Sholat adalah tiang agama, sebuah momen agung di mana seorang hamba berdialog langsung dengan Rabb-nya. Namun, keagungan ibadah ini tidak berhenti saat kita mengucapkan salam. Justru, momen setelah salam adalah waktu emas untuk menyempurnakan sholat, menambal kekurangannya, dan meraih keutamaan yang lebih besar melalui amalan dzikir. Dzikir setelah sholat bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan Allah, memperkuat benteng spiritual, dan mendatangkan ketenangan jiwa yang hakiki.
Banyak ulama, termasuk Ustadz Adi Hidayat, seringkali menekankan pentingnya memahami setiap bacaan dzikir, bukan hanya menghafalnya. Dengan memahami makna dan dalilnya, setiap lafaz yang kita ucapkan akan terasa lebih hidup, meresap ke dalam kalbu, dan memberikan dampak yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita selami bersama urutan dzikir yang shahih setelah sholat fardhu, lengkap dengan penjelasan maknanya agar kita dapat mengamalkannya dengan penuh kekhusyukan dan keyakinan.
Langkah Pertama: Istighfar, Permohonan Ampun Sang Hamba
Hal pertama yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ untuk diucapkan setelah salam adalah istighfar. Bukan pujian, bukan doa, melainkan permohonan ampun. Ini mengandung hikmah yang sangat mendalam. Sehebat apapun usaha kita untuk khusyuk dalam sholat, pasti ada saja kekurangan. Pikiran yang melayang, bacaan yang kurang sempurna, atau gerakan yang tergesa-gesa. Istighfar berfungsi sebagai penambal segala kekurangan tersebut, sebuah pengakuan dari seorang hamba yang lemah di hadapan Rabb-nya yang Maha Sempurna.
Dasar dari amalan ini adalah hadits dari Tsauban Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا
"Rasulullah ﷺ apabila selesai dari sholatnya, beliau beristighfar tiga kali." (HR. Muslim)
Bacaan istighfar yang diucapkan adalah:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ
"Astaghfirullahal 'adzim"
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
Mari kita bedah maknanya. "Astaghfiru" berasal dari kata "ghafara" yang artinya menutupi. Jadi, ketika kita beristighfar, kita tidak hanya meminta agar dosa kita dihapus, tetapi kita juga memohon agar aib dan kekurangan kita ditutupi oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat. "Allah" adalah nama teragung bagi Zat yang kita sembah. Dan "Al-'Adzim" berarti Yang Maha Agung, sebuah pengakuan bahwa kita memohon ampun kepada Zat yang keagungan-Nya tak terbatas, sehingga sebesar apapun dosa kita, ampunan-Nya jauh lebih besar.
Mengawali dzikir dengan istighfar mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Kita menyadari bahwa ibadah yang baru saja kita lakukan mungkin belum layak untuk dipersembahkan kepada Allah Yang Maha Agung. Maka, kita memohon maaf dan ampunan terlebih dahulu sebelum melangkah ke pujian-pujian berikutnya. Ini adalah adab yang luar biasa indah dari seorang hamba kepada Sang Pencipta.
Langkah Kedua: Doa Keselamatan dan Pujian Agung
Setelah tiga kali beristighfar, Rasulullah ﷺ langsung menyambungnya dengan sebuah doa yang memuji Allah sebagai sumber segala keselamatan dan keberkahan. Doa ini masih bersumber dari hadits Tsauban yang sama.
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam."
"Ya Allah, Engkaulah As-Salam (Sumber Keselamatan), dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Berkah Engkau, wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan."
Doa ini memiliki korelasi yang sangat erat dengan istighfar sebelumnya. Setelah kita memohon ampunan (agar selamat dari dosa), kini kita memohon keselamatan secara total dari Allah. Mari kita telaah setiap frasanya:
- Allahumma Antas-Salam: "Ya Allah, Engkaulah As-Salam." As-Salam adalah salah satu dari Asmaul Husna, yang berarti Maha Sejahtera, Maha Selamat, dan Sumber Keselamatan. Kita mengakui bahwa satu-satunya sumber kedamaian dan keselamatan yang hakiki hanyalah Allah. Bukan harta, bukan jabatan, bukan manusia lain.
