Panduan Lengkap Agar Doa Hajat Dikabulkan
Ilustrasi tangan menengadah berdoa memohon hajat dikabulkan
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti memiliki keinginan, harapan, atau cita-cita yang ingin dicapai. Dalam terminologi Islam, keinginan mendalam yang bersifat penting ini dikenal sebagai "hajat". Hajat bisa berupa keinginan duniawi seperti rezeki yang lapang, kesehatan yang paripurna, jodoh yang saleh atau salihah, hingga kesuksesan dalam karier dan pendidikan. Hajat juga bisa bersifat ukhrawi, seperti memohon ampunan dosa dan mendambakan surga-Nya. Sebagai hamba yang lemah, satu-satunya tempat kita bersandar dan memohon adalah kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jalan utama untuk menyampaikan hajat kita adalah melalui doa.
Doa adalah senjata orang beriman, inti dari ibadah, dan bentuk pengakuan paling tulus akan ketergantungan kita kepada Allah. Namun, seringkali muncul pertanyaan di benak kita: "Mengapa doaku seolah belum terkabul?" atau "Bagaimana cara agar doa hajat dikabulkan dengan segera?". Pertanyaan ini wajar, dan Islam telah memberikan panduan yang sangat lengkap mengenai seni dan ilmu berdoa. Ini bukan sekadar tentang merangkai kata, tetapi sebuah proses spiritual yang melibatkan hati, pikiran, dan perbuatan. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan komprehensif mengenai segala aspek yang dapat membantu terkabulnya doa hajat kita, dari fondasi keimanan hingga amalan-amalan spesifik yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Memahami Hakikat Doa dan Hajat dalam Islam
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam teknis dan adab berdoa, sangat penting bagi kita untuk memahami fondasi konseptualnya. Memahami hakikat doa akan mengubah cara kita memandang permintaan kita kepada Allah, dari sekadar "transaksi" menjadi sebuah dialog penuh cinta dan penghambaan.
1. Doa adalah Ibadah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi). Ini adalah landasan utama. Ketika kita berdoa, kita tidak hanya sedang meminta sesuatu. Kita sedang melakukan salah satu bentuk ibadah yang paling agung. Mengapa? Karena dengan berdoa, kita mengakui kelemahan dan keterbatasan diri kita, sambil pada saat yang sama mengakui kemahakuasaan, kemahakayaan, dan kemahapengasihan Allah SWT. Pengakuan ini adalah esensi dari tauhid dan penghambaan (`ubudiyyah`). Jadi, terlepas dari apakah hajat kita langsung terwujud atau tidak, setiap kali kita mengangkat tangan untuk berdoa, kita telah tercatat sebagai orang yang beribadah dan insya Allah mendapatkan pahala karenanya.
2. Janji Allah untuk Mengabulkan Doa
Keyakinan adalah bahan bakar utama dalam berdoa. Tanpa keyakinan, doa menjadi hampa. Allah SWT sendiri telah berjanji secara eksplisit di dalam Al-Qur'an untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Perhatikan firman-Nya:
“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.’” (QS. Ghafir: 60)
Ayat ini adalah jaminan langsung dari Allah. Kata "niscaya" (akan Kuperkenankan) menunjukkan kepastian. Jika Sang Pencipta alam semesta telah berjanji, maka tidak ada alasan bagi kita untuk ragu. Keraguan justru menjadi salah satu penghalang terkabulnya doa. Tugas kita adalah berdoa dengan penuh keyakinan, dan menyerahkan urusan pengabulannya kepada kebijaksanaan Allah.
3. Konsep Hajat yang Baik
Penting juga untuk merefleksikan hajat yang kita minta. Apakah hajat tersebut membawa kebaikan bagi dunia dan akhirat kita? Islam mengajarkan kita untuk meminta hal-hal yang baik. Doa untuk melakukan perbuatan dosa, memutus tali silaturahmi, atau mencelakai orang lain tentu tidak akan dikabulkan. Oleh karena itu, sebelum memanjatkan doa, luruskan niat dan pastikan bahwa hajat yang kita inginkan adalah sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT. Terkadang, kita menginginkan sesuatu yang menurut kita baik, padahal menurut ilmu Allah yang Maha Luas, hal itu justru akan membawa keburukan bagi kita. Di sinilah letak pentingnya tawakal.
