Surat Yasin: Jantung Al-Quran, Cahaya di Kegelapan

يس Kaligrafi Surat Yasin sebagai Hati Al-Quran

Surat Yasin adalah surat ke-36 dalam Al-Quran, terdiri dari 83 ayat, dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah. Surat ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa di hati umat Islam. Bukan tanpa alasan, surat ini sering disebut sebagai Qalbul Qur'an atau jantungnya Al-Quran. Sebagaimana jantung adalah organ vital yang memompa kehidupan ke seluruh tubuh, Surat Yasin mengandung intisari ajaran Al-Quran yang menjadi sumber kekuatan iman dan petunjuk bagi seorang mukmin.

Membaca, merenungkan, dan mengamalkan isi kandungan Surat Yasin membawa banyak keberkahan. Surat ini dibuka dengan huruf-huruf misterius (muqatta'at) "Yaa Siin," yang maknanya hanya diketahui oleh Allah SWT. Ia kemudian menegaskan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, membahas pilar-pilar utama akidah Islam seperti keesaan Allah (Tauhid), kenabian (Risalah), dan kehidupan setelah mati (Akhirat). Di dalamnya terkandung kisah-kisah umat terdahulu sebagai pelajaran, tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, serta gambaran dahsyatnya Hari Kiamat. Kekuatan narasi dan keindahan bahasanya mampu menggetarkan jiwa dan menguatkan keyakinan kepada Sang Pencipta.

Keutamaan dan Fadhilah Membaca Surat Yasin

Banyak riwayat yang menyebutkan berbagai keutamaan dari membaca Surat Yasin. Keutamaan ini menjadi motivasi bagi kaum muslimin untuk rutin membacanya dalam berbagai kesempatan, baik dalam kesendirian untuk merenung maupun secara berjamaah untuk mengharap berkah. Keistimewaan surat ini menjadikannya bacaan pilihan di saat-saat penting kehidupan.

Salah satu fadhilah yang paling dikenal adalah diampuninya dosa-dosa. Disebutkan bahwa barang siapa membaca Surat Yasin pada suatu malam dengan niat tulus mengharap ridha Allah, maka dosa-dosanya di hari itu akan diampuni. Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah yang terkandung di dalam surat ini, memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk senantiasa kembali ke jalan yang lurus dan membersihkan diri dari noda.

Surat Yasin juga sering dibacakan untuk orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Bacaannya diyakini dapat mempermudah proses keluarnya ruh dari jasad. Suasana yang khusyuk saat lantunan ayat-ayat Yasin dibacakan diharapkan dapat memberikan ketenangan bagi yang sedang berjuang di penghujung hayatnya, mengingatkannya pada kebesaran Allah dan kehidupan abadi yang menanti.

Selain itu, membaca Surat Yasin juga diyakini dapat menjadi wasilah atau perantara terkabulnya hajat dan dimudahkannya urusan. Banyak orang yang memiliki hajat tertentu, baik urusan duniawi maupun ukhrawi, mengamalkan pembacaan Surat Yasin dengan harapan Allah SWT akan memberikan jalan keluar dan kemudahan. Keyakinan ini lahir dari pemahaman bahwa surat ini mengandung kekuatan spiritual yang menghubungkan seorang hamba langsung dengan Tuhannya.

Pokok Kandungan Surat Yasin: Peta Jalan Menuju Keyakinan

Secara garis besar, Surat Yasin merangkum tiga pilar fundamental dalam akidah Islam. Memahaminya seperti memegang sebuah peta yang menuntun perjalanan spiritual seorang hamba. Ketiga pilar tersebut adalah:

  1. Penegasan Risalah Nabi Muhammad SAW: Ayat-ayat awal surat ini merupakan sumpah Allah SWT demi Al-Quran yang penuh hikmah, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar seorang rasul yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaum yang lalai. Ini adalah pondasi awal untuk menerima seluruh ajaran yang dibawanya.
  2. Kisah Umat Terdahulu sebagai Ibrah: Surat ini menyajikan kisah penduduk suatu kota yang mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka. Kisah ini menjadi cerminan bagi kaum kafir Quraisy pada masa itu dan menjadi pelajaran abadi bagi seluruh umat manusia tentang akibat dari kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran.
  3. Tanda-Tanda Kekuasaan Allah (Ayat Kauniyah): Yasin mengajak kita untuk membuka mata dan pikiran terhadap fenomena alam semesta. Mulai dari bumi yang mati lalu dihidupkan, pergantian siang dan malam, peredaran matahari dan bulan pada orbitnya, hingga kapal yang berlayar di lautan. Semua itu adalah bukti nyata akan adanya Sang Maha Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
  4. Gambaran Hari Kebangkitan dan Pembalasan: Bagian akhir surat ini menggambarkan dengan sangat jelas dan menggetarkan tentang dahsyatnya Hari Kiamat. Tiupan sangkakala, kebangkitan manusia dari kubur, pengadilan di hadapan Allah, di mana mulut terkunci dan anggota tubuh menjadi saksi atas segala perbuatan. Puncaknya, surat ini ditutup dengan penegasan kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali tulang belulang yang telah hancur, melalui firman-Nya "Kun Fayakun" (Jadilah, maka terjadilah).

Tadabbur Ayat per Ayat: Menyelami Samudra Makna

Untuk benar-benar merasakan kekuatan Surat Yasin, kita perlu merenungkan maknanya lebih dalam. Mari kita coba menyelami beberapa bagian penting dari surat ini.

Bagian 1: Sumpah Allah dan Kerasulan Nabi (Ayat 1-12)

Surat ini dibuka dengan sumpah Allah, "Demi Al-Quran yang penuh hikmah." Sumpah ini menunjukkan betapa agung dan mulianya kedudukan Al-Quran. Setelah bersumpah, Allah langsung menegaskan, "sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus." Penegasan ini merupakan jawaban telak atas keraguan dan tuduhan kaum kafir yang menolak kenabian Muhammad SAW. Ayat-ayat ini memberikan peneguhan hati kepada Rasulullah dan para pengikutnya bahwa mereka berada di jalan kebenaran. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa tugas utama seorang rasul adalah memberi peringatan. Peringatan ini hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti ajaran dan takut kepada Allah Yang Maha Pengasih. Adapun mereka yang hatinya telah tertutup, peringatan apapun tidak akan berguna bagi mereka. Bagian ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah-lah yang menghidupkan orang mati dan mencatat semua amal perbuatan manusia, sekecil apapun, dalam sebuah "Kitab Induk yang nyata" (Lauh Mahfuzh).

Bagian 2: Kisah Penduduk Kota (Ashabul Qaryah) (Ayat 13-32)

Ini adalah sebuah perumpamaan yang sangat kuat. Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menceritakan kisah penduduk sebuah negeri ketika para utusan datang kepada mereka. Awalnya diutus dua orang, namun mereka didustakan. Lalu Allah menguatkan dengan utusan ketiga. Namun, penduduk negeri itu tetap menolak dengan sombong, menuduh para utusan sebagai manusia biasa yang membawa sial. Di tengah penolakan massal itu, muncullah seorang laki-laki dari ujung kota yang berlari-lari. Ia datang untuk menasihati kaumnya, "Wahai kaumku, ikutilah para utusan itu! Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Lelaki ini, yang dalam riwayat tafsir disebut Habib An-Najjar, berargumen dengan logika yang jernih tentang mengapa ia harus menyembah Allah yang telah menciptakannya dan kepada-Nya semua akan kembali. Namun, kaumnya justru membunuhnya. Setelah kematiannya, Allah langsung memasukkannya ke dalam surga. Dari dalam surga, ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberikan ampunan kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Perkataannya ini menunjukkan betapa besar kasih sayangnya, bahkan kepada kaum yang telah membunuhnya. Kisah ini berakhir dengan azab yang menimpa penduduk negeri itu, sebuah "satu teriakan saja" yang membinasakan mereka semua. Pelajaran dari kisah ini sangat mendalam: tentang keteguhan iman, keberanian membela kebenaran, akibat dari kesombongan, dan rahmat Allah yang luas bagi hamba-Nya yang beriman.

Bagian 3: Tanda Kekuasaan Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)

Setelah memberikan pelajaran melalui sejarah, Allah mengajak manusia untuk menggunakan akalnya dengan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya di alam. Pertama, "bumi yang mati," kering dan tandus, lalu Allah turunkan hujan dan menumbuhkan berbagai tanaman. Ini adalah analogi yang sangat jelas tentang hari kebangkitan. Sebagaimana Allah mampu menghidupkan bumi yang mati, Dia pun Maha Mampu menghidupkan manusia yang telah mati.

Kedua, penciptaan segala sesuatu berpasang-pasangan, baik dari tumbuhan, dari diri manusia (laki-laki dan perempuan), maupun dari makhluk-makhluk lain yang tidak kita ketahui. Ini adalah tanda keteraturan dan keseimbangan dalam ciptaan-Nya. Ketiga, fenomena malam dan siang. Allah "melucuti" siang dari malam, sehingga terjadilah kegelapan. Sebuah proses yang terjadi setiap hari namun seringkali kita lupakan keajaibannya. Keempat, peredaran matahari dan bulan. Keduanya beredar pada garis edar (orbit) yang telah ditetapkan dengan presisi yang luar biasa, tidak saling mendahului atau bertabrakan. Ini menunjukkan adanya Sang Pengatur Yang Maha Agung. Kelima, kapal yang dapat mengangkut manusia dan barang di lautan luas, sebuah bukti rahmat Allah yang memberikan ilmu kepada manusia untuk menciptakan teknologi. Semua tanda ini, jika direnungkan, akan membawa kita pada satu kesimpulan: adanya Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Pengasih.

Bagian 4: Hari Kiamat dan Pembalasan (Ayat 45-83)

Bagian terakhir surat ini adalah puncak dari semua peringatan. Ia menggambarkan keadaan orang-orang kafir yang ketika diperingatkan tentang azab dunia dan akhirat, mereka justru berpaling. Mereka mengejek kapan janji hari kiamat itu akan tiba. Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba, dengan "satu teriakan" (tiupan sangkakala pertama) yang membinasakan mereka saat mereka sedang sibuk dalam perselisihan. Kemudian, ditiuplah sangkakala kedua, dan seketika mereka semua bangkit dari kubur menuju Tuhan mereka. Mereka berkata, "Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur (kubur) kami?"

Pada hari itu, tidak ada satu jiwa pun yang dirugikan. Pengadilan Allah Maha Adil. Puncaknya adalah ketika mulut-mulut mereka dikunci. "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." Ini adalah gambaran pengadilan yang sangat dahsyat, di mana tidak ada lagi ruang untuk berbohong. Surat ini kemudian ditutup dengan bantahan telak terhadap orang yang meragukan hari kebangkitan. Ketika ada yang bertanya, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" Allah memerintahkan Nabi untuk menjawab, "Ia akan dihidupkan oleh (Allah) yang menciptakannya pertama kali." Ayat pamungkas surat ini, ayat 82-83, menegaskan kekuasaan mutlak Allah: "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka jadilah ia. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."

Bacaan Lengkap Surat Yasin: Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah bacaan lengkap Surat Yasin agar dapat kita baca dan renungkan bersama.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

يٰسۤ ۚ

yā sīn.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

1. Yaa Siin.

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ

wal-qur'ānil-ḥakīm.

2. Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ

innaka laminal-mursalīn.

3. sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ

'alā ṣirāṭim mustaqīm.

4. (yang berada) di atas jalan yang lurus,

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ

tanzīlal-'azīzir-raḥīm.

5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ

litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fa hum gāfilūn.

6. agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fa hum lā yu'minūn.

7. Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ

innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fa hum muqmaḥūn.

8. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fa hum lā yubṣirūn.

9. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

wa sawā'un 'alaihim a'anżartahum am lam tunżir-hum lā yu'minūn.

10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ

innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyir-hu bimagfiratiw wa ajrin karīm.

11. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ

innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.

12. Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ

waḍrib lahum maṡalan aṣ-ḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.

13. Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ

iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalụn.

14. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ

qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibụn.

15. Mereka menjawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ

qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalụn.

16. Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepadamu.

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.

17. Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ

qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.

18. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ

qālụ ṭā'irukum ma'akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifụn.

19. Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ

wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.

20. Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

ittabi'ụ mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadụn.

21. Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ụn.

22. Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.

ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ

a attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.

23. Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, niscaya pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.

اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

innī iżal lafī ḍalālim mubīn.

24. Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.

اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ

innī āman-tu birabbikum fasma'ụn.

25. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَۗ قَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ

qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụn.

26. Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ

bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.

27. apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”

وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ

wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.

28. Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ

in kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidụn.

29. (Azab mereka) itu hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.

يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ

yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasụlin illā kānụ bihī yastahzi'ụn.

30. Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ

a lam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ụn.

31. Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (setelah binasa) mereka tidak kembali kepada mereka.

وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarụn.

32. Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ оживиناها وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ

wa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya'kulụn.

33. Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ

wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyụn.

34. Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,

لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, a fa lā yasykurụn.

35. agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ

sub-ḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamụn.

36. Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ

wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa iżā hum muẓlimụn.

37. Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ

wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.

38. dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ

wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.

39. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn.

40. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ

wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥụn.

41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,

وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ

wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụn.

42. dan Kami ciptakan untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.

وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ

wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażụn.

43. Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka; maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,

اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ

illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.

44. melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum tur-ḥamụn.

45. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ

wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn.

46. Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū a nuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.

47. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.

48. Dan mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji ini (hari kebangkitan) jika kamu orang yang benar?”

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ

mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimụn.

49. Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.

فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ

fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn.

50. Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ

wa nufikha fiṣ-ṣụri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn.

51. Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ەۗ هٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụn.

52. Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

in kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụn.

53. Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.

فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụn.

54. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ

inna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụn.

55. Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).

هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ

hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ụn.

56. Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.

لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ

lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụn.

57. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.

58. (Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ

wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụn.

59. Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!

اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

a lam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.

60. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.

61. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًاۗ اَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ

wa laqad aḍalla mingkum jibillan kaṡīrā, a fa lam takụnụ ta'qilụn.

62. Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?

هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adụn.

63. Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.

اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụn.

64. Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụn.

65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ

wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirụn.

66. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ

wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn.

67. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, a fa lā ya'qilụn.

68. Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?

وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌۙ

wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.

69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang jelas,

لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ

liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.

70. agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ

a wa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụn.

71. Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?

وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ

wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya'kulụn.

72. Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan.

وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, a fa lā yasykurụn.

73. Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ

wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụn.

74. Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.

لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ

lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarụn.

75. Mereka (sesembahan itu) tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ

fa lā yaḥzungka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn.

76. Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ

a wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn.

77. Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ

wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.

78. Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”

قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌۙ

qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.

79. Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,

ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًا فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ

allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum min-hu tụqidụn.

80. yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْۗ بَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ

a wa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.

81. Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.

82. Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah ia.

فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

fa sub-ḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn.

83. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.

Doa Setelah Membaca Surat Yasin

Setelah selesai membaca Surat Yasin, dianjurkan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Berikut adalah salah satu doa yang lazim dibaca:

اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ اَدْيَانَنَا وَاَنْفُسَنَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وَاَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْءٍ اَعْطَيْتَنَا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ فِى كَنَفِكَ وَاَمَانِكَ وَجِوَارِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِى عَيْنٍ وَذِى بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ ذِى شَرٍّ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّٰهُمَّ جَمِّلْنَا بِالْعَافِيَةِ وَالسَّلَامَةِ وَحَقِّقْنَا بِالتَّقْوٰى وَالْاِسْتِقَامَةِ وَاَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِاَوْلَادِنَا وَمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا فِى الدِّيْنِ وَلِاَصْحَابِنَا وَاَحْبَابِنَا وَلِمَنْ اَحَبَّنَا فِيْكَ وَلِمَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pemeliharaan-Mu dan kami menyerahkan kepada-Mu agama kami, diri kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta-harta kami dan segala sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, jadikanlah kami dan mereka semua dalam pemeliharaan-Mu, keamanan-Mu, lindungan-Mu dan penjagaan-Mu dari setiap gangguan setan yang durhaka, orang yang kejam yang keras kepala, orang yang mempunyai mata jahat, orang yang zalim serta dari kejahatan setiap orang yang mempunyai kejahatan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, perindahkanlah kami dengan kesehatan dan keselamatan, dan wujudkanlah kami dengan takwa dan istiqamah. Lindungilah kami dari hal-hal yang mendatangkan penyesalan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami seagama, sahabat-sahabat kami, kekasih-kekasih kami, orang-orang yang mencintai kami karena Engkau, orang-orang yang berbuat baik kepada kami, kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, wahai Tuhan seru sekalian alam. Dan limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada hamba-Mu dan rasul-Mu, junjungan kami dan tuan kami Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga dan sahabatnya."

Kesimpulan: Cahaya Petunjuk yang Abadi

Surat Yasin adalah sebuah surat yang agung, ringkas namun padat makna. Ia adalah jantung Al-Quran yang memompa kesadaran akan pilar-pilar keimanan ke dalam jiwa seorang muslim. Dari awal hingga akhir, surat ini membawa kita dalam sebuah perjalanan spiritual yang luar biasa: dari penegasan kebenaran risalah, merenungi kisah umat terdahulu, mengagumi tanda-tanda kebesaran Allah di alam, hingga merasakan getaran dahsyatnya hari kebangkitan. Membaca Surat Yasin bukan sekadar melantunkan ayat, tetapi sebuah proses untuk menghidupkan kembali hati, menguatkan iman, dan memperbaharui komitmen kita sebagai hamba Allah. Semoga kita semua dijadikan sebagai orang-orang yang senantiasa membaca, memahami, merenungkan, dan mengamalkan isi kandungan Surat Yasin dalam kehidupan sehari-hari.

🏠 Kembali ke Homepage