Panduan Lengkap Niat Sholat Tarawih Berjamaah
Bulan suci Ramadan adalah momen yang dinanti oleh seluruh umat Islam di dunia. Di dalamnya, terhampar lautan ampunan dan keberkahan yang tiada tara. Salah satu amalan yang menjadi ciri khas dan primadona di bulan mulia ini adalah sholat Tarawih. Dilaksanakan pada malam-malam Ramadan, sholat Tarawih menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghidupkan malam dengan ibadah, dan meraih pahala yang berlipat ganda. Melaksanakannya secara berjamaah di masjid atau mushola menambah keistimewaan ibadah ini, memupuk tali persaudaraan, dan menyemarakkan syiar Islam.
Inti dari setiap ibadah, termasuk sholat Tarawih, adalah niat. Niat merupakan ruh dari sebuah amalan, yang membedakan antara kegiatan rutin dengan ibadah yang bernilai pahala. Tanpa niat yang benar, sebuah gerakan sholat hanyalah olah raga tanpa makna spiritual. Oleh karena itu, memahami bacaan niat sholat Tarawih berjamaah, baik sebagai makmum maupun imam, adalah sebuah keharusan. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan niat sholat Tarawih, mulai dari lafalnya, maknanya, hingga tata cara pelaksanaannya secara menyeluruh.
Makna dan Kedudukan Niat dalam Ibadah
Sebelum kita melangkah ke lafal niat sholat Tarawih, sangat penting untuk memahami hakikat niat itu sendiri. Dalam terminologi syariat, niat (النية) adalah 'azam atau kehendak hati untuk melakukan suatu perbuatan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang menjadi pilar ajaran Islam:
"Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa niat adalah penentu kualitas dan validitas sebuah ibadah. Letak niat yang sesungguhnya adalah di dalam hati (al-qalb). Hati adalah pusat kendali dari seluruh tindakan manusia. Apa yang terlintas dan terpatri di dalam hati itulah yang dianggap sebagai niat yang sah. Adapun melafalkan niat (talaffuzh binniyah) dengan lisan, seperti yang akan kita bahas, menurut sebagian besar ulama mazhab Syafi'i, hukumnya adalah sunnah. Tujuannya adalah untuk membantu lisan menegaskan apa yang telah dikehendaki oleh hati, sehingga terjadi sinkronisasi antara batin dan lahir, yang pada akhirnya membantu meningkatkan kekhusyukan dalam sholat.
Dengan demikian, saat kita bersiap untuk sholat Tarawih, yang paling utama adalah menghadirkan kesadaran penuh di dalam hati bahwa kita akan melaksanakan sholat sunnah Tarawih, dua rakaat, sebagai makmum (atau imam), semata-mata karena Allah Ta'ala. Lafal yang diucapkan lisan adalah sarana pendukung untuk memantapkan niat di dalam hati tersebut.
Bacaan Niat Sholat Tarawih Berjamaah sebagai Makmum
Bagi mayoritas umat Islam, sholat Tarawih dilaksanakan secara berjamaah di masjid, di mana seseorang akan berperan sebagai makmum, yaitu pengikut imam. Menjadi makmum berarti harus mengikuti seluruh gerakan dan bacaan imam. Niat yang dipanjatkan pun harus secara spesifik menyatakan status sebagai makmum. Berikut adalah lafal niat sholat Tarawih dua rakaat sebagai makmum:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak'atayni mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
Membedah Makna Lafal Niat sebagai Makmum
Mari kita pahami setiap kata dalam lafal niat tersebut agar lebih meresap ke dalam hati:
- أُصَلِّى (Ushalli): Berarti "Aku berniat sholat". Kata ini merupakan penegasan dari perbuatan yang akan segera dimulai. Ini adalah wujud kesadaran diri seorang hamba yang akan menghadap Sang Pencipta.
- سُنَّةَ (Sunnata): Berarti "sunnah". Kata ini menjelaskan status hukum dari sholat yang akan dikerjakan. Sholat Tarawih adalah sholat sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW selama bulan Ramadan.
- التَّرَاوِيْحِ (At-Tarāwīhi): Berarti "Tarawih". Kata ini secara spesifik menunjuk pada jenis sholat sunnah yang dikerjakan, yaitu sholat malam khusus di bulan Ramadan. Ini membedakannya dari sholat sunnah lainnya seperti Tahajud atau Rawatib.
- رَكْعَتَيْنِ (Rak'atayni): Berarti "dua rakaat". Ini adalah penentuan jumlah rakaat yang akan dikerjakan dalam satu kali takbiratul ihram hingga salam. Mayoritas pelaksanaan sholat Tarawih dilakukan dalam siklus dua rakaat-salam.
- مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (Mustaqbilal Qiblati): Berarti "menghadap kiblat". Meskipun dalam praktiknya kalimat ini terkadang tidak dilafalkan karena sudah menjadi syarat sah sholat, penyebutannya dapat membantu memperkuat kesadaran akan arah ibadah kita, yaitu Ka'bah di Masjidil Haram.
- مَأْمُوْمًا (Ma'mūman): Berarti "sebagai seorang makmum". Inilah kata kunci yang membedakan niat sholat berjamaah dengan sholat sendiri (munfarid). Dengan mengucapkan ini, seseorang telah mengikatkan dirinya untuk mengikuti imam dalam seluruh gerakan sholat.
- لِلهِ تَعَالَى (Lillāhi Ta'ālā): Berarti "karena Allah Ta'ala". Ini adalah puncak dari niat, yaitu penegasan keikhlasan. Seluruh ibadah yang kita lakukan harus murni ditujukan untuk mencari ridha Allah, bukan karena pujian manusia, tradisi, atau tujuan duniawi lainnya.
Bacaan Niat Sholat Tarawih Berjamaah sebagai Imam
Bagi seseorang yang diamanahi untuk memimpin sholat Tarawih berjamaah, niatnya sedikit berbeda. Ia harus meniatkan dirinya sebagai imam, yang akan menjadi panutan bagi para makmum di belakangnya. Tanggung jawab seorang imam lebih besar, karena sah atau tidaknya sholat makmum juga bergantung pada keabsahan sholatnya. Berikut adalah lafal niat sholat Tarawih dua rakaat sebagai imam:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak'atayni mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."
Perbedaan Kunci dalam Niat Imam
Jika kita perhatikan, satu-satunya perbedaan lafal antara niat makmum dan imam terletak pada satu kata:
- إِمَامًا (Imāman): Berarti "sebagai seorang imam". Kata ini menggantikan kata ma'mūman. Dengan meniatkan diri sebagai imam, ia secara sadar mengambil posisi sebagai pemimpin sholat yang akan diikuti oleh jamaah lainnya. Niat ini harus hadir di dalam hatinya sejak sebelum takbiratul ihram.
Seluruh komponen lain dari niat tersebut memiliki makna yang sama dengan niat sebagai makmum, yaitu menegaskan jenis sholat, jumlah rakaat, dan yang terpenting, keikhlasan semata-mata karena Allah Ta'ala.
Waktu dan Pelaksanaan Niat yang Tepat
Memahami lafal niat adalah satu hal, tetapi mengetahui kapan dan bagaimana niat itu harus dihadirkan adalah hal lain yang tak kalah penting. Menurut para ulama, waktu niat yang paling sempurna adalah bersamaan dengan mengucapkan takbiratul ihram (ucapan "Allāhu Akbar" pertama yang memulai sholat).
Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut: Ketika imam akan memulai sholat dan mengangkat tangan untuk takbir, seorang makmum harus menghadirkan niat di dalam hatinya. Saat lisan mengucapkan "Allāhu Akbar", hati secara bersamaan menegaskan: "Aku niat sholat sunnah Tarawih, dua rakaat, sebagai makmum, karena Allah Ta'ala." Keserentakan antara gerakan, ucapan lisan, dan kehendak hati inilah yang disebut muqāranah, yang merupakan tingkatan niat yang paling utama.
Namun, para ulama memberikan kelonggaran. Niat yang dihadirkan sesaat sebelum takbiratul ihram juga dianggap sah, selama tidak ada jeda waktu yang lama atau perbuatan lain yang membatalkan kontinuitas niat tersebut. Yang terpenting, niat harus sudah ada sebelum sholat secara resmi dimulai dengan takbiratul ihram.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Tarawih Berjamaah
Setelah memahami niat, mari kita lanjutkan dengan panduan lengkap tata cara pelaksanaan sholat Tarawih berjamaah dari awal hingga akhir. Tata cara ini pada dasarnya sama dengan sholat sunnah dua rakaat lainnya, namun memiliki beberapa ciri khas dalam konteks Tarawih.
