Panduan Lengkap Bacaan Tawasul untuk Memohon Hajat

Setiap manusia memiliki harapan, keinginan, dan hajat yang dipanjatkan kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Dalam Islam, doa adalah senjata utama seorang mukmin, jembatan komunikasi langsung antara hamba dengan Tuhannya. Namun, terkadang kita merasa doa kita belum terkabul atau merasa diri ini penuh dosa sehingga ragu apakah doa kita layak didengar. Di sinilah konsep tawasul hadir sebagai salah satu wasilah atau perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan harapan doa dan hajat kita lebih mudah dikabulkan.

Tawasul bukanlah meminta kepada selain Allah. Ini adalah sebuah kekeliruan pemahaman yang harus diluruskan. Tawasul adalah berdoa kepada Allah dengan menggunakan perantara (wasilah) berupa amal saleh, nama-nama-Nya yang agung (Asmaul Husna), atau melalui kemuliaan dan kedudukan orang-orang saleh di sisi-Nya. Ini adalah bentuk kerendahan hati, mengakui bahwa kita membawa "seseorang" yang lebih dicintai Allah untuk menguatkan permohonan kita.

Memahami Makna dan Hakikat Tawasul

Secara bahasa, tawasul berasal dari kata wasilah, yang berarti perantara atau sarana untuk mencapai tujuan. Dalam konteks spiritual, tawasul adalah upaya seorang hamba untuk mencari sarana yang bisa mendekatkannya kepada Allah SWT agar permohonannya dikabulkan. Ini adalah salah satu adab dalam berdoa, menunjukkan kesungguhan dan kerendahan diri di hadapan Allah.

Dasar dari praktik tawasul dapat ditemukan dalam Al-Qur'an, di mana Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah), dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 35)

Ayat ini menjadi landasan bahwa mencari wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah sesuatu yang dianjurkan. Para ulama menafsirkan wasilah ini dalam berbagai bentuk, termasuk amal saleh, ketaatan, dan juga melalui kedudukan hamba-hamba-Nya yang mulia, seperti para nabi, rasul, wali, dan ulama.

Penting untuk ditegaskan kembali, objek permohonan dalam tawasul tetaplah Allah SWT semata. Tidak ada satu pun makhluk yang memiliki kuasa untuk mengabulkan doa. Kedudukan para nabi dan wali hanyalah sebagai perantara yang kita harapkan keberkahannya dapat menyertai doa kita. Ibaratnya, kita datang menghadap seorang raja dengan membawa surat rekomendasi dari orang yang sangat dipercaya dan dicintai oleh raja tersebut. Harapannya, sang raja akan lebih memperhatikan permohonan kita karena rasa hormat dan cintanya kepada si pemberi rekomendasi.

Adab dan Persiapan Sebelum Membaca Tawasul

Agar amalan tawasul kita menjadi lebih bermakna dan berpotensi besar untuk diijabah, ada beberapa adab dan persiapan yang perlu diperhatikan. Ini bukan sekadar ritual mekanis, melainkan sebuah proses spiritual yang menuntut kesiapan lahir dan batin.

1. Niat yang Lurus dan Ikhlas

Segala amal bergantung pada niatnya. Luruskan niat bahwa tawasul ini dilakukan semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niatkan bahwa hajat yang kita minta adalah sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan syariat, dan akan membawa kebaikan bagi diri kita di dunia dan akhirat. Jauhkan hati dari niat pamer, riya, atau sekadar coba-coba.

2. Bersuci (Thaharah)

Sebelum memulai, pastikan diri dalam keadaan suci dari hadas kecil dan besar. Berwudhulah dengan sempurna. Selain itu, pastikan tempat kita berdoa bersih dari najis, dan pakaian yang kita kenakan juga suci dan sopan. Kebersihan fisik adalah cerminan dari kesiapan kita untuk menghadap Sang Maha Suci.

