Surat Al-Waqiah: Teks Latin, Arab, dan Terjemahan Lengkap

Sebuah panduan mendalam tentang Surat Al-Waqiah, surat ke-56 dalam Al-Qur'an, yang dikenal sebagai surat kekayaan dan pengingat akan hari akhir.

Ilustrasi Kaligrafi Islam Sebuah ilustrasi abstrak yang terinspirasi dari seni Islam, melambangkan spiritualitas dan ketenangan.

"Apabila terjadi hari Kiamat, tidak ada seorang pun yang (dapat) mendustakan kejadiannya."

Pengenalan Surat Al-Waqiah

Surat Al-Waqiah (الواقعة) adalah surat ke-56 dalam mushaf Al-Qur'an. Surat ini terdiri dari 96 ayat dan tergolong sebagai surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan di kota Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama "Al-Waqiah" sendiri berarti "Hari Kiamat", yang diambil dari ayat pertama surat ini. Sesuai dengan namanya, tema utama surat ini adalah gambaran yang sangat jelas dan detail mengenai peristiwa hari kiamat, kebangkitan, serta penggolongan manusia menjadi tiga kelompok berdasarkan amal perbuatan mereka di dunia.

Surat ini tidak hanya berbicara tentang kengerian hari akhir, tetapi juga melukiskan dengan indah kenikmatan surga yang tak terhingga bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta azab pedih yang menanti para pendurhaka. Gaya bahasanya yang kuat, puitis, dan penuh dengan perumpamaan membuat pesannya sangat menusuk ke dalam hati dan pikiran, mengajak setiap pembacanya untuk merenungkan kembali tujuan hidup dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi setelah kematian.

Keutamaan dan Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah

Di kalangan umat Islam, Surat Al-Waqiah dikenal memiliki banyak keutamaan, terutama yang berkaitan dengan rezeki dan perlindungan dari kefakiran. Meskipun beberapa hadis yang menyebutkan keutamaannya memiliki status yang diperdebatkan oleh para ulama hadis, mengamalkan surat ini sebagai bentuk ikhtiar spiritual dan tawakal kepada Allah SWT adalah perbuatan yang sangat dianjurkan. Beberapa keutamaan yang sering dinisbatkan kepada surat ini antara lain:

1. Pelindung dari Kemiskinan

Ini adalah keutamaan yang paling populer. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa barangsiapa yang membaca Surat Al-Waqiah setiap malam, ia tidak akan ditimpa kemiskinan atau kefakiran selamanya. Salah satu hadis yang sering dikutip adalah dari Abdullah bin Mas'ud, yang meskipun sanadnya dianggap lemah oleh sebagian ulama, pesannya telah mengakar kuat. Pesan ini dapat dipahami secara spiritual bahwa dengan merenungkan kekuasaan Allah yang dibentangkan dalam surat ini—dari penciptaan manusia, tumbuhan, hingga air—seseorang akan memiliki keyakinan penuh bahwa Allah-lah Sang Maha Pemberi Rezeki. Keyakinan ini akan menghilangkan rasa takut akan kemiskinan dan menumbuhkan sikap optimis serta semangat bekerja yang dilandasi tawakal.

2. Pengingat Dahsyatnya Hari Kiamat

Fungsi utama surat ini adalah sebagai pengingat (tazkirah) akan hari akhir. Dengan membaca dan merenungi ayat-ayatnya, iman seseorang kepada hari kiamat akan semakin kokoh. Gambaran detail tentang bagaimana bumi diguncangkan, gunung-gunung dihancurkan, dan manusia dibagi menjadi tiga golongan (golongan kanan, golongan kiri, dan golongan yang terdahulu) memaksa kita untuk melakukan introspeksi diri. Apakah kita sudah berada di jalan yang benar? Amalan apa yang sudah kita siapkan? Renungan ini akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kualitas ibadah dan menjauhi perbuatan maksiat.

3. Mendatangkan Ketenangan Jiwa

Membaca Al-Qur'an, termasuk Surat Al-Waqiah, adalah zikir yang paling utama. Aktivitas ini mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam hati. Ketika seseorang dilanda kecemasan, terutama masalah finansial, membaca surat ini dapat menjadi terapi spiritual. Dengan menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha, hati akan menjadi lebih lapang dan pasrah, meyakini bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan dan setiap rezeki telah diatur dengan sempurna oleh-Nya.