Langkah 1: Persiapan Awal
Sebelum sholat dimulai, pastikan diri dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil dengan berwudhu secara sempurna. Kenakan pakaian yang bersih, suci, dan menutup aurat. Datanglah ke masjid atau mushola dengan niat untuk beribadah dan memakmurkan rumah Allah.
Langkah 2: Memulai Sholat (Siklus Dua Rakaat Pertama)
- Berdiri Tegak dan Niat: Berdiri lurus di dalam shaf, rapatkan barisan, dan luruskan. Hadirkan niat di dalam hati sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
- Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan "Allāhu Akbar". Setelah itu, tangan bersedekap di atas dada atau antara pusar dan dada. Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud.
- Membaca Doa Iftitah: Setelah takbir, disunnahkan membaca doa iftitah secara lirih (sirr). Ada berbagai macam doa iftitah yang diajarkan, salah satu yang populer adalah:
"Allāhu akbar kabīran, walhamdu lillāhi kathīran, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā. Innī wajjahtu wajhiya lilladzī fatharas samāwāti wal ardha hanīfan musliman wa mā ana minal musyrikīn. Inna shalātī, wa nusukī, wa mahyāya, wa mamātī lillāhi rabbil ‘ālamīn. Lā syarīka lahū wa bidzālika umirtu wa ana minal muslimīn." - Membaca Al-Fatihah: Sebagai makmum, kita wajib mendengarkan bacaan Al-Fatihah yang dibacakan oleh imam. Menurut sebagian pendapat, makmum tetap disunnahkan membacanya secara lirih setelah imam selesai. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah cukup mendengarkan dengan saksama.
- Mendengarkan Bacaan Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, imam akan membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Makmum wajib mendengarkan dengan khusyuk.
- Ruku': Ketika imam mengucapkan takbir untuk ruku', makmum mengikutinya. Lakukan ruku' dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa), punggung lurus, dan membaca tasbih ruku' minimal tiga kali: "Subhāna rabbiyal ‘azhīmi wa bihamdih."
- I'tidal: Bangkit dari ruku' saat imam mengucapkan "Sami'allāhu liman hamidah." Makmum menyambutnya dengan membaca: "Rabbanā lakal hamdu mil'us samāwāti wa mil'ul ardhi wa mil'u mā syi'ta min syai'in ba'du." Berdiri tegak dengan tuma'ninah.
- Sujud Pertama: Turun untuk sujud setelah imam bertakbir. Pastikan tujuh anggota sujud menyentuh lantai: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki. Baca tasbih sujud minimal tiga kali: "Subhāna rabbiyal a'lā wa bihamdih."
- Duduk di Antara Dua Sujud: Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy. Duduk dengan tenang (tuma'ninah) sambil membaca doa: "Rabbighfirlī, warhamnī, wajburnī, warfa'nī, warzuqnī, wahdinī, wa'āfinī, wa'fu 'annī."
- Sujud Kedua: Melakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan bacaan dan tuma'ninah yang sama.
- Berdiri untuk Rakaat Kedua: Bangkit dari sujud kedua untuk berdiri, mengikuti takbir imam, untuk memulai rakaat kedua.
Langkah 3: Rakaat Kedua dan Tasyahud Akhir
Pada rakaat kedua, langkah-langkahnya sama seperti rakaat pertama, mulai dari membaca Al-Fatihah (mendengarkan bacaan imam) hingga sujud kedua. Perbedaannya terletak setelah sujud kedua.
- Setelah sujud kedua di rakaat kedua, tidak bangkit berdiri, melainkan duduk untuk Tasyahud (Tahiyat) Akhir. Posisi duduknya adalah tawarruk.
- Membaca bacaan Tasyahud Akhir secara lengkap:
"At-tahiyyātul mubārakātush shalawātuth thayyibātu lillāh. As-salāmu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh. As-salāmu 'alainā wa 'alā 'ibādillāhish shālihīn. Asyhadu an lā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muhammadar rasūlullāh. Allāhumma shalli 'alā sayyidinā Muhammad, wa 'alā āli sayyidinā Muhammad. Kamā shallaita 'alā sayyidinā Ibrāhīm, wa 'alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Wa bārik 'alā sayyidinā Muhammad, wa 'alā āli sayyidinā Muhammad. Kamā bārakta 'alā sayyidinā Ibrāhīm, wa 'alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Fil 'ālamīna innaka hamīdum majīd." - Disunnahkan membaca doa perlindungan dari empat perkara setelah tasyahud akhir sebelum salam.