Fondasi Utama Agar Doa Hajat Dikabulkan
Ibarat membangun sebuah rumah, doa yang mustajab memerlukan fondasi yang kokoh. Tanpa fondasi ini, sebagus apapun adab dan sekhusyuk apapun kita berdoa, doa tersebut akan sulit menembus langit. Fondasi ini adalah kondisi spiritual dan gaya hidup kita sehari-hari.
1. Akidah yang Lurus dan Tauhid yang Murni
Ini adalah fondasi dari segala fondasi. Memastikan bahwa kita hanya berdoa dan memohon kepada Allah semata, tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun. Hindari segala bentuk syirik, baik yang besar maupun yang kecil. Jangan pernah meminta kepada kuburan, benda keramat, jin, atau perantara lainnya. Arahkan seluruh permintaan, harapan, dan ketergantungan hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Inilah inti dari kalimat "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) yang kita ucapkan minimal 17 kali sehari dalam shalat.
2. Konsumsi yang Halal dan Thayyib
Ini adalah salah satu faktor krusial yang seringkali diabaikan. Makanan, minuman, dan penghasilan yang masuk ke dalam tubuh kita memiliki pengaruh langsung terhadap spiritualitas dan terkabulnya doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan tentang seorang lelaki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut masai dan berdebu. Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim).
Hadis ini memberikan tamparan keras bagi kita untuk senantiasa introspeksi. Sudahkah kita memastikan bahwa setiap suap nasi dan setiap tetes air yang kita konsumsi berasal dari sumber yang halal? Sudahkah kita memastikan pekerjaan dan bisnis kita terhindar dari unsur riba, gharar (ketidakjelasan), dan kezaliman? Membersihkan diri dari yang haram adalah langkah vital untuk membuka pintu ijabah doa.
3. Ketaatan dan Menjauhi Maksiat
Ketaatan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya adalah bentuk cinta dan penghambaan. Sebaliknya, maksiat adalah duri yang mengotori hati dan menjadi penghalang (hijab) antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Sulit mengharapkan doa hajat dikabulkan jika pada saat yang sama kita masih gemar melakukan perbuatan yang dimurkai-Nya. Dosa-dosa seperti ghibah, fitnah, meninggalkan shalat, durhaka kepada orang tua, dan lain-lain, dapat menahan doa kita. Oleh karena itu, langkah penting sebelum berdoa adalah bertaubat. Akui segala dosa, sesali dengan tulus, bertekad untuk tidak mengulanginya, dan iringi dengan istighfar yang tiada henti.
Adab dan Etika Emas dalam Berdoa
Setelah membangun fondasi yang kuat, kini saatnya kita mempelajari adab atau etika dalam berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Adab ini menunjukkan rasa hormat, kerendahan hati, dan kesungguhan kita. Mengamalkan adab-adab ini akan memperbesar peluang doa kita diijabah.
- Memulai dengan Pujian dan Shalawat: Jangan terburu-buru langsung menyampaikan hajat. Mulailah doa dengan memuji Allah SWT. Sanjunglah Ia dengan nama-nama-Nya yang terindah (Asmaul Husna). Ucapkan hamdalah, tasbih, dan takbir. Setelah itu, lanjutkan dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah bersabda, “Setiap doa akan terhalang (untuk sampai kepada Allah) hingga dibacakan shalawat kepada Nabi.” (HR. Thabrani).
- Mengangkat Kedua Tangan: Mengangkat kedua tangan adalah sunnah yang menunjukkan kerendahan diri dan kesungguhan dalam memohon. Posisikan telapak tangan terbuka menghadap ke langit, seolah-olah kita sedang menampung rahmat dan karunia-Nya.
- Menghadap Kiblat: Meskipun berdoa boleh dilakukan di mana saja dan menghadap ke arah mana saja, namun menghadap kiblat saat berdoa adalah salah satu adab yang dianjurkan dan dapat menambah kekhusyukan, meneladani apa yang sering dilakukan oleh Rasulullah.
- Berdoa dengan Hati yang Hadir (Khusyuk): Ini adalah ruh dari doa. Jangan biarkan lisan kita berkomat-kamit sementara pikiran kita melayang ke mana-mana. Fokuskan hati dan pikiran sepenuhnya kepada Allah. Rasakan kehadiran-Nya, rasakan kebesaran-Nya, dan rasakan betapa butuhnya kita kepada-Nya. Berdoalah dengan penuh harap (raja') dan juga rasa takut (khauf).
- Keyakinan Penuh akan Dikabulkan: Berdoalah dengan keyakinan seratus persen bahwa Allah mendengar dan akan mengabulkan doa Anda. Buang jauh-jauh keraguan. Rasulullah bersabda, "Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan." (HR. Tirmidzi).
- Mengulang-ulang Doa: Jangan bosan untuk mengulang-ulang doa dan hajat Anda, terutama pada bagian-bagian penting. Mengulang doa sebanyak tiga kali adalah salah satu kebiasaan Rasulullah. Ini menunjukkan kesungguhan dan betapa pentingnya hajat tersebut bagi kita.
- Merendahkan Suara: Berdoalah dengan suara yang lembut, antara berbisik dan terdengar jelas oleh diri sendiri. Allah Maha Mendengar, Ia bahkan mengetahui apa yang terlintas di dalam hati. Berdoa dengan suara lirih lebih menunjukkan adab dan membantu mencapai kekhusyukan.
- Mengakui Dosa dan Memohon Ampun: Sebelum meminta hajat duniawi, dahulukan dengan mengakui segala dosa dan kekurangan diri di hadapan Allah. Mohonlah ampunan dengan tulus. Ini seperti membersihkan wadah sebelum mengisinya dengan air yang jernih. Salah satu doa pengakuan dosa terbaik adalah doa Nabi Yunus ‘alaihissalam.
Waktu, Tempat, dan Keadaan Mustajab untuk Berdoa
Allah SWT mendengar doa kita kapan pun dan di mana pun. Namun, terdapat waktu, tempat, dan keadaan tertentu di mana pintu langit dibuka lebih lebar dan doa lebih mustajab. Memanfaatkan momen-momen emas ini adalah sebuah "ikhtiar langit" untuk mempercepat terkabulnya hajat.
Waktu-Waktu Mustajab:
- Sepertiga Malam Terakhir: Ini adalah waktu primadona untuk berdoa. Saat kebanyakan manusia terlelap, Allah turun ke langit dunia dan berfirman, "Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR. Bukhari & Muslim). Manfaatkan waktu ini untuk shalat tahajud, beristighfar, dan memanjatkan doa hajat.
- Di Antara Adzan dan Iqamah: Waktu singkat antara kumandang adzan dan iqamah adalah waktu yang mustajab. Rasulullah bersabda, "Doa di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak." (HR. Tirmidzi).
- Saat Sujud dalam Shalat: Posisi sujud adalah momen terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya. Rasulullah menganjurkan, "Adapun (di dalam) sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa, karena besar kemungkinan doa kalian akan dikabulkan." (HR. Muslim). Perbanyaklah doa (dalam bahasa Arab jika dalam shalat fardhu, dan boleh dalam bahasa lain menurut sebagian ulama jika dalam shalat sunnah) saat sujud terakhir.
- Sebelum Salam pada Shalat Fardhu: Setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam, ada jeda waktu yang juga sangat dianjurkan untuk berdoa. Rasulullah mengajarkan beberapa doa pada waktu ini, dan ini adalah kesempatan emas untuk menyelipkan hajat pribadi kita.
- Hari Jumat: Hari Jumat adalah hari yang istimewa. Terdapat satu waktu singkat di hari Jumat di mana doa seorang hamba Muslim yang sedang shalat dan memohon kebaikan pasti akan dikabulkan. Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan tepatnya waktu tersebut, namun pendapat terkuat adalah di akhir waktu setelah Ashar hingga menjelang Maghrib.
- Saat Turun Hujan: Hujan adalah rahmat. Manfaatkan momen turunnya hujan untuk berdoa, karena ini adalah salah satu waktu yang mustajab.
- Bulan Ramadhan, Terutama Malam Lailatul Qadar: Seluruh bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah di mana doa-doa diijabah. Puncaknya adalah pada malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Keadaan-keadaan Mustajab:
- Saat sedang berpuasa hingga berbuka.
- Saat dalam perjalanan (safar) untuk tujuan yang baik.
- Saat dalam keadaan terdesak atau terzalimi. Doa orang yang terzalimi tidak ada penghalang antaranya dengan Allah.
- Doa orang tua untuk anaknya.
- Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya.
Amalan Khusus: Shalat Hajat dan Doa-Doa Pilihan
Selain berdoa di waktu-waktu umum, Islam juga mengajarkan amalan spesifik yang ditujukan agar doa hajat dikabulkan. Salah satu yang paling populer dan dianjurkan adalah Shalat Sunnah Hajat.
Panduan Lengkap Shalat Hajat
Shalat Hajat adalah shalat sunnah yang dilakukan ketika seseorang memiliki keinginan atau kebutuhan mendesak yang ingin segera dikabulkan oleh Allah SWT. Shalat ini bisa dilakukan kapan saja di luar waktu-waktu yang diharamkan untuk shalat. Namun, waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah di sepertiga malam terakhir, setelah shalat tahajud atau shalat witir.
Tata Cara Pelaksanaan:
- Niat: Berniat dalam hati untuk melaksanakan shalat sunnah Hajat dua rakaat karena Allah Ta'ala. Lafadz niatnya: Ushalli sunnatal haajati rak'ataini lillahi ta'aala.
- Jumlah Rakaat: Shalat Hajat dikerjakan minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat, dengan salam di setiap 2 rakaat.
- Bacaan dalam Shalat:
- Rakaat Pertama: Setelah membaca surat Al-Fatihah, dianjurkan membaca surat Al-Kafirun atau Ayat Kursi.
- Rakaat Kedua: Setelah membaca surat Al-Fatihah, dianjurkan membaca surat Al-Ikhlas.
- Sujud Terakhir: Sebagian ulama menganjurkan untuk memperbanyak istighfar, tasbih, dan shalawat di dalam sujud terakhir (setelah membaca bacaan sujud yang biasa) untuk menambah kekhusyukan.
- Setelah Salam: Setelah menyelesaikan shalat, jangan langsung beranjak. Ini adalah momen inti dari pelaksanaan Shalat Hajat.
Doa Khusus Setelah Shalat Hajat:
Setelah salam, mulailah berdzikir dengan memperbanyak istighfar (misalnya 100 kali), kemudian bershalawat kepada Nabi (misalnya 100 kali). Setelah itu, panjatkanlah doa hajat yang ma'tsur (diriwayatkan) berikut ini:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الحَلِيمُ الكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيمِ، الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ، وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Laa ilaaha illallahul haliimul kariim. Subhaanallahi rabbil 'arsyil 'azhiim. Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. As'aluka muujibaati rahmatik, wa 'azaa'ima maghfiratik, wal ghaniimata min kulli birrin, was salaamata min kulli itsmin. Laa tada' lii dzanban illaa ghafartah, wa laa hamman illaa farrajtah, wa laa haajatan hiya laka ridhan illaa qadhaitahaa yaa arhamar raahimiin.
"Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Lembut dan Maha Mulia. Maha Suci Allah, Tuhan pemilik Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku memohon kepada-Mu hal-hal yang mendatangkan rahmat-Mu, dan hal-hal yang memastikan ampunan-Mu, keuntungan dari setiap kebaikan, dan keselamatan dari setiap dosa. Janganlah Engkau tinggalkan suatu dosa pun padaku melainkan Engkau mengampuninya, dan tidak pula suatu kesusahan melainkan Engkau membukakannya, dan tidak pula suatu hajat yang Engkau ridhai melainkan Engkau memenuhinya, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang."
Setelah membaca doa di atas, sampaikanlah hajat spesifik Anda dengan bahasa yang paling tulus dari hati. Sebutkan keinginan Anda secara rinci, adukan semua kesulitan Anda, dan menangislah jika Anda bisa, karena tangisan karena takut dan berharap kepada Allah adalah salah satu pelembut hati dan pembuka pintu langit.
Doa-Doa Mustajab Lainnya
Selain doa setelah Shalat Hajat, ada beberapa doa lain yang memiliki kekuatan luar biasa untuk membantu terkabulnya hajat kita:
1. Doa Nabi Yunus: Saat berada dalam perut ikan nun, dalam kegelapan yang berlapis-lapis, Nabi Yunus ‘alaihissalam memanjatkan doa yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Doa ini sangat mustajab untuk mengangkat kesulitan dan mengabulkan hajat.
لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya: 87)
Perbanyaklah membaca doa ini dalam keseharian, terutama saat merasa terhimpit oleh masalah.
2. Sayyidul Istighfar (Raja dari Istighfar): Memohon ampun adalah kunci pembuka rezeki dan solusi dari segala masalah. Sayyidul Istighfar adalah lafaz permohonan ampun yang paling utama. Bacalah di pagi dan sore hari dengan penuh penghayatan.
