Panduan Terlengkap Bacaan Komat Sholat dan Hikmahnya
alt="Ilustrasi kaligrafi dan masjid sebagai simbol panggilan sholat"
Dalam syariat Islam, setiap ibadah memiliki tata cara dan adab yang telah diatur dengan sempurna, termasuk ibadah sholat. Sebelum sholat fardhu berjamaah didirikan, ada dua seruan agung yang dikumandangkan: adzan dan iqamah. Jika adzan adalah panggilan untuk memberitahu masuknya waktu sholat, maka iqamah atau yang sering disebut komat di Indonesia, adalah seruan terakhir yang menandakan bahwa sholat akan segera dimulai. Komat menjadi penanda transisi dari kesibukan duniawi menuju kekhusyukan menghadap Allah SWT. Memahami bacaan, makna, serta hikmah di balik setiap lafadznya akan menambah kualitas dan kekhusyukan sholat kita.
Pengertian dan Kedudukan Komat (Iqamah)
Secara bahasa, iqamah (إِقَامَة) berasal dari kata kerja aqāma-yuqīmu (أَقَامَ - يُقِيْمُ) yang berarti mendirikan, menegakkan, atau melaksanakan. Dalam konteks syariat, iqamah adalah serangkaian lafadz zikir tertentu yang diucapkan untuk memberitahukan kepada jamaah yang telah hadir bahwa sholat fardhu akan segera ditegakkan. Ia berfungsi sebagai "alarm" terakhir bagi para jamaah untuk merapikan barisan (shaf), memusatkan hati, dan bersiap-siap untuk takbiratul ihram bersama imam.
Kedudukan iqamah dalam Islam sangatlah penting. Para ulama sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi laki-laki, baik saat sholat berjamaah maupun saat sholat sendirian (munfarid). Ini didasarkan pada banyak hadis dan praktik yang konsisten dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Meninggalkannya tanpa uzur dianggap makruh, karena berarti meninggalkan salah satu syiar agung dalam pelaksanaan sholat berjamaah.
Lafadz Bacaan Komat Sholat yang Umum
Lafadz komat memiliki kemiripan dengan lafadz adzan, namun dengan beberapa perbedaan mendasar dalam jumlah pengucapan dan penambahan kalimat khusus. Berikut adalah bacaan komat yang paling umum diamalkan, khususnya oleh mayoritas umat Islam di Indonesia yang mengikuti mazhab Syafi'i.
1. Takbir (Mengagungkan Allah)
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
Allāhu Akbar, Allāhu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar."
Komat dibuka dengan kalimat yang sama seperti adzan, yaitu takbir. Ini adalah deklarasi paling fundamental dalam Islam. Dengan mengucapkannya, kita menegaskan dalam hati bahwa tidak ada yang lebih besar, lebih agung, dan lebih berkuasa daripada Allah SWT. Semua urusan dunia, kekhawatiran, dan kesibukan menjadi kecil dan tidak berarti di hadapan keagungan-Nya. Ini adalah langkah pertama untuk melepaskan diri dari belenggu dunia dan mempersiapkan jiwa untuk menghadap Sang Pencipta.
2. Syahadat Tauhid (Kesaksian Tiada Tuhan Selain Allah)
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Asyhadu an lā ilāha illallāh
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah."
Setelah mengagungkan Allah, kita memperbarui persaksian iman kita. Kalimat tauhid ini adalah inti dari ajaran Islam. Diucapkan sesaat sebelum sholat, ia berfungsi sebagai pengingat dan peneguhan kembali atas komitmen kita untuk hanya menyembah dan bergantung kepada Allah semata. Sholat yang akan kita dirikan adalah bukti nyata dari persaksian ini, sebuah perwujudan penghambaan yang tulus hanya kepada-Nya.
3. Syahadat Rasul (Kesaksian atas Kerasulan Muhammad)
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Asyhadu anna Muhammadan Rasūlullāh
Artinya: "Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Kesaksian iman tidak lengkap tanpa mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucapkan kalimat ini, kita mengakui bahwa tata cara sholat yang akan kita laksanakan adalah bersumber dari ajaran yang beliau bawa dari Allah SWT. Kita mengikuti jejaknya, meneladani sunnahnya, dan meyakini bahwa beliau adalah perantara wahyu dan suri tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia. Ini adalah bentuk cinta dan kepatuhan kita kepada Rasulullah SAW.
4. Panggilan Menuju Sholat
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
Hayya 'alash-shalāh
Artinya: "Marilah mendirikan sholat."
Ini adalah seruan praktis yang mengajak jamaah untuk segera beralih fokus sepenuhnya kepada sholat. Jika pada saat adzan kalimat ini berfungsi sebagai pemberitahuan, pada saat komat ia berfungsi sebagai perintah untuk segera bersiap. Kata "Hayya" mengandung makna semangat dan ajakan yang mendesak. Seolah-olah dikatakan, "Tinggalkan semua obrolan, luruskan semua pikiran, mari segera kita mulai sholat."
5. Panggilan Menuju Kemenangan
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
Hayya 'alal-falāh
Artinya: "Marilah meraih kemenangan."
Setelah mengajak kepada sholat, seruan dilanjutkan dengan ajakan kepada "Al-Falah", yaitu kemenangan dan keberuntungan. Ini adalah sebuah pesan yang sangat mendalam. Islam mengajarkan bahwa kemenangan sejati, kebahagiaan hakiki, dan keberuntungan abadi tidak terletak pada harta, tahta, atau popularitas duniawi, melainkan dalam ketaatan kepada Allah, yang puncaknya adalah ibadah sholat. Dengan mendirikan sholat, kita sedang menempuh jalan menuju kemenangan di dunia dan akhirat.
6. Penegasan Sholat Telah Didirikan (Kalimat Khas Komat)
قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ
Qad qāmatish-shalāh, Qad qāmatish-shalāh
Artinya: "Sungguh, sholat akan segera didirikan. Sungguh, sholat akan segera didirikan."
Inilah kalimat yang membedakan komat dari adzan. Diucapkan dua kali untuk penekanan, kalimat ini adalah pengumuman final. Kata "Qad" dalam bahasa Arab digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang pasti dan akan segera terjadi. Ini adalah momen krusial di mana imam dan makmum menyadari bahwa tidak ada lagi jeda; pertemuan agung dengan Allah akan segera berlangsung. Getaran dari kalimat ini seharusnya mampu menghilangkan sisa-sisa kelalaian dalam hati dan mengarahkan seluruh konsentrasi pada sholat.
7. Takbir Penutup
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
Allāhu Akbar, Allāhu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar."
Komat kembali diapit dengan takbir. Pengulangan ini memperkuat makna yang disampaikan di awal. Sebelum memulai sholat dengan takbiratul ihram, kita sekali lagi diingatkan tentang keagungan Allah yang tiada tara, memastikan bahwa hati kita benar-benar tunduk dan khusyuk di hadapan-Nya.
8. Kalimat Tauhid Penutup
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Lā ilāha illallāh
Artinya: "Tiada Tuhan selain Allah."
Seruan komat ditutup dengan kalimat tauhid, pondasi utama akidah Islam. Ini adalah penutup yang sempurna, menyegel seluruh seruan persiapan dengan ikrar keimanan yang paling murni. Dengan kalimat inilah kita hidup, dengan kalimat ini pula kita berharap untuk mati, dan dengan kalimat ini kita akan memulai ibadah sholat kita.
Perbedaan Lafadz Komat Antar Mazhab
Meskipun lafadz di atas adalah yang paling populer, penting untuk mengetahui bahwa terdapat sedikit perbedaan dalam praktik iqamah di antara mazhab-mazhab fiqih. Perbedaan ini bersumber dari riwayat hadis yang berbeda-beda, namun semuanya memiliki dasar yang kuat dan sah untuk diamalkan. Memahaminya akan menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai keragaman dalam praktik keagamaan.
1. Mazhab Syafi'i dan Maliki
Kedua mazhab ini berpegang pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Mahdzurah, di mana lafadz iqamah diucapkan sebanyak 11 kalimat. Sebagian besar lafadznya diucapkan berpasangan (dua kali), mirip dengan adzan, kecuali pada kalimat takbir pertama, `Qad qāmatish-shalāh`, dan kalimat tauhid terakhir. Ini adalah format yang telah kita bahas secara rinci di atas.
2. Mazhab Hanafi dan Hanbali
Kedua mazhab ini mengikuti riwayat dari Abdullah bin Zaid, yang juga merupakan perawi hadis tentang mimpi adzan. Dalam riwayat ini, lafadz iqamah diucapkan secara tunggal (satu kali) untuk setiap kalimatnya, kecuali pada takbir di awal dan akhir (`Allāhu Akbar`) serta kalimat `Qad qāmatish-shalāh` yang tetap diucapkan dua kali. Total kalimatnya juga 11, namun formatnya lebih ringkas.
Lafadznya akan terdengar seperti ini: Allāhu Akbar, Allāhu Akbar. Asyhadu an lā ilāha illallāh. Asyhadu anna Muhammadan Rasūlullāh. Hayya 'alash-shalāh. Hayya 'alal-falāh. Qad qāmatish-shalāh, Qad qāmatish-shalāh. Allāhu Akbar, Allāhu Akbar. Lā ilāha illallāh.
Kedua versi ini sama-sama valid dan didasarkan pada dalil-dalil yang shahih. Perbedaan ini adalah rahmat dan menunjukkan keluasan dalam syariat Islam.
Adab dan Sunnah Terkait Komat
Pelaksanaan komat tidak hanya sebatas mengucapkan lafadznya, tetapi juga diiringi dengan beberapa adab dan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Mengamalkan adab ini akan menyempurnakan ibadah kita.
Bagi yang Mengumandangkan Komat (Muqim)
- Suci dari Hadats: Disunnahkan bagi orang yang mengumandangkan komat untuk berada dalam keadaan suci (memiliki wudhu), sama seperti muadzin.
- Menghadap Kiblat: Hendaknya ia berdiri dan menghadap kiblat saat mengumandangkan komat.
- Diucapkan Lebih Cepat: Berbeda dengan adzan yang diucapkan dengan tartil (perlahan dan jelas), komat disunnahkan untuk diucapkan dengan tempo yang lebih cepat (al-hadr). Ini karena komat ditujukan untuk jamaah yang sudah hadir dan siap, sehingga tidak perlu jeda yang panjang antar kalimat.
- Tidak Menoleh: Saat mengucapkan "Hayya 'alash-shalāh" dan "Hayya 'alal-falāh", muqim tidak perlu menoleh ke kanan dan ke kiri sebagaimana yang dilakukan saat adzan. Hal ini karena tujuannya bukan lagi memanggil orang dari kejauhan, melainkan memberi tahu jamaah yang sudah ada di depannya.
- Dilakukan oleh Muadzin: Sunnahnya, orang yang mengumandangkan adzan adalah orang yang sama yang mengumandangkan komat. Hal ini berdasarkan hadis, "Barangsiapa yang mengumandangkan adzan, maka dialah yang berhak mengumandangkan iqamah." (HR. Tirmidzi).
Bagi Jamaah yang Mendengar Komat
- Mendengarkan dengan Saksama: Saat komat dikumandangkan, hendaknya jamaah menghentikan pembicaraan atau aktivitas lain dan mendengarkannya dengan penuh perhatian.
- Menjawab Seruan Komat: Disunnahkan bagi yang mendengar untuk menjawab setiap kalimat komat dengan ucapan yang sama, diucapkan secara lirih. Namun, ada pengecualian:
- Ketika muqim mengucapkan "Hayya 'alash-shalāh" dan "Hayya 'alal-falāh", jamaah menjawab dengan "Lā hawla wa lā quwwata illā billāh" (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
- Ketika muqim mengucapkan "Qad qāmatish-shalāh", jamaah disunnahkan menjawab dengan "Aqāmahallāhu wa adāmahā" (Semoga Allah menegakkan dan mengekalkan sholat ini).
- Berdiri dan Merapikan Shaf: Kapan jamaah harus berdiri? Terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama. Ada yang berpendapat berdiri sejak awal komat, ada yang saat mendengar "Hayya 'alash-shalāh", dan ada pula yang berpendapat berdiri saat mendengar "Qad qāmatish-shalāh". Pendapat yang paling umum adalah jamaah mulai berdiri dan merapikan shaf saat komat dimulai, sehingga ketika komat selesai, shaf sudah lurus dan rapat, siap untuk memulai sholat. Imam bertugas memastikan kelurusan dan kerapatan shaf sebelum memulai takbir.
- Berdoa Setelah Komat: Terdapat doa yang disunnahkan untuk dibaca setelah adzan, dan doa ini juga dianjurkan dibaca setelah komat selesai, sebelum takbiratul ihram. Doa ini mengandung permohonan agar syafaat Rasulullah SAW tercurah kepada kita di hari kiamat.
Hikmah dan Makna Spiritual di Balik Seruan Komat
Setiap syariat dalam Islam mengandung hikmah yang agung. Komat bukan sekadar penanda teknis dimulainya sholat, melainkan sebuah prosesi spiritual yang kaya akan makna.
1. Penegasan Kembali Tujuan Hidup
Rangkaian lafadz komat, mulai dari takbir hingga tahlil, adalah ringkasan dari akidah seorang muslim. Mengucapkannya sesaat sebelum sholat adalah seperti melakukan "restart" spiritual. Kita diingatkan kembali bahwa Allah Maha Besar, bahwa tiada yang berhak disembah selain Dia, dan bahwa Nabi Muhammad adalah panutan kita. Ini membantu membersihkan pikiran dari hal-hal duniawi dan memfokuskan hati pada tujuan penciptaan, yaitu untuk beribadah.
2. Transisi dari Alam Ghaflah ke Alam Hudhur
Komat adalah jembatan antara kondisi ghaflah (lalai) dengan kondisi hudhur (hadirnya hati bersama Allah). Sebelum komat, kita mungkin masih berbincang, memikirkan pekerjaan, atau urusan lainnya. Seruan "Qad qāmatish-shalāh" secara tegas memotong semua itu. Ia adalah proklamasi bahwa waktu untuk berdialog dengan Sang Raja Diraja telah tiba. Waktu untuk mengadu, memohon, dan bersyukur secara langsung kepada-Nya.
3. Membangun Disiplin dan Keteraturan Kolektif
Sholat berjamaah adalah cerminan dari persatuan dan keteraturan umat Islam. Komat memainkan peran penting dalam membangun disiplin ini. Begitu komat dikumandangkan, semua individu bergerak serempak untuk membentuk barisan yang lurus dan rapat. Tidak ada komando individual, yang ada hanyalah ketaatan kolektif terhadap satu seruan. Ini mengajarkan pentingnya persatuan, kesetaraan (berdiri bahu-membahu tanpa memandang status sosial), dan kepemimpinan (mengikuti arahan imam).
4. Persiapan Mental dan Psikologis
Dari sudut pandang psikologis, komat berfungsi sebagai pemicu (trigger) yang mempersiapkan mental seseorang untuk masuk ke dalam kondisi ibadah yang khusyuk. Sama seperti seorang atlet yang melakukan ritual pemanasan sebelum bertanding, seorang muslim melakukan "pemanasan spiritual" melalui komat. Setiap kalimatnya dirancang untuk membangkitkan kesadaran ilahiah dan mengkondisikan jiwa untuk pengalaman spiritual yang mendalam dalam sholat.
5. Mengusir Gangguan Setan
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika adzan dikumandangkan, setan lari terbirit-birit. Seruan yang mengandung nama Allah dan pengagungan kepada-Nya memiliki kekuatan untuk mengusir gangguan-gangguan gaib. Komat, yang juga berisi kalimat-kalimat agung, berfungsi sama. Ia membersihkan "arena" ibadah dari bisikan dan godaan setan, sehingga jamaah dapat melaksanakan sholat dengan lebih tenang dan fokus.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Seruan
Bacaan komat sholat adalah bagian tak terpisahkan dari keindahan dan kesempurnaan syariat Islam. Ia bukan sekadar pengumuman rutin, melainkan sebuah deklarasi iman, panggilan disiplin, dan gerbang menuju kekhusyukan. Setiap lafadznya, mulai dari takbir yang menggetarkan hingga tahlil yang menenangkan, memiliki bobot makna yang sangat dalam.
Dengan memahami bacaan komat, menghayati maknanya, dan mengamalkan adab-adab yang menyertainya, kita tidak lagi mendengarnya sebagai sinyal biasa. Sebaliknya, kita akan merasakannya sebagai sebuah panggilan suci yang mempersiapkan seluruh jiwa dan raga kita untuk menghadap Allah SWT. Semoga pemahaman ini dapat meningkatkan kualitas sholat kita, menjadikannya lebih khusyuk, lebih bermakna, dan diterima di sisi-Nya.