Ilustrasi Doa Sebuah ikon yang menggambarkan bulan sabit dan lentera, simbol spiritualitas dan pencerahan di bulan Ramadhan. Ilustrasi bulan sabit dan lentera sebagai simbol spiritualitas Islami.

Memaknai Doa Kamilin: Permohonan Kesempurnaan di Bulan Suci

Sebuah panduan mendalam tentang bacaan Doa Kamilin yang dilantunkan setelah shalat Tarawih, meliputi teks Arab, transliterasi Latin, terjemahan, serta kupasan makna di setiap baitnya.

Pengantar: Apa Itu Doa Kamilin?

Bulan Ramadhan adalah samudra rahmat dan ampunan. Setiap detiknya menjadi kesempatan emas bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Salah satu amalan yang menghiasi malam-malam Ramadhan adalah shalat Tarawih, sebuah ibadah sunnah muakkadah yang menjadi syiar agung bulan penuh berkah ini. Setelah rangkaian rakaat Tarawih dan ditutup dengan shalat Witir, umat Muslim di berbagai belahan dunia, khususnya di Nusantara, terbiasa melantunkan sebuah doa yang indah dan sarat makna, yang dikenal sebagai Doa Kamilin.

Nama "Kamilin" berasal dari kata "kamil" (كامل) dalam bahasa Arab yang berarti 'sempurna' atau 'lengkap'. Penamaan ini sangat relevan karena di dalam bait pertama doa ini, kita memohon kepada Allah SWT untuk dijadikan hamba yang memiliki iman yang sempurna (bil-imani kamilin). Doa ini menjadi cerminan harapan setiap Muslim untuk menyempurnakan ibadah dan keimanannya selama dan setelah bulan Ramadhan. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah ikhtisar permohonan komprehensif yang mencakup segala aspek kehidupan seorang mukmin, dari urusan duniawi hingga keselamatan di akhirat.

Meskipun doa ini tidak secara eksplisit ditemukan dalam hadis-hadis yang dinisbahkan langsung kepada Rasulullah SAW, isinya sepenuhnya selaras dengan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah. Para ulama menyusunnya sebagai rangkuman permohonan-permohonan terbaik yang bisa dipanjatkan oleh seorang hamba. Oleh karena itu, mengamalkannya setelah shalat Tarawih adalah sebuah tradisi baik (sunnah hasanah) yang telah diwariskan turun-temurun, menjadi penutup yang manis bagi ibadah malam di bulan Ramadhan.

Teks Lengkap Doa Kamilin: Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah bacaan lengkap Doa Kamilin yang lazim dibaca. Disajikan dalam tiga format untuk memudahkan pembaca dalam melafalkan, memahami, dan meresapi setiap maknanya.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّድٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Allahummaj'alna bil imani kamilin. Wa lil fara'idhi mu'addin. Wa lish-sholati hafizhin. Wa liz-zakati fa'ilin. Wa lima 'indaka thalibin. Wa li 'afwika rajin. Wa bil-huda mutamassikin. Wa 'anil laghwi mu'ridhin. Wa fid-dunya zahidin. Wa fil 'akhirati raghibin. Wa bil-qadha'i radhin. Wa lin na'ma'i syakirin. Wa 'alal bala'i shabirin. Wa tahta liwa'i sayyidina muhammadin shallallahu 'alaihi wasallam yaumal qiyamati sa'irina. Wa alal haudli waridin. Wa ilal jannati dakhilin. Wa minan nari najin. Wa 'ala sariril karamati qa'idin. Wa bihurin 'ainin mutazawwijin. Wa min sundusin wa istabraqin wa dibajin mutalabbisin. Wa min tha'amil jannati akilin. Wa min labanin wa 'asalin mushaffan syaribin. Bi akwabin wa abariqa wa ka'sin min ma'in. Ma'al ladzina an'amta 'alaihim minan nabiyyina wash shiddiqina wasy syuhada'i wash shalihina wa hasuna ula'ika rafiqa. Dzalikal fadhlu minallahi wa kafa billahi 'alima. Allahummaj'alna fi hadzihil lailatisy syahrisy syarifail mubarakati minas su'ada'il maqbulin. Wa la taj'alna minal asyqiya'il mardudin. Wa sallallahu 'ala sayyidina muhammadin wa 'alihi wa shahbihi ajma'in. Birahmatika ya arhamar rahimin. Walhamdu lillahi rabbil 'alamin.

