Surat Yasin: Jantung Al-Qur'an

Kaligrafi stilistik "Yasin", Jantung Al-Qur'an

Surat Yasin adalah surah ke-36 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 83 ayat, dan tergolong dalam surah Makkiyah. Surah ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa di hati umat Islam di seluruh dunia. Dikenal sebagai "Qalbul Qur'an" atau jantungnya Al-Qur'an, Surat Yasin sering dibaca dalam berbagai kesempatan, mulai dari majelis taklim, acara tahlilan, hingga sebagai doa untuk memohon kemudahan dan keberkahan dari Allah SWT. Memahami bacaan surat yasin lengkap 83 ayat beserta maknanya adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, mengungkap pesan-pesan inti ajaran Islam tentang tauhid, hari kebangkitan, dan kisah-kisah para nabi.

Kandungan utama surah ini berpusat pada penegasan risalah Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti kekuasaan Allah yang tersebar di alam semesta, peringatan akan hari kiamat, dan gambaran balasan bagi orang-orang yang beriman serta mereka yang ingkar. Keindahan bahasanya yang puitis dan kuat menjadikannya salah satu surah yang paling menyentuh dan mudah dihafal. Dengan merenungi setiap ayatnya, seorang Muslim diajak untuk memperkuat keimanannya, merenungkan tujuan hidup, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Artikel ini akan menyajikan bacaan Surat Yasin secara lengkap, ayat per ayat, disertai dengan tulisan Latin dan terjemahan bahasa Indonesia agar dapat dipahami dan dihayati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Keutamaan dan Fadhilah Membaca Surat Yasin

Banyak hadis yang menjelaskan tentang keistimewaan dan fadhilah (keutamaan) dari membaca Surat Yasin. Keutamaan-keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa melantunkan dan merenungi ayat-ayatnya. Salah satu hadis yang paling populer, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya segala sesuatu itu mempunyai jantung, dan jantung Al-Qur'an adalah Yasin. Barangsiapa membacanya, maka Allah akan mencatat baginya (pahala) seperti membaca Al-Qur'an sepuluh kali." Meskipun status hadis ini menjadi perdebatan di kalangan ulama, pesan simbolisnya sangat kuat, yaitu menunjukkan betapa penting dan sentralnya kandungan Surat Yasin dalam Al-Qur'an.

Keutamaan lainnya adalah sebagai wasilah untuk memohon ampunan dari Allah SWT. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa membaca Surat Yasin pada suatu malam karena mencari keridhaan Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni pada malam itu." Hal ini menunjukkan bahwa membaca Surat Yasin dengan niat yang tulus dan ikhlas dapat menjadi sarana untuk bertaubat dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, memohon rahmat dan maghfirah-Nya. Selain itu, surah ini juga sering dibacakan untuk orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, dengan harapan dapat meringankan prosesnya dan mengantarkannya menuju husnul khatimah. Membaca bacaan surat yasin lengkap 83 ayat bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi sebuah ibadah yang penuh dengan harapan dan penyerahan diri kepada Allah.

Tafsir dan Kandungan Pokok Surat Yasin

Secara garis besar, Surat Yasin dapat dibagi menjadi beberapa bagian tematik yang saling berkaitan, membentuk sebuah narasi yang utuh tentang pondasi keimanan. Bagian pertama (ayat 1-12) adalah penegasan tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW dan kebenaran Al-Qur'an sebagai petunjuk yang lurus. Allah bersumpah dengan Al-Qur'an yang penuh hikmah untuk menegaskan bahwa Muhammad adalah seorang rasul yang diutus di atas jalan yang lurus. Ayat-ayat ini juga menekankan fungsi utama risalah, yaitu untuk memberi peringatan kepada kaum yang lalai dan belum pernah menerima petunjuk sebelumnya. Di bagian ini, ditegaskan pula bahwa Allah mencatat semua amal perbuatan manusia, sekecil apapun, yang akan diperlihatkan pada hari pembalasan.

Bagian kedua (ayat 13-32) menyajikan sebuah perumpamaan melalui kisah "Ashabul Qaryah" (penduduk suatu negeri). Kisah ini menceritakan tentang tiga orang utusan yang diutus kepada sebuah kaum, namun mereka didustakan dan diancam. Kemudian datang seorang laki-laki dari ujung kota yang beriman dan mengajak kaumnya untuk mengikuti para utusan tersebut. Namun, kaumnya justru membunuhnya. Setelah kematiannya, ia dimasukkan ke dalam surga dan mengungkapkan penyesalannya karena kaumnya tidak mengetahui nikmat yang ia terima. Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang kegigihan dalam dakwah, akibat dari pendustaan, dan balasan mulia bagi orang-orang yang beriman dan membela kebenaran, bahkan ketika harus mengorbankan nyawa.

Bagian ketiga (ayat 33-44) memaparkan tanda-tanda kekuasaan Allah (ayat kauniyah) yang terhampar di alam semesta sebagai bukti keesaan dan kemampuan-Nya untuk membangkitkan yang mati. Ayat-ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan fenomena alam seperti bumi yang mati lalu dihidupkan dengan air hujan, tumbuhnya berbagai jenis buah-buahan, pergantian siang dan malam, serta peredaran matahari dan bulan pada orbitnya. Semua ini adalah bukti nyata bagi orang-orang yang mau berpikir. Analogi ini sangat kuat untuk membantah keraguan orang-orang kafir tentang adanya hari kebangkitan. Jika Allah mampu menghidupkan bumi yang tandus, maka tentu Ia lebih mampu lagi untuk membangkitkan manusia dari kuburnya.

Bagian terakhir (ayat 45-83) berfokus pada hari kiamat, kebangkitan, dan pembalasan. Ayat-ayat ini menggambarkan betapa dahsyatnya tiupan sangkakala yang mematikan dan membangkitkan seluruh makhluk. Pada hari itu, mulut manusia akan dikunci, dan anggota tubuh mereka (tangan dan kaki) akan menjadi saksi atas segala perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia. Digambarkan pula perbedaan nasib antara penghuni surga yang bersenang-senang dalam kenikmatan abadi dengan penghuni neraka yang merasakan azab pedih. Surah ini ditutup dengan penegasan kembali akan kekuasaan mutlak Allah. Dia-lah yang menciptakan manusia dari setetes mani, dan Dia pula yang mampu menghidupkannya kembali. Penutup surah ini sangat kuat dengan firman-Nya, "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka jadilah ia." (QS. Yasin: 82). Ini adalah puncak penegasan tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas.

Bacaan Surat Yasin Lengkap 83 Ayat: Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah teks bacaan surat yasin lengkap 83 ayat yang disajikan secara berurutan, dilengkapi dengan transliterasi Latin untuk kemudahan membaca dan terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk pemahaman makna yang lebih mendalam.

1

يٰسۤ ۚ

Yā Sīn.

Yā Sīn.

2

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ

Wal-Qur'ānil-ḥakīm.

Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,

3

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ

Innaka laminal-mursalīn.

sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,

4

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ

'Alā ṣirāṭim mustaqīm.

(yang berada) di atas jalan yang lurus,

5

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ

Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.

(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,

6

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ

Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.

agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

7

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.

Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

8

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ

Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.

Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.

9

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

10

وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.

Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.

11

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ

Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.

Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

12

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ

Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).

13

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ

Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.

Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;

14

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ

Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.

(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”

15

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ

Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.

Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”

16

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ

Qālū rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.

Mereka (para utusan) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar diutus kepadamu.”

17

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.

Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.

18

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.

Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”

19

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ

Qālū ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.

Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”

20

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ

Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.”

21

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

Ittabi'ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.

“Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

22

وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.

“Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.”

23

ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ

A'attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn.

“Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.”

24

اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.

“Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.”

25

اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ

Innī āamantu birabbikum fasma'ūn.

“Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”

26

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَۗ قَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ

Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamūn.

Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,

27

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ

Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.

“apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”

28

وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ

Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.

Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.

29

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum khāmidūn.

Hukuman mereka itu tidak lain hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka semua mati.

30

يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ

Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi'ūn.

Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.

31

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ

Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji'ūn.

Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (mereka) tidak kembali kepada mereka (di dunia).

32

وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarūn.

Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.

33

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ожиيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ

Wa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban fa minhu ya'kulūn.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.

34

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ

Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.

Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,

35

لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

Liya'kulū min ṡamarihī wa mā 'amilathu aidīhim, afalā yasykurūn.

agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

36

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ

Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamūn.

Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

37

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُۖ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ

Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa'iżā hum muẓlimūn.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,

38

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ

Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.

dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

39

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ

Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjūnil-qadīm.

Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.

40

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥūn.

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

41

وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ

Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,

42

وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ

Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn.

dan Kami ciptakan untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.

43

وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ

Wa in nasya' nugriqhum falā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn.

Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka, maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,

44

اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ

Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.

melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.

45

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum turḥamūn.

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”

46

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ

Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū 'anhā mu'riḍīn.

Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.

47

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُۙ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

48

وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Wa yaqūlūna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.

Dan mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji ini (hari kiamat) jika kamu orang yang benar?”

49

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ

Mā yanẓurūna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn.

Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.

50

فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ

Falā yastaṭī'ūna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ūn.

Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.

51

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ

Wa nufikha fiṣ-ṣūri fa'iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn.

Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.

52

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Qālū yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn.

Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).

53

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa'iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarūn.

Teriakan itu hanyalah sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.

54

فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malūn.

Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.

55

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ

Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn.

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).

56

هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ

Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ūn.

Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.

57

لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ

Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ūn.

Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.

58

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.

(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

59

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ

Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn.

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!

60

اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahū lakum 'aduwwum mubīn.

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,

61

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

Wa ani'budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.

dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”

62

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًاۗ اَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ

Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takūnū ta'qilūn.

Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?

63

هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū'adūn.

Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.

64

اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn.

Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.

65

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

66

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ

Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn.

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?

67

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ

Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ū muḍiyyaw wa lā yarji'ūn.

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.

68

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

Wa man nu'ammirhu nunakkishu fil-khalq, afalā ya'qilūn.

Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?

69

وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ

Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan Kitab yang jelas,

70

لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ

Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.

agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.

71

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ

Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fahum lahā mālikūn.

Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?

72

وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ

Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya'kulūn.

Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan.

73

وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurūn.

Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

74

وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ

Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarūn.

Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.

75

لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ

Lā yastaṭī'ūna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarūn.

Mereka (sesembahan itu) tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.

76

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ

Falā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrūna wa mā yu'linūn.

Maka janganlah ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

77

اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ

Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa'iżā huwa khaṣīmum mubīn.

Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata?

78

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ

Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”

79

قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ

Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.

Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”

80

ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ

Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa'iżā antum minhu tūqidūn.

yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.

81

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْۗ بَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ

Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.

Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang telah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.

82

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqūla lahū kun fa yakūn.

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah ia.

83

فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ūn.

Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.

🏠 Kembali ke Homepage