- Salam: Mengucapkan salam ke kanan terlebih dahulu, "Assalāmu'alaikum wa rahmatullāh," diikuti dengan salam ke kiri dengan ucapan yang sama. Ikuti gerakan dan ucapan salam imam.
Dengan selesainya salam, maka tuntaslah pelaksanaan sholat Tarawih untuk dua rakaat pertama. Proses yang sama diulangi untuk siklus dua rakaat berikutnya hingga mencapai jumlah rakaat yang diinginkan (baik 8 maupun 20 rakaat).
Langkah 4: Dzikir dan Doa di Antara Tarawih
Di banyak masjid di Indonesia, terdapat tradisi jeda sejenak setelah setiap dua atau empat rakaat Tarawih. Jeda ini biasanya diisi dengan dzikir, shalawat, atau doa yang dipimpin oleh bilal. Ini adalah praktik yang baik ('urf hasan) untuk memberikan waktu istirahat sejenak bagi jamaah dan untuk menambah pundi-pundi pahala. Bacaan yang umum dilantunkan antara lain:
- Bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
- Tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir.
- Doa yang ditujukan kepada Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Meskipun praktik ini tidak secara spesifik dicontohkan pada zaman Nabi, ia tidak bertentangan dengan syariat karena isinya adalah dzikir dan doa yang dianjurkan. Partisipasi dalam dzikir ini bersifat anjuran, bukan kewajiban.
Jumlah Rakaat Sholat Tarawih: Sebuah Kelapangan Fikih
Salah satu topik yang sering menjadi diskusi hangat di kalangan umat Islam adalah mengenai jumlah rakaat sholat Tarawih. Secara umum, ada dua praktik yang paling populer dan keduanya memiliki dasar yang kuat: 11 rakaat (8 Tarawih + 3 Witir) dan 23 rakaat (20 Tarawih + 3 Witir).
Praktik 11 Rakaat
Pendapat ini didasarkan pada hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha ketika ditanya tentang sholat malam Rasulullah SAW di bulan Ramadan. Beliau menjawab:
"Beliau (Rasulullah SAW) tidak pernah menambah (sholat malam) di bulan Ramadan atau di luar Ramadan lebih dari sebelas rakaat." (HR. Bukhari)
Hadits ini menjadi landasan utama bagi mereka yang melaksanakan sholat Tarawih sebanyak 8 rakaat, yang kemudian ditutup dengan 3 rakaat sholat Witir, sehingga totalnya menjadi 11 rakaat. Praktik ini dipegang oleh banyak ulama dan dianggap paling sesuai dengan kebiasaan Nabi Muhammad SAW.
Praktik 23 Rakaat
Adapun praktik sholat Tarawih 20 rakaat (ditambah 3 rakaat Witir) didasarkan pada praktik yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Diriwayatkan bahwa Sayyidina Umar mengumpulkan kaum muslimin untuk sholat Tarawih berjamaah di belakang satu imam, yaitu Ubay bin Ka'ab, dan mereka melaksanakannya sebanyak 20 rakaat.
Tindakan Sayyidina Umar ini menjadi ijma' (konsensus) para sahabat pada masa itu dan terus dilestarikan oleh para generasi setelahnya (tabi'in dan tabi'ut tabi'in), terutama di dua kota suci, Makkah dan Madinah. Imam empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali) juga menyepakati dan menganjurkan pelaksanaan 20 rakaat ini.
Sikap yang Bijaksana
Penting untuk dipahami bahwa perbedaan jumlah rakaat ini masuk dalam ranah khilafiyah furu'iyah (perbedaan pendapat dalam masalah cabang), bukan masalah pokok akidah. Keduanya memiliki dalil dan landasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Sikap yang paling bijaksana adalah saling menghormati dan tidak menjadikan perbedaan ini sebagai sumber perpecahan. Yang terpenting bukanlah perdebatan tentang jumlahnya, melainkan semangat untuk menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah, kekhusyukan, dan keikhlasan, berapapun jumlah rakaat yang kita kerjakan.
Keutamaan Agung Sholat Tarawih
Melaksanakan sholat Tarawih, terutama secara berjamaah, menyimpan berbagai keutamaan dan fadhilah yang luar biasa. Memahami keutamaan ini dapat menjadi pendorong semangat kita untuk senantiasa istiqamah dalam menjalankannya.
- Pengampunan Dosa yang Telah Lalu: Ini adalah keutamaan terbesar dari sholat Tarawih, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:
"Barangsiapa yang menunaikan sholat malam di bulan Ramadan (sholat Tarawih) dengan penuh keimanan dan pengharapan (pahala), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Janji ampunan ini adalah anugerah tak ternilai dari Allah SWT bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. - Pahala Sholat Semalam Penuh: Keutamaan ini khusus didapatkan bagi mereka yang sholat Tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, barangsiapa yang sholat (Tarawih) bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala sholat satu malam penuh." (HR. Tirmidzi, An-Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah)
Ini adalah motivasi besar untuk tidak meninggalkan jamaah sebelum imam menyelesaikan seluruh rangkaian sholat Tarawih dan Witir. - Mempererat Ukhuwah Islamiyah: Sholat Tarawih berjamaah menjadi ajang silaturahmi harian antar sesama muslim di lingkungan sekitar. Bertemunya jamaah di masjid setiap malam akan memperkuat ikatan persaudaraan, saling sapa, dan saling mendoakan.
- Syiar Islam: Ramainya masjid dan mushola dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an dalam sholat Tarawih adalah salah satu syiar Islam yang paling indah. Hal ini menunjukkan semangat dan gairah ibadah umat Islam di bulan yang penuh berkah.
- Sarana Latihan Kesabaran dan Disiplin: Menunaikan sholat Tarawih setiap malam, dengan jumlah rakaat yang cukup banyak, memerlukan kesabaran, keistiqamahan, dan disiplin diri. Ini adalah latihan spiritual yang sangat baik untuk membentuk karakter seorang muslim.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Bagaimana jika terlambat dan mendapati imam sudah memulai sholat Tarawih?
Jika Anda datang terlambat (masbuk), maka segeralah bergabung dengan jamaah. Lakukan takbiratul ihram dan ikuti posisi imam saat itu. Anda tidak perlu mengganti rakaat yang tertinggal dari sholat Tarawih tersebut karena hukumnya sunnah. Anda bisa melanjutkannya bersama imam pada siklus dua rakaat berikutnya, atau jika sholat Tarawih sudah selesai, Anda bisa menambah sendiri kekurangan rakaatnya.
Apakah niat harus diucapkan dalam bahasa Arab?
Tidak harus. Sebagaimana telah dijelaskan, inti niat adalah di dalam hati. Anda bisa berniat dalam bahasa Indonesia atau bahasa apapun yang Anda pahami. Misalnya, hadirkan dalam hati, "Saya niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menjadi makmum karena Allah." Lafal bahasa Arab adalah sunnah untuk membantu memantapkan niat di hati, bukan sebuah kewajiban.
Bagaimana niat sholat Witir setelah Tarawih?
Setelah selesai sholat Tarawih, biasanya akan dilanjutkan dengan sholat Witir. Niatnya pun harus disesuaikan. Jika Witir dikerjakan tiga rakaat dengan satu kali salam, niatnya adalah:
Niat Imam: "Ushalli sunnatal witri tsalātsa raka'ātin mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā."
Niat Makmum: "Ushalli sunnatal witri tsalātsa raka'ātin mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā."
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir tiga rakaat menghadap kiblat sebagai (imam/makmum) karena Allah Ta'ala."
Apa yang harus dilakukan jika lupa jumlah rakaat yang sudah dikerjakan?
Jika Anda ragu-ragu mengenai jumlah rakaat saat sholat sendiri, ambillah jumlah yang paling sedikit (paling yakin), lalu sempurnakan kekurangannya. Namun, dalam sholat berjamaah, hal ini tidak menjadi masalah karena Anda hanya perlu mengikuti imam. Percayakan hitungan rakaat kepada imam.
Kesimpulan
Niat sholat Tarawih berjamaah adalah gerbang utama untuk memasuki ibadah malam yang agung di bulan Ramadan. Memahami lafal, makna, dan cara menghadirkannya di dalam hati akan meningkatkan kualitas dan kekhusyukan sholat kita. Baik sebagai makmum maupun imam, kesadaran bahwa kita sedang menghadap Allah SWT harus senantiasa terjaga, dengan keikhlasan yang murni sebagai landasannya.
Sholat Tarawih adalah hadiah istimewa dari Allah. Mari kita manfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya. Luruskan niat, rapatkan shaf, ikuti imam dengan khusyuk, dan raihlah ampunan serta pahala yang berlimpah di bulan yang suci ini. Semoga Allah menerima setiap rakaat dan sujud yang kita persembahkan.