4. Memperkuat Tauhid dan Keyakinan pada Kekuasaan Allah

Pada bagian akhir surat ini, Allah menantang manusia untuk merenungkan fenomena alam yang sering dianggap biasa: proses penciptaan manusia dari air mani, tumbuhnya tanaman dari benih, turunnya hujan dari awan, dan nyalanya api. Ayat-ayat ini adalah bukti nyata akan kekuasaan Allah yang tak terbatas. Dengan merenungkannya, seorang hamba akan semakin menyadari kelemahan dirinya dan keagungan Tuhannya. Keyakinan ini adalah pondasi dari tauhid, yang akan membebaskan manusia dari ketergantungan kepada selain Allah.

Waktu Terbaik untuk Membaca Surat Al-Waqiah

Tidak ada waktu khusus yang diwajibkan untuk membaca Surat Al-Waqiah. Namun, berdasarkan beberapa riwayat dan anjuran para ulama, ada beberapa waktu yang dianggap lebih utama untuk mengamalkannya:

Yang terpenting dari semuanya adalah konsistensi (istiqamah). Mengamalkannya secara rutin, meskipun hanya sekali sehari, akan lebih baik daripada membacanya dalam jumlah banyak tetapi hanya sesekali.

Tafsir Ringkas dan Kandungan Surat Al-Waqiah

Secara garis besar, isi kandungan Surat Al-Waqiah dapat dibagi menjadi beberapa bagian utama:

Bagian Pertama: Deskripsi Hari Kiamat dan Tiga Golongan Manusia (Ayat 1-56)

Surat ini dibuka dengan pernyataan tegas tentang kepastian terjadinya Hari Kiamat (Al-Waqiah). Peristiwa ini digambarkan sangat dahsyat: bumi diguncangkan sehebat-hebatnya dan gunung-gunung luluh lantak menjadi debu yang beterbangan. Pada saat itulah, seluruh manusia akan dibagi menjadi tiga golongan utama:

  1. Ashabul Maymanah (Golongan Kanan): Mereka adalah orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Balasan bagi mereka adalah surga yang penuh kenikmatan. Al-Qur'an melukiskan surga mereka dengan sangat indah: berada di antara pohon bidara yang tak berduri, pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, buah-buahan yang banyak, serta didampingi oleh bidadari-bidadari suci yang sebaya. Deskripsi ini bertujuan untuk memotivasi manusia agar berlomba-lomba dalam kebaikan.
  2. Ashabul Mash'amah (Golongan Kiri): Mereka adalah orang-orang kafir dan pendurhaka. Balasan bagi mereka adalah neraka yang penuh penderitaan. Keadaan mereka digambarkan sangat kontras dengan golongan kanan: berada dalam siksaan angin yang amat panas (samum), air yang mendidih (hamim), dan naungan dari asap hitam yang pekat, yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Makanan mereka adalah dari pohon zaqqum yang pahit dan memenuhi perut mereka dengan api. Gambaran ini berfungsi sebagai peringatan keras agar manusia menjauhi kekafiran dan kemaksiatan.
  3. As-Sabiqun As-Sabiqun (Orang-orang yang Terdahulu): Mereka adalah golongan istimewa, yaitu orang-orang yang paling dahulu beriman dan beramal saleh. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan (muqarrabun) kepada Allah. Kedudukan mereka lebih tinggi dari golongan kanan. Mereka ditempatkan di surga yang paling tinggi, Jannatun Na'im, dilayani oleh anak-anak muda yang kekal, dengan gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang tidak memabukkan. Kenikmatan mereka adalah yang paling sempurna.

Bagian Kedua: Bukti Kekuasaan Allah dan Bantahan terhadap Keraguan (Ayat 57-74)

Setelah menggambarkan balasan bagi setiap golongan, Allah kemudian menyajikan argumen-argumen rasional untuk membuktikan kekuasaan-Nya atas hari kebangkitan, yang seringkali diingkari oleh kaum kafir. Allah mengajak manusia untuk berpikir:

Rentetan pertanyaan retoris ini bertujuan untuk meruntuhkan kesombongan manusia dan menyadarkan mereka bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berada dalam genggaman kekuasaan Allah SWT.

Bagian Ketiga: Penegasan tentang Kemuliaan Al-Qur'an (Ayat 75-82)

Di bagian ini, Allah bersumpah dengan posisi bintang-bintang—sebuah sumpah yang agung—untuk menegaskan kebenaran dan kemuliaan Al-Qur'an. Allah menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah bacaan yang sangat mulia, yang tersimpan dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), dan tidak ada yang menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan (para malaikat). Ayat ini menekankan kesucian Al-Qur'an dan menegur orang-orang yang meremehkan atau mendustakannya.

