Panduan Lengkap Doa Masuk dan Keluar Masjid Beserta Adabnya
Gerbang masjid, pintu menuju ketenangan dan keberkahan.
Masjid, dalam ajaran Islam, bukan sekadar bangunan fisik tempat melaksanakan salat. Ia adalah jantung spiritual komunitas Muslim, sebuah pusat peradaban, tempat menimba ilmu, dan oase ketenangan di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia. Disebut sebagai Baitullah atau Rumah Allah, masjid memiliki kedudukan yang sangat mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan serangkaian adab atau etiket yang agung bagi siapa saja yang hendak memasukinya. Salah satu adab terpenting yang menjadi gerbang pembuka interaksi seorang hamba dengan Rumah-Nya adalah dengan melantunkan doa.
Doa masuk dan keluar masjid merupakan cerminan kesadaran seorang Muslim akan keagungan tempat yang akan ia masuki dan tinggalkan. Ini bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan sebuah pengakuan tulus akan kelemahan diri dan kebutuhan mutlak akan pertolongan serta rahmat Allah SWT. Dengan berdoa, kita mengubah tindakan fisik melangkahkan kaki menjadi sebuah ibadah yang bernilai, menyambungkan setiap gerak-gerik kita dengan kesadaran ilahiah. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang doa-doa tersebut, makna yang terkandung di dalamnya, serta adab-adab mulia yang menyertainya, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Doa Masuk Masjid: Memohon Terbukanya Pintu Rahmat
Ketika seorang Muslim melangkahkan kakinya menuju masjid, ia sedang berjalan menuju sumber rahmat, ampunan, dan ketenangan. Langkahnya adalah langkah untuk melepaskan sejenak urusan duniawi dan sepenuhnya menghadap kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW saat memasuki masjid sangatlah relevan dengan tujuan ini: memohon agar Allah membukakan pintu-pintu rahmat-Nya.
Lafal Doa Masuk Masjid yang Umum
اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Allahummaftahlii abwaaba rahmatik.
"Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu."
Doa ini diriwayatkan dalam banyak hadis, salah satunya adalah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Humaid atau Abu Usaid, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaklah ia mengucapkan, 'Allahummaftahlii abwaaba rahmatik' (Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu). Dan jika ia keluar, maka hendaklah ia mengucapkan, 'Allahumma inni as-aluka min fadhlik' (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu)." (HR. Muslim no. 713)
Membedah Makna Doa Masuk Masjid
Setiap kata dalam doa ini mengandung makna yang sangat dalam dan patut untuk kita renungkan:
1. اللَّهُمَّ (Allahumma) - Ya Allah
Panggilan "Allahumma" adalah bentuk seruan yang paling intim dan penuh penghormatan kepada Allah. Ia menggabungkan nama "Allah" dengan imbuhan "mim" yang bertasydid, yang menurut para ulama bahasa Arab, berfungsi untuk menunjukkan kekhususan, keagungan, dan kesungguhan dalam berdoa. Ketika kita mengucapkan "Allahumma", kita sedang memanggil Dzat Yang Maha Agung dengan penuh kerendahan hati, mengakui bahwa hanya kepada-Nya kita memohon.
2. افْتَحْ لِي (Iftah lii) - Bukakanlah untukku
Kata kerja "iftah" (bukakanlah) adalah sebuah permohonan. Kita tidak meminta untuk sekadar masuk, tetapi memohon agar "dibukakan". Ini menyiratkan bahwa tanpa pertolongan dan izin Allah, kita tidak akan mampu mengakses apa yang ada di baliknya. Kita menyadari bahwa rahmat adalah milik-Nya, dan hanya Dia yang memiliki kunci untuk membuka pintunya. Permohonan ini juga menunjukkan kesadaran bahwa mungkin ada penghalang—berupa dosa, kelalaian, atau kesombongan—yang menghalangi kita dari rahmat-Nya, sehingga kita memohon agar Allah menyingkirkan semua penghalang tersebut.
3. أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ (Abwaaba rahmatik) - Pintu-pintu rahmat-Mu
Inilah inti dari permohonan kita. Mengapa kita meminta "rahmat" secara spesifik saat memasuki masjid? Karena masjid adalah tempat di mana rahmat Allah turun dengan begitu melimpah. Rahmat (kasih sayang) di sini memiliki spektrum makna yang sangat luas:
- Rahmat Taufik dan Hidayah: Kita memohon agar di dalam masjid, Allah memberikan kita taufik untuk dapat beribadah dengan khusyuk, memahami ilmu agama, dan merasakan manisnya iman.
- Rahmat Ampunan (Maghfirah): Kita memasuki Rumah-Nya dengan membawa beban dosa, dan kita berharap rahmat-Nya turun dalam bentuk ampunan atas segala kesalahan dan kelalaian kita.
- Rahmat Ketenangan (Sakinah): Masjid adalah tempat untuk menenangkan jiwa. Kita memohon agar rahmat Allah terwujud dalam bentuk ketenangan batin, kedamaian hati, dan hilangnya segala keresahan.
- Rahmat Penerimaan Amal: Kita memohon agar setiap ibadah yang kita lakukan di dalam masjid—mulai dari salat, zikir, hingga membaca Al-Qur'an—diterima oleh Allah SWT.
Penggunaan kata "abwaab" (pintu-pintu) dalam bentuk jamak juga sangat indah. Ini mengisyaratkan bahwa rahmat Allah itu tidak terbatas pada satu bentuk saja, melainkan sangat luas dan beragam. Kita memohon agar seluruh pintu rahmat-Nya, baik yang kita ketahui maupun tidak, dibukakan selebar-lebarnya untuk kita saat berada di dalam Rumah-Nya.
Versi Doa Masuk Masjid yang Lebih Lengkap
Terdapat juga riwayat lain yang menyertakan selawat kepada Nabi Muhammad SAW sebelum doa utama. Menambahkan selawat adalah amalan yang sangat dianjurkan karena ia menjadi salah satu sebab terkabulnya doa.
بِسْمِ اللهِ، وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Bismillahi wassalaamu 'alaa rasuulillah. Allahummaghfirlii dzunuubii waftahlii abwaaba rahmatik.
"Dengan nama Allah, dan semoga selawat serta salam tercurah kepada Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu."
Versi ini menambahkan tiga elemen penting: memulai dengan Basmalah, berselawat kepada Rasulullah SAW, dan memohon ampunan (maghfirah) secara eksplisit sebelum meminta rahmat. Ini adalah adab berdoa yang sangat luhur, yaitu memuji Allah, berselawat kepada Nabi-Nya, mengakui dosa, baru kemudian menyampaikan hajat utama. Ini mengajarkan kita sebuah urutan prioritas dalam berhubungan dengan Allah: pengagungan, pengakuan, baru permohonan.
Adab-Adab Mulia Saat Memasuki Masjid
Doa yang kita panjatkan akan semakin sempurna jika diiringi dengan adab-adab fisik dan batin yang mencerminkan penghormatan kita kepada masjid. Adab-adab ini bukanlah sekadar formalitas, melainkan bagian tak terpisahkan dari ibadah itu sendiri.
1. Mendahulukan Kaki Kanan
Salah satu sunnah yang konsisten diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah menggunakan anggota tubuh bagian kanan untuk hal-hal yang baik dan mulia. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
"Termasuk dari sunnah, jika engkau masuk masjid, engkau mendahulukan kaki kananmu, dan jika engkau keluar, engkau mendahulukan kaki kirimu." (HR. Al-Hakim, dan ia menshahihkannya)
Tindakan sederhana ini memiliki makna simbolis yang kuat. Kanan diasosiasikan dengan kebaikan, keberkahan (yamin, yumn), dan kemuliaan. Dengan mendahulukan kaki kanan, kita seolah-olah melangkah ke dalam kebaikan, memasuki zona spiritual yang penuh berkah. Ini adalah cara fisik untuk mengekspresikan niat baik kita saat memasuki Rumah Allah.
2. Niat yang Tulus dan Ikhlas
Sebelum melangkahkan kaki, luruskan niat di dalam hati. Niatkan kedatangan kita ke masjid semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT, baik itu untuk salat, berzikir, membaca Al-Qur'an, menuntut ilmu, atau i'tikaf. Niat inilah yang akan membedakan nilai sebuah amalan. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Dianjurkan pula untuk berniat i'tikaf (berdiam diri di masjid untuk ibadah) meskipun hanya sesaat, agar setiap detik kita di dalam masjid tercatat sebagai pahala i'tikaf.
3. Berpakaian Bersih, Rapi, dan Menutup Aurat
Masjid adalah tempat kita bertemu dengan Allah, Sang Raja diraja. Sudah sepatutnya kita datang dengan penampilan terbaik yang kita miliki. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid..." (QS. Al-A'raf: 31)
Ayat ini menekankan pentingnya berhias diri saat ke masjid. Ini mencakup kebersihan pakaian dari najis dan kotoran, kerapian, serta aroma yang wangi (tidak berlebihan). Yang terpenting adalah pakaian tersebut harus menutup aurat secara sempurna sesuai dengan syariat Islam.
4. Menjaga Kebersihan Diri dan Menghindari Bau Tidak Sedap
Selain kebersihan pakaian, kebersihan diri juga sangat penting. Rasulullah SAW sangat menekankan hal ini, terutama bagi mereka yang telah mengonsumsi makanan dengan bau yang menyengat seperti bawang putih atau bawang merah mentah. Beliau bersabda:
"Barangsiapa yang memakan bawang putih atau bawang merah, maka hendaklah ia menjauhi kami," atau beliau bersabda, "hendaklah ia menjauhi masjid kami dan tetap tinggal di rumahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Larangan ini bukan karena zatnya, melainkan karena baunya yang dapat mengganggu kenyamanan jemaah lain dan bahkan para malaikat. Hadis ini memberikan pelajaran universal tentang pentingnya menjaga kenyamanan bersama di ruang publik, terutama di tempat ibadah.
5. Melaksanakan Salat Tahiyatul Masjid
Salat Tahiyatul Masjid adalah salat dua rakaat yang dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada masjid. Hukumnya adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Rasulullah SAW bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk sampai ia salat dua rakaat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Salat ini berfungsi sebagai "salam pembuka" kita kepada Rumah Allah. Ia mempersiapkan jiwa dan raga kita untuk ibadah selanjutnya, menciptakan jeda antara kesibukan dunia luar dengan kekhusyukan di dalam masjid. Namun, ada beberapa pengecualian. Jika seseorang masuk masjid dan salat fardhu sudah akan dimulai (iqamah sudah dikumandangkan), maka ia langsung bergabung dengan salat fardhu tanpa perlu melakukan Tahiyatul Masjid terlebih dahulu. Begitu pula jika ia masuk pada waktu-waktu terlarang untuk salat sunnah mutlak (seperti setelah salat Subuh hingga matahari terbit), para ulama memiliki perbedaan pendapat, namun pendapat yang kuat membolehkannya karena ia termasuk salat sunnah yang memiliki sebab.
Doa Keluar Masjid: Memohon Karunia dan Anugerah-Nya
Setelah selesai menunaikan ibadah dan mengisi ulang energi spiritual di dalam masjid, seorang Muslim akan kembali ke panggung kehidupan dunia. Ia akan kembali berinteraksi, bekerja, dan mencari rezeki. Islam tidak memisahkan antara ibadah dan kehidupan sehari-hari. Justru, energi dari ibadah harus dibawa keluar untuk mewarnai aktivitas duniawi. Doa keluar masjid merefleksikan transisi ini secara sempurna.
Lafal Doa Keluar Masjid
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
Allahumma innii as-aluka min fadhlik.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu."
Doa ini, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim sebelumnya, adalah pasangan dari doa masuk masjid. Keduanya membentuk sebuah siklus permohonan yang indah dan penuh makna.
Membedah Makna Doa Keluar Masjid
Mari kita telaah lebih dalam setiap frasa dari doa yang singkat namun padat ini:
1. اللَّهُمَّ إِنِّي (Allahumma innii) - Ya Allah, sesungguhnya aku
Sama seperti pada doa masuk, seruan "Allahumma" menandakan kepasrahan total. Penambahan kata "innii" (sesungguhnya aku) berfungsi sebagai penegasan (taukid) atas kesungguhan permohonan kita. Ini bukan permintaan yang main-main, melainkan sebuah pengakuan tulus dari seorang hamba yang menyadari bahwa segala kebaikan yang akan ia jumpai di luar masjid berasal dari Allah semata.
2. أَسْأَلُكَ (As-aluka) - Aku memohon kepada-Mu
Kata "as-alu" (aku memohon) menunjukkan posisi kita sebagai peminta yang fakir di hadapan Dzat Yang Maha Kaya. Setelah kita "mengisi" diri dengan rahmat di dalam masjid, kita kini memohon "bekal" untuk perjalanan kita di luar. Ini adalah adab yang luhur; kita tidak keluar dengan rasa sombong atau merasa cukup, tetapi tetap dalam kondisi memohon dan bergantung kepada Allah.
3. مِنْ فَضْلِكَ (Min fadhlik) - Dari karunia-Mu
Inilah inti dari doa keluar masjid. Kata "fadhl" (karunia, anugerah, keutamaan) adalah sebuah istilah yang sangat komprehensif. Mengapa kita meminta "fadhl" saat keluar, berbeda dengan "rahmat" saat masuk? Para ulama memberikan penjelasan yang sangat indah:
- Rahmat adalah untuk akhirat, Fadhl adalah untuk dunia: Saat di dalam masjid, fokus utama kita adalah ibadah yang berorientasi pada akhirat, maka kita memohon rahmat (kasih sayang, ampunan, surga). Saat keluar, kita akan kembali berurusan dengan dunia (bekerja, berniaga, belajar), maka kita memohon "fadhl" yang lebih identik dengan kebaikan-kebaikan duniawi yang halal dan diberkahi.
- Koneksi dengan Ayat Al-Qur'an: Permohonan ini selaras dengan firman Allah setelah memerintahkan salat Jumat: "Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah (min fadhillah) dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah: 10). Ayat ini secara eksplisit menghubungkan aktivitas mencari rezeki di luar masjid dengan mencari "karunia Allah".
- Spektrum Makna Fadhl: Karunia (fadhl) yang kita minta mencakup segala hal, seperti: rezeki yang halal dan baik, ilmu yang bermanfaat, kesehatan dan keselamatan, kemudahan dalam segala urusan, serta taufik untuk tetap berbuat kebaikan meskipun sudah berada di luar masjid.
Dengan demikian, doa ini adalah pernyataan bahwa meskipun kita melangkah keluar dari "Rumah Allah", kita tidak pernah sedetik pun lepas dari pengawasan, perlindungan, dan anugerah-Nya. Kita membawa spirit ibadah ke dalam aktivitas duniawi kita, memohon agar setiap langkah kita di luar sana juga bernilai ibadah dan mendatangkan karunia dari-Nya.
Versi Doa Keluar Masjid yang Lebih Lengkap
Sama seperti doa masuk, ada juga versi yang lebih panjang yang menyertakan selawat dan permohonan perlindungan dari setan, yang sangat relevan karena kita akan kembali ke dunia luar di mana godaan setan lebih gencar.
بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ، اللَّهُمَّ اعْصِمْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Bismillahi wassholaatu wassalaamu 'alaa rasuulillah. Allahumma innii as-aluka min fadhlik, allahumma'shimnii minasy syaithaanir rajiim.
"Dengan nama Allah, selawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu. Ya Allah, lindungilah aku dari setan yang terkutuk."
Penambahan permohonan perlindungan dari setan (`a'shimnii minasy syaithaanir rajiim`) adalah sebuah langkah preventif yang sangat strategis. Di dalam masjid, kita berada dalam benteng perlindungan. Saat keluar, setan-setan telah menunggu di pintu untuk kembali menggoda dan melalaikan manusia. Dengan doa ini, kita memohon kepada Allah untuk membentengi kita dari segala bisikan dan tipu daya mereka, sehingga efek positif dari ibadah di masjid tidak langsung hilang begitu kita melangkah keluar.
Adab-Adab Mulia Saat Keluar Masjid
Sebagaimana saat masuk, proses keluar dari masjid pun diatur oleh adab yang menunjukkan konsistensi kita dalam beretika.
1. Mendahulukan Kaki Kiri
Berkebalikan dengan saat masuk, sunnah saat keluar masjid adalah mendahulukan kaki kiri. Ini mengikuti kaidah umum dalam Islam untuk menggunakan bagian kiri untuk hal-hal yang kurang mulia (seperti masuk kamar mandi atau membersihkan diri) dibandingkan dengan bagian kanan. Keluar dari masjid, meskipun menuju kebaikan (mencari karunia Allah), secara tingkatan dianggap "turun" dari kemuliaan berada di dalam Rumah-Nya. Ini adalah bentuk kerendahan hati dan pengakuan atas keagungan masjid.
2. Menjaga Kekhusyukan dan Ketenangan
Ketenangan dan kekhusyukan yang didapat di dalam masjid hendaknya tidak langsung sirna begitu melangkahkan kaki keluar. Hindari langsung berbicara keras, tertawa terbahak-bahak, atau sibuk dengan gawai tepat di depan pintu masjid. Berilah jeda sejenak agar efek ibadah meresap ke dalam jiwa. Bawa serta ketenangan itu dalam perjalanan pulang dan dalam interaksi dengan keluarga dan masyarakat.
3. Bertekad untuk Kembali
Seorang Muslim yang hatinya terpaut pada masjid akan selalu merasa rindu untuk kembali. Saat keluar, tanamkan dalam hati niat dan tekad untuk kembali lagi ke masjid pada waktu salat berikutnya. Perasaan inilah yang akan membuat seseorang termasuk dalam salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat, yaitu "seorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid."
Hikmah dan Filosofi di Balik Adab Masuk dan Keluar Masjid
Rangkaian doa dan adab ini bukanlah sekadar rutinitas. Di baliknya tersimpan hikmah dan filosofi yang mendalam tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya memandang dunia dan akhirat.
Dualitas Rahmat dan Fadhl: Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Perbedaan permohonan antara "rahmat" (saat masuk) dan "fadhl" (saat keluar) adalah pelajaran paling berharga tentang keseimbangan hidup. Islam mengajarkan kita untuk tidak menjadi ekstrem.
Saat di masjid, kita adalah hamba yang fokus pada urusan ukhrawi. Kita memohon rahmat, ampunan, dan surga. Pikiran kita terpusat pada hubungan vertikal dengan Allah.
Saat keluar dari masjid, kita kembali menjadi khalifah di muka bumi. Kita diperintahkan untuk bekerja, berjuang, dan mencari karunia Allah (fadhl). Kita membangun hubungan horizontal dengan sesama makhluk.
Doa ini mengajarkan bahwa kedua dunia ini—dunia ibadah mahdhah dan dunia muamalah—sama-sama membutuhkan pertolongan Allah. Ibadah kita butuh rahmat-Nya agar diterima, dan pekerjaan kita butuh karunia-Nya agar berkah. Inilah cerminan dari doa sapu jagat: "Rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah."
Membangun Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Dalam terminologi modern, adab-adab ini adalah latihan mindfulness atau kesadaran penuh. Dengan berhenti sejenak di pintu untuk berdoa, memilih kaki mana yang akan melangkah lebih dulu, kita dipaksa untuk sadar akan tindakan kita. Kita tidak masuk dan keluar masjid secara otomatis atau sambil lalu. Setiap transisi menjadi momen yang disadari dan bernilai ibadah. Latihan kesadaran ini, jika diterapkan secara konsisten, akan meluas ke aspek-aspek kehidupan lainnya, membuat kita menjadi pribadi yang lebih sadar akan kehadiran Allah dalam setiap situasi.
Perlindungan dari Musuh Abadi
Doa-doa ini adalah senjata spiritual kita. Masjid adalah benteng, dan setan menunggu di luarnya. Dengan berdoa saat masuk, kita memohon izin kepada "Pemilik Rumah" untuk masuk ke dalam benteng perlindungan-Nya. Dengan berdoa saat keluar, kita memohon persenjataan dan perisai kepada-Nya untuk menghadapi musuh yang telah menanti. Ini menanamkan keyakinan bahwa kita tidak pernah sendirian dalam perjuangan melawan godaan setan.
Kesimpulan: Gerbang Ibadah, Pintu Kehidupan
Doa masuk dan keluar masjid adalah lebih dari sekadar hafalan kalimat. Ia adalah kunci pembuka dan penutup sebuah episode spiritual dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim. Melalui doa ini, kita belajar untuk menghormati Rumah Allah, menyadari posisi kita sebagai hamba yang senantiasa membutuhkan pertolongan-Nya, dan memahami bagaimana menyeimbangkan antara urusan akhirat dan dunia.
Dengan mendahulukan kaki kanan seraya memohon rahmat, kita melangkah ke dalam oase spiritual. Dan dengan mendahulukan kaki kiri seraya memohon karunia, kita melangkah kembali ke medan perjuangan hidup dengan bekal dan perlindungan dari-Nya. Mengamalkan sunnah yang tampak sederhana ini secara konsisten adalah wujud cinta kita kepada Rasulullah SAW dan cara kita untuk menyulam zikir dan kesadaran ilahi ke dalam setiap jengkal langkah kehidupan kita. Semoga Allah SWT senantiasa membukakan bagi kita pintu-pintu rahmat-Nya saat kita berada di dalam rumah-Nya, dan melimpahkan karunia-Nya saat kita bertebaran di muka bumi untuk mencari rezeki-Nya.