Ayam kampung petelur telah lama menjadi bagian integral dari sistem pangan dan ekonomi pedesaan di Indonesia. Berbeda dengan ayam ras (Leghorn atau strain komersial lainnya) yang fokus pada produksi telur massal, ayam kampung menawarkan keunggulan unik, terutama dari segi kualitas telur, kandungan gizi, dan ketahanan terhadap penyakit endemik. Namun, seiring berjalannya waktu, peternak membutuhkan varietas ayam kampung yang tidak hanya tangguh, tetapi juga memiliki performa produksi yang kompetitif. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai jenis ayam kampung petelur unggulan yang telah dikembangkan dan diakui, serta strategi manajemen yang diperlukan untuk memaksimalkan potensi genetik mereka.
Simbol Produksi Telur Unggul
Keputusan untuk berfokus pada ayam kampung petelur didorong oleh permintaan pasar yang terus meningkat terhadap produk alami dan sehat. Konsumen seringkali mengasosiasikan telur ayam kampung dengan kualitas premium, cangkang yang lebih kuat, kuning telur yang lebih pekat, dan rasa yang lebih gurih dibandingkan telur ayam ras. Selain faktor kualitas, aspek keberlanjutan dan ketahanan juga menjadi pertimbangan utama.
Beberapa dekade terakhir, lembaga penelitian dan universitas di Indonesia aktif melakukan pemuliaan (breeding) untuk meningkatkan performa genetik ayam kampung murni. Tujuan utama pemuliaan ini adalah menghasilkan ayam kampung yang tetap mempertahankan ketahanan lokal, namun dengan tingkat produksi telur yang mendekati ayam ras. Hasilnya, muncul beberapa strain unggulan yang kini menjadi pilihan utama peternak.
Ayam KUB adalah primadona di kalangan peternak modern ayam kampung petelur. Dikembangkan oleh Balai Penelitian Ternak (Balitbangtan), KUB merupakan hasil seleksi genetik yang ketat dari populasi ayam kampung lokal. Fokus pemuliaan KUB adalah pada sifat produksi telur yang tinggi dan, yang paling penting, penurunan sifat mengeram (sifat broodiness) yang menjadi kendala utama pada ayam kampung biasa (AKB).
Sifat mengeram pada AKB dapat menghentikan siklus produksi telur hingga 2-3 minggu. KUB berhasil mereduksi sifat ini hingga di bawah 10%, yang berarti ayam dapat berproduksi secara kontinyu dalam periode yang lebih lama. KUB secara resmi dilepas pada tahun 2010 dan terus dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pakan dan puncak produksi.
Spesifikasi Produktivitas Telur KUB:
Meskipun KUB adalah ayam kampung, performanya sangat tergantung pada manajemen yang intensif. KUB membutuhkan pakan layer yang seimbang dengan kandungan protein 16%-18% dan energi metabolis yang cukup. Kandang yang disarankan umumnya adalah sistem baterai atau semi-intensif untuk memudahkan pengawasan produksi dan kebersihan. Program vaksinasi yang ketat terhadap ND dan Gumboro adalah wajib untuk menjaga populasi KUB tetap produktif.
Peningkatan genetik tidak berhenti pada KUB-1. Balitbangtan terus mengembangkan galur baru, seperti KUB-2 dan KUB-3, yang berfokus pada peningkatan laju pertumbuhan (untuk menghasilkan daging afkir yang lebih baik) tanpa mengorbankan produksi telur. KUB-2, atau sering disebut Joper-2 (Jawa Super), memiliki keunggulan pada keseragaman ukuran telur dan daya tahan tubuh yang semakin kuat, menjadikannya pilihan dwi-guna yang sangat diminati pasar.
Ayam Sentul merupakan galur lokal dari Ciamis, Jawa Barat. Ayam ini dikenal karena bentuk tubuhnya yang kokoh dan warnanya yang didominasi abu-abu kehitaman. Sentul awalnya dikenal sebagai ayam pedaging, namun seleksi genetik menunjukkan potensi yang baik sebagai petelur yang adaptif terhadap lingkungan dataran tinggi.