3. Memilih Waktu yang Mustajab

Meskipun berdoa bisa dilakukan kapan saja, ada waktu-waktu tertentu yang disebut sebagai waktu mustajab, di mana pintu langit lebih terbuka. Beberapa di antaranya adalah:

Melakukan tawasul di waktu-waktu ini dapat meningkatkan kekhusyukan dan harapan terkabulnya doa.

4. Menghadap Kiblat

Seperti halnya shalat, menghadap kiblat saat berdoa adalah salah satu adab yang dianjurkan. Ini melambangkan kesatuan arah dan fokus kita kepada Allah SWT, pemilik Ka'bah.

5. Memulai dengan Pujian dan Shalawat

Adab terbaik dalam berdoa adalah tidak langsung meminta. Mulailah dengan memuji keagungan Allah SWT, mengakui segala kebesaran-Nya. Kemudian, lanjutkan dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk cinta dan penghormatan kita kepada beliau, sang kekasih Allah.

6. Khusyuk, Tawadhu, dan Penuh Harap

Fokuskan hati dan pikiran hanya kepada Allah. Rasakan kehadiran-Nya, rasakan betapa kecil dan butuhnya kita di hadapan-Nya (tawadhu). Berdoalah dengan penuh keyakinan dan harapan (raja') bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, namun juga diiringi rasa takut (khauf) akan dosa-dosa kita.

Urutan Lengkap Bacaan Tawasul Hajat

Berikut adalah urutan bacaan tawasul yang umum diamalkan, khususnya di kalangan nahdliyin dan pengamal thariqah. Urutan ini bisa bervariasi, namun intinya adalah mengirimkan hadiah pahala bacaan (khususnya Al-Fatihah) kepada para kekasih Allah sebelum memanjatkan hajat pribadi.

Langkah 1: Pembukaan dengan Istighfar dan Shalawat

Mulailah dengan memohon ampunan kepada Allah untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang mungkin menjadi penghalang terkabulnya doa. Bacalah Istighfar sebanyak mungkin, minimal 100 kali.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ

Astaghfirullahal 'adzim.

"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."

Setelah itu, lanjutkan dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai kunci pembuka rahmat Allah. Bacalah sebanyak mungkin, minimal 100 kali.

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad.

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."

Langkah 2: Memulai Rangkaian Tawasul (Mengirim Al-Fatihah)

Inti dari tawasul dimulai di sini. Kita akan mengirimkan hadiah bacaan Surah Al-Fatihah yang ditujukan secara berurutan kepada hamba-hamba pilihan Allah. Setiap kali akan mengirim Al-Fatihah, ucapkanlah kalimat pengantar berikut:

إِلَى حَضْرَةِ... (sebutkan tujuan) ... اَلْفَاتِحَة

Ilaa hadhratin... (sebutkan tujuan) ... Al-Fatihah.

"Ke hadirat... (sebutkan tujuan)... (kami hadiahkan) Al-Fatihah."

Setelah mengucapkan itu, bacalah Surah Al-Fatihah sebanyak satu kali dengan khusyuk.


1. Kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW

Beliau adalah pintu rahmat Allah yang paling utama. Tawasul pertama kali harus ditujukan kepada beliau, beserta keluarga dan para sahabatnya.

اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ الْكِرَامِ أَجْمَعِيْنَ، شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Ilaa hadhratin Nabiyyil Mushthofaa Sayyidinaa Muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam, wa 'alaa aalihi wa ash-haabihi wa azwaajihi wa dzurriyyaatihi wa ahli baitihil kiromi ajma'iin. Syai-un lillaahi lahumul faatihah.

"Ke hadirat Nabi terpilih, junjungan kita Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, istri, keturunan, dan ahli baitnya yang mulia. Sesuatu karena Allah, untuk mereka Al-Fatihah."

(Kemudian baca Surah Al-Fatihah 1 kali)

2. Kepada Para Nabi, Rasul, dan Malaikat Muqarrabin

Kita melanjutkan dengan mengirimkan Al-Fatihah kepada para utusan Allah sebelumnya dan para malaikat yang senantiasa taat.

ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا سَيِّدِنَا شَيْخ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. اَلْفَاتِحَةُ

Tsumma ilaa hadhrati ikhwaanihi minal anbiyaa-i wal mursaliin, wal auliyaa-i wasy-syuhadaa-i wash-shoolihiin, wash-shohaabati wat-taabi'iin, wal 'ulamaa-il 'aamiliin, wal mushonnifiinal mukhlishiin, wa jamii'il malaa-ikatil muqorrobiin, khushuushon Sayyidina Syaikh 'Abdul Qodir Al-Jailani radhiyallahu 'anhu. Al-Fatihah.

"Kemudian ke hadirat saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada, orang-orang saleh, para sahabat dan tabi'in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, dan seluruh malaikat yang dekat dengan Allah, khususnya kepada junjungan kami Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Al-Fatihah."

(Kemudian baca Surah Al-Fatihah 1 kali)

Penyebutan nama Syekh Abdul Qadir Al-Jailani secara khusus sangat umum dalam tradisi tawasul karena beliau dikenal sebagai Sulthanul Auliya (pemimpin para wali) dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.

3. Kepada Seluruh Kaum Muslimin dan Muslimat

Kita mendoakan seluruh leluhur, guru, dan kaum muslimin secara umum, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.

ثُمَّ اِلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا اَبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادَنَا وَجَدَّاتِنَا وَنَخُصُّ خُصُوْصًا مَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ وَلِأَجْلِهِ. اَلْفَاتِحَةُ

Tsumma ilaa jamii'i ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaat, wal mu'miniina wal mu'minaat, min masyaariqil ardhi ilaa maghooribihaa barrihaa wa bahrihaa, khushuushon aabaa-anaa wa ummahaatinaa wa ajdaadanaa wa jaddaatinaa, wa nakhushshu khushuushon manijtama'naa haahunaa bisababihi wa li-ajlih. Al-Fatihah.

"Kemudian kepada seluruh ahli kubur dari kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, dari timur hingga barat, baik di darat maupun di laut, khususnya kepada bapak-bapak dan ibu-ibu kami, kakek-kakek dan nenek-nenek kami, dan kami khususkan lagi kepada orang yang menjadi sebab kami berkumpul di sini dan untuk keperluannya. Al-Fatihah."

(Kemudian baca Surah Al-Fatihah 1 kali)

Anda bisa menambahkan nama-nama guru, orang tua, atau kerabat yang telah meninggal secara spesifik di bagian ini.

4. Untuk Hajat Pribadi

Inilah bagian di mana kita secara eksplisit menghubungkan amalan ini dengan hajat yang kita inginkan. Kita memohon kepada Allah agar pahala dari bacaan ini menjadi wasilah terkabulnya permohonan kita.

وَلِحَاجَتِيْ... (sebutkan hajat anda) ... لِي وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيَّ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةُ

Wa lihaajatii... (sebutkan hajat Anda, misal: agar dimudahkan rezeki, agar lulus ujian, agar diberi kesembuhan) ... lii wa liman lahu haqqun 'alayya wa li jamii'il muslimiin. Al-Fatihah.

"Dan untuk hajatku... (sebutkan hajat Anda)... untukku, untuk orang-orang yang memiliki hak atasku, dan untuk seluruh kaum muslimin. Al-Fatihah."

(Kemudian baca Surah Al-Fatihah 1 kali)

Langkah 3: Membaca Wirid dan Doa Pilihan

Setelah menyelesaikan rangkaian pengiriman Al-Fatihah, lanjutkan dengan membaca beberapa surat atau wirid yang memiliki keutamaan besar. Tujuannya adalah untuk semakin memperkuat "modal" spiritual kita sebelum memanjatkan doa inti.

Beberapa bacaan yang dianjurkan setelah tawasul antara lain:

Setiap bacaan ini memiliki fadhilah atau keutamaannya masing-masing dalam membuka pintu rahmat, menolak bala, dan memperlancar rezeki. Semakin banyak dan khusyuk kita berdzikir, semakin baik.

