Ilustrasi Nun Sakinah (نْ) dan Tanwin ( ــًــٍــٌ )
Mempelajari Al-Qur'an bukan hanya tentang melafalkan huruf-hurufnya, tetapi juga tentang membacanya dengan tartil, yaitu jelas, perlahan, dan sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan. Salah satu pilar utama dalam ilmu membaca Al-Qur'an adalah Ilmu Tajwid. Di dalam Ilmu Tajwid, terdapat berbagai hukum bacaan yang mengatur bagaimana interaksi antar huruf dilafalkan, salah satunya adalah hukum yang berkaitan dengan Nun Sakinah (نْ) dan Tanwin ( ــًــٍــٌ ). Dari hukum ini, cabang pertama dan paling mendasar yang harus dipahami adalah Idzhar. Jadi, idzhar artinya apa? Artikel ini akan mengupas tuntas makna, jenis, cara melafalkan, hingga contoh-contohnya secara komprehensif.
Secara fundamental, pemahaman tentang Idzhar menjadi gerbang untuk memahami hukum-hukum lainnya seperti Idgham, Iqlab, dan Ikhfa. Tanpa menguasai Idzhar, seorang pembaca Al-Qur'an akan kesulitan membedakan kapan suatu bunyi Nun Sakinah atau Tanwin harus dibaca jelas dan kapan harus dileburkan atau disamarkan. Oleh karena itu, mari kita selami lebih dalam konsep penting ini.
Untuk memahami sebuah konsep, kita perlu meninjaunya dari dua sisi: bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi). Pendekatan ini akan memberikan kita pemahaman yang kokoh tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Idzhar.
Kata Idzhar (إِظْهَار) berasal dari bahasa Arab, dari akar kata zhahara (ظَهَرَ) yang berarti tampak, muncul, nyata, atau jelas. Dari akar kata ini, Idzhar merupakan bentuk mashdar (kata benda infinitif) yang memiliki arti "menampakkan", "menjelaskan", atau "menerangkan". Jadi, secara harfiah, idzhar artinya adalah kejelasan atau sesuatu yang dibuat menjadi jelas dan terang, tanpa ada kesamaran atau persembunyian.
Dalam konteks Ilmu Tajwid, idzhar artinya adalah "mengeluarkan atau melafalkan setiap huruf dari makhrajnya (tempat keluarnya) masing-masing tanpa disertai dengan ghunnah (dengung) pada huruf yang di-idzhar-kan."
Mari kita pecah definisi ini menjadi beberapa bagian agar lebih mudah dipahami:
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Idzhar adalah hukum bacaan yang menuntut kita untuk melafalkan bunyi Nun Sakinah atau Tanwin secara jelas dan tegas ketika bertemu dengan huruf-huruf tertentu, tanpa menahannya atau mendengungkannya.
Hukum Idzhar tidak hanya berlaku untuk Nun Sakinah dan Tanwin. Dalam Ilmu Tajwid, istilah Idzhar ditemukan dalam beberapa konteks hukum yang berbeda. Secara umum, Idzhar dibagi menjadi tiga jenis utama, yang masing-masing memiliki kondisi dan huruf-hurufnya sendiri.
Ini adalah jenis Idzhar yang paling umum dan menjadi pembahasan utama dalam hukum Nun Sakinah dan Tanwin. Disebut Halqi karena huruf-hurufnya keluar dari Al-Halq (tenggorokan).
Kaidah: Hukum Idzhar Halqi terjadi apabila Nun Sakinah (نْ) atau Tanwin ( ــًــٍــٌ ) bertemu dengan salah satu dari enam huruf Halqi (huruf tenggorokan).
Keenam huruf tersebut adalah:
Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi Nun Sakinah atau Tanwin dengan jelas (bunyi "n" murni) dan singkat, kemudian langsung masuk ke pelafalan huruf Halqi setelahnya. Tidak boleh ada jeda atau dengung.
Untuk memperdalam pemahaman, mari kita bedah contoh untuk setiap huruf Idzhar Halqi, baik yang bertemu dengan Nun Sakinah maupun Tanwin.
Hamzah keluar dari pangkal tenggorokan (Aqshal Halq). Bunyi Nun harus jelas sebelum bertemu dengan bunyi Hamzah yang tegas.
Contoh Nun Sakinah bertemu Hamzah:
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
Min ahlil-kitaabi
Dibaca "min" dengan jelas, bukan "ming" atau ditahan. Suara 'n' langsung berhenti dan disambung dengan 'a' pada "ahli".
وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ
Wa yan'auna 'anhu
Pada kata "yan'auna", suara 'n' sukun diucapkan jelas dan tidak samar.
Contoh Tanwin bertemu Hamzah:
لِكُلِّ قَوْمٍ إِذَا جَاءَ
Likulli qaumin idzaa jaa'a
Bunyi "min" pada "qaumin" harus jelas, tidak boleh didengungkan sebelum masuk ke "idzaa".
