Memahami Bacaan Saat Sujud: Pintu Kedekatan dengan Sang Pencipta
Sujud adalah momen hening yang penuh makna, sebuah gestur fisik yang merepresentasikan puncak ketundukan seorang hamba kepada Rabb-nya. Saat dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung-ujung jari kaki menyentuh bumi, seorang Muslim sedang berada pada posisi terendah secara fisik, namun tertinggi secara spiritual. Inilah momen yang dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai saat terdekat antara seorang hamba dengan Allah. Oleh karena itu, bacaan saat sujud bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan untaian doa, dzikir, dan pengagungan yang membuka pintu langit dan menggetarkan Arsy.
Memahami setiap lafaz yang diucapkan dalam sujud akan mengubah kualitas sholat kita secara drastis. Dari yang semula hanya gerakan rutin, menjadi sebuah dialog intim yang penuh kekhusyukan dan harapan. Artikel ini akan mengupas secara mendalam berbagai bacaan saat sujud, mulai dari yang paling dasar hingga doa-doa pilihan yang diajarkan oleh Rasulullah, lengkap dengan makna dan keutamaannya. Mari kita selami bersama samudra hikmah di balik setiap sujud yang kita lakukan.
Makna dan Keutamaan Agung di Balik Sujud
Sebelum mendalami bacaannya, penting bagi kita untuk meresapi hakikat dan keutamaan sujud itu sendiri. Sujud adalah bahasa tubuh universal yang menandakan penyerahan diri total. Dalam Islam, sujud hanya boleh dipersembahkan kepada satu Dzat, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini adalah deklarasi tanpa kata bahwa tidak ada yang lebih agung, lebih berkuasa, dan lebih layak disembah selain Dia.
1. Puncak Ketundukan dan Pengakuan Kehambaan
Sujud adalah antitesis dari sifat sombong dan angkuh. Iblis diusir dari surga karena menolak untuk sujud kepada Adam atas perintah Allah. Kesombongan adalah dosa pertama yang mengguncang alam semesta. Maka, ketika seorang hamba meletakkan dahinya—bagian tubuh yang paling mulia—di tempat yang paling rendah (tanah), ia sedang menghancurkan berhala kesombongan dalam dirinya. Ia mengakui dengan segenap jiwa dan raga bahwa ia hanyalah makhluk yang lemah, fakir, dan senantiasa membutuhkan pertolongan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an, yang menyeru orang-orang beriman untuk berserah diri melalui rukuk dan sujud:
"Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung." (QS. Al-Hajj: 77)
2. Momen Terdekat dengan Allah
Keistimewaan sujud yang paling utama adalah kedekatan luar biasa yang terjalin antara hamba dan Penciptanya. Ini bukan sekadar kiasan, melainkan sebuah kepastian yang disampaikan oleh lisan mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
"Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa." (HR. Muslim)
Hadits ini adalah sebuah undangan terbuka dari Allah. Bayangkan, kita diberi kesempatan untuk berada "sangat dekat" dengan Penguasa Langit dan Bumi. Dalam kedekatan ini, setiap bisikan hati, setiap keluh kesah, dan setiap permohonan didengar dengan sangat jelas. Maka, menyia-nyiakan momen sujud dengan tergesa-gesa adalah kerugian yang sangat besar.
3. Penggugur Dosa dan Peninggi Derajat
Setiap sujud yang kita lakukan memiliki dampak langsung pada catatan amal kita. Ia tidak hanya menghapus dosa-dosa, tetapi juga mengangkat derajat kita di sisi Allah. Ma'dan bin Abi Thalhah Al-Ya'mari menceritakan pertemuannya dengan Tsauban, seorang sahabat yang pernah menjadi pelayan Rasulullah. Ma'dan bertanya tentang amalan yang bisa memasukkannya ke surga.
Tsauban menjawab, "Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda:
"Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena tidaklah engkau sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahanmu." (HR. Muslim)
Setiap kali dahi menyentuh sajadah, gugurlah satu dosa dan naiklah satu tingkat kemuliaan. Ini adalah mekanisme pembersihan spiritual yang berjalan secara otomatis dalam setiap rakaat sholat kita. Semakin banyak sujud kita, semakin bersih diri kita dan semakin tinggi kedudukan kita di hadapan-Nya.
4. Tanda Keimanan yang Terlihat
Bekas sujud di dahi seringkali menjadi tanda fisik yang terlihat pada sebagian orang. Namun, tanda yang lebih hakiki adalah cahaya yang memancar dari wajah mereka di hari kiamat. Allah Ta'ala berfirman tentang ciri-ciri para pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"...Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud..." (QS. Al-Fath: 29)
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa "bekas sujud" ini bukan hanya tanda fisik di dunia, tetapi lebih kepada cahaya, ketenangan, dan kemuliaan yang akan Allah berikan kepada mereka di akhirat sebagai pengenal bahwa mereka adalah ahli sujud.
Bacaan Sujud Dasar yang Diajarkan Rasulullah
Setelah memahami keagungan sujud, kini saatnya kita mempelajari bacaan yang dianjurkan untuk diucapkan di dalamnya. Bacaan yang paling umum dan menjadi dasar adalah tasbih yang mengagungkan ketinggian Allah.
Bacaan Utama: Subhaana Rabbiyal A'laa
Ini adalah bacaan yang paling sering diajarkan dan diamalkan, berdasarkan hadits dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan sholat malamnya bersama Nabi. Dalam sujudnya, Nabi membaca:
Subhaana Rabbiyal A'laa.
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi."
Mari kita bedah makna mendalam di balik kalimat sederhana ini:
- Subhaana (سُبْحَانَ): Kata ini berasal dari kata 'sabaha' yang berarti menjauh. Dalam konteks dzikir, 'Subhanallah' berarti menyucikan Allah dari segala bentuk kekurangan, cacat, sifat buruk, dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Ketika kita mengucapkan "Subhaana", kita sedang mendeklarasikan bahwa Allah sempurna, terbebas dari segala cela.
- Rabbiy (رَبِّيَ): Artinya "Tuhanku". Penggunaan kata "Rabb" lebih dari sekadar "Tuhan". Rabb mencakup makna Pencipta, Pemilik, Pengatur, Pemberi rezeki, dan Pendidik. Dengan menyebut "Rabbiy" (Tuhanku), kita membangun hubungan personal yang erat, mengakui bahwa Dialah yang mengurus seluruh hidup kita.
- Al-A'laa (الْأَعْلَى): Artinya "Yang Maha Tinggi". Kata ini menegaskan ketinggian Allah yang mutlak, baik secara Dzat, sifat, maupun kekuasaan. Ketinggian-Nya melampaui segala sesuatu, tidak dapat dijangkau oleh akal dan imajinasi manusia.
Hikmahnya sungguh luar biasa. Ketika kita berada di posisi paling rendah (sujud), kita mengucapkan dzikir yang mengakui ketinggian Allah yang tak terbatas (Al-A'laa). Ini adalah puncak pengakuan kehambaan. Kita merendah serendah-rendahnya untuk mengagungkan Dzat Yang Maha Tinggi setinggi-tingginya. Disunnahkan untuk membaca dzikir ini sebanyak tiga kali. Angka tiga seringkali menjadi batas minimal kesempurnaan dalam banyak amalan sunnah, memberikan kesempatan bagi hati untuk meresapi maknanya dengan lebih baik.
Variasi Bacaan: Menambahkan "Wa Bihamdih"
Terdapat variasi lain dari bacaan tasbih ini yang juga memiliki dasar dari hadits, yaitu dengan menambahkan pujian.
Subhaana Rabbiyal A'laa wa bihamdih.
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."
Tambahan "wa bihamdih" (وَبِحَمْدِهِ) berarti "dan dengan memuji-Nya". Ini menggabungkan dua pilar utama dzikir: tasbih (menyucikan) dan tahmid (memuji). Kita tidak hanya menyucikan Allah dari segala kekurangan, tetapi kita juga sekaligus menetapkan bagi-Nya segala sifat kesempurnaan dan pujian. Kombinasi ini menjadikan pengagungan kita menjadi lebih lengkap dan sempurna.
Kumpulan Doa Pilihan Saat Sujud: Memohon Langsung kepada-Nya
Seperti yang telah disebutkan dalam hadits, sujud adalah waktu mustajab untuk berdoa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengajarkan berbagai macam doa untuk dibaca saat sujud, terutama dalam sholat sunnah. Memperpanjang sujud untuk memanjatkan doa-doa ini adalah sebuah amalan yang sangat dianjurkan. Berikut adalah beberapa doa pilihan yang bersumber dari sunnah beliau.
1. Doa yang Paling Sering Dibaca Nabi
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca doa ini dalam rukuk dan sujudnya, sebagai wujud pengamalan perintah Al-Qur'an (dalam Surah An-Nashr).
Subhaanakallahumma Rabbanaa wa bihamdika, Allahummaghfir lii.
"Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah aku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Doa ini sangat indah dan padat makna. Ia dimulai dengan pengagungan (tasbih dan tahmid) yang sama seperti bacaan rukuk. Ini adalah adab dalam berdoa: memulai dengan memuji Allah sebelum meminta. Setelah mengagungkan-Nya, permintaan yang pertama kali diucapkan adalah "Allahummaghfir lii" (Ya Allah, ampunilah aku). Ini mengajarkan kita sebuah prioritas utama dalam hidup seorang mukmin: senantiasa memohon ampunan. Dosa adalah penghalang utama antara kita dengan Allah. Dengan memohon ampunan di saat terdekat kita dengan-Nya, kita berharap semua penghalang itu diangkat, sehingga doa-doa kita yang lain dapat terkabul.
2. Doa Memohon Ampunan yang Menyeluruh
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca doa ini dalam sujudnya. Doa ini mencakup permohonan ampunan untuk segala jenis dosa tanpa terkecuali.
Allahummaghfir lii dzanbii kullahu, diqqahu wa jillahu, wa awwalahu wa aakhirahu, wa 'alaaniyatahu wa sirrahu.
"Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku: yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi." (HR. Muslim)
Ini adalah salah satu doa permohonan ampun (istighfar) yang paling komprehensif. Mari kita renungkan cakupannya:
- Dzanbii Kullahu (ذَنْبِي كُلَّهُ): Seluruh dosaku. Sebuah pengakuan total bahwa kita adalah pendosa dan membutuhkan ampunan yang total pula.
- Diqqahu wa Jillahu (دِقَّهُ وَجِلَّهُ): Dosaku yang kecil dan yang besar. Seringkali kita meremehkan dosa-dosa kecil, padahal jika menumpuk bisa menjadi kebinasaan. Doa ini mencakup keduanya.
- Awwalahu wa Aakhirahu (وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ): Dosa yang awal dan yang akhir. Ini mencakup semua dosa yang pernah kita lakukan sepanjang hidup, dari masa baligh hingga saat ini, dan bahkan memohon perlindungan dari dosa di masa depan.
- 'Alaaniyatahu wa Sirrahu (وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ): Dosa yang dilakukan secara terang-terangan dan yang tersembunyi. Mencakup dosa yang diketahui orang lain dan dosa yang hanya Allah dan diri kita yang tahu. Ini adalah puncak ketulusan dalam bertaubat.
Membaca doa ini dalam sujud adalah bentuk penyerahan diri yang total, mengakui semua kesalahan kita di hadapan Allah Yang Maha Pengampun.
3. Doa untuk Keteguhan Hati di Atas Agama
Hati manusia sangat mudah berbolak-balik. Hari ini bisa sangat taat, esok hari bisa tergelincir dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, memohon keteguhan (istiqamah) adalah hal yang sangat krusial. Doa ini, meskipun sering dibaca di luar sholat, sangat baik untuk dipanjatkan dalam sujud.
Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik.
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." (HR. Tirmidzi)
Dalam doa ini, kita mengakui kekuasaan mutlak Allah atas hati kita. Kita tidak memiliki daya untuk menjaga keimanan kita sendiri tanpa pertolongan-Nya. Dengan memanggil-Nya sebagai "Yaa Muqallibal quluub" (Wahai Pembolak-balik hati), kita mengakui kelemahan kita dan memohon kekuatan dari Sumber segala kekuatan. Memohon agar hati kita "diteguhkan" (tsabbit) di atas agama-Nya adalah permohonan untuk meninggal dalam keadaan husnul khatimah, sebuah cita-cita tertinggi setiap Muslim.
4. Doa Nabi Yunus Saat Dalam Perut Ikan
Ini adalah doa yang mengandung pengakuan tauhid, penyucian kepada Allah, dan pengakuan atas kesalahan diri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa tidaklah seorang Muslim berdoa dengan doa ini untuk suatu urusan, melainkan Allah akan mengabulkannya.
Laa ilaaha illaa Anta, subhaanaka, innii kuntu minazh zhaalimiin.
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya: 87)
Doa ini memiliki tiga komponen dahsyat: penegasan tauhid ("Laa ilaaha illaa Anta"), penyucian Allah dari segala kekurangan ("Subhaanaka"), dan pengakuan dosa serta kezaliman diri ("Innii kuntu minazh zhaalimiin"). Kombinasi ini adalah kunci terbukanya pertolongan Allah. Saat kita berada dalam kesulitan, kesempitan hidup, atau merasa terhimpit oleh masalah, memanjatkan doa ini dalam sujud adalah cara yang sangat ampuh untuk mencari jalan keluar dari Allah.
5. Doa Meminta Perlindungan dari Berbagai Keburukan
Rasulullah mengajarkan sebuah doa komprehensif untuk memohon perlindungan dari empat perkara besar yang mengancam keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun doa ini lebih masyhur dibaca saat tasyahud akhir sebelum salam, maknanya yang agung sangat relevan untuk dipanjatkan dalam sujud.
Allahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qabri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." (HR. Muslim)
Memanjatkan permohonan perlindungan ini di saat kita paling dekat dengan Allah adalah sebuah ikhtiar spiritual yang sangat kuat. Kita memohon diselamatkan dari azab akhirat (neraka dan kubur), ujian dunia (fitnah kehidupan dan kematian), serta ujian terbesar di akhir zaman (fitnah Dajjal). Ini menunjukkan kesadaran seorang hamba akan bahaya-bahaya besar yang mengintainya dan penyerahan dirinya secara total kepada perlindungan Allah.
6. Berdoa dengan Keperluan Pribadi
Salah satu keindahan sujud adalah kita dibolehkan untuk memanjatkan doa apa pun sesuai dengan hajat dan keperluan kita masing-masing, bahkan dengan bahasa kita sendiri. Para ulama menjelaskan bahwa hal ini sangat dianjurkan, terutama dalam sholat sunnah (seperti sholat tahajud, dhuha, atau rawatib). Dalam sholat wajib, diutamakan untuk membaca doa-doa yang ma'tsur (bersumber dari Nabi).
Gunakanlah momen sujud untuk mencurahkan isi hati Anda. Apakah Anda sedang kesulitan ekonomi? Mintalah kelapangan rezeki. Apakah Anda sedang sakit? Mohonlah kesembuhan. Apakah anak Anda sulit diatur? Doakanlah kelembutan hati dan hidayah untuknya. Apakah Anda merasa gundah dan cemas? Adukanlah semuanya kepada Allah. Tidak ada satu pun permintaan yang terlalu sepele bagi Allah Yang Maha Kaya, dan tidak ada masalah yang terlalu besar bagi Allah Yang Maha Kuasa. Sujud adalah sesi curhat eksklusif Anda dengan Sang Pencipta, tanpa perantara dan tanpa batas.