- Wa Minkas-Salam: "Dan dari-Mu-lah datangnya keselamatan." Ini adalah penegasan. Jika Allah adalah sumbernya, maka hanya dari-Nya sajalah keselamatan itu bisa kita peroleh. Ini menumbuhkan rasa tawakal yang mendalam, bahwa perlindungan kita hanya ada pada-Nya.
- Tabaarakta: "Maha Berkah Engkau." Kata ini berasal dari "barakah", yang artinya kebaikan yang melimpah dan langgeng. Kita memuji Allah sebagai Zat yang kebaikan-Nya tidak pernah putus dan senantiasa melimpah ruah kepada makhluk-Nya.
- Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam: "Wahai Pemilik Keagungan dan Kemuliaan." Ini adalah puncak pujian dalam doa ini. "Al-Jalal" merujuk pada keagungan dan kebesaran Allah yang membuat kita merasa tunduk dan takjub. "Al-Ikram" merujuk pada kemuliaan dan kedermawanan Allah yang membuat kita merasa dicintai dan diperhatikan. Kita memuji Allah dengan dua sifat-Nya yang agung ini.
Membaca doa ini setelah sholat seakan-akan kita sedang berkata, "Ya Allah, aku telah selesai melaksanakan perintah-Mu, namun aku sadar sholatku penuh cela. Maka aku memohon ampun (istighfar), dan kini aku serahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu, karena hanya Engkau sumber keselamatanku di dunia dan akhirat."
Langkah Ketiga: Ikrar Tauhid dan Pengakuan Kekuasaan Mutlak
Setelah memohon ampun dan keselamatan, wirid dilanjutkan dengan kalimat tauhid. Ini adalah inti dari ajaran Islam, yaitu pengesaan Allah. Kalimat ini memiliki keutamaan yang sangat besar, bahkan disebut sebagai dzikir yang paling utama.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir."
"Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Kalimat ini merupakan deklarasi iman yang diulang-ulang untuk mengokohkannya di dalam hati. Setiap bagiannya memiliki makna yang sangat dalam:
- Laa ilaha illallah: Kalimat negasi dan afirmasi. "Laa ilaha" (tidak ada tuhan) meniadakan segala bentuk sesembahan selain Allah. "Illallah" (kecuali Allah) menetapkan bahwa satu-satunya yang berhak disembah hanyalah Allah.
- Wahdahu laa syarika lah: "Sendirian Dia, tiada sekutu bagi-Nya." Ini adalah penegasan atas keesaan Allah, menolak segala bentuk syirik, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
- Lahul mulku wa lahul hamdu: "Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji." Pengakuan bahwa kekuasaan mutlak di alam semesta ini hanyalah milik Allah, dan segala pujian yang pantas pada hakikatnya hanya kembali kepada-Nya.
- Wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir: "Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Ini adalah penutup yang menenangkan hati. Setelah mengakui kekuasaan dan pujian milik-Nya, kita mengukuhkan keyakinan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Apapun hajat dan masalah kita, Dia Maha Mampu menyelesaikannya.
Terdapat pula riwayat lain yang menambahkan kalimat perlindungan dari setan dan doa tambahan, yang dibaca setelah sholat Shubuh dan Maghrib sebanyak 10 kali. Bacaan ini memberikan benteng perlindungan ekstra di waktu-waktu pergantian antara siang dan malam.
Langkah Keempat: Tiga Serangkai Dzikir Agung (Tasbih, Tahmid, Takbir)
Ini adalah bagian yang paling dikenal dari rangkaian dzikir setelah sholat. Membaca Subhanallah (سُبْحَانَ اللهِ), Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ), dan Allahu Akbar (اللهُ أَكْبَرُ) masing-masing sebanyak 33 kali. Amalan ini didasarkan pada hadits shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, di mana Rasulullah ﷺ mengajarkan amalan ini kepada kaum fuqara Muhajirin yang merasa "cemburu" karena orang-orang kaya bisa beramal dengan harta mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda, "...Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir setiap selesai sholat sebanyak tiga puluh tiga kali." Beliau juga menjanjikan pahala yang luar biasa bagi yang mengamalkannya, "Barangsiapa yang berdzikir setelah selesai sholat... maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim).
1. Subhanallah (Tasbih) 33x - Mensucikan Allah
Ketika kita mengucapkan "Subhanallah", kita sedang melakukan tasbih, yang artinya mensucikan Allah dari segala sifat kekurangan, kelemahan, dan dari segala hal yang tidak pantas bagi-Nya. Kita menyatakan bahwa Allah Maha Suci dari sifat mengantuk, lelah, punya anak, punya sekutu, atau butuh bantuan makhluk-Nya. Ini adalah bentuk pengagungan yang membersihkan pikiran kita dari gambaran-gambaran keliru tentang Tuhan. Mengucapkannya 33 kali adalah cara untuk meresapkan kesucian Allah ke dalam jiwa, sehingga kita menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berpikir, menjauhkan diri dari prasangka buruk kepada-Nya.
2. Alhamdulillah (Tahmid) 33x - Memuji Allah
Setelah mensucikan, kita melakukan tahmid dengan mengucapkan "Alhamdulillah". Ini adalah ungkapan rasa syukur dan pujian tertinggi kepada Allah atas segala nikmat-Nya. "Al" pada kata "Alhamdu" menunjukkan makna generalisasi, artinya segala bentuk pujian, dari siapapun, kapanpun, dan di manapun, pada hakikatnya hanya milik Allah. Kita bersyukur bukan hanya atas nikmat besar seperti kesehatan dan rezeki, tetapi juga nikmat terkecil yang sering terlupakan: detak jantung, hembusan nafas, kedipan mata. Mengulanginya 33 kali melatih lisan dan hati kita untuk selalu melihat sisi positif dan bersyukur dalam setiap keadaan.
3. Allahu Akbar (Takbir) 33x - Mengagungkan Allah
Rangkaian ini ditutup dengan takbir, "Allahu Akbar". Artinya, "Allah Maha Besar". Ini adalah pengakuan bahwa Allah lebih besar dari apapun dan siapapun. Lebih besar dari masalah kita, lebih besar dari ketakutan kita, lebih besar dari ambisi kita, dan lebih besar dari seluruh alam semesta. Mengucapkan takbir 33 kali setelah sholat seolah menanamkan dalam diri kita sebuah perspektif yang benar. Masalah yang tadinya terasa besar, menjadi kecil di hadapan kebesaran Allah. Kesombongan yang mungkin muncul di hati, luntur seketika saat kita menyadari betapa kecilnya kita di hadapan-Nya.
Untuk menggenapkannya menjadi seratus, dzikir ini ditutup dengan membaca kalimat tauhid yang telah kita bahas sebelumnya sebanyak satu kali:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kombinasi tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil ini adalah formula dzikir yang komprehensif: mensucikan, memuji, mengagungkan, dan mengesakan Allah dalam satu paket amalan yang ringan di lisan namun berat di timbangan amal.
Langkah Kelima: Membaca Ayat Singgasana (Ayat Kursi)
Setelah menyelesaikan rangkaian tasbih, sangat dianjurkan untuk membaca Ayat Kursi, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 255. Ayat ini disebut sebagai ayat yang paling agung di dalam Al-Qur'an karena kandungan maknanya yang luar biasa, yang seluruhnya menjelaskan tentang keesaan, keagungan, dan kekuasaan mutlak Allah SWT.
Keutamaannya sangat besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلَّا أَنْ يَمُوتَ
"Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai sholat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian." (HR. An-Nasa'i, dishahihkan oleh Al-Albani).
Ini adalah jaminan yang luar biasa. Artinya, jika seseorang rutin mengamalkannya dan ia meninggal dalam keadaan beriman, maka surga telah menantinya. Mari kita renungkan sebagian dari kandungannya:
- "Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum": Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya. Ini adalah penegasan tauhid yang dilanjutkan dengan dua nama agung-Nya. "Al-Hayyu" (Maha Hidup) berarti hidup-Nya sempurna, tidak berawal dan tidak berakhir. "Al-Qayyum" (Maha Mandiri) berarti Dia tidak butuh siapapun, sebaliknya, seluruh makhluk bergantung pada-Nya.
- "Laa ta'khudzuhu sinatun wa laa naum": "Dia tidak ditimpa kantuk dan tidak pula tidur." Ini menunjukkan kesempurnaan pengawasan Allah yang tidak pernah berhenti sedetik pun.
- "Lahu maa fis samaawaati wa maa fil ardh": "Milik-Nya lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." Pengakuan total atas kepemilikan mutlak Allah atas seluruh alam semesta.
- "Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh": "Kursi (kekuasaan)-Nya meliputi langit dan bumi." Ini menggambarkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah, yang jauh melampaui imajinasi manusia.
Membaca Ayat Kursi setelah sholat adalah cara kita memperbarui pemahaman dan keyakinan kita tentang siapa Tuhan yang kita sembah. Ini memberikan ketenangan dan rasa aman karena kita berada dalam lindungan Zat Yang Maha Perkasa.
Langkah Keenam: Tiga Surah Perlindungan (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
Sebagai penutup dari rangkaian dzikir yang terstruktur, kita dianjurkan membaca tiga surah terakhir dalam Al-Qur'an, yang sering disebut sebagai "Qul". Ketiga surah ini memiliki fungsi perlindungan yang sangat kuat.
Biasanya, ketiga surah ini dibaca masing-masing satu kali setelah sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya. Namun, khusus setelah sholat Maghrib dan Subuh, dianjurkan untuk membacanya masing-masing tiga kali. Ini karena waktu-waktu tersebut adalah waktu pergantian (dari siang ke malam, dan dari malam ke siang) di mana biasanya gangguan dari makhluk jahat, baik jin maupun manusia, lebih intens.
1. Surat Al-Ikhlas (Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa)
Surah ini merupakan intisari dari ajaran tauhid. Kandungannya begitu padat dan murni tentang keesaan Allah, sehingga Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa membacanya setara dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Dengan membacanya, kita memurnikan kembali akidah kita, menegaskan bahwa Allah itu satu, tempat bergantung segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada satupun yang setara dengan-Nya.
2. Surat Al-Falaq (Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh)
Surah ini adalah doa permohonan perlindungan dari kejahatan-kejahatan yang datang dari luar diri kita. Kita memohon perlindungan dari:
- Kejahatan makhluk secara umum.
- Kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
- Kejahatan para penyihir yang menghembus pada buhul-buhul.
- Kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
Ini adalah perisai dari segala marabahaya eksternal yang tidak bisa kita kontrol.
3. Surat An-Nas (Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhannya manusia)
Jika Al-Falaq adalah perlindungan dari kejahatan eksternal, maka An-Nas adalah perlindungan dari musuh yang paling berbahaya, yaitu yang datang dari dalam: bisikan-bisikan jahat (was-was) dari setan, baik dari golongan jin maupun manusia. Kita berlindung kepada Rabb, Raja, dan Sesembahan manusia dari bisikan yang seringkali merusak niat, menimbulkan keraguan, dan menjerumuskan kita ke dalam maksiat. Surah ini adalah benteng untuk menjaga kesehatan mental dan spiritual kita.
Tahap Akhir: Doa Penutup yang Dipanjatkan Secara Pribadi
Setelah seluruh rangkaian dzikir dan wirid sesuai sunnah selesai dibaca, inilah saatnya bagi kita untuk memanjatkan doa pribadi. Inilah momen di mana kita bisa "curhat" kepada Allah, menyampaikan segala hajat, keluh kesah, dan harapan kita dengan bahasa kita sendiri. Adabnya adalah memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, kemudian sampaikanlah apa yang menjadi isi hati kita.
Tidak ada doa khusus yang diwajibkan, namun ada beberapa doa yang sering dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ yang bisa kita amalkan, seperti:
- Doa "Sapu Jagat": "Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban-naar." (Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka).
- Doa memohon ampunan untuk orang tua: "Rabbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa."
- Doa memohon ilmu yang bermanfaat: "Allahumma inni as'aluka 'ilman naafi'an, wa rizqan thayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan." (Dibaca khususnya setelah sholat Subuh).
Luangkanlah waktu beberapa menit untuk berdoa dengan khusyuk. Angkatlah kedua tangan, rendahkan hati, dan yakinlah bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan setiap doa dari hamba-Nya yang tulus.
Demikianlah urutan dzikir setelah sholat fardhu yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Mengamalkannya secara rutin dan istiqomah bukan hanya akan mendatangkan pahala yang berlimpah, tetapi juga akan memberikan dampak nyata dalam kehidupan kita: hati yang lebih tenang, jiwa yang lebih kuat, dan kehidupan yang senantiasa berada dalam naungan dan perlindungan Allah SWT. Semoga kita semua dimudahkan untuk mengamalkannya dengan sebaik-baiknya. Aamiin.