Sholawat merupakan salah satu amalan paling mulia dalam Islam, sebuah jembatan cinta dan penghormatan dari seorang hamba kepada junjungan mulia, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara sekian banyak redaksi sholawat, terdapat satu sholawat yang memiliki kedudukan istimewa dan disepakati oleh para ulama sebagai sholawat yang paling utama (afdhal). Sholawat tersebut adalah Sholawat Ibrahimiyah.
Mengapa sholawat ini begitu agung? Jawabannya terletak pada asal-usulnya. Sholawat Ibrahimiyah bukanlah gubahan manusia, bukan pula karangan seorang wali atau ulama, melainkan sebuah lafaz yang diajarkan langsung oleh lisan mulia Rasulullah SAW kepada para sahabatnya ketika mereka bertanya tentang cara terbaik bersholawat. Inilah yang menjadikannya sebagai standar tertinggi dalam memuji dan mendoakan beliau, yang bahkan menjadi rukun dalam setiap shalat kita.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan Sholawat Ibrahimiyah, mulai dari bacaannya yang benar sesuai riwayat, transliterasi untuk membantu pelafalan, terjemahan mendalam, hingga rahasia dan keutamaan agung yang terkandung di dalamnya. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya melafalkannya sebagai rutinitas, tetapi juga mampu meresapi setiap maknanya dengan hati yang khusyuk dan penuh pemahaman.
Bacaan Lengkap Sholawat Ibrahimiyah
Berikut adalah bacaan Sholawat Ibrahimiyah yang paling shahih dan masyhur, sebagaimana yang kita baca dalam tasyahud akhir setiap shalat. Perhatikan setiap huruf dan harakatnya agar pelafalannya sempurna.
Teks Arab
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ, إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Transliterasi Latin
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa Ibraahiim wa 'alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa baarakta 'alaa Ibraahiim wa 'alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
Terjemahan Bahasa Indonesia
"Ya Allah, berikanlah shalawat (pujian dan kemuliaan) kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
Sejarah dan Landasan Hadits
Keshahihan dan keutamaan Sholawat Ibrahimiyah tidak diragukan lagi karena bersumber langsung dari hadits-hadits shahih. Konteksnya adalah ketika para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW setelah turunnya ayat 56 dari Surat Al-Ahzab:
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
Para sahabat yang senantiasa bersemangat dalam kebaikan, segera bertanya, "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?"
Menjawab pertanyaan inilah, Rasulullah SAW mengajarkan lafaz Sholawat Ibrahimiyah. Salah satu riwayat yang paling terkenal adalah yang diriwayatkan oleh Ka'ab bin 'Ujrah radhiyallahu 'anhu, yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim:
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui kami. Lalu kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana kami mengucapkan salam padamu. Lalu bagaimana kami bershalawat padamu?’ Beliau bersabda, ‘Ucapkanlah: Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad… (hingga akhir lafaz sholawat)’." (HR. Bukhari no. 3370 dan Muslim no. 406).
Adanya riwayat yang mutawatir (diriwayatkan oleh banyak jalur) dalam kitab-kitab hadits primer seperti Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan lainnya, mengukuhkan status sholawat ini sebagai bacaan sholawat yang paling otentik dan paling dianjurkan.
Makna Mendalam di Setiap Lafaznya
Untuk benar-benar menghayati Sholawat Ibrahimiyah, kita perlu menyelami makna yang terkandung dalam setiap frasa yang menyusunnya. Ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan untaian doa dan pujian yang sarat makna.
1. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ (Allahumma shalli 'alaa Muhammad)
Allahumma adalah panggilan mesra dan agung kepada Allah, yang berarti "Ya Allah". Penggunaan "Allahumma" lebih spesifik dan lebih dalam daripada sekadar "Ya Allah".
Shalli 'alaa secara harfiah berarti "berikanlah shalawat kepada". Makna shalawat dari Allah kepada Nabi-Nya bukanlah seperti doa kita. Para ulama menafsirkannya sebagai pujian Allah kepada Nabi Muhammad SAW di hadapan para malaikat-Nya yang mulia (al-mala'ul a'la), serta curahan rahmat, kemuliaan, dan pengagungan yang tiada henti.
Jadi, ketika kita mengucapkan kalimat ini, kita sedang memohon kepada Allah untuk senantiasa memuji, mengagungkan, dan melimpahkan rahmat tertinggi-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.
2. وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ (wa 'alaa aali Muhammad)
Frasa ini berarti "dan kepada keluarga Muhammad". Siapakah yang dimaksud dengan "Aali Muhammad" (keluarga Muhammad)? Terdapat beberapa penafsiran di kalangan ulama:
- Pendapat pertama (yang paling kuat): Mereka adalah istri-istri beliau dan keturunannya yang beriman. Ini didasarkan pada konteks doa untuk keluarga Nabi Ibrahim.
- Pendapat kedua: Mereka adalah orang-orang beriman dari kalangan Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
- Pendapat ketiga (lebih luas): Mereka adalah seluruh pengikut Nabi Muhammad SAW yang beriman hingga akhir zaman. Dalam konteks ini, ketika kita membaca sholawat, kita juga mendoakan diri kita sendiri dan seluruh umat Islam.
Mendoakan keluarga Nabi menunjukkan betapa mulianya kedudukan mereka dan ini merupakan bagian dari kesempurnaan cinta kita kepada Rasulullah SAW.
3. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ (kamaa shallaita 'alaa Ibraahiim wa 'alaa aali Ibraahiim)
Ini adalah tasybih atau perumpamaan, "sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim". Mengapa disamakan dengan Nabi Ibrahim AS? Ada beberapa hikmah besar:
- Status Mulia: Nabi Ibrahim AS memiliki kedudukan yang sangat tinggi, dijuluki sebagai Khalilullah (Kekasih Allah) dan Abul Anbiya' (Bapak para Nabi). Banyak nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, berasal dari keturunannya.
- Kesempurnaan Nikmat: Dengan memohon shalawat untuk Nabi Muhammad SAW seperti yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim AS, kita memohon agar Allah memberikan pujian dan kemuliaan yang paling sempurna dan paling agung kepada junjungan kita, sebagaimana kesempurnaan nikmat yang telah dianugerahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya yang shalih.
- Terkabulnya Doa: Doa Nabi Ibrahim AS di masa lalu, "Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri..." (QS. Al-Baqarah: 129) telah dijawab oleh Allah dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Sholawat ini seakan menyambungkan ikatan mulia antara dua nabi agung ini.
4. اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ (Allahumma baarik 'alaa Muhammad)
Bagian kedua dari sholawat ini adalah permohonan "barakah" (keberkahan). Kata baarik berasal dari kata barakah, yang artinya adalah an-namaa' waz-ziyadah (tumbuh, berkembang, dan bertambah). Keberkahan adalah kebaikan ilahi yang langgeng, terus-menerus, dan bertambah.
Kita memohon kepada Allah agar melimpahkan keberkahan yang abadi kepada Nabi Muhammad SAW. Keberkahan ini mencakup segala aspek: keberkahan pada risalahnya, pada ajarannya, pada keturunannya, pada umatnya, dan pada segala peninggalan baiknya hingga hari kiamat.
5. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ (kamaa baarakta 'alaa Ibraahiim)
Sama seperti permohonan shalawat, permohonan keberkahan juga disandingkan dengan Nabi Ibrahim AS. Kita tahu bahwa Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dianugerahi keberkahan yang luar biasa. Dari keturunannya lahir para nabi dan orang-orang shalih yang tak terhitung jumlahnya. Kita memohon keberkahan yang sama agungnya, bahkan lebih, untuk Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.
6. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ (innaka hamiidum majiid)
Sholawat ini ditutup dengan dua Asmaul Husna, Al-Hamid (Maha Terpuji) dan Al-Majid (Maha Mulia). Ini adalah penutup yang sempurna.
Hamiid: Engkau, ya Allah, adalah Dzat yang Maha Terpuji atas segala perbuatan dan ketetapan-Mu. Engkau terpuji karena telah memilih Muhammad SAW sebagai nabi-Mu dan Ibrahim AS sebagai kekasih-Mu. Segala pujian mutlak hanya milik-Mu.
Majiid: Engkau adalah Dzat yang Maha Mulia, yang memiliki sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan. Kemuliaan-Mu tidak terbatas. Dari kemuliaan-Mu inilah Engkau melimpahkan shalawat dan barakah kepada para nabi dan hamba-hamba pilihan-Mu.
Penutup ini adalah bentuk pengakuan atas keagungan Allah, bahwa hanya Dia yang layak dipuji dan hanya Dia sumber segala kemuliaan. Ini juga menjadi penegas bahwa terkabulnya doa kita semata-mata karena sifat terpuji dan kemuliaan-Nya.
Keutamaan Agung Mengamalkan Sholawat Ibrahimiyah
Membaca Sholawat Ibrahimiyah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat sebagai wirid harian, memiliki fadhilah atau keutamaan yang sangat besar. Berikut adalah beberapa di antaranya, berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah:
1. Melaksanakan Perintah Allah SWT
Keutamaan tertinggi adalah bahwa dengan bersholawat, kita sedang menjalankan perintah langsung dari Allah SWT yang tertera dalam Surat Al-Ahzab ayat 56. Ini adalah bentuk ketaatan dan ibadah itu sendiri.
2. Mendapat Balasan 10 Kali Lipat dari Allah
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim no. 408).
Shalawat dari Allah berarti Dia akan melimpahkan rahmat, ampunan, dan pujian kepada hamba tersebut sebanyak sepuluh kali lipat. Sungguh sebuah keuntungan yang luar biasa.
3. Diangkat Derajatnya dan Dihapus Kesalahannya
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan ditinggikan baginya sepuluh derajat." (HR. An-Nasa'i, shahih).
Setiap satu sholawat yang kita ucapkan menjadi sebab diangkatnya kedudukan kita di sisi Allah dan diampuninya dosa-dosa kecil kita.
4. Menjadi Sebab Terkabulnya Doa
Doa yang diapit oleh sholawat di awal dan di akhirnya memiliki peluang lebih besar untuk dikabulkan. Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya doa itu terhenti di antara langit dan bumi, tidak akan naik sedikit pun darinya sampai engkau bershalawat atas Nabimu shallallahu 'alaihi wa sallam." (Atsar riwayat At-Tirmidzi).
Para ulama menganjurkan untuk memulai doa dengan pujian kepada Allah, kemudian sholawat kepada Nabi, lalu memanjatkan hajat, dan menutupnya kembali dengan sholawat.
5. Meraih Syafaat Rasulullah SAW di Hari Kiamat
Salah satu harapan terbesar setiap muslim adalah mendapatkan syafaat (pertolongan) dari Nabi Muhammad SAW di hari kiamat. Memperbanyak sholawat adalah salah satu cara utama untuk meraihnya.
"Orang yang paling berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku." (HR. At-Tirmidzi, hasan).
6. Mendapat Balasan Salam Langsung dari Nabi
Meskipun beliau telah wafat, sholawat dan salam dari umatnya akan sampai kepada beliau. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah akan mengembalikan ruhku kepadaku sehingga aku bisa membalas salamnya." (HR. Abu Dawud, shahih).
Betapa bahagianya seorang hamba yang salam dan sholawatnya dijawab langsung oleh manusia paling mulia.
7. Dihilangkan Kesusahan dan Diampuni Dosa
Dalam sebuah hadits panjang yang masyhur, Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berapa banyak porsi doanya yang harus ia alokasikan untuk bersholawat. Setelah Ubay berkata akan menjadikan seluruh doanya untuk bersholawat, Rasulullah SAW bersabda:
"Jika demikian, maka akan dicukupkan kesusahanmu dan akan diampuni dosamu." (HR. At-Tirmidzi, hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa dengan memfokuskan diri dalam bersholawat, Allah akan mengambil alih penyelesaian urusan dunia dan akhirat kita.
Tata Cara Membaca yang Benar (Tajwid dan Makhraj)
Untuk mendapatkan kesempurnaan pahala, penting untuk melafalkan Sholawat Ibrahimiyah dengan benar sesuai kaidah tajwid dan makhraj (tempat keluarnya huruf).
Beberapa Poin Penting:
- Shad (ص) pada kata صَلِّ (Shalli): Huruf ini harus diucapkan dengan tebal (tafkhim), bukan seperti huruf 'S' biasa. Hindari membacanya "solli". Latih dengan mengangkat pangkal lidah.
- 'Ain (ع) pada kata عَلَى ('Alaa): Huruf ini keluar dari tengah tenggorokan. Ucapkan dengan jelas, bedakan dengan huruf 'A' biasa.
- Ha (ح) pada مُحَمَّدٍ (Muhammad) dan حَمِيْدٌ (Hamiid): Ini adalah ha' pedas yang keluar dari tengah tenggorokan, berbeda dengan ha' biasa (ه) yang keluar dari pangkal tenggorokan.
- Qaf (ق): Meskipun tidak ada dalam sholawat ini, seringkali dalam doa lain ada huruf ini. Penting untuk membedakannya dengan Kaf (ك).
- Panjang Pendek (Mad): Perhatikan harakat panjang seperti pada kata آلِ (aali), كَمَا (kamaa), إِبْرَاهِيْمَ (Ibraahiim). Baca sesuai panjangnya, jangan terburu-buru.
Cara terbaik untuk memperbaiki bacaan adalah dengan mendengarkan dari qari' yang terpercaya atau belajar langsung kepada seorang guru (talaqqi).
Mengintegrasikan Sholawat Ibrahimiyah dalam Kehidupan
Sholawat Ibrahimiyah bukan hanya bacaan di akhir shalat. Keagungannya layak untuk dijadikan wirid harian yang senantiasa membasahi lisan dan hati kita.
Kapan Membacanya?
- Dalam Tasyahud Akhir Shalat: Ini adalah posisi wajib dan rukun menurut sebagian mazhab.
- Sebagai Dzikir Pagi dan Petang: Rasulullah SAW menganjurkan membaca sholawat 10 kali di pagi hari dan 10 kali di sore hari.
- Setiap Kali Nama Nabi Disebut: Ketika kita mendengar, membaca, atau menulis nama "Muhammad", sunnah untuk menyertainya dengan sholawat. Rasulullah SAW menyebut orang yang tidak bersholawat ketika namanya disebut sebagai orang yang bakhil (pelit).
- Pada Hari Jumat: Hari Jumat adalah hari yang paling dianjurkan untuk memperbanyak sholawat. "Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat, karena shalawat umatku akan diperlihatkan kepadaku pada setiap hari Jumat." (HR. Al-Baihaqi, hasan).
- Saat Memulai dan Mengakhiri Doa: Seperti yang telah dijelaskan, ini adalah adab berdoa yang akan memperbesar kemungkinan doa kita diterima.
Menjadikan Sholawat Ibrahimiyah sebagai amalan rutin akan menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Rasulullah SAW. Cinta inilah yang akan menjadi bahan bakar untuk meneladani akhlak dan sunnah beliau dalam setiap aspek kehidupan. Semakin sering kita bersholawat, semakin dekat pula hati kita dengan beliau, dan semoga kita semua dikumpulkan bersamanya di surga Firdaus yang tertinggi.
Kesimpulan
Sholawat Ibrahimiyah adalah anugerah terbesar dari Allah SWT yang diajarkan melalui lisan Nabi-Nya. Ia adalah bacaan sholawat paling sempurna, paling otentik, dan paling agung. Kandungan maknanya begitu dalam, menggabungkan pujian tertinggi bagi Nabi Muhammad SAW dengan menyandingkannya pada kemuliaan Nabi Ibrahim AS, sambil mengakui kebesaran Allah sebagai Dzat Yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Keutamaannya tidak terhitung, mulai dari balasan sepuluh kali lipat, penghapusan dosa, pengangkatan derajat, hingga menjadi kunci terkabulnya doa dan syafaat di hari kiamat. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga bacaan ini dalam shalat kita dengan pelafalan yang benar, merenungi maknanya, dan menjadikannya sebagai dzikir harian yang tak pernah lekang dari lisan. Semoga dengan wasilah sholawat ini, kita mendapatkan cinta Allah dan Rasul-Nya, serta keberkahan hidup di dunia dan akhirat.