3. Memperbanyak Shalawat: Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, seberapa banyak ia harus bershalawat dalam doanya. Rasulullah pada akhirnya menyimpulkan, jika ia menjadikan seluruh doanya berisi shalawat, maka "cukuplah Allah akan memenuhi segala keinginanmu di dunia dan akhirat." Memperbanyak shalawat akan menjadi sebab terpenuhinya hajat dan diampuninya dosa.
Penghalang Terkabulnya Doa dan Cara Mengatasinya
Terkadang, kita merasa sudah melakukan segalanya, namun hajat tak kunjung terwujud. Mungkin ada beberapa penghalang yang tanpa sadar kita lakukan. Mengenali penghalang ini adalah langkah penting untuk perbaikan diri.
- Tergesa-gesa (Isti'jal): Sikap terburu-buru dan ingin hasilnya instan adalah sifat manusia. Dalam berdoa, sikap ini tercela. Rasulullah bersabda bahwa doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, yaitu dengan berkata, "Aku sudah berdoa, tapi kok belum dikabulkan?" Lalu ia merasa putus asa dan meninggalkan doa. Solusinya adalah sabar dan terus berdoa dengan keyakinan.
- Berdoa untuk Keburukan: Seperti yang telah disebutkan, berdoa untuk perbuatan dosa, memutus silaturahmi, atau mencelakai orang lain adalah doa yang tertolak.
- Hati yang Lalai: Berdoa hanya di lisan, sementara hati dan pikiran tidak fokus. Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main-main. Solusinya adalah berusaha untuk khusyuk dan hadirkan hati saat berdoa.
- Menunda-nunda Kewajiban: Melalaikan shalat fardhu, enggan membayar zakat, atau menunda kewajiban lain sambil terus menuntut hak kepada Allah adalah sikap yang tidak pantas. Tunaikan dulu kewajiban kita kepada-Nya, baru kemudian mintalah hak kita.
Hikmah di Balik Doa yang "Belum" Terkabul
Terakhir, dan ini yang paling penting, kita harus memahami bahwa cara Allah mengabulkan doa tidak selalu sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Ada kebijaksanaan agung di balik setiap doa yang kita panjatkan, baik yang terlihat "terkabul" maupun yang "belum".
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa ada tiga cara Allah menjawab doa seorang Muslim, selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutus silaturahmi:
- Allah segerakan pengabulan doanya di dunia. Ini adalah yang paling sering kita harapkan. Kita minta A, lalu kita dapat A.
- Allah simpankan (kebaikan) untuknya di akhirat. Hajat kita di dunia tidak terwujud, namun Allah menggantinya dengan pahala berlipat ganda yang akan kita nikmati di surga kelak. Ini adalah bentuk pengabulan yang jauh lebih baik.
- Allah hindarkan dia dari keburukan (musibah) yang setara dengan doanya. Kita mungkin tidak mendapatkan apa yang kita minta, tetapi tanpa kita sadari, Allah telah melindungi kita dari sebuah kecelakaan, penyakit, atau bencana yang nilainya setara atau bahkan lebih besar dari hajat kita.
Memahami ketiga skenario ini akan membuat hati kita lapang dan senantiasa berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah. Kita akan menyadari bahwa tidak ada doa yang sia-sia. Setiap tetes air mata, setiap lantunan permohonan, semuanya didengar, dicatat, dan akan dijawab oleh Allah dengan cara yang terbaik menurut ilmu-Nya, bukan menurut keinginan kita yang terbatas.
Kesimpulan: Menjemput Ijabah dengan Ikhtiar Langit dan Bumi
Mendapatkan doa hajat dikabulkan bukanlah sebuah proses magis, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang utuh. Ia dimulai dari pembenahan diri: meluruskan akidah, memastikan kehalalan rezeki, dan menjauhi maksiat. Kemudian, dihiasi dengan adab yang mulia saat berinteraksi dengan Sang Khaliq, memilih waktu-waktu terbaik untuk "bertemu" dengan-Nya, dan melakukan amalan-amalan spesifik seperti Shalat Hajat.
Yang terpenting dari semua itu adalah menjaga hati agar senantiasa yakin, sabar, dan pasrah (tawakal) atas apapun ketetapan-Nya. Teruslah mengetuk pintu langit dengan doa, karena seorang hamba yang tidak pernah lelah berdoa adalah hamba yang dicintai oleh Allah. Semoga setiap hajat baik kita, baik urusan dunia maupun akhirat, senantiasa dimudahkan dan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin ya Rabbal 'alamin.