"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang imannya sempurna, yang menunaikan segala kewajiban (fardhu), yang memelihara shalat, yang menunaikan zakat, yang mengharapkan apa yang ada di sisi-Mu, yang memohon ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu, yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia, yang zuhud di dunia, yang berhasrat terhadap akhirat, yang ridha dengan ketetapan-Mu (qadha), yang mensyukuri nikmat-nikmat, yang sabar atas segala cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat. Jadikan kami orang yang dapat minum dari telaga (al-kautsar), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari-bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra tipis, sutra tebal, dan brokat, yang memakan makanan surga, yang meminum susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir. Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya). Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabatnya. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Tafsir dan Makna Mendalam Setiap Bait Doa Kamilin

Untuk benar-benar menghayati doa ini, penting bagi kita untuk menyelami makna yang terkandung dalam setiap kalimatnya. Berikut adalah uraian mendalam dari setiap permohonan yang kita panjatkan.

1. Permohonan Kesempurnaan Iman (اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ)

Ini adalah pembuka dan inti dari doa. Kita memulai dengan memohon pilar terpenting dalam kehidupan seorang Muslim: iman yang sempurna (iman kamil). Iman yang sempurna bukanlah sekadar pengakuan di lisan atau keyakinan dalam hati, tetapi sebuah keyakinan yang mengakar kuat, terbukti dalam setiap amal perbuatan, dan tercermin dalam akhlak sehari-hari. Ia adalah iman yang tidak goyah oleh cobaan, tidak tergiur oleh godaan dunia, dan senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT. Meminta iman yang sempurna adalah meminta fondasi yang kokoh untuk seluruh bangunan amal kita. Tanpa iman yang lurus dan kuat, amal sebanyak apapun bisa menjadi sia-sia.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (QS. Al-Anfal: 2)

2. Ketaatan dalam Menjalankan Kewajiban (وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ)

Setelah iman, pilar selanjutnya adalah amal. Permohonan ini adalah komitmen untuk menjadi hamba yang senantiasa menunaikan segala kewajiban (fara'id) yang telah Allah tetapkan. Ini mencakup shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, dan haji bagi yang mampu, serta kewajiban-kewajiban lainnya seperti berbakti kepada orang tua dan menepati janji. Menjadi 'mu'addin' berarti bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi melaksanakannya dengan kesadaran penuh, tepat waktu, dan dengan cara terbaik sebagai bentuk ketundukan total kepada Allah.

3. Menjadi Penjaga Shalat (وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ)

Shalat secara khusus disebutkan setelah kewajiban secara umum. Ini menunjukkan betapa sentralnya posisi shalat dalam Islam. Ia adalah tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab. Menjadi 'hafizhin' (penjaga) shalat memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar melaksanakannya. Ini berarti menjaga shalat dari segala hal yang dapat merusaknya, seperti keterlambatan, riya', dan pikiran yang tidak khusyuk. Menjaga shalat juga berarti menjaga waktu-waktunya, rukun-rukunnya, serta ruh dan esensinya, yaitu sebagai sarana komunikasi langsung dengan Allah SWT.

4. Menjadi Pelaku Zakat (وَ_ِللزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ)

Zakat adalah pilar ibadah sosial dalam Islam. Ia membersihkan harta dan jiwa. Dengan memohon untuk menjadi 'fa'ilin' (pelaku/penunai) zakat, kita meminta agar dijadikan pribadi yang peduli terhadap sesama, yang peka terhadap penderitaan kaum dhuafa, dan yang memahami bahwa di dalam harta kita terdapat hak orang lain. Permohonan ini adalah doa agar kita dijauhkan dari sifat kikir dan cinta dunia yang berlebihan, serta dijadikan hamba yang dermawan dan bermanfaat bagi masyarakat.

5. Hasrat kepada Karunia Allah (وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ)

Ini adalah permohonan untuk meluruskan orientasi hidup. Kita meminta agar hati kita senantiasa menjadi 'thalibin', yaitu pencari dan pengharap apa yang ada di sisi Allah. Ini bukan hanya tentang pahala dan surga, tetapi juga ridha, rahmat, dan ampunan-Nya. Ketika hati seseorang hanya tertuju pada apa yang ada di sisi Allah, maka gemerlap dunia tidak akan lagi menyilaukannya. Ia akan bekerja, berusaha, dan berinteraksi dengan dunia, namun tujuannya tetap akhirat. Ini adalah esensi dari keseimbangan antara dunia dan akhirat.

6. Pengharapan atas Ampunan-Nya (وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ)

Sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari salah dan dosa. Oleh karena itu, salah satu sifat terpenting seorang mukmin adalah menjadi 'rajin', yaitu orang yang selalu berharap akan ampunan ('afwun) Allah. Rasa harap (raja') ini harus diimbangi dengan rasa takut (khauf) kepada-Nya. Kita mengakui kelemahan dan dosa-dosa kita, lalu dengan penuh harap kita mengetuk pintu ampunan-Nya yang senantiasa terbuka, terutama di bulan Ramadhan yang penuh maghfirah ini.

7. Berpegang Teguh pada Petunjuk (وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ)

Hidup di dunia penuh dengan persimpangan jalan dan godaan yang dapat menyesatkan. Dalam doa ini, kita memohon agar dijadikan 'mutamassikin', yaitu orang-orang yang berpegang teguh pada Al-Huda (petunjuk), yang tidak lain adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini adalah doa untuk istiqamah, agar kita senantiasa berada di atas jalan yang lurus, tidak terombang-ambing oleh pemikiran-pemikiran sesat atau gaya hidup yang menyimpang dari syariat.

8. Berpaling dari Kesia-siaan (وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ)

Waktu adalah aset paling berharga yang dimiliki seorang Muslim. Permohonan ini adalah doa agar kita dijauhkan dari 'al-laghwu', yaitu segala perkataan, perbuatan, dan pemikiran yang sia-sia, tidak bermanfaat untuk dunia maupun akhirat. Menjadi 'mu'ridhin' (orang yang berpaling) dari kesia-siaan berarti kita meminta agar Allah menyibukkan kita dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti zikir, membaca Al-Qur'an, menuntut ilmu, dan beramal saleh. Ini adalah ciri orang beriman yang sukses, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mu'minun.

9. Zuhud Terhadap Dunia (وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ)

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia atau hidup dalam kemiskinan. Zuhud adalah kondisi hati yang tidak terikat oleh dunia. Ia adalah kemampuan untuk memiliki dunia di tangan, bukan di hati. Dengan memohon untuk menjadi 'zahidin', kita meminta agar Allah menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat, bukan sebagai tujuan akhir. Kita memohon agar tidak menjadi budak harta, pangkat, dan jabatan, melainkan menjadi tuan atasnya untuk digunakan di jalan kebaikan.

10. Semangat Meraih Akhirat (وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ)

Ini adalah kebalikan dari zuhud terhadap dunia. Jika terhadap dunia kita diminta untuk tidak terikat, maka terhadap akhirat kita diminta untuk menjadi 'raghibin', yaitu orang-orang yang sangat berhasrat, bersemangat, dan merindukannya. Kerinduan akan akhirat inilah yang menjadi bahan bakar bagi seorang mukmin untuk terus beramal saleh, bersabar dalam menghadapi ujian, dan bersemangat dalam beribadah. Hasrat ini membuat semua kesulitan di dunia terasa ringan.

11. Ridha atas Ketetapan Allah (وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ)

Rukun iman yang keenam adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan memohon untuk menjadi 'radhin', kita meminta dianugerahi hati yang lapang untuk menerima segala takdir dan ketetapan Allah, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai. Ridha adalah puncak ketenangan jiwa. Ketika seorang hamba ridha, ia yakin bahwa setiap ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan kebaikan, meskipun terkadang akalnya belum mampu menjangkaunya. Ini adalah kunci kebahagiaan sejati.

12. Syukur atas Segala Nikmat (وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ)

Nikmat Allah tak terhitung jumlahnya. Permohonan ini adalah agar kita dijadikan 'syakirin', hamba-hamba yang pandai bersyukur. Syukur bukan hanya ucapan "Alhamdulillah", tetapi juga pengakuan dalam hati bahwa semua nikmat berasal dari Allah, dan menggunakan nikmat tersebut untuk ketaatan kepada-Nya. Mata digunakan untuk melihat yang baik, lisan untuk berkata yang benar, dan harta untuk berinfak. Dengan bersyukur, Allah berjanji akan menambah nikmat-Nya.

13. Sabar Menghadapi Cobaan (وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ)

Kehidupan tidak pernah lepas dari ujian dan cobaan (bala'). Sabar adalah perisai seorang mukmin. Kita memohon untuk menjadi 'shabirin', orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan, dan sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan. Sabar bukanlah sikap pasif, melainkan keteguhan jiwa dan ketahanan mental dalam menghadapi kesulitan sambil terus berikhtiar dan bertawakal kepada Allah. Pahala bagi orang yang sabar adalah tanpa batas.

14. Berjalan di Bawah Panji Rasulullah SAW (وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ... سَائِرِيْنَ)

Ini adalah permohonan agung untuk hari kiamat. Kita berharap dapat berkumpul dan berjalan di bawah panji (liwa') kepemimpinan Rasulullah SAW. Berada di bawah panji beliau berarti mendapatkan perlindungan, syafaat, dan pengakuan sebagai umatnya. Untuk meraihnya, kita harus senantiasa meneladani sunnah beliau, mencintai beliau, dan memperbanyak shalawat kepada beliau selama hidup di dunia.

15. Rangkaian Kenikmatan Surga

Setelah permohonan di Padang Mahsyar, doa ini berlanjut dengan serangkaian permohonan yang menggambarkan kenikmatan surga secara detail. Ini bukan sekadar angan-angan, melainkan sebuah cara untuk memotivasi diri agar semakin giat beribadah.

16. Bersama Orang-Orang Pilihan (مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ...)

Ini adalah puncak dari kenikmatan surga, yaitu kebersamaan. Kita memohon agar dikumpulkan bersama orang-orang terbaik yang telah Allah anugerahi nikmat: para Nabi, para Shiddiqin (orang-orang yang jujur dan benar imannya), para Syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan para Shalihin (orang-orang saleh). Mereka adalah sebaik-baik teman. Permohonan ini mencerminkan kerinduan kita untuk berada dalam lingkungan yang mulia di akhirat kelak.

17. Penutup dan Penegasan Harapan di Malam Ramadhan

Doa ditutup dengan sebuah penegasan harapan khusus di malam Ramadhan tersebut (فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ). Kita memohon dengan sangat agar pada malam yang mulia dan penuh berkah itu, kita digolongkan sebagai orang-orang yang berbahagia dan diterima amalnya (السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ), dan bukan termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya (الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ). Ini adalah klimaks dari seluruh permohonan, di mana kita menyerahkan hasil dari seluruh ibadah kita kepada Allah, berharap cemas agar diterima oleh-Nya. Doa kemudian diakhiri dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan pujian kepada Allah, Tuhan semesta alam, sebagai adab terbaik dalam berdoa.

Keutamaan dan Manfaat Mengamalkan Doa Kamilin

Membaca Doa Kamilin secara rutin setelah shalat Tarawih tidak hanya menjadi tradisi, tetapi juga membawa banyak keutamaan dan manfaat spiritual, di antaranya:

Kesimpulan

Doa Kamilin adalah sebuah mahakarya spiritual. Ia lebih dari sekadar untaian kata, melainkan sebuah peta jalan bagi seorang mukmin untuk mencapai kesempurnaan dalam beragama. Dimulai dari fondasi iman, dilanjutkan dengan pilar-pilar amal dan akhlak mulia, hingga berujung pada harapan tertinggi di akhirat. Melantunkannya dengan penuh pemahaman dan kekhusyukan setelah shalat Tarawih adalah cara yang indah untuk menutup ibadah malam kita, seraya memohon kepada Allah SWT agar menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang 'kamilin'—sempurna dalam iman, amal, dan penyerahan diri.

Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita di bulan yang suci ini, mengabulkan setiap bait permohonan dalam Doa Kamilin, dan mengumpulkan kita semua di surga-Nya kelak. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage