjuk (Hidayah)
"Allahummahdinii fiiman hadait" (Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk).
Ini adalah permohonan pertama dan terpenting. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah. Tanpa hidayah, akal manusia bisa tersesat, harta bisa menjadi sumber malapetaka, dan kesehatan bisa digunakan untuk kemaksiatan. Dengan meminta hidayah, kita memohon agar Allah membimbing setiap langkah kita, setiap keputusan, dan setiap pikiran kita agar selalu berada di jalan yang lurus (shiratal mustaqim). Ungkapan "sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk" adalah bentuk tawasul (mendekatkan diri) dengan menyebut nikmat Allah kepada para nabi, orang-orang shalih, dan para syuhada. Kita berharap untuk digolongkan bersama mereka.
2. Permohonan Kesehatan dan Keselamatan ('Afiyah)
"Wa 'aafinii fiiman 'aafait" (Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan).
'Afiyah seringkali diartikan sebatas kesehatan fisik. Namun, maknanya jauh lebih luas. 'Afiyah mencakup:
- Kesehatan Jasmani: Terhindar dari penyakit dan memiliki fisik yang kuat untuk beribadah.
- Kesehatan Rohani: Terhindar dari penyakit hati seperti syirik, riya', hasad, dan sombong.
- Keselamatan dari Musibah: Terlindungi dari bencana alam, kecelakaan, dan fitnah dunia.
- Keselamatan dalam Agama: Terjaga iman dan Islam kita hingga akhir hayat.
3. Permohonan Perlindungan dan Pertolongan (Wilayah)
"Wa tawallanii fiiman tawallait" (Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin).
Kata "tawallanii" berasal dari kata "Wali", yang berarti Pelindung, Penolong, dan Pengurus segala urusan. Ketika kita memohon ini, kita sedang menyerahkan seluruh urusan hidup kita kepada Allah. Kita mengakui kelemahan diri dan memohon agar Allah yang Maha Kuat mengambil alih kendali. Ini adalah bentuk tawakal tertinggi. Seseorang yang telah diurus oleh Allah (menjadi waliyyullah) tidak akan pernah tersesat, tidak akan merasa sendirian, dan akan selalu mendapatkan jalan keluar dari setiap kesulitan.
4. Permohonan Keberkahan (Barakah)
"Wa baarik lii fiimaa a'thait" (Berikanlah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku).
Barakah atau keberkahan adalah inti dari kenikmatan. Keberkahan berarti "bertambahnya kebaikan" pada sesuatu. Harta yang berkah, meskipun sedikit, akan mencukupi dan membawa ketenangan. Waktu yang berkah, meskipun singkat, akan menghasilkan banyak karya dan kebaikan. Ilmu yang berkah akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Keluarga yang berkah akan dipenuhi dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah. Doa ini mengajarkan kita untuk tidak hanya meminta kuantitas (banyak harta, umur panjang), tetapi yang lebih penting adalah meminta kualitas (keberkahan) dalam setiap nikmat yang kita terima.
5. Permohonan Perlindungan dari Takdir Buruk
"Wa qinii syarra maa qadhait" (Dan peliharalah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan).
Ini adalah bagian yang menunjukkan adab seorang hamba dalam beriman kepada takdir (qadha dan qadar). Kita beriman bahwa segala sesuatu, baik dan buruk, datang dari Allah. Namun, kita diajarkan untuk selalu memohon perlindungan dari aspek buruk sebuah takdir. Misalnya, takdir sakit. Sakitnya sendiri adalah takdir, tetapi kita memohon agar dilindungi dari keburukannya, seperti keluh kesah, putus asa, atau terhalang dari ibadah. Doa ini adalah ikhtiar spiritual untuk mengubah dampak sebuah takdir menjadi kebaikan, kesabaran, dan pengguguran dosa.
6. Penegasan Kekuasaan Mutlak Allah
"Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaik" (Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang dapat menetapkan atas-Mu).
Setelah lima permohonan, doa ini beralih ke untaian pujian dan pengagungan kepada Allah. Kalimat ini adalah deklarasi tauhid yang murni. Allah adalah Sang Maha Penentu. Hukum-Nya mutlak, kehendak-Nya pasti terjadi. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa mendikte atau membatalkan ketetapan-Nya. Ini menanamkan dalam hati kita rasa tunduk dan pasrah sepenuhnya kepada Sang Pencipta.
7. Penegasan Jaminan Perlindungan dan Kehinaan bagi Musuh-Nya
"Wa innahuu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait" (Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi).
Ini adalah konsekuensi logis dari kalimat sebelumnya. Siapapun yang berada di bawah naungan perlindungan Allah, tidak akan pernah mengalami kehinaan yang hakiki, meskipun seluruh dunia memusuhinya. Sebaliknya, siapapun yang menjadi musuh Allah, tidak akan pernah meraih kemuliaan sejati, meskipun ia memiliki kekuasaan dan harta melimpah. Kemuliaan dan kehinaan yang hakiki hanya bersumber dari Allah semata.
8. Pujian dan Sanjungan
"Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait" (Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi).
Ini adalah bentuk pujian yang mengakui kesempurnaan dan ketinggian Allah dari segala sifat kekurangan. Allah Maha Suci dari segala sekutu, anak, atau sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Pengagungan ini membersihkan hati dari segala bentuk penyekutuan terhadap Allah.
9. Syukur Atas Segala Ketetapan
"Falakal hamdu 'alaa maa qadhait" (Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan).
Ini adalah puncak dari keimanan pada takdir. Setelah memohon perlindungan dari takdir buruk, kita diajarkan untuk tetap memuji Allah atas segala ketetapan-Nya. Ini adalah wujud ridha (kerelaan) seorang hamba. Kita yakin bahwa di balik setiap takdir, baik yang kita sukai maupun tidak, pasti terkandung hikmah dan kebaikan yang agung dari Allah Yang Maha Bijaksana.
10. Permohonan Ampunan dan Taubat
"Astahgfiruka wa atuubu ilaik" (Aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu).
Doa yang agung ini ditutup dengan istighfar dan taubat. Ini mengajarkan kerendahan hati. Sebaik apapun doa yang kita panjatkan, kita tetaplah hamba yang penuh dosa dan kekurangan. Kita sadar bahwa mungkin ada adab yang kurang dalam berdoa, ada kelalaian dalam sholat, dan ada banyak dosa yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita menutupnya dengan memohon ampunan, sebagai penyempurna dari ibadah yang baru saja kita lakukan.
11. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
"Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam" (Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya).
Menutup doa dengan shalawat adalah salah satu adab yang sangat dianjurkan. Shalawat menjadi sebab terkabulnya doa. Dengan bershalawat, kita mengakui jasa dan kedudukan mulia Nabi Muhammad SAW sebagai perantara sampainya hidayah Islam kepada kita.
Hukum Melaksanakan Doa Qunut Sholat Subuh
Masalah hukum pelaksanaan doa qunut Subuh merupakan salah satu topik khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan ulama fikih. Penting untuk memahami setiap pandangan dengan lapang dada dan saling menghormati.
Pandangan Pertama: Sunnah Mu'akkadah (Sunnah yang Ditekankan)
Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Mazhab Syafi'i dan Mazhab Maliki. Menurut mereka, membaca doa qunut pada rakaat terakhir sholat Subuh adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Jika seseorang lupa membacanya, disunnahkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam.
Dalil yang menjadi sandaran utama mereka adalah hadits dari Anas bin Malik RA. Ketika beliau ditanya apakah Rasulullah SAW melakukan qunut pada sholat Subuh, beliau menjawab, "Benar." Ketika ditanya lagi, "Apakah sebelum ruku' atau sesudahnya?" Beliau menjawab, "Sesudah ruku'." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain, Anas bin Malik RA juga menyatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melakukan qunut pada sholat Subuh hingga beliau wafat.
Para ulama dari mazhab ini berpendapat bahwa hadits-hadits ini menunjukkan adanya kontinuitas (keberlangsungan) amalan qunut Subuh oleh Nabi SAW, sehingga hukumnya adalah sunnah mu'akkadah.
Pandangan Kedua: Tidak Disyariatkan atau Telah Dihapus (Mansukh)
Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Mazhab Hanafi dan Mazhab Hanbali. Menurut mereka, doa qunut pada sholat Subuh tidak lagi menjadi bagian dari syariat atau hukumnya telah dihapus. Mereka berpendapat bahwa qunut yang dilakukan Nabi SAW pada awalnya adalah Qunut Nazilah (qunut yang dibaca ketika ada musibah besar menimpa umat Islam), bukan qunut rutin.
Dalil yang mereka gunakan antara lain hadits dari Abu Malik al-Asyja'i. Ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, engkau pernah sholat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Apakah mereka melakukan qunut (saat Subuh)?" Ayahnya menjawab, "Wahai anakku, itu adalah perkara yang diada-adakan (bid'ah)." (HR. Tirmidzi, dan beliau menilainya hasan shahih).
Ulama dari kalangan ini menafsirkan hadits Anas bin Malik bahwa qunut tersebut bersifat sementara (terkait Qunut Nazilah) dan kemudian ditinggalkan oleh Nabi SAW. Mereka menganggap riwayat yang menyatakan Nabi terus melakukannya hingga wafat sebagai riwayat yang lemah.
Sikap yang Bijak dalam Menghadapi Perbedaan
Menyikapi perbedaan pendapat ini, sikap terbaik bagi seorang Muslim adalah tasamuh (toleransi) dan saling menghormati.
- Jika Anda berada di lingkungan atau mengikuti imam yang membaca qunut, maka ikutilah imam dengan mengangkat tangan dan mengaminkan doanya.
- Jika Anda berada di lingkungan atau mengikuti imam yang tidak membaca qunut, maka ikutilah imam dan tidak perlu membaca qunut sendiri.
- Masalah ini berada dalam ranah ijtihad para ulama dan bukan termasuk pokok-pokok akidah. Perbedaan dalam cabang fikih (furu') tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan di antara umat Islam.
- Yang terpenting adalah menjaga sholat Subuh itu sendiri, karena meninggalkannya adalah dosa besar yang disepakati oleh seluruh ulama.
Tata Cara Pelaksanaan Doa Qunut dalam Sholat
Bagi yang mengamalkannya, doa qunut memiliki tata cara pelaksanaan yang spesifik dalam sholat, baik saat berjamaah maupun sholat sendiri.
Waktu Pelaksanaan
Doa qunut dibaca pada rakaat kedua sholat Subuh. Waktu tepatnya adalah setelah bangkit dari ruku' dan membaca bacaan i'tidal ("Rabbanaa lakal hamdu..."). Setelah i'tidal sempurna, sebelum turun untuk sujud, di sinilah doa qunut dibaca.
Posisi Tangan
Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan saat membaca doa qunut, seperti posisi berdoa pada umumnya. Telapak tangan dihadapkan ke arah langit. Ini didasarkan pada praktik yang diriwayatkan dari beberapa sahabat, termasuk Umar bin Khattab RA.
Pelaksanaan Saat Berjamaah
- Bagi Imam: Imam membaca doa qunut dengan suara yang dikeraskan (jahr) agar terdengar oleh makmum. Pada bagian-bagian doa yang berisi permohonan (dari "Allahummahdinii" hingga "wa qinii syarra maa qadhait"), makmum cukup mengucapkan "Aamiin".
- Pada Bagian Pujian: Ketika imam membaca bagian pujian (mulai dari "Fa innaka taqdhii..." hingga akhir), terdapat beberapa pandangan di kalangan ulama Syafi'iyah mengenai apa yang sebaiknya diucapkan makmum. Ada yang berpendapat makmum diam mendengarkan, ada yang berpendapat makmum ikut membaca lirih, dan ada pula yang berpendapat makmum bisa mengucapkan lafal zikir seperti "Subhanaka" atau "Asyhadu". Mengikuti imam dengan membaca lirih adalah praktik yang umum dilakukan.
- Setelah Selesai: Setelah imam selesai membaca doa qunut, baik imam maupun makmum tidak perlu mengusap wajah dengan tangan, karena tidak ada dalil yang shahih mengenai hal ini dalam konteks qunut sholat. Kemudian, imam dan makmum bersama-sama turun untuk sujud.
Pelaksanaan Saat Sholat Sendiri (Munfarid)
Bagi orang yang sholat Subuh sendirian, ia membaca doa qunut untuk dirinya sendiri dengan suara lirih (sirr). Lafaz "Allahummahdinii" (berilah aku petunjuk) sudah sesuai untuk doa pribadi. Seluruh doa dibaca dari awal hingga akhir, kemudian ia melanjutkan ke gerakan sujud.
Kesimpulan: Sebuah Doa Komprehensif di Awal Hari
Doa qunut pendek sholat subuh adalah sebuah mutiara berharga dalam khazanah doa-doa Islam. Ia bukan sekadar bacaan rutin, melainkan sebuah dialog yang mendalam antara hamba dan Penciptanya di waktu yang paling utama. Melalui doa ini, kita memulai hari dengan memohon paket kebaikan yang paling lengkap: petunjuk, kesehatan dan keselamatan ('afiyah), perlindungan, keberkahan, serta penjagaan dari takdir yang buruk. Kita juga menegaskan kembali pondasi akidah kita tentang kekuasaan mutlak Allah, kemuliaan para wali-Nya, dan keridhaan kita atas segala ketetapan-Nya.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan ulama mengenai hukumnya, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam doa qunut tidak dapat dipungkiri. Memahaminya secara mendalam akan menambah kekhusyukan, baik bagi yang mengamalkannya secara rutin maupun bagi yang tidak. Pada akhirnya, yang terpenting adalah semangat untuk terus berdoa, memohon, dan berserah diri kepada Allah SWT di setiap waktu, terutama di waktu fajar yang penuh berkah.