Memahami Bacaan Izhar: Panduan Terperinci dalam Ilmu Tajwid

ن

Pengantar Ilmu Tajwid dan Kedudukan Izhar

Membaca Al-Qur'an bukan sekadar melafalkan untaian kata, melainkan sebuah ibadah agung yang menuntut ketelitian, kekhusyukan, dan keindahan. Untuk mencapai kesempurnaan dalam membaca Kalamullah, umat Islam dibekali sebuah disiplin ilmu yang mulia, yaitu Ilmu Tajwid. Secara bahasa, tajwid berarti melakukan sesuatu dengan elok, indah, atau membaguskan. Dalam konteks Al-Qur'an, Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara melafalkan huruf-huruf Al-Qur'an dengan benar sesuai dengan tempat keluarnya (makhraj), sifat-sifatnya, serta hukum-hukum bacaan yang menyertainya ketika bertemu dengan huruf lain.

Tujuan utama mempelajari tajwid adalah untuk menjaga lisan dari kesalahan (lahn) saat membaca Al-Qur'an, sehingga makna ayat-ayat suci tetap terjaga dan tidak berubah. Di antara pilar-pilar penting dalam Ilmu Tajwid, terdapat hukum bacaan yang berkaitan dengan Nun Sakinah (نْ) dan Tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ). Hukum ini terbagi menjadi beberapa cabang, dan yang paling mendasar serta paling sering ditemui adalah hukum Izhar.

Secara etimologi, kata "Izhar" (إِظْهَار) berasal dari bahasa Arab yang berarti 'jelas', 'terang', atau 'menampakkan'. Dalam terminologi Ilmu Tajwid, Izhar adalah melafalkan atau mengucapkan huruf Nun Sakinah atau Tanwin dengan jelas dan tegas tanpa disertai dengung (ghunnah) ketika bertemu dengan huruf-huruf tertentu. Bacaan ini menjadi pondasi karena mengajarkan prinsip kejelasan artikulasi setiap huruf, yang merupakan esensi dari tartil dalam membaca Al-Qur'an. Memahami Izhar secara mendalam akan membuka pintu pemahaman terhadap hukum-hukum tajwid lainnya yang lebih kompleks seperti Idgham, Iqlab, dan Ikhfa. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk bacaan Izhar, mulai dari definisinya, jenis-jenisnya, huruf-hurufnya, hingga contoh-contoh praktis dalam ayat-ayat Al-Qur'an.

Definisi dan Makna Izhar

Untuk memahami sebuah konsep, kita perlu menelaahnya dari dua sisi: bahasa (lughah) dan istilah (ishthilah).

1. Makna Izhar Secara Bahasa

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kata Izhar (إِظْهَار) dalam bahasa Arab memiliki arti Al-Bayan wal Wudhuuh (الْبَيَانُ وَالْوُضُوْحُ), yang artinya adalah jelas, terang, dan nyata. Konsep ini menyiratkan tidak adanya kesamaran atau persembunyian. Ketika sesuatu di-izharkan, maka ia ditampilkan apa adanya tanpa ada yang ditutupi atau dileburkan.

2. Makna Izhar Secara Istilah Ilmu Tajwid

Dalam konteks Ilmu Tajwid, Izhar adalah mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya (tempat keluarnya) tanpa menambahkan suara dengung (ghunnah) pada huruf yang di-izharkan. Secara spesifik, ini merujuk pada pelafalan Nun Sakinah (نْ) atau Tanwin (fathatain, kasratain, dhommatain) yang dibaca dengan sangat jelas, tanpa ditahan, dan tanpa suara sengau yang memanjang ketika bertemu dengan huruf-huruf Izhar. Suara 'n' pada Nun Sakinah atau Tanwin diucapkan secara tegas dan singkat, kemudian langsung berpindah ke pengucapan huruf Izhar yang mengikutinya.

Prinsip utama dari Izhar adalah memisahkan dengan jelas antara suara Nun Sakinah/Tanwin dengan huruf sesudahnya. Tidak boleh ada jeda (saktah) yang memisahkan keduanya, tetapi juga tidak boleh ada peleburan (idgham) atau penyembunyian (ikhfa) suara. Semuanya harus terlafalkan dengan transparan dan murni sesuai hakikat hurufnya masing-masing.

Jenis-Jenis Izhar dalam Ilmu Tajwid

Meskipun seringkali ketika kita mendengar kata "Izhar" yang terlintas pertama kali adalah hukum Nun Sakinah dan Tanwin, sesungguhnya konsep "membaca jelas" ini diterapkan dalam beberapa kaidah tajwid. Secara umum, Izhar terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya yang paling utama adalah:

  1. Izhar Halqi: Terjadi ketika Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan (huruf halqiyah).
  2. Izhar Syafawi: Terjadi ketika Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah kecuali Mim (م) dan Ba (ب).
  3. Izhar Mutlaq (atau Izhar Wajib): Merupakan kasus khusus di mana Nun Sakinah bertemu dengan huruf Ya (ي) atau Waw (و) dalam satu kata.
  4. Izhar Qamariyah: Terjadi pada Lam Ta'rif (ال) ketika bertemu dengan salah satu dari empat belas huruf qamariyah.

Setiap jenis Izhar memiliki kondisi, huruf, dan cara penerapan yang spesifik. Untuk menguasainya, kita akan membahas satu per satu secara rinci.


1. Izhar Halqi (إِظْهَار حَلْقِي)

Izhar Halqi adalah jenis Izhar yang paling fundamental dan paling sering dibahas dalam hukum Nun Sakinah dan Tanwin. Disebut "Halqi" karena huruf-huruf yang menyebabkannya berasal dari makhraj Al-Halq (الحَلْقُ), yang berarti tenggorokan.

Huruf-Huruf Izhar Halqi

Terdapat enam huruf yang jika berada setelah Nun Sakinah atau Tanwin, maka bacaannya wajib Izhar Halqi. Keenam huruf ini adalah:

ء هـ ع ح غ خ

Keenam huruf ini keluar dari tiga bagian tenggorokan:

Karena makhraj Nun (ujung lidah) berjauhan dengan makhraj huruf-huruf halqi (tenggorokan), maka pelafalannya menjadi jelas dan tidak terpengaruh satu sama lain. Inilah hikmah mengapa hukumnya menjadi Izhar (jelas).

Cara Membaca Izhar Halqi

Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi Nun Sakinah (نْ) atau Tanwin secara jelas dan tegas, sesuai dengan makhrajnya, tanpa ada getaran atau dengungan (ghunnah) yang ditahan. Setelah suara 'n' terdengar sempurna, segera lanjutkan dengan mengucapkan huruf halqi yang ada di depannya tanpa jeda. Pastikan tidak ada pantulan (qalqalah) pada Nun Sakinah.

Contoh Penerapan Izhar Halqi dalam Al-Qur'an

Berikut ini adalah contoh-contoh rinci untuk setiap huruf Izhar Halqi, baik yang bertemu dengan Nun Sakinah maupun Tanwin.

A. Bertemu dengan Hamzah (ء)

Nun Sakinah bertemu Hamzah (ء):

مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ

Man aamana billaah.

Penjelasan: Pada lafal "Man aamana", huruf Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan Hamzah (ء). Maka, Nun Sakinah dibaca dengan jelas "n" tanpa dengung, langsung menyambung ke huruf Hamzah. Tidak dibaca "Mang aamana".

"...barangsiapa yang beriman kepada Allah..." (QS. Al-Baqarah: 62)

Tanwin bertemu Hamzah (ء):

وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا

Wa jannaatin alfaafaa.

Penjelasan: Pada lafal "jannaatin alfaafaa", harakat Fathatain (tanwin) pada huruf Ta (تٍ) menghasilkan bunyi 'n' sukun. Bunyi 'n' ini bertemu dengan Hamzah (ء). Maka, tanwin tersebut dibaca jelas "tin", tidak didengungkan.

"...dan kebun-kebun yang lebat?" (QS. An-Naba': 16)

B. Bertemu dengan Ha' (هـ)

Nun Sakinah bertemu Ha' (هـ):

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ

In huwa illaa dzikr.

Penjelasan: Pada lafal "In huwa", Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ha' (هـ). Bunyi 'n' dari Nun Sakinah dilafalkan secara tegas dan pendek, lalu dilanjutkan dengan huruf Ha'.

"(Al-Qur'an) ini tidak lain adalah peringatan..." (QS. Shad: 87)

Tanwin bertemu Ha' (هـ):

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Salaamun hiya hattaa mathla'il fajr.

Penjelasan: Pada lafal "Salaamun hiya", Dhommatain (tanwin) pada huruf Mim (مٌ) bertemu dengan huruf Ha' (هـ). Tanwin tersebut dibaca "mun" dengan jelas tanpa dengung.

"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 5)

C. Bertemu dengan 'Ain (ع)

Nun Sakinah bertemu 'Ain (ع):

أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

An'amta 'alaihim.

Penjelasan: Ini adalah contoh yang sangat sering kita baca dalam Surah Al-Fatihah. Pada lafal "An'amta", Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan 'Ain (ع). Nun dibaca jelas, tanpa ditahan, lalu langsung masuk ke makhraj 'Ain di tengah tenggorokan.

"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka." (QS. Al-Fatihah: 7)

Tanwin bertemu 'Ain (ع):

حَكِيمٌ عَلِيمٌ

Hakiimun 'aliim.

Penjelasan: Pada lafal "Hakiimun 'aliim", tanwin dhommatain pada Mim (مٌ) bertemu dengan huruf 'Ain (ع). Maka, tanwin tersebut diucapkan dengan jelas "mun", bukan "mung".

"...Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 32)

D. Bertemu dengan Ha' (ح)

Nun Sakinah bertemu Ha' (ح):

فَانْحَرْ

Fanhar.

Penjelasan: Dalam lafal "Fanhar", kita mendapati Nun Sakinah (نْ) diikuti oleh huruf Ha' (ح). Pembacaannya adalah dengan menjelaskan suara 'n' lalu menyambungnya dengan suara Ha' yang keluar dari tengah tenggorokan.

"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)

Tanwin bertemu Ha' (ح):

عَلِيمٌ حَكِيمٌ

'Aliimun hakiim.

Penjelasan: Pada lafal 'Aliimun hakiim", tanwin dhommatain pada Mim (مٌ) bertemu dengan huruf Ha' (ح). Bunyi "nun" pada tanwin harus dibaca dengan jelas dan tegas.

"...Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. At-Tahrim: 2)

E. Bertemu dengan Ghain (غ)

Nun Sakinah bertemu Ghain (غ):

فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُءُوسَهُمْ

Fasayunghidhuuna ilaika ru'uusahum.

Penjelasan: Dalam kata "Fasayunghidhuuna", Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan Ghain (غ). Nun sukun dilafalkan dengan jelas tanpa ada unsur dengung sama sekali sebelum masuk ke huruf Ghain.

"...maka mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu..." (QS. Al-Isra': 51)

Tanwin bertemu Ghain (غ):

عَذَابٌ غَلِيظٌ

'Adzaabun ghaliizh.

Penjelasan: Pada frasa 'Adzaabun ghaliizh", tanwin dhommatain pada Ba (بٌ) bertemu dengan Ghain (غ). Bunyi 'n' dari tanwin wajib dibaca izhar atau jelas.

"...azab yang keras." (QS. Hud: 58)

F. Bertemu dengan Kha' (خ)

Nun Sakinah bertemu Kha' (خ):

وَالْمُنْخَنِقَةُ

Wal munkhaniqah.

Penjelasan: Pada kata "munkhaniqah", Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan Kha' (خ). Pelafalan yang benar adalah dengan menampakkan suara 'n' secara murni, lalu diikuti dengan pengucapan huruf Kha' dari tenggorokan bagian atas.

"...dan (diharamkan bagimu) yang tercekik..." (QS. Al-Ma'idah: 3)

Tanwin bertemu Kha' (خ):

قَوْمٍ خَصِمِينَ

Qaumin khashimiin.

Penjelasan: Pada lafal "Qaumin khashimiin", tanwin kasratain pada Mim (مٍ) bertemu dengan huruf Kha' (خ). Tanwin dibaca jelas "min" tanpa ada unsur samar atau dengung.

"...suatu kaum yang suka membantah." (QS. Az-Zukhruf: 58)

2. Izhar Syafawi (إِظْهَار شَفَوِي)

Setelah memahami Izhar Halqi yang berkaitan dengan Nun Sakinah dan Tanwin, kini kita beralih ke hukum yang berkaitan dengan Mim Sakinah (مْ), yaitu Izhar Syafawi.

Disebut "Syafawi" karena hukum ini melibatkan huruf Mim (مْ) yang makhrajnya adalah Asy-Syafatain (الشفتين), artinya dua bibir. Izhar Syafawi terjadi ketika Mim Sakinah (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah, kecuali dua huruf: Mim (م) dan Ba (ب).

Jika Mim Sakinah bertemu Mim (م), hukumnya adalah Idgham Mitslain (atau Idgham Syafawi). Jika Mim Sakinah bertemu Ba (ب), hukumnya adalah Ikhfa Syafawi. Selain kedua huruf tersebut, maka hukumnya adalah Izhar Syafawi. Ini berarti ada 26 huruf yang menjadi penyebab terjadinya Izhar Syafawi.

Cara Membaca Izhar Syafawi

Cara membacanya adalah dengan melafalkan huruf Mim Sakinah (مْ) secara jelas dengan bibir tertutup rapat (tanpa ada celah), namun tidak ditahan terlalu lama yang bisa menimbulkan dengung berlebihan. Suara 'm' harus diucapkan dengan tegas dan singkat, kemudian langsung berpindah ke pengucapan huruf berikutnya. Perlu kewaspadaan ekstra saat Mim Sakinah bertemu dengan Waw (و) dan Fa (ف) karena kedekatan makhrajnya dapat menyebabkan bacaan menjadi samar (ikhfa) jika tidak hati-hati.

Contoh Penerapan Izhar Syafawi

Berikut adalah beberapa contoh Izhar Syafawi dengan berbagai huruf.

Mim Sakinah (مْ) bertemu Ta (ت):

أَمْ تَحْسَبُ

Am tahsabu.

Penjelasan: Mim sukun pada "Am" dibaca jelas, bibir dirapatkan sejenak lalu langsung dibuka untuk mengucapkan huruf Ta (ت).

"Apakah kamu mengira..." (QS. Al-Furqan: 44)

Mim Sakinah (مْ) bertemu Tsa (ث):

أَمْثَالُكُم

Amtsaalukum.

Penjelasan: Bunyi 'm' pada "Amtsaalukum" harus dibaca jelas dan tidak samar. Rapatkan bibir dengan sempurna saat melafalkan Mim Sakinah.

"...(umat-umat) seperti kamu juga..." (QS. Al-An'am: 38)

Mim Sakinah (مْ) bertemu Jim (ج):

لَهُمْ جَنَّاتٌ

Lahum jannaat.

Penjelasan: Ucapkan Mim sukun pada "Lahum" dengan jelas sebelum melafalkan huruf Jim (ج).

"Bagi mereka surga-surga..." (QS. Al-Bayyinah: 8)

Mim Sakinah (مْ) bertemu Dal (د):

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ

Laqad jaa-akum rasuul.

Penjelasan: Pada lafal "jaa-akum rasuul", Mim Sakinah bertemu Ra'. Bacaan Mim harus jelas.

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul..." (QS. At-Taubah: 128)

Mim Sakinah (مْ) bertemu Kaf (ك):

إِنَّكُمْ كُنتُمْ

Innakum kuntum.

Penjelasan: Bunyi 'm' pada "Innakum" harus dibaca jelas sebelum mengucapkan huruf Kaf (ك).

"Sesungguhnya kamu dahulu..." (QS. Ash-Shaffat: 29)

Mim Sakinah (مْ) bertemu Fa (ف) - Perlu Perhatian Khusus:

هُمْ فِيهَا

Hum fiihaa.

Penjelasan: Karena makhraj Fa (bibir bawah bertemu ujung gigi seri atas) berdekatan dengan makhraj Mim (kedua bibir), ada potensi bacaan Mim menjadi samar. Pastikan bibir tertutup rapat sempurna saat melafalkan "Hum" sebelum beralih ke huruf Fa'.

"...mereka di dalamnya..." (QS. Al-Mu'minun: 103)

Mim Sakinah (مْ) bertemu Waw (و) - Perlu Perhatian Khusus:

قُلُوبُهُمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ

Quluubihim wa 'alaa sam'ihim.

Penjelasan: Sama seperti Fa', makhraj Waw (memonyongkan kedua bibir) juga berdekatan dengan makhraj Mim. Hati-hati jangan sampai Mim pada "sam'ihim" menjadi Ikhfa (samar) saat bertemu Waw. Ucapkan 'm' dengan jelas dan rapat.

"...hati mereka, dan pada pendengaran mereka..." (QS. Al-Baqarah: 7)

3. Izhar Mutlaq (إِظْهَار مُطْلَق) atau Izhar Wajib

Izhar Mutlaq adalah jenis izhar yang merupakan pengecualian dari kaidah Idgham Bighunnah. Hukum Idgham Bighunnah terjadi ketika Nun Sakinah atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari empat huruf: Ya (ي), Nun (ن), Mim (م), dan Waw (و). Namun, ada kondisi khusus di mana pertemuan ini tidak dibaca idgham, melainkan wajib dibaca izhar.

Kondisi tersebut adalah: Apabila Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ya (ي) atau Waw (و) dalam satu kata yang sama.

Jika syarat ini terpenuhi, maka Nun Sakinah harus dibaca secara jelas (izhar) dan tidak boleh dileburkan (idgham) ke dalam huruf setelahnya. Hikmah di balik hukum ini adalah untuk menjaga keaslian makna kata tersebut. Jika dibaca idgham, maknanya bisa menjadi samar atau bahkan berubah. Disebut "Mutlaq" (absolut) atau "Wajib" karena keharusan untuk membacanya secara jelas dalam kondisi spesifik ini.

Dalam riwayat Hafs dari 'Ashim, hanya terdapat empat kata di dalam Al-Qur'an yang mengandung hukum Izhar Mutlaq ini:

1. Kata "الدُّنْيَا" (Ad-Dunya)

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Wa mal hayaatud-dunyaa illaa mataa'ul ghuruur.

Penjelasan: Pada kata الدُّنْيَا (Ad-Dunya), terdapat Nun Sakinah (نْ) yang bertemu dengan huruf Ya (ي) dalam satu kata. Maka, Nun Sakinah ini wajib dibaca jelas "dun-ya", bukan dilebur menjadi "duy-ya". Aturan ini berlaku di setiap kali kata "Dunya" muncul di Al-Qur'an.

"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Ali 'Imran: 185)

2. Kata "بُنْيَانٌ" (Bunyanun)

كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ

Ka annahum bunyaanun marshuush.

Penjelasan: Pada kata بُنْيَانٌ (Bunyanun), Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Ya (ي) dalam satu kata. Oleh karena itu, Nun Sakinah dibaca secara izhar: "bun-yanun", bukan "buy-yanun".

"...seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash-Shaff: 4)

3. Kata "قِنْوَانٌ" (Qinwanun)

وَمِنَ النَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ

Wa minan nakhli min thal'ihaa qinwaanun daaniyah.

Penjelasan: Pada kata قِنْوَانٌ (Qinwanun), Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Waw (و) dalam satu kata. Ini adalah pengecualian dari Idgham Bighunnah. Nun Sakinah harus dibaca jelas: "qin-wanun", bukan "qiw-wanun".

"Dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai..." (QS. Al-An'am: 99)

4. Kata "صِنْوَانٌ" (Shinwanun)

وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ

Wa zar'un wa nakhiilun shinwaanun wa ghairu shinwaanin.

Penjelasan: Pada kata صِنْوَانٌ (Shinwanun), Nun Sakinah (نْ) bertemu dengan huruf Waw (و) dalam satu kata. Sama seperti kasus sebelumnya, Nun Sakinah wajib dibaca Izhar: "shin-wanun", bukan "shiw-wanun".

"...tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang..." (QS. Ar-Ra'd: 4)

4. Izhar Qamariyah (إِظْهَار قَمَرِيَّة)

Jenis Izhar terakhir yang akan kita bahas berkaitan dengan hukum Alif Lam Ta'rif (ال), atau yang sering disebut "Al" di awal kata benda untuk menjadikannya definitif (ma'rifah). Lam (ل) pada Alif Lam ini bisa dibaca dengan dua cara, tergantung pada huruf pertama dari kata yang mengikutinya. Salah satunya adalah dibaca Izhar, yang dikenal dengan sebutan Izhar Qamariyah atau Alif Lam Qamariyah.

"Qamariyah" dinisbatkan pada kata "Al-Qamar" (القمر) yang berarti bulan. Huruf Lam (ل) pada kata "Al-Qamar" dibaca dengan jelas. Ini dijadikan contoh untuk hukum ini, di mana Lam sukun (لْ) pada Alif Lam dibaca jelas seperti membaca bulan.

Huruf-Huruf Izhar Qamariyah

Terdapat 14 huruf hijaiyah yang jika berada setelah Alif Lam (ال), maka Lam tersebut wajib dibaca Izhar (jelas). Huruf-huruf ini terkumpul dalam kalimat:

إِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهُ

Ke-14 huruf tersebut adalah:

ء ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و هـ ي

Cara Membaca Izhar Qamariyah

Cara membacanya adalah dengan melafalkan huruf Lam sukun (لْ) pada Alif Lam (ال) dengan jelas dan tegas. Ujung lidah menekan pada gusi gigi seri atas tempat makhraj Lam, lalu dilepaskan untuk mengucapkan huruf qamariyah setelahnya. Tanda pada mushaf untuk Alif Lam Qamariyah adalah adanya tanda sukun ( ْ ) di atas huruf Lam.

Contoh Penerapan Izhar Qamariyah

Berikut adalah beberapa contohnya:

Huruf Contoh Lafal Transliterasi Penjelasan
ء (Alif/Hamzah) الْأَرْض Al-Ardh Lam dibaca jelas sebelum Hamzah.
ب (Ba) الْبَيْت Al-Bait Lam dibaca jelas sebelum Ba.
ج (Jim) الْجَنَّة Al-Jannah Lam dibaca jelas sebelum Jim.
ح (Ha) الْحَمْدُ Al-Hamdu Lam dibaca jelas sebelum Ha.
خ (Kha) الْخَبِير Al-Khabiir Lam dibaca jelas sebelum Kha.
ع (Ain) الْعَالَمِينَ Al-'Aalamiin Lam dibaca jelas sebelum 'Ain.
غ (Ghain) الْغَفُور Al-Ghafuur Lam dibaca jelas sebelum Ghain.
ف (Fa) الْفَلَق Al-Falaq Lam dibaca jelas sebelum Fa.
ق (Qaf) الْقَمَر Al-Qamar Lam dibaca jelas sebelum Qaf.
ك (Kaf) الْكِتَاب Al-Kitaab Lam dibaca jelas sebelum Kaf.
م (Mim) الْمُؤْمِنُون Al-Mu'minuun Lam dibaca jelas sebelum Mim.
و (Waw) الْوَدُود Al-Waduud Lam dibaca jelas sebelum Waw.
هـ (Ha) الْهُدَى Al-Hudaa Lam dibaca jelas sebelum Ha.
ي (Ya) الْيَوْم Al-Yaum Lam dibaca jelas sebelum Ya.

Kesimpulan dan Pentingnya Mempraktikkan Izhar

Izhar, yang berarti 'jelas', adalah salah satu hukum tajwid paling fundamental yang mengajarkan kita untuk memberikan hak setiap huruf sesuai makhraj dan sifatnya. Dari pembahasan yang mendalam, kita telah mempelajari empat jenis utama Izhar:

Menguasai hukum Izhar adalah langkah awal yang krusial dalam memperbaiki dan memperindah bacaan Al-Qur'an. Dengan melafalkan setiap huruf secara jelas pada tempatnya, kita tidak hanya menghindari kesalahan fatal (lahn jaliy) yang bisa mengubah makna, tetapi juga mulai merasakan keindahan irama dan struktur bahasa Al-Qur'an. Praktik yang konsisten, terutama di bawah bimbingan seorang guru yang mumpuni (talaqqi), akan menyempurnakan pelafalan kita dan menjadikan bacaan kita lebih dekat dengan bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semoga Allah memudahkan kita semua dalam mempelajari dan mengamalkan Ilmu Tajwid demi meraih ridha-Nya.

🏠 Kembali ke Homepage