Langkah 4: Memanjatkan Doa Hajat (Doa Inti)

Kini tiba saatnya untuk menumpahkan segala isi hati dan permohonan kepada Allah SWT. Angkat kedua tangan, rendahkan hati, dan mulailah berdoa dengan bahasa yang paling Anda kuasai. Anda bisa menggunakan bahasa Indonesia, karena Allah Maha Memahami semua bahasa. Namun, jika memungkinkan, dianjurkan untuk membaca doa-doa ma'tsur (doa yang berasal dari Al-Qur'an atau Hadis).

Berikut contoh doa yang bisa dipanjatkan:

اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى لِي، اَللّٰهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

Allahumma inni as-aluka wa atawajjahu ilaika binabiyyika Muhammadin nabiyyir rahmah. Yaa Muhammadu inni atawajjahu bika ilaa rabbi fii haajati hadzihi lituqdha lii. Allahumma fa syaffi'hu fiyya.

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan perantaraan nabi-Mu, Muhammad, nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan perantaraanmu kepada Tuhanku dalam hajatku ini agar dikabulkan untukku. Ya Allah, terimalah syafaatnya untukku."

Setelah itu, sampaikan hajat Anda secara spesifik. Contoh:

"Ya Allah, dengan keberkahan tawasul yang telah hamba lakukan, dengan kemuliaan Nabi Muhammad SAW di sisi-Mu, dengan karamah para wali dan orang-orang saleh, hamba memohon kepada-Mu, kabulkanlah hajat hamba untuk mendapatkan pekerjaan yang halal dan berkah... (atau hajat lainnya)."

Tutup doa dengan kembali membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan hamdalah (Alhamdulillahi rabbil 'alamin) sebagai bentuk syukur dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.

Kekuatan Keyakinan, Sabar, dan Tawakal

Setelah seluruh rangkaian tawasul dan doa selesai dilaksanakan, langkah terakhir yang tidak kalah penting adalah menanamkan sikap sabar dan tawakal. Tawasul adalah bentuk ikhtiar batin atau usaha spiritual. Ia harus diiringi dengan ikhtiar lahir atau usaha nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jika hajatnya adalah pekerjaan, maka tetaplah mencari lowongan. Jika hajatnya adalah kesembuhan, tetaplah berobat.

Keyakinan (yakin) adalah ruh dari sebuah doa. Yakinlah bahwa Allah mendengar setiap rintihan dan permohonan kita. Yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hamba-Nya. Namun, cara Allah mengabulkan doa tidak selalu sama dengan apa yang kita bayangkan.

Terkadang, Allah mengabulkan persis seperti yang kita minta. Terkadang, Allah menundanya hingga waktu yang lebih tepat. Dan terkadang, Allah menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik bagi kita, atau menghapuskan dosa-dosa kita sebagai gantinya. Inilah esensi dari tawakal, yaitu menyerahkan hasil akhirnya kepada kebijaksanaan Allah Yang Maha Tahu.

Jangan pernah berputus asa jika hajat terasa belum terkabul. Teruslah berdoa, teruslah bertawasul, dan teruslah memperbaiki diri. Bisa jadi, Allah sedang rindu mendengar suara kita dalam munajat di keheningan malam. Bisa jadi, Allah sedang mempersiapkan kita agar lebih pantas menerima anugerah besar yang akan Dia berikan. Husnudzan (berbaik sangka) kepada Allah adalah kunci ketenangan hati seorang mukmin.

Dengan demikian, tawasul hajat bukan hanya sekadar ritual meminta, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang komprehensif. Ia mengajarkan kita adab kepada Allah, cinta kepada para kekasih-Nya, pentingnya kebersihan lahir dan batin, serta melatih kesabaran dan kepasrahan total. Semoga setiap hajat baik yang kita panjatkan melalui wasilah ini senantiasa berada dalam ridha-Nya dan dikabulkan dengan cara yang terbaik menurut ilmu-Nya. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage