Panduan Lengkap Doa Qunut Subuh Latin

Ilustrasi Masjid

Salat Subuh merupakan salah satu salat fardu yang memiliki keistimewaan luar biasa. Dilaksanakan di waktu fajar, saat pergantian dari gelap menuju terang, salat ini menjadi penanda dimulainya aktivitas seorang hamba dengan mengingat Penciptanya. Dalam pelaksanaan salat Subuh, terdapat sebuah amalan yang menjadi ciri khas bagi sebagian besar umat Islam, yaitu pembacaan doa qunut. Doa ini dipanjatkan pada rakaat kedua setelah bangkit dari rukuk (i'tidal).

Doa qunut adalah untaian permohonan yang sarat makna, berisi permintaan akan hidayah, perlindungan, keberkahan, dan keselamatan dunia akhirat. Bagi mereka yang baru belajar atau belum fasih membaca tulisan Arab, adanya qunut subuh latin menjadi jembatan yang sangat membantu untuk tetap bisa mengamalkan doa mulia ini. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal tentang doa qunut Subuh, mulai dari bacaan lengkap dalam format Arab, Latin, dan terjemahan, hingga pemahaman mendalam setiap kalimatnya, serta pandangan para ulama mengenainya.

Bacaan Lengkap Doa Qunut Subuh: Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah bacaan doa qunut yang lazim dibaca saat salat Subuh. Untuk kemudahan, kami sajikan dalam tiga format: tulisan Arab asli untuk keaslian lafal, tulisan Latin untuk membantu pelafalan, dan terjemahan bahasa Indonesia untuk memahami maknanya.

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ

Allahummahdinii fiiman hadaiit,

"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk."

وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ

Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit,

"Dan berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan."

وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ

Wa tawallanii fiiman tawallaiit,

"Dan peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau pelihara."

وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ

Wa baarik lii fiimaa a'thaiit,

"Dan berilah keberkahan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan."

وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ

Wa qinii syarra maa qadhaiit,

"Dan selamatkanlah aku dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan."

فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ

Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik,

"Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan Engkau yang dihukum."

وَاِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ

Wa innahu laa yadzillu man waalaiit,

"Dan sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau berikan kekuasaan."

وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ

Wa laa ya'izzu man 'aadaiit,

"Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi."

تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit,

"Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau."

فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ

Falakul hamdu 'alaa maa qadhaiit,

"Maka bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan."

اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ

Astaghfiruka wa atuubu ilaiik.

"Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.

"Semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya."

Membedah Makna Mendalam di Setiap Kalimat Doa Qunut

Doa qunut bukan sekadar rangkaian kata tanpa arti. Setiap kalimatnya mengandung permohonan yang fundamental bagi kehidupan seorang Muslim. Memahaminya secara mendalam akan menambah kekhusyukan kita saat memanjatkannya. Mari kita selami makna dari setiap penggalan doa ini.

1. Permohonan Hidayah (Petunjuk)

"Allahummahdinii fiiman hadaiit" - Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk.

Ini adalah permohonan pertama dan utama. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah SWT. Tanpa hidayah, manusia akan tersesat dalam kegelapan. Kita meminta untuk digolongkan bersama orang-orang yang telah dipilih Allah untuk menerima petunjuk-Nya, seperti para nabi, orang-orang saleh, dan para syuhada. Permintaan ini mencakup hidayah dalam segala aspek: hidayah untuk mengetahui kebenaran (hidayah al-irsyad), hidayah untuk mengamalkan kebenaran (hidayah at-taufiq), hidayah untuk tetap istiqamah di atas jalan yang lurus, hingga hidayah menuju surga-Nya kelak. Ini adalah pengakuan bahwa kita sebagai manusia sangat lemah dan senantiasa membutuhkan bimbingan ilahi dalam setiap langkah kehidupan.

2. Permohonan 'Afiyah (Kesejahteraan dan Perlindungan)

"Wa 'aafinii fiiman 'aafaiit" - Dan berilah aku 'afiyah sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri 'afiyah.

Kata 'afiyah seringkali diterjemahkan sebagai kesehatan, namun maknanya jauh lebih luas. 'Afiyah mencakup keselamatan dan kesejahteraan dari segala hal yang tidak disukai, baik di dunia maupun di akhirat. Ini termasuk perlindungan dari penyakit fisik dan mental, dari musibah dan bencana, dari fitnah dan kejahatan makhluk, dari kemiskinan yang melalaikan, dan dari siksa api neraka. Dengan memohon 'afiyah, kita meminta paket lengkap perlindungan dari Allah SWT, sebuah kondisi di mana kita aman, tenteram, dan sejahtera di bawah naungan-Nya.

3. Permohonan Tawalli (Perlindungan dan Pengurusan)

"Wa tawallanii fiiman tawallaiit" - Dan uruslah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau urus.

Tawalli berasal dari kata wali, yang berarti pelindung, penolong, dan pengurus. Permohonan ini adalah bentuk penyerahan diri total kepada Allah. Kita meminta agar Allah menjadi Wali kita, yang mengurus segala urusan kita, membimbing kita, menolong kita saat sulit, dan melindungi kita dari segala marabahaya. Ini adalah sebuah deklarasi bahwa kita tidak memiliki daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Ketika Allah menjadi Wali seorang hamba, maka tidak ada satu kekuatan pun di alam semesta ini yang dapat mencelakakannya.

4. Permohonan Barakah (Keberkahan)

"Wa baarik lii fiimaa a'thaiit" - Dan berilah keberkahan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan.

Barakah atau berkah adalah kebaikan ilahi yang menyertai sesuatu, membuatnya bertambah, bermanfaat, dan langgeng. Harta yang berkah, meskipun sedikit, akan terasa cukup dan membawa kebaikan. Ilmu yang berkah akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Waktu yang berkah akan produktif dan penuh dengan amalan saleh. Keluarga yang berkah akan dipenuhi sakinah, mawaddah, dan rahmah. Melalui kalimat ini, kita tidak hanya meminta karunia, tetapi memohon agar setiap karunia yang Allah berikan—baik itu rezeki, ilmu, waktu, maupun keluarga—diselimuti oleh keberkahan-Nya.

5. Permohonan Perlindungan dari Takdir Buruk

"Wa qinii syarra maa qadhaiit" - Dan selamatkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tentukan.

Ini adalah bagian yang menunjukkan adab seorang hamba kepada Tuhannya. Kita mengimani bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas ketetapan (qadha) Allah. Namun, kita juga diperintahkan untuk berdoa dan berlindung kepada-Nya dari aspek-aspek takdir yang mungkin terasa buruk bagi kita, seperti sakit, musibah, atau kesulitan. Doa ini adalah senjata orang beriman. Meskipun takdir telah ditetapkan, doa memiliki kekuatan untuk mengubah atau meringankan akibat dari takdir tersebut. Ini adalah bentuk ikhtiar spiritual untuk memohon yang terbaik dari Allah SWT.

6. Pengakuan Atas Kekuasaan Mutlak Allah

"Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik" - Maka sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang menetapkan atas-Mu.

Setelah serangkaian permohonan, doa ini beralih ke pujian dan pengakuan atas keagungan Allah. Kalimat ini menegaskan sifat Kemahakuasaan Allah. Dialah Sang Hakim Tertinggi, yang keputusan-Nya mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Tidak ada entitas lain yang bisa memaksakan kehendak-Nya atau menghakimi-Nya. Ini adalah penegasan tauhid, bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas absolut atas seluruh ciptaan-Nya.

7. Jaminan Kemuliaan dan Kehinaan

"Wa innahu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit" - Dan sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau beri perlindungan, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi.

Kalimat ini merupakan konsekuensi logis dari kekuasaan Allah. Siapapun yang berada di bawah perlindungan (wilayah) Allah, maka ia tidak akan pernah terhina. Kemuliaan sejatinya bersumber dari-Nya. Sebaliknya, siapapun yang menjadi musuh Allah—dengan menentang perintah-Nya dan menyekutukan-Nya—maka ia tidak akan pernah meraih kemuliaan hakiki, meskipun di dunia ia tampak berkuasa atau kaya raya. Ini adalah pengingat bahwa sumber kemuliaan dan kehinaan sejati hanyalah Allah SWT.

8. Pujian dan Sanjungan Tertinggi

"Tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit" - Maha Berkah Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.

Setelah mengakui segala sifat-sifat-Nya, kita menutup bagian inti doa dengan pujian tertinggi. Tabaarakta berarti Engkau Maha Pemberi Berkah yang melimpah dan abadi. Ta'aalaita berarti Engkau Maha Tinggi dari segala kekurangan dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Mu. Ini adalah bentuk sanjungan yang sempurna dari seorang hamba kepada Rabb-nya.

9. Penutup: Puji Syukur, Istighfar, dan Shalawat

Doa qunut ditutup dengan tiga pilar penting: pujian (hamdalah), permohonan ampun (istighfar), dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. "Falakul hamdu 'alaa maa qadhaiit" (Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan) adalah bentuk rida dan syukur atas segala ketetapan-Nya. "Astaghfiruka wa atuubu ilaiik" (Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu) adalah pengakuan atas segala dosa dan kelalaian. Dan diakhiri dengan shalawat sebagai bentuk cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW, yang menjadi perantara sampainya hidayah kepada kita.

Hukum dan Pandangan Mazhab tentang Qunut Subuh

Pembahasan tentang doa qunut Subuh dalam fiqih Islam menunjukkan adanya keragaman pandangan di antara para ulama mazhab. Perbedaan ini bersumber dari interpretasi terhadap hadis-hadis yang ada. Penting untuk memahami setiap pandangan ini dengan lapang dada sebagai bagian dari kekayaan intelektual Islam.

1. Mazhab Syafi'i dan Maliki

Menurut pandangan Imam Syafi'i dan Imam Malik, membaca doa qunut pada rakaat kedua salat Subuh hukumnya adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Jika sengaja ditinggalkan, salatnya tetap sah namun dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi. Jika tidak sengaja terlupa, maka sangat dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam.

Dasar dari pandangan ini adalah hadis dari Anas bin Malik RA yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melakukan qunut pada salat Subuh hingga beliau wafat. Riwayat ini dianggap kuat oleh para ulama dalam mazhab ini dan menjadi landasan utama amalan qunut Subuh. Mereka berpendapat bahwa praktik yang konsisten dilakukan oleh Nabi hingga akhir hayatnya menunjukkan status kesunahan yang kuat.

2. Mazhab Hanafi dan Hanbali

Berbeda dengan dua mazhab sebelumnya, menurut pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, qunut tidak disyariatkan secara rutin pada salat Subuh. Mereka berpandangan bahwa qunut lebih dikhususkan untuk salat Witir (menurut mazhab Hanafi) atau saat terjadi nazilah (musibah besar yang menimpa umat Islam).

Landasan mereka juga bersumber dari hadis. Terdapat riwayat dari Abu Malik al-Asyja'i yang bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, engkau pernah salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Apakah mereka melakukan qunut Subuh?" Ayahnya menjawab, "Wahai anakku, itu adalah perkara yang diada-adakan (bid'ah)." Hadis ini menjadi dasar bagi mereka untuk tidak menjadikan qunut Subuh sebagai amalan rutin. Mereka menafsirkan hadis Anas bin Malik sebagai qunut yang dilakukan pada masa-masa tertentu (nazilah) saja, bukan secara terus-menerus.

Sikap Bijak dalam Menghadapi Perbedaan

Perbedaan pandangan (ikhtilaf) dalam masalah fiqih seperti ini adalah hal yang wajar dan telah ada sejak zaman para sahabat. Sikap yang paling bijak adalah saling menghormati dan tidak menyalahkan satu sama lain. Seseorang yang mengikuti mazhab Syafi'i hendaknya mengamalkan qunut Subuh dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, seseorang yang mengikuti mazhab Hanbali atau Hanafi dan tidak melakukannya, juga memiliki dasar yang kuat. Keduanya sama-sama berusaha mengikuti sunnah Nabi sesuai pemahaman para imam mujtahid mereka. Hal ini bukanlah persoalan akidah, melainkan cabang (furu'iyyah) dalam ibadah.

Tata Cara Pelaksanaan Qunut Subuh yang Benar

Bagi yang mengamalkannya, penting untuk mengetahui tata cara pelaksanaan qunut Subuh yang benar agar ibadah menjadi lebih sempurna. Berikut adalah langkah-langkahnya:

Memahami tata cara ini membantu kita melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan, menjadikannya lebih teratur dan khusyuk. Dengan demikian, kita tidak hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi juga merasakan nikmatnya berkomunikasi dengan Sang Pencipta di waktu fajar yang penuh berkah.

🏠 Kembali ke Homepage