Ayam Sentul memiliki sifat keibuan yang sangat baik, namun ini juga berarti sifat mengeramnya masih cukup tinggi, meskipun tidak sekuat AKB murni. Produksi telur per tahun berkisar antara 100-120 butir per ekor jika dibesarkan dengan manajemen semi-intensif. Keunggulan utama Sentul adalah daya adaptasinya yang luar biasa, sehingga cocok untuk peternak yang berada di daerah dengan fluktuasi suhu yang ekstrem.
Ayam Arab (sering disebut juga Ayam Lebanon atau Ayam Cacing) bukanlah ayam asli Indonesia, melainkan hasil persilangan antara ayam lokal Indonesia dengan ayam dari Timur Tengah atau Mediterania (kemungkinan strain Leghorn yang diadaptasi). Ayam ini sangat populer sebagai ayam kampung petelur karena kemampuannya berproduksi tinggi dan cepat mencapai dewasa kelamin.
Ayam Arab memiliki ciri khas jengger merah menyala dan ekor yang pendek. Terdapat dua jenis utama: Silver (putih keperakan) dan Gold (kuning emas). Meskipun secara genetik lebih dekat ke ayam ras, ayam Arab telah diakui sebagai ayam kampung karena adaptasinya di lingkungan tropis Indonesia.
Selain galur hasil pemuliaan murni, beberapa ayam lokal Indonesia memiliki potensi genetik dwi-guna (dual purpose) yang jika diseleksi dan dimanajemen dengan baik, dapat memberikan hasil telur yang memuaskan sekaligus menyediakan sumber daging afkir premium.
Berasal dari daerah Bangka Belitung, Ayam Merawang terkenal dengan warna bulu cokelat kemerahan yang khas. Ayam ini memiliki postur tubuh yang cukup besar, membuatnya unggul dalam produksi daging. Namun, program seleksi menunjukkan Merawang juga memiliki potensi sebagai petelur yang baik, khususnya dalam hal kualitas telur yang tinggi.
Produksi telur Merawang berada di kisaran 120-150 butir per tahun, menjadikannya pilihan yang ideal bagi peternak yang ingin menyeimbangkan antara telur dan daging. Merawang dikenal memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi kelembaban tinggi di daerah pesisir.
Ayam Nunukan, dari Kalimantan Timur, memiliki ciri khas warna merah bata dengan kaki kuning. Meskipun kurang dikenal dibandingkan KUB, Nunukan adalah salah satu plasma nutfah terbaik Indonesia. Ayam ini memiliki kecepatan tumbuh yang cepat dan secara genetik unggul dalam kemampuan adaptasi terhadap lingkungan hutan tropis basah.
Jika difokuskan pada produksi telur melalui manajemen pakan yang intensif, Ayam Nunukan dapat menghasilkan 100-130 butir telur per tahun. Telurnya dikenal memiliki cangkang yang sangat tebal dan keras, mengurangi risiko pecah selama transportasi.
Pelung lebih dikenal sebagai ayam kontes atau ayam hias karena suaranya yang melengking panjang. Namun, ayam ini memiliki postur tubuh yang besar dan kemampuan reproduksi yang cukup baik. Dalam konteks peternakan telur, Pelung kurang efisien dibandingkan KUB, tetapi telur dari Ayam Pelung seringkali dijual dengan harga premium karena ukurannya yang besar dan dianggap memiliki khasiat tertentu oleh sebagian masyarakat.
Ayam Kampung: Kekuatan Lokal
Performa produksi telur ayam kampung, terutama strain unggulan seperti KUB dan Ayam Arab, sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Kesalahan manajemen pakan adalah penyebab utama rendahnya HDP (Hen Day Production) pada peternakan skala kecil. Ayam kampung petelur membutuhkan formulasi pakan yang berbeda dari ayam kampung pedaging atau ayam ras petelur.
Program pakan harus dibagi menjadi beberapa fase kritis untuk memastikan perkembangan organ reproduksi yang optimal:
Fase ini sangat krusial untuk membentuk kerangka tubuh dan sistem kekebalan. Kebutuhan protein tinggi mutlak diperlukan. Protein yang cukup akan memastikan ayam mencapai berat badan standar pada usia 6 minggu, yang akan berdampak langsung pada umur kematangan seksual.
Pada fase ini, tujuan utama adalah mengontrol pertumbuhan agar tidak terjadi kegemukan (terlalu banyak lemak di rongga perut), yang dapat menghambat produksi telur. Protein diturunkan, dan fokus beralih pada pengembangan sistem tulang dan organ reproduksi.
Ini adalah periode transisi, saat ayam mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan seksual (jengger memerah). Diperlukan peningkatan asupan kalsium secara mendadak untuk mempersiapkan pembentukan cangkang telur. Jika kalsium kurang pada fase ini, ayam akan mengalami masalah cangkang tipis atau bahkan kelumpuhan karena penarikan kalsium dari tulang.
Pada fase produksi, pakan harus stabil dan kaya nutrisi. Keseimbangan antara protein, energi, dan mineral (terutama kalsium dan fosfor) harus dijaga ketat untuk mempertahankan puncak produksi dan kualitas telur.
Meskipun pakan komersial menjamin keseimbangan nutrisi, peternak ayam kampung sering mencoba meracik pakan mandiri untuk menekan biaya operasional. Pemanfaatan bahan lokal sangat dianjurkan, asalkan kandungan nutrisinya teruji:
Penggunaan maggot BSF sebagai suplemen protein dapat meningkatkan kualitas kuning telur dan menekan biaya pakan hingga 30%, menjadikannya solusi keberlanjutan bagi peternak ayam kampung.
Kandang yang ideal untuk ayam kampung petelur harus mampu mendukung higienitas, kenyamanan termal, dan kemudahan pengumpulan telur. Sistem kandang dibagi menjadi dua kategori utama:
Sistem ini cocok untuk peternak yang ingin menjaga sifat kealamian ayam kampung (bebas bergerak) dan sering diterapkan pada ayam KUB di fase grower. Lantai ditutupi dengan sekam padi atau serutan kayu (litter).
Sistem ini lebih modern dan sering digunakan untuk ayam kampung unggulan seperti KUB dan Ayam Arab pada fase layer. Ayam ditempatkan dalam sangkar individu atau kelompok kecil.
Kepadatan kandang adalah faktor vital. KUB atau ayam kampung petelur unggulan lainnya memerlukan ruang sekitar 4-5 ekor per meter persegi dalam sistem postal, atau satu ekor per baterai standar. Ventilasi yang buruk akan meningkatkan kadar amonia dari kotoran, menyebabkan stres, masalah pernapasan, dan penurunan produksi telur secara drastis.
Suhu optimal untuk ayam kampung petelur berkisar antara 24°C hingga 28°C. Pada suhu di atas 30°C, ayam akan mengalami heat stress, yang menyebabkan penurunan konsumsi pakan, produksi telur berkurang, dan kualitas cangkang memburuk.
Meskipun ayam kampung dikenal lebih tahan, program kesehatan tetap harus dijalankan secara ketat. Kerugian akibat penyakit pada ayam kampung petelur dapat mencapai 40% jika terjadi wabah.
Program vaksinasi harus disesuaikan dengan tingkat ancaman di wilayah peternakan. Program standar untuk ayam kampung petelur intensif meliputi:
| Umur Ayam | Jenis Vaksin | Metode Pemberian |
|---|---|---|
| 4 - 7 Hari | ND (Lokal Strain) | Tetes mata/hidung |
| 14 Hari | Gumboro (IBD) | Air minum |
| 4 Minggu | ND (Aktif) | Air minum atau tetes mata |
| 8 Minggu | ND (Inaktif / Killed) | Suntik (Booster) |
| 16 Minggu | ND/AI (Avian Influenza) | Suntik (Persiapan Layer) |
Vaksinasi ND perlu diulang setiap 2-3 bulan sekali selama masa produksi untuk menjaga titer antibodi tetap tinggi.
Manajemen Nutrisi Tepat
Memilih jenis ayam kampung petelur harus didasarkan pada tujuan pasar, modal investasi, dan tingkat pengalaman peternak. Tidak ada satu jenis yang sempurna untuk semua kondisi. Berikut adalah perbandingan ringkas performa kunci jenis-jenis yang dibahas:
| Jenis Ayam | Rata-rata Produksi (Butir/Tahun) | Ketahanan Penyakit | Sifat Mengeram | Umur Bertelur (Minggu) |
|---|---|---|---|---|
| KUB | 180 - 200 | Sangat Baik | Sangat Rendah (<10%) | 20 - 22 |
| Ayam Arab | 180 - 220 | Sedang | Rendah | 16 - 18 |
| Sentul | 100 - 120 | Sangat Baik | Sedang | 24 - 26 |
| Merawang | 120 - 150 | Baik | Sedang | 24 - 26 |
| AKB (Kampung Biasa) | 50 - 70 | Sangat Baik | Tinggi (Sering) | 28 - 32 |
Karena Ayam KUB mewakili lompatan terbesar dalam industri ayam kampung petelur Indonesia, penting untuk membahas detail genetik dan manajemennya secara spesifik. Pemahaman mendalam tentang KUB adalah kunci sukses bagi peternak modern.
Sifat mengeram (broodiness) diatur oleh hormon Prolaktin. Ayam kampung biasa (AKB) memiliki genetik yang sangat sensitif terhadap Prolaktin, menyebabkan mereka menghentikan produksi telur untuk mengerami. Balitbangtan menggunakan teknik seleksi fenotipik (memilih induk yang sangat jarang mengeram) dan seleksi genetik berbasis gen pengkode Prolaktin. Setelah beberapa generasi seleksi, sifat mengeram KUB berhasil ditekan hingga di bawah 10%. Ini setara dengan peningkatan jumlah telur tahunan yang dramatis, karena ayam kampung dapat berproduksi tanpa jeda istirahat yang lama.
Meskipun FCR KUB (massa pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu massa telur) masih lebih tinggi dibandingkan ayam ras Leghorn, KUB menunjukkan FCR yang jauh lebih baik dibandingkan AKB. FCR yang baik berarti biaya pakan per butir telur menjadi lebih rendah, yang merupakan faktor penentu profitabilitas. Rata-rata FCR KUB pada fase layer yang intensif berkisar antara 2.8 hingga 3.5. Ini berarti, untuk menghasilkan 1 kg telur, dibutuhkan 2.8 hingga 3.5 kg pakan.
Telur KUB dijual sebagai "Telur Ayam Kampung Asli" di pasar modern dan tradisional. Karena memiliki ukuran yang seragam dan produksi yang stabil, KUB mampu memenuhi permintaan pasar yang besar. Harga jual telur KUB biasanya 50% hingga 100% lebih tinggi dari harga telur ayam ras komersial.
Selain telur, karkas ayam afkir KUB setelah masa produksi (sekitar 70-80 minggu) masih memiliki nilai jual sebagai ayam kampung siap potong dengan bobot yang relatif besar, menambah sumber pendapatan peternak.
Ayam kampung petelur, terutama galur unggulan, memiliki kurva produksi yang jelas. Memahami kapan ayam mencapai puncak dan kapan harus diganti (depopulasi) adalah vital untuk menjaga efisiensi peternakan.
Produksi dimulai secara perlahan pada usia 20-22 minggu, meningkat tajam, dan mencapai puncak (peak production) pada usia sekitar 28 hingga 35 minggu. Puncak ini biasanya bertahan selama 4-8 minggu, di mana HDP KUB mencapai 65%-70%. Setelah puncak, produksi akan menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia ayam.
Masa produktif ayam kampung petelur strain unggulan adalah sekitar 1.5 tahun (78 minggu). Setelah periode ini, meskipun ayam masih bertelur, penurunan HDP dan kualitas telur (termasuk cangkang yang tipis) seringkali membuat ayam tidak lagi efisien secara ekonomi. Peternak harus menghitung titik impas: kapan biaya pakan per butir telur melebihi harga jualnya.
Depopulasi biasanya dilakukan ketika HDP jatuh di bawah 40% atau ketika FCR mulai melonjak drastis. Ayam yang diafkir ini kemudian dijual sebagai ayam potong. Manajemen yang baik akan memastikan ayam afkir memiliki bobot karkas yang memadai, sehingga kerugian dari penuaan produksi dapat ditutup oleh nilai jual daging.
Beternak ayam kampung petelur di Indonesia menghadapi beberapa tantangan unik, mulai dari ketersediaan bibit hingga fluktuasi harga pakan. Namun, berbagai inovasi telah muncul untuk mengatasi hambatan ini.
Ketersediaan Day Old Chick (DOC) KUB berkualitas dan bersertifikasi masih menjadi isu di banyak daerah. Banyak peternak mendapatkan bibit dari pihak yang tidak terpercaya, menghasilkan performa produksi yang jauh di bawah standar genetik KUB yang sesungguhnya.
Solusi: Peternak dianjurkan hanya membeli DOC dari Balitbangtan atau penangkaran resmi yang ditunjuk. Selain itu, beberapa kelompok peternak kini mulai membentuk Breeding Stock mandiri, meskipun ini memerlukan pengetahuan genetik yang mendalam.
Meskipun ayam kampung bisa makan pakan non-konvensional, untuk mencapai HDP tinggi, pakan komersial yang diformulasikan tetap dibutuhkan, dan harganya seringkali mahal.
Solusi Inovatif:
Telur ayam kampung sangat diminati, tetapi fluktuasi kualitas (ukuran dan warna kuning telur) bisa terjadi jika manajemen pakan tidak konsisten. Pemasaran sering terkendala oleh stigma bahwa "ayam kampung" hanya cocok untuk pasar tradisional.
Solusi Pemasaran Modern: Peternak harus melakukan standarisasi produk (grading berdasarkan berat telur) dan memberikan label jelas, misalnya "Telur KUB Organik" atau "Telur Ayam Kampung Pilihan", untuk menembus pasar ritel dan supermarket, menjamin harga jual premium yang stabil.
Aspek nutrisi pada ayam kampung petelur tidak hanya berputar pada protein dan energi, tetapi juga pada keseimbangan mikro-nutrien. Kekurangan mineral dan vitamin, meskipun sedikit, dapat merusak integritas telur dan kesehatan reproduksi.
Peternak harus memastikan bahwa suplemen vitamin dan mineral (premix) ditambahkan ke dalam pakan mandiri atau menggunakan pakan komersial yang terjamin kandungan premix-nya, terutama pada strain unggulan yang memiliki kebutuhan nutrisi lebih tinggi.
Industri ayam kampung petelur menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Dengan semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya pangan sehat dan alami, permintaan terhadap telur ayam kampung terus meningkat, terutama di perkotaan.
Upaya pemuliaan di masa depan akan difokuskan pada tiga area utama:
Jenis ayam kampung petelur, khususnya KUB, telah membuktikan bahwa potensi genetik lokal dapat dioptimalkan melalui ilmu pengetahuan dan manajemen yang tepat. Bagi peternak yang ingin memasuki atau mengembangkan usahanya, memilih jenis ayam yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan pasar, serta menerapkan manajemen pakan dan kesehatan yang intensif, adalah kunci menuju keberhasilan berkelanjutan.
Investasi pada jenis ayam kampung petelur unggulan bukan hanya investasi pada ternak, tetapi juga investasi pada kualitas pangan nasional.
***
Ayam kampung biasa (AKB) memiliki naluri keibuan yang sangat kuat, sebuah sifat alami yang memastikan kelangsungan hidup spesies di alam liar. Namun, dalam konteks komersial, sifat ini adalah penghambat. Periode pengeraman dan membesarkan anak menyebabkan AKB berhenti bertelur selama 10 hingga 21 hari, ditambah periode pemulihan sebelum siklus ovarium dimulai lagi. Jika ayam mengeram tiga hingga empat kali setahun, total kerugian produksi bisa mencapai lebih dari 60 butir per ekor per tahun. KUB dirancang untuk memutus siklus ini. Peternak KUB hanya perlu memastikan lingkungan kandang tidak memicu sifat mengeram yang tersisa, seperti menghindari penumpukan telur di sarang atau menjaga kandang tetap terang.
Banyak ayam kampung petelur unggulan di pasar sebenarnya merupakan hasil persilangan dua atau lebih galur murni, yang menghasilkan fenomena yang disebut heterosis atau hybrid vigor. Ini berarti keturunan (F1) memiliki performa yang lebih baik (lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, atau produksi lebih tinggi) daripada kedua induknya. Misalnya, ayam Joper (Jawa Super) adalah hasil silangan antara pejantan layer (sering kali Pelung atau KUB) dengan betina ras petelur (Leghorn). Penting untuk diingat bahwa hasil persilangan (F1) ini tidak boleh dijadikan bibit indukan lagi, karena generasi berikutnya (F2) akan mengalami penurunan performa (kembali ke rata-rata induk).
Salah satu keunggulan Sentul yang membuat peternak tradisional menyukainya adalah kemampuannya mempertahankan produksi yang layak meskipun pakan yang diberikan memiliki kualitas rendah (protein di bawah 14%). Ayam Sentul menunjukkan efisiensi pencernaan yang lebih baik untuk serat kasar dan bahan pakan yang non-konvensional. Meskipun demikian, untuk mencapai 120 butir per tahun, asupan mineral dan vitamin tetap harus diperhatikan.
Nilai jual telur ayam kampung premium sangat ditentukan oleh warna kuning telur. Konsumen cenderung mencari kuning telur yang berwarna oranye pekat, yang mereka yakini merupakan indikasi nutrisi unggul dan diet alami.
Warna kuning telur ditentukan oleh pigmen karotenoid, terutama Xanthophylls, yang diserap dari pakan. Ayam ras komersial sering membutuhkan aditif pakan sintetis untuk mencapai warna oranye, namun ayam kampung dapat mencapainya secara alami:
Jika peternak KUB ingin memastikan warna kuning telur selalu seragam dan pekat, penambahan 5% daun singkong kering ke dalam ransum harian dapat menjadi strategi yang efektif dan ekonomis.
Keberhasilan beternak ayam kampung petelur sangat bergantung pada analisis ekonomi yang cermat. Meskipun harga jual telur ayam kampung lebih tinggi, biaya produksi per butir telur juga cenderung lebih tinggi daripada ayam ras.
Peternak harus menghitung BEP produksi harian. Contoh perhitungan sederhana (asumsi KUB):
Jika harga jual telur ayam kampung di tingkat peternak adalah Rp 2.000 per butir, peternak memiliki margin kotor sebesar Rp 815 per butir, sebelum memperhitungkan biaya DOC, penyusutan kandang, tenaga kerja, dan obat-obatan. Angka ini menunjukkan bahwa produksi KUB dengan HDP di atas 60% sangat menguntungkan.
Stabilitas harga jual yang tinggi adalah penyangga utama profitabilitas ayam kampung petelur, memungkinkan peternak mengatasi biaya pakan yang terkadang tidak terduga.
Pada peternakan ayam kampung petelur yang dikelola secara intensif (KUB, Ayam Arab), manajemen pencahayaan adalah teknik non-nutrisi yang paling efektif untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi.
Ayam betina membutuhkan total 14-16 jam cahaya (termasuk sinar matahari) per hari untuk merangsang kelenjar pituitari agar melepaskan hormon yang memicu ovulasi. Cahaya buatan digunakan untuk memperpanjang 'hari' di dalam kandang, terutama saat sore hari hingga malam.
Program Pencahayaan yang Direkomendasikan:
Pengurangan jam cahaya pada ayam yang sedang berproduksi akan menyebabkan stres dan penurunan produksi telur secara mendadak. Gunakan lampu pijar atau LED dengan intensitas yang cukup (sekitar 5-10 lux) di seluruh area kandang.
Beberapa peternak ayam kampung, terutama yang memelihara Sentul atau Merawang, memilih untuk melakukan pembibitan (breeding) sendiri untuk menekan biaya DOC.
Untuk memastikan fertilitas telur yang tinggi, rasio jantan dan betina harus dijaga. Rasio ideal untuk ayam kampung adalah 1:8 hingga 1:10 (satu pejantan untuk delapan sampai sepuluh betina). Terlalu banyak pejantan akan menyebabkan perkelahian dan cedera pada betina, sedangkan terlalu sedikit akan menurunkan fertilitas.
Program pemuliaan mandiri membutuhkan seleksi ketat. Indukan yang dipilih harus menunjukkan sifat yang diinginkan:
Melalui penerapan manajemen yang komprehensif, mulai dari pemilihan jenis ayam kampung petelur yang tepat (seperti KUB yang telah teruji), formulasi pakan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan, hingga penerapan biosekuriti dan program pencahayaan, potensi ayam kampung sebagai penghasil telur premium dapat dimaksimalkan, mendukung ketahanan pangan lokal Indonesia.