Sama seperti Hamzah, huruf Ha' juga keluar dari pangkal tenggorokan (Aqshal Halq).
Contoh Nun Sakinah bertemu Ha':
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ
In huwa illaa dzikr
Dibaca "In" dengan tegas, bukan "Ing". Suara 'n' mati sempurna lalu dilanjutkan dengan "huwa".
مِنْهُمْ
Minhum
Pada kata "minhum", bunyi 'n' jelas dan tidak melebur ke huruf 'ha'.
Contoh Tanwin bertemu Ha':
جُرُفٍ هَارٍ
Jurufin haarin
Bunyi "fin" pada "jurufin" jelas, kemudian baru melafalkan "haarin".
Huruf 'Ain keluar dari tengah tenggorokan (Wasathul Halq). Ini membutuhkan sedikit latihan untuk melafalkannya dengan benar.
Contoh Nun Sakinah bertemu 'Ain:
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
An'amta 'alaihim
Ini adalah contoh yang sangat sering kita baca dalam Surat Al-Fatihah. Bunyi 'n' pada "An'amta" harus jelas dan terpisah dari 'Ain.
Contoh Tanwin bertemu 'Ain:
حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Hakiimun 'aliim
Bunyi "mun" diucapkan jelas tanpa dengung, lalu dilanjutkan dengan pelafalan 'Ain pada "'aliim".
Huruf Ha, seperti 'Ain, juga keluar dari tengah tenggorokan (Wasathul Halq). Karakternya "pedas" atau berdesis.
Contoh Nun Sakinah bertemu Ha:
فَانْحَرْ
Fanhar
Pada kata "Fanhar", suara 'n' sukun diucapkan jelas, lidah menempel di langit-langit atas, kemudian baru melepaskannya untuk mengucapkan 'ha'.
Contoh Tanwin bertemu Ha:
عَزِيزٌ حَكِيمٌ
'Aziizun hakiim
Bunyi "zun" pada "'aziizun" dibaca jelas, lalu masuk ke huruf 'ha' pada "hakiim".
Huruf Ghain keluar dari ujung tenggorokan (Adnal Halq), bagian yang paling dekat dengan rongga mulut.
Contoh Nun Sakinah bertemu Ghain:
مِنْ غِلٍّ
Min ghillin
Bunyi 'n' pada "min" harus jelas terdengar sebelum mengucapkan "ghillin".
Contoh Tanwin bertemu Ghain:
قَوْلاً غَيْرَ
Qaulan ghaira
Bunyi "lan" pada "qaulan" dibaca jelas, tidak disamarkan, sebelum masuk ke huruf 'ghain'.
Sama seperti Ghain, huruf Kha' juga keluar dari ujung tenggorokan (Adnal Halq). Bunyinya seperti orang mengorok.
Contoh Nun Sakinah bertemu Kha':
وَالْمُنْخَنِقَةُ
Wal-munkhaniqatu
Pada kata ini, 'n' sukun dibaca dengan sangat jelas sebelum huruf 'kha'.
Contoh Tanwin bertemu Kha':
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
'Aliimun khabiir
Bunyi "mun" dilafalkan dengan sempurna, lalu dilanjutkan dengan huruf 'kha'.
Jenis Idzhar yang kedua berkaitan dengan hukum Mim Sakinah (مْ). Dinamakan Syafawi karena melibatkan bibir (syafatain), makhraj dari huruf Mim.
Kaidah: Hukum Idzhar Syafawi terjadi apabila Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah, kecuali huruf Mim (م) dan Ba' (ب).
Jika Mim Sakinah bertemu Mim, hukumnya menjadi Idgham Mitslain. Jika bertemu Ba', hukumnya menjadi Ikhfa Syafawi.
Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi Mim Sakinah secara jelas dengan bibir terkatup rapat, tanpa dengung yang berlebihan, kemudian membuka bibir untuk melafalkan huruf berikutnya. Penekanannya adalah pada kejelasan bunyi "m" yang mati.
Contoh Mim Sakinah bertemu Ta' (ت):
أَمْتَرْتُمْ
Am tartum
Bunyi 'm' pada "am" dibaca jelas dengan bibir tertutup, kemudian dibuka untuk mengucapkan "tartum".
Contoh Mim Sakinah bertemu Kaf (ك):
لَكُمْ دِينُكُمْ
Lakum diinukum
Pada "lakum", bibir tertutup rapat saat mengucapkan 'm' sukun, lalu langsung mengucapkan "diinukum".
Contoh Mim Sakinah bertemu Waw (و):
عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
'Alaihim waladh-dhaalliin
Contoh lain dari Surat Al-Fatihah. Bunyi 'm' pada "alaihim" dibaca jelas, tanpa ditahan, sebelum masuk ke huruf 'waw'. Kesalahan umum adalah menahannya sehingga menjadi seperti dengung.
Ini adalah jenis Idzhar yang lebih spesifik dan sering disebut sebagai pengecualian. Dinamakan Muthlaq yang artinya "mutlak" atau "absolut" karena Nun Sakinah di sini wajib dibaca jelas secara mutlak, meskipun bertemu dengan huruf yang seharusnya masuk dalam hukum Idgham (yaitu Wawu dan Ya').
Kaidah: Idzhar Muthlaq terjadi apabila Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Wawu (و) atau Ya' (ي) dalam satu kata yang sama.
Jika Nun Sakinah bertemu Wawu atau Ya' dalam dua kata yang terpisah, maka hukumnya adalah Idgham Bighunnah. Namun, jika pertemuannya terjadi dalam satu kata, maka harus dibaca Idzhar untuk menjaga keutuhan dan makna kata tersebut. Jika di-idgham-kan, maknanya akan rusak atau hilang.
Di dalam Al-Qur'an, hanya ada empat kata yang mengandung hukum Idzhar Muthlaq:
الدُّنْيَا
Ad-Dunyaa
Nun Sakinah bertemu Ya' dalam satu kata. Dibaca "dun-ya", bukan "duyya".
بُنْيَانٌ
Bun-yaanun
Nun Sakinah bertemu Ya' dalam satu kata. Dibaca "bun-yan", bukan "buyyan".
صِنْوَانٌ
Shin-waanun
Nun Sakinah bertemu Wawu dalam satu kata. Dibaca "shin-wan", bukan "shiwwan".
قِنْوَانٌ
Qin-waanun
Nun Sakinah bertemu Wawu dalam satu kata. Dibaca "qin-wan", bukan "qiwwan".
Memahami teori adalah satu hal, tetapi mempraktikkannya adalah kunci utama. Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk melatih pelafalan Idzhar, khususnya Idzhar Halqi, agar sempurna.
Dalam praktik, sering kali terjadi beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh pembaca Al-Qur'an, terutama pemula. Mengenali kesalahan ini adalah langkah pertama untuk memperbaikinya.
Untuk mengukuhkan pemahaman tentang idzhar artinya apa, sangat bermanfaat untuk membandingkannya secara langsung dengan hukum-hukum Nun Sakinah dan Tanwin lainnya. Perbedaan utamanya terletak pada cara pelafalan dan ada atau tidaknya ghunnah.
| Hukum | Artinya | Cara Baca | Ghunnah (Dengung) | Huruf |
|---|---|---|---|---|
| Idzhar | Jelas / Terang | Bunyi 'n' dilafalkan dengan jelas, tegas, dan singkat. | Tidak ada | ء, هـ, ع, ح, غ, خ |
| Idgham | Melebur / Memasukkan | Bunyi 'n' dileburkan ke huruf berikutnya. Huruf berikutnya dibaca tasydid. | Ada (Bighunnah) atau Tidak Ada (Bilaghunnah) | ي, ن, م, و (Bighunnah) & ل, ر (Bilaghunnah) |
| Iqlab | Mengganti / Mengubah | Bunyi 'n' diubah menjadi bunyi 'm' tipis disertai dengung. | Ada | ب |
| Ikhfa | Samar / Tersembunyi | Bunyi 'n' dilafalkan samar-samar, antara Idzhar dan Idgham, siap masuk ke huruf berikutnya. | Ada | 15 huruf sisanya (ت, ث, ج, د, ذ, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك) |
Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa Idzhar adalah satu-satunya hukum yang menuntut kejelasan absolut tanpa dengung. Sementara hukum lainnya melibatkan proses peleburan, penggantian, atau penyamaran suara Nun, yang hampir semuanya disertai dengan ghunnah. Inilah yang membuat Idzhar menjadi hukum dasar yang paling mudah diidentifikasi dari segi suara: jelas, tegas, dan to the point.
Dari pembahasan yang panjang dan mendalam ini, kita dapat menarik sebuah kesimpulan utama. Idzhar artinya adalah kejelasan. Ini bukan sekadar aturan teoretis, melainkan sebuah instruksi praktis untuk melafalkan firman Allah SWT dengan cara yang paling murni dan otentik, persis seperti yang diajarkan melalui sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW.
Menguasai Idzhar Halqi, Idzhar Syafawi, dan Idzhar Muthlaq adalah fondasi yang kokoh dalam perjalanan mempelajari Ilmu Tajwid. Dengan melafalkan setiap huruf secara jelas sesuai haknya, kita tidak hanya memperindah bacaan Al-Qur'an kita, tetapi juga menjaga kemurnian makna dan lafaz Kalamullah. Hal ini merupakan wujud adab dan penghormatan tertinggi kita terhadap kitab suci. Oleh karena itu, teruslah berlatih, jangan ragu untuk bertanya kepada guru yang kompeten, dan semoga setiap huruf yang kita baca dengan benar menjadi pemberat timbangan kebaikan kita.