Menyempurnakan Sujud: Adab dan Etika
Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari sujud, tidak cukup hanya dengan membaca doa. Ada beberapa adab dan etika yang perlu diperhatikan agar sujud kita berkualitas dan diterima di sisi Allah.
1. Thuma'ninah (Tenang dan Tidak Tergesa-gesa)
Thuma'ninah adalah salah satu rukun (pilar) sholat. Artinya, berhenti sejenak dalam setiap gerakan hingga seluruh anggota badan tenang pada posisinya. Saat sujud, pastikan seluruh anggota sujud telah menempel sempurna di lantai, lalu tenangkan diri sejenak sebelum mulai membaca tasbih. Jangan terburu-buru bangkit. Berikan jeda yang cukup untuk meresapi setiap lafaz yang diucapkan. Sujud yang tergesa-gesa seperti patukan ayam adalah pencurian dalam sholat yang paling buruk.
2. Posisi Tujuh Anggota Sujud yang Benar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang: dahi—dan beliau menunjuk ke hidungnya—, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung kedua telapak kaki." (HR. Bukhari dan Muslim). Pastikan ketujuh anggota ini menempel di tempat sujud. Di antara kesalahan umum adalah mengangkat kaki, hanya menempelkan satu tangan, atau sujud hanya pada dahi tanpa menyertakan hidung.
3. Merapatkan Jari-Jari Tangan dan Menghadap Kiblat
Saat meletakkan telapak tangan, sunnahnya adalah merapatkan jari-jemari dan menghadapkannya ke arah kiblat. Letakkan tangan sejajar dengan bahu atau telinga. Hindari meletakkan lengan bawah (dari siku hingga pergelangan tangan) di lantai seperti anjing yang duduk, karena hal ini dilarang oleh Nabi.
4. Kekhusyukan (Kehadiran Hati)
Inilah ruh dari sujud. Cobalah untuk menghadirkan hati saat bersujud. Bayangkan bahwa Anda sedang bersimpuh di hadapan 'Arsy Allah Yang Maha Agung. Rasakan kehinaan diri Anda dan keagungan-Nya. Biarkan lisan, hati, dan anggota tubuh Anda bersatu dalam pengagungan kepada-Nya. Jika pikiran melayang, segera kembalikan fokus Anda dengan mengingat makna bacaan yang sedang Anda ucapkan.
Sujud Istimewa di Luar Sholat
Selain sujud yang menjadi bagian dari rukun sholat, Islam juga mensyariatkan beberapa jenis sujud lain yang dilakukan pada kesempatan-kesempatan tertentu sebagai wujud penghambaan dan rasa syukur.
1. Sujud Syukur
Sujud Syukur adalah sujud yang dilakukan ketika seseorang mendapatkan nikmat besar yang tak terduga (seperti kelahiran anak, lulus ujian, atau mendapat pekerjaan) atau terhindar dari sebuah musibah besar (seperti selamat dari kecelakaan). Sujud ini adalah ekspresi terima kasih spontan kepada Allah. Cara melakukannya adalah dengan langsung bertakbir lalu sujud sekali, membaca tasbih atau doa apa saja di dalamnya, kemudian bangkit dengan takbir tanpa perlu tasyahud dan salam. Sujud ini tidak mensyaratkan wudhu atau menghadap kiblat menurut pendapat yang lebih kuat, karena ia bukan bagian dari sholat.
2. Sujud Tilawah
Sujud Tilawah dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur'an yang disebut 'ayat sajdah'. Terdapat 15 tempat dalam Al-Qur'an yang ditandai sebagai ayat sajdah. Ketika sampai pada ayat tersebut, disunnahkan bagi pembaca dan pendengarnya untuk melakukan sujud. Bacaan khusus untuk sujud tilawah adalah:
Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu, wa syaqqa sam'ahu wa basharahu, bihaulihi wa quwwatihi. Fatabaarakallahu ahsanul khaaliqiin.
"Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, yang membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maka Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (HR. Tirmidzi)