Bagian Keempat: Detik-detik Kematian dan Ketidakberdayaan Manusia (Ayat 83-96)

Surat ini ditutup dengan gambaran yang sangat dramatis tentang sakaratul maut. Ketika nyawa seseorang telah sampai di kerongkongan, tidak ada seorang pun—baik keluarga, teman, maupun dokter—yang mampu menahannya. Allah menegaskan bahwa Dia lebih dekat kepada orang yang sedang sekarat itu daripada orang-orang di sekelilingnya. Pada saat genting inilah, takdir akhir manusia ditentukan. Jika ia termasuk golongan yang didekatkan (muqarrabun) atau golongan kanan (ashabul yamin), maka ia akan mendapatkan ketenteraman, rezeki, dan surga kenikmatan. Namun, jika ia termasuk golongan pendusta dan sesat (ashabul mash'amah), maka ia akan disambut dengan hidangan air mendidih dan dibakar dalam api neraka. Surat ini diakhiri dengan penegasan bahwa semua yang dijelaskan ini adalah kebenaran yang sangat nyata (haqqul yaqin), dan diakhiri dengan perintah untuk bertasbih mengagungkan nama Allah Yang Maha Agung.

Bacaan Lengkap Surat Al-Waqiah: Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah bacaan lengkap Surat Al-Waqiah ayat 1-96 beserta tulisan latin dan terjemahan bahasa Indonesianya untuk memudahkan Anda dalam membaca dan memahaminya.

Ayat 1

اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ

Iżā waqa‘atil-wāqi‘ah(tu).

Artinya: Apabila terjadi hari Kiamat,

Ayat 2

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ

Laisa liwaq‘atihā kāżibah(tun).

Artinya: tidak ada seorang pun yang (dapat) mendustakan kejadiannya.

Ayat 3

خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ ۙ

Khāfiḍatur rāfi‘ah(tun).

Artinya: (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).

Ayat 4

اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّا ۙ

Iżā rujjatil-arḍu rajjā(n).

Artinya: Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,

Ayat 5

وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا ۙ

Wa bussatil-jibālu bassā(n).

Artinya: dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,

Ayat 6

فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّا ۙ

Fakānat habā'am mumbaṡṡā(n).

Artinya: maka jadilah ia debu yang beterbangan,

Ayat 7

وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ

Wa kuntum azwājan ṡalāṡah(tan).

Artinya: dan kamu menjadi tiga golongan.

Ayat 8

فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ

Fa aṣḥābul-maimanati mā aṣḥābul-maimanah(ti).

Artinya: Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.

Ayat 9

وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ

Wa aṣḥābul-masy'amati mā aṣḥābul-masy'amah(ti).

Artinya: Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

Ayat 10

وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ

Was-sābiqūnas-sābiqūn(a).

Artinya: Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga).

Ayat 11

اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ

Ulā'ikal-muqarrabūn(a).

Artinya: Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah).

Ayat 12

فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ

Fī jannātin-na‘īm(i).

Artinya: Berada dalam surga kenikmatan.

Ayat 13

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

Ṡullatum minal-awwalīn(a).

Artinya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,

Ayat 14

وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

Wa qalīlum minal-ākhirīn(a).

Artinya: dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.

Ayat 15

عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ

‘Alā sururim mauḍūnah(tin).

Artinya: Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata,

Ayat 16

مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ

Muttaki'īna ‘alaihā mutaqābilīn(a).

Artinya: seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.

Ayat 17

يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ

Yaṭūfu ‘alaihim wildānum mukhalladūn(a).

Artinya: Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,

Ayat 18

بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ

Bi'akwābiw wa abārīqa wa ka'sim mim ma‘īn(in).

Artinya: dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,

Ayat 19

لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ

Lā yuṣadda‘ūna ‘anhā wa lā yunzifūn(a).

Artinya: mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

Ayat 20

وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ

Wa fākihatim mimmā yatakhayyarūn(a).

Artinya: dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,

Ayat 21

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ

Wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahūn(a).

Artinya: dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.

Ayat 22

وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ

Wa ḥūrun ‘īn(un).

Artinya: Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,

Ayat 23

كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ

Ka'amṡālil-lu'lu'il-maknūn(i).

Artinya: laksana mutiara yang tersimpan baik.

Ayat 24

جَزَاۤءً ۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Jazā'am bimā kānū ya‘malūn(a).

Artinya: Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.

Ayat 25

لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ

Lā yasma‘ūna fīhā lagwaw wa lā ta'ṡīmā(n).

Artinya: Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,

Ayat 26

اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا

Illā qīlan salāman salāmā(n).

Artinya: akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.

Ayat 27

وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ

Wa aṣḥābul-yamīni mā aṣḥābul-yamīn(i).

Artinya: Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.

Ayat 28

فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ

Fī sidrim makhḍūd(in).

Artinya: Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,

Ayat 29

وَطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ

Wa ṭalḥim manḍūd(in).

Artinya: dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),

Ayat 30

وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ

Wa ẓillim mamdūd(in).

Artinya: dan naungan yang terbentang luas,

Ayat 31

وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ

Wa mā'im maskūb(in).

Artinya: dan air yang tercurah,

Ayat 32

وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ

Wa fākihah(tin) kaṡīrah(tin).

Artinya: dan buah-buahan yang banyak,

Ayat 33

لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ

Lā maqṭū‘atiw wa lā mamnū‘ah(tin).

Artinya: yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya,

Ayat 34

وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

Wa furusyim marfū‘ah(tin).

Artinya: dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

Ayat 35

اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ

Innā ansya'nāhunna insyā'ā(n).

Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,

Ayat 36

فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ

Faja‘alnāhunna abkārā(n).

Artinya: dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,

Ayat 37

عُرُبًا اَتْرَابًاۙ

‘Uruban atrābā(n).

Artinya: penuh cinta lagi sebaya umurnya,

Ayat 38

لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ ࣖ

Li'aṣḥābil-yamīn(i).

Artinya: (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,

Ayat 39

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

Ṡullatum minal-awwalīn(a).

Artinya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,

Ayat 40

وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

Wa ṡullatum minal-ākhirīn(a).

Artinya: dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.

Ayat 41

وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ

Wa aṣḥābusy-syimāli mā aṣḥābusy-syimāl(i).

Artinya: Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

Ayat 42

فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ

Fī samūmiw wa ḥamīm(in).

Artinya: Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih,

Ayat 43

وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ

Wa ẓillim miy yaḥmūm(in).

Artinya: dan dalam naungan asap yang hitam.

Ayat 44

لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ

Lā bāridiw wa lā karīm(in).

Artinya: Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

Ayat 45

اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ

Innahum kānū qabla żālika mutrafīn(a).

Artinya: Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.

Ayat 46

وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ

Wa kānū yuṣirrūna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm(i).

Artinya: Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.

Ayat 47

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ

Wa kānū yaqūlūn(a), a'iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a'innā lamab‘ūṡūn(a).

Artinya: Dan mereka selalu mengatakan, “Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?

Ayat 48

اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ

Awa ābā'unal-awwalūn(a).

Artinya: Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?”

Ayat 49

قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ

Qul innal-awwalīna wal-ākhirīn(a).

Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian,

Ayat 50

لَمَجْمُوْعُوْنَ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ

Lamajmū‘ūna ilā mīqāti yaumim ma‘lūm(in).

Artinya: benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.

Ayat 51

ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ

Ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllūnal-mukażżibūn(a).

Artinya: Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,

Ayat 52

لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ

La'ākilūna min syajarim min zaqqūm(in).

Artinya: benar-benar akan memakan pohon zaqqum,

Ayat 53

فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ

Famāli'ūna minhal-buṭūn(a).

Artinya: dan akan memenuhi perutmu dengannya.

Ayat 54

فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ

Fasyāribūna ‘alaihi minal-ḥamīm(i).

Artinya: Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.

Ayat 55

فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ

Fasyāribūna syurbal-hīm(i).

Artinya: Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.

Ayat 56

هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ

Hāżā nuzuluhum yaumad-dīn(i).

Artinya: Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan.

Ayat 57

نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ

Naḥnu khalaqnākum falaulā tuṣaddiqūn(a).

Artinya: Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?

Ayat 58

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ

Afara'aitum mā tumnūn(a).

Artinya: Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.

Ayat 59

ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ

A'antum takhluqūnahū am naḥnul-khāliqūn(a).

Artinya: Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?

Ayat 60

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ

Naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbūqīn(a).

Artinya: Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan,

Ayat 61

عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

‘Alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi'akum fī mā lā ta‘lamūn(a).

Artinya: untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu dan menciptakan kamu kelak dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.

Ayat 62

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ

Wa laqad ‘alimtumun-nasy'atal-ūlā falaulā tażakkarūn(a).

Artinya: Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Ayat 63

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ

Afara'aitum mā taḥruṡūn(a).

Artinya: Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.

Ayat 64

ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزَّارِعُوْنَ

A'antum tazra‘ūnahū am naḥnuz-zāri‘ūn(a).

Artinya: Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?

Ayat 65

لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَ

Lau nasyā'u laja‘alnāhu huṭāman faẓaltum tafakkahūn(a).

Artinya: Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang.

Ayat 66

اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ

Innā lamugramūn(a).

Artinya: (Sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian,

Ayat 67

بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ

Bal naḥnu maḥrūmūn(a).

Artinya: bahkan kami tidak mendapat hasil apa-apa".

Ayat 68

اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ

Afara'aitumul-mā'allażī tasyrabūn(a).

Artinya: Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.

Ayat 69

ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ

A'antum anzaltumūhu minal-muzni am naḥnul-munzilūn(a).

Artinya: Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?

Ayat 70

لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

Lau nasyā'u ja‘alnāhu ujājan falaulā tasykurūn(a).

Artinya: Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?

Ayat 71

اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ

Afara'aitumun-nārallatī tūrūn(a).

Artinya: Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan.

Ayat 72

ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ

A'antum ansya'tum syajaratahā am naḥnul-munsyi'ūn(a).

Artinya: Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?

Ayat 73

نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ

Naḥnu ja‘alnāhā tażkirataw wa matā‘al lil-muqwīn(a).

Artinya: Kami menjadikannya untuk peringatan dan untuk kegunaan bagi musafir di padang pasir.

Ayat 74

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ

Fasabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm(i).

Artinya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.

Ayat 75

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ

Falā uqsimu bimawāqi‘in-nujūm(i).

Artinya: Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.

Ayat 76

وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ

Wa innahū laqasamul lau ta‘lamūna ‘aẓīm(un).

Artinya: Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.

Ayat 77

اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ

Innahū laqur'ānun karīm(un).

Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,

Ayat 78

فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ

Fī kitābim maknūn(in).

Artinya: pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),

Ayat 79

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ

Lā yamassuhū illal-muṭahharūn(a).

Artinya: tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Ayat 80

تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ

Tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn(a).

Artinya: Diturunkan dari Rabbil 'Alamin.

Ayat 81

اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ

Afabihāżal-ḥadīṡi antum mudhinūn(a).

Artinya: Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?

Ayat 82

وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ

Wa taj‘alūna rizqakum annakum tukażżibūn(a).

Artinya: kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan-Nya.

Ayat 83

فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ

Falaulā iżā balagatil-ḥulqūm(a).

Artinya: Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,

Ayat 84

وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ

Wa antum ḥīna'iżin tanẓurūn(a).

Artinya: padahal kamu ketika itu melihat,

Ayat 85

وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ

Wa naḥnu aqrabu ilaihi minkum wa lākil lā tubṣirūn(a).

Artinya: dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,

Ayat 86

فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ

Falaulā in kuntum gaira madīnīn(a).

Artinya: maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?

Ayat 87

تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Tarji‘ūnahā in kuntum ṣādiqīn(a).

Artinya: Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?

Ayat 88

فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ

Fa'ammā in kāna minal-muqarrabīn(a).

Artinya: adapun jika dia termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),

Ayat 89

فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ

Farauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na‘īm(in).

Artinya: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan.

Ayat 90

وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ

Wa ammā in kāna min aṣḥābil-yamīn(i).

Artinya: Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,

Ayat 91

فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

Fasalāmul laka min aṣḥābil-yamīn(i).

Artinya: maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.

Ayat 92

وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ

Wa ammā in kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn(a).

Artinya: Dan adapun jika dia termasuk orang-orang yang mendustakan lagi sesat,

Ayat 93

فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ

Fanuzulum min ḥamīm(in).

Artinya: maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,

Ayat 94

وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ

Wa taṣliyatu jaḥīm(in).

Artinya: dan dibakar di dalam neraka.

Ayat 95

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ

Inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn(i).

Artinya: Sesungguhnya (yang disebutkan) ini adalah suatu keyakinan yang benar.

Ayat 96

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ

Fasabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm(i).

Artinya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.

Penutup: Meraih Hikmah Surat Al-Waqiah

Surat Al-Waqiah adalah surat yang luar biasa, memadukan antara peringatan yang keras dengan janji yang indah. Membacanya bukan sekadar ritual untuk mendatangkan rezeki, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk merenungi hakikat kehidupan dan kematian. Dengan memahami pesannya, kita diajak untuk tidak hanya mengejar dunia, tetapi mempersiapkan bekal untuk akhirat. Keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber rezeki akan membebaskan kita dari rasa takut dan cemas, sementara kesadaran akan dahsyatnya hari pembalasan akan menjaga kita tetap berada di jalan yang lurus. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari surat yang agung ini dan termasuk ke dalam golongan kanan yang diridhai oleh Allah SWT. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage