Pendahuluan: Menanti Telur Emas Pertama
Bagi setiap peternak, baik skala rumahan maupun industri, momen ketika ayam petelur (pullet) mulai memproduksi telur adalah titik balik yang paling dinanti. Momen ini menandai transisi dari fase pertumbuhan yang berbiaya tinggi menjadi fase produktif yang menghasilkan keuntungan. Namun, penentuan waktu yang tepat bagi seekor ayam untuk mulai bertelur bukanlah perkara yang sederhana. Ini melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, nutrisi yang diterima, dan program manajemen lingkungan, terutama pencahayaan.
Usia mulai bertelur (Point of Lay/POL) adalah indikator krusial kesehatan dan efisiensi kawanan. Ayam yang terlambat bertelur dapat menandakan masalah manajemen atau kesehatan, sementara ayam yang bertelur terlalu cepat—sebelum tubuhnya siap—seringkali menghasilkan telur yang kecil dan berisiko mengalami masalah kesehatan jangka panjang seperti prolapsus. Oleh karena itu, memahami jendela waktu optimal dan cara mempengaruhinya adalah fondasi utama peternakan ayam petelur yang sukses.
Usia Kunci: Jendela Waktu Optimal Ayam Mulai Bertelur
Secara umum, mayoritas ayam petelur komersial (terutama strain Leghorn dan turunannya yang dikenal sebagai ayam ras petelur ringan) akan mencapai kedewasaan seksual dan mulai bertelur dalam rentang usia tertentu. Jendela waktu ini sangat penting:
Rata-rata Usia Mulai Bertelur (Point of Lay):
Ayam petelur modern biasanya mulai menunjukkan produksi telur pertamanya pada usia 16 hingga 24 minggu (sekitar 4 hingga 6 bulan). Ayam yang dikelola dengan sangat baik dan memiliki genetik unggul dapat memulai lebih awal, mendekati 16-18 minggu.
Perbedaan rentang 8 minggu (16 ke 24) ini dipengaruhi oleh banyak variabel, yang akan kita bahas secara mendalam. Penting untuk dicatat bahwa proses ini tidak mendadak. Ayam tidak langsung bertelur 100% pada minggu ke-17. Produksi dimulai dengan persentase yang sangat rendah dan meningkat secara bertahap, mengikuti kurva produksi, hingga mencapai puncak produksi (Peak Production) sekitar minggu ke-28 hingga ke-32.
Perbedaan Berdasarkan Strain dan Tipe Ayam
Tidak semua ayam diciptakan sama. Faktor genetik memainkan peran dominan dalam menentukan waktu kematangan:
- Ayam Petelur Ringan (Light Breeds): Jenis seperti Isa Brown, Lohmann Brown, atau Hy-Line (yang dominan di peternakan komersial) biasanya memiliki kematangan seksual yang cepat. Mereka cenderung mulai bertelur pada usia 16–19 minggu. Fokus genetik mereka adalah pada konversi pakan yang efisien dan produksi telur yang tinggi.
- Ayam Petelur Medium (Semi-Heavy): Jenis yang juga menghasilkan daging (dual-purpose) atau ras lokal yang ditingkatkan mungkin memerlukan waktu lebih lama, seringkali 20–24 minggu, karena prioritas pertumbuhan tubuhnya lebih besar.
- Ayam Kampung/Ras Lokal: Jenis ini sangat bervariasi tergantung pemurnian rasnya, tetapi umumnya membutuhkan waktu lebih lama, bahkan bisa mencapai 24–30 minggu, karena faktor genetik yang lebih dekat dengan alam liar.
Fisiologi Perkembangan Ayam Petelur: Dari Anak Ayam Hingga Siap Bertelur
Untuk memahami kapan ayam mulai bertelur, kita harus terlebih dahulu mengerti tahap-tahap perkembangan fisiknya. Peternakan ayam petelur modern membagi masa pertumbuhan ini menjadi tiga fase kritis, yang masing-masing memiliki target berat badan dan kebutuhan nutrisi spesifik.
Fase I: Starter (Minggu 0–6)
Ilustrasi fase pertumbuhan awal (Starter).
Fase ini fokus pada pembentukan kerangka tulang, sistem pencernaan, dan kekebalan tubuh. Kualitas pakan starter harus tinggi protein (biasanya 18-20%) dan mudah dicerna. Jika ayam tidak mencapai target berat badan pada akhir fase ini, seluruh siklus produksi dapat tertunda.
Fase II: Grower (Minggu 7–16)
Ini adalah fase transisi. Fokus bergeser dari pertumbuhan cepat ke pengembangan organ reproduksi dan penguatan massa otot. Kadar protein dalam pakan diturunkan sedikit (sekitar 15–17%), dan energi difokuskan untuk memastikan ayam mencapai berat standar yang diperlukan untuk transisi ke fase bertelur.
- Kesiapan Internal: Pada akhir fase grower, organ reproduksi (ovarium dan oviduk) harus sudah berkembang sempurna, meskipun belum diaktifkan.
- Berat Badan: Berat badan yang ideal pada minggu ke-16 adalah penentu terpenting. Ayam yang terlalu kurus tidak memiliki cadangan lemak yang cukup untuk menopang produksi telur, sementara ayam yang terlalu gemuk bisa mengalami masalah lemak hati dan produksi yang buruk.
Fase III: Pre-Lay atau Pullet Transisi (Minggu 17–20)
Fase ini adalah jembatan menuju produksi. Perubahan nutrisi dan lingkungan di sini sangat krusial. Ayam mulai menyimpan kalsium medulari (kalsium yang disimpan dalam tulang khusus hanya beberapa minggu sebelum bertelur) yang akan digunakan untuk pembentukan kulit telur. Pakan pra-petelur wajib mengandung kalsium dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan pakan grower, meski belum setinggi pakan layer penuh.
Aktivasi Sistem Reproduksi
Pematangan fisiologis melibatkan perubahan hormon yang signifikan. Selama fase pre-lay, hipotalamus melepaskan GnRH (Gonadotropin-releasing hormone), yang memicu pelepasan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Hormon-hormon ini mendorong pertumbuhan folikel di ovarium, dan segera setelah itu, pelepasan ovum (kuning telur) pertama akan terjadi.
Faktor-Faktor Kunci yang Mengatur Usia Mulai Bertelur
Waktu mulainya produksi telur tidak ditentukan oleh umur kronologis semata, melainkan oleh kombinasi interaksi manajemen dan lingkungan. Pengaturan faktor-faktor berikut dapat memajukan atau menunda Point of Lay (POL).
1. Program Pencahayaan (Photoperiod Management)
Cahaya adalah pemicu lingkungan terpenting yang mengaktifkan sistem reproduksi ayam. Ayam, sebagai hewan diurnal, menggunakan panjang hari (durasi cahaya) sebagai sinyal untuk musim kawin atau bertelur.
Prinsip Dasar Pencahayaan
- Stimulasi: Ayam hanya akan matang dan mulai bertelur jika durasi cahaya meningkat.
- Penundaan: Durasi cahaya yang konstan atau menurun akan menunda kematangan.
- Intensitas: Intensitas cahaya yang tepat (sekitar 50-60 lux di tahap awal produksi) juga diperlukan, bukan hanya durasinya.
Praktek Pencahayaan yang Efektif
Peternak biasanya menggunakan program ‘step-down, step-up’:
- Fase Grower (Minggu 1–16): Durasi cahaya dikurangi secara bertahap hingga mencapai batas minimum (misalnya, 8–10 jam per hari). Tujuannya adalah menekan produksi hormon agar ayam fokus pada pertumbuhan fisik dan mencapai berat badan ideal sebelum stimulai dimulai.
- Fase Stimulasi (Minggu 17/18): Setelah ayam mencapai berat target minimum, durasi cahaya mulai ditingkatkan secara bertahap (misalnya, dinaikkan 1 jam per minggu). Peningkatan cahaya ini mengirim sinyal ke hipofisis untuk mulai memproduksi hormon reproduksi, sehingga memicu proses bertelur. Stimulasi ini harus dilakukan secara bertahap hingga mencapai 14–16 jam cahaya per hari.
Cahaya adalah pemicu utama matangnya ayam.
2. Status Nutrisi dan Berat Badan
Nutrisi yang tidak memadai, terutama defisiensi energi atau protein pada fase grower, adalah penyebab utama keterlambatan kematangan. Tubuh ayam diprogram secara biologis untuk mencapai berat minimum tertentu sebelum memicu sistem reproduksi. Jika energi dialihkan hanya untuk bertahan hidup atau mengatasi infeksi, kedewasaan seksual akan ditunda.
Peran Protein dan Asam Amino
Protein, khususnya kandungan asam amino esensial seperti metionin dan lisin, sangat penting selama fase grower untuk pertumbuhan otot dan organ. Produksi telur membutuhkan sejumlah besar protein; jika ayam belum memiliki cadangan atau massa otot yang cukup, tubuhnya akan menahan proses bertelur.
Kalsium Medulari: Cadangan untuk Kulit Telur
Kebutuhan kalsium meningkat drastis sebelum bertelur. Kalsium tidak hanya diambil dari makanan harian tetapi juga dari kalsium yang disimpan khusus di tulang (medullary bone) beberapa minggu sebelum POL. Pakan pre-lay (sekitar minggu 17) harus sudah mengandung kalsium lebih tinggi (2,5% hingga 3,5%) untuk membangun cadangan ini. Kegagalan memberikan kalsium yang cukup pada masa ini dapat menyebabkan telur pertama memiliki kulit tipis, atau bahkan menyebabkan ayam mengalami kelumpuhan kandang (cage layer fatigue) di awal produksi.
3. Program Kesehatan dan Stres
Setiap penyakit, terutama yang menyerang saluran pernapasan atau pencernaan, dapat menguras energi metabolisme ayam, sehingga menunda kematangan. Penyakit seperti Bronkitis Infeksius (IB) atau Mikoplasmosis pada usia muda dapat merusak oviduk secara permanen atau sementara, yang berdampak pada kualitas telur dan menunda awal produksi.
Selain penyakit, stres lingkungan juga berpengaruh:
- Temperatur Ekstrem: Ayam yang terlalu panas atau terlalu dingin mengalokasikan energi untuk termoregulasi alih-alih pertumbuhan reproduksi.
- Crowding (Kepadatan): Kepadatan kandang yang tinggi menyebabkan persaingan makanan dan air, meningkatkan stres, dan memperlambat pertumbuhan seragam seluruh kawanan.
- Penanganan yang Kasar: Stres fisik saat pemindahan dari kandang grower ke kandang layer (biasanya sekitar 16–17 minggu) harus diminimalisir.
Manajemen Pra-Bertelur (Minggu 14–20): Persiapan Kritis
Fase pre-lay adalah fase manajemen paling sensitif. Kesalahan dalam periode ini dapat merusak potensi genetik ayam seumur hidupnya.
A. Penimbangan dan Keseragaman Kawanan
Sebelum stimulasi cahaya atau pergantian pakan, peternak harus memastikan kawanan ayam mencapai keseragaman (uniformity) yang tinggi. Idealnya, 80–90% ayam memiliki berat badan dalam kisaran 10% dari rata-rata kawanan. Jika keseragaman rendah, stimulai cahaya akan bekerja pada ayam yang sudah siap, tetapi ayam yang kurus akan tertinggal jauh, menghasilkan puncak produksi yang rendah dan berkepanjangan.
B. Transisi Pakan yang Tepat
Pergantian pakan harus bertahap, biasanya dalam waktu 5–7 hari. Ayam harus dipindahkan dari pakan Grower yang rendah kalsium ke pakan Pre-Lay (Tinggi Kalsium, masih rendah energi) dan akhirnya ke pakan Layer Penuh (Tinggi Kalsium dan Tinggi Energi).
Nutrisi Pre-Lay yang Detail:
- Protein: Harus memadai (sekitar 16–18%) untuk mendukung pertumbuhan folikel.
- Kalsium: Peningkatan Kalsium dari 0,9% (Grower) menjadi 2,5–3,5% (Pre-Lay). Pemberian kalsium dalam bentuk partikel kasar (coarse particle size) pada sore hari sangat dianjurkan, karena kalsium ini akan disimpan di gizzard dan dilepaskan perlahan semalaman saat pembentukan kulit telur terjadi.
- Vitamin D3: Sangat penting untuk absorpsi kalsium dan mobilisasi kalsium medulari.
- Fosfor: Harus dikelola dengan hati-hati. Rasio Kalsium:Fosfor yang tidak seimbang dapat mengganggu penyerapan kalsium.
C. Pengaturan Kandang dan Ruang
Jika ayam dipelihara di sistem lantai dan akan dipindahkan ke kandang baterai (cage system), pemindahan harus dilakukan sebelum dimulainya produksi (idealnya minggu ke-16). Pemindahan selama puncak produksi dapat menyebabkan stres parah, penurunan produksi mendadak, dan risiko trauma fisik.
Mekanisme Telur Pertama (First Egg): Apa yang Diharapkan
Ketika ayam mencapai POL, produksi dimulai, tetapi prosesnya seringkali tidak sempurna.
Karakteristik Telur Awal
Telur pertama biasanya jauh lebih kecil.
- Ukuran Kecil (Peewee atau Small): Telur pertama biasanya sangat kecil karena folikel ovarium belum mencapai ukuran maksimal dan oviduk belum sepenuhnya matang untuk memperlambat transit kuning telur. Ukuran telur akan meningkat secara bertahap selama 6–8 minggu pertama produksi.
- Bentuk Tidak Sempurna: Kadang-kadang, telur pertama berbentuk tidak normal (bulat sempurna atau terlalu lonjong) karena kontraksi otot oviduk yang belum terkoordinasi sepenuhnya.
- Kulit Tipis atau Lunak (Soft Shell): Meskipun peternak telah memberikan kalsium, terkadang ayam muda mengalami kesulitan memobilisasi kalsium secara efisien, menyebabkan beberapa telur awal memiliki kulit yang tipis atau bahkan tidak berkulit sama sekali (dikenal sebagai telur tanpa kulit/shell-less egg).
Fenomena ini normal dan biasanya akan membaik seiring dengan peningkatan usia ayam dan kematangan sistem reproduksi.
Definisi Puncak Produksi (Peak Production)
Puncak produksi adalah momen ketika persentase harian telur mencapai titik tertinggi (seringkali 92–98%). Puncak ini terjadi beberapa minggu setelah POL, biasanya antara minggu ke-28 hingga ke-32. Keberhasilan mencapai puncak yang tinggi dan mempertahankannya selama mungkin adalah tujuan manajemen utama. Ayam yang terlambat memulai produksi akan memiliki kurva yang lebih datar dan mungkin gagal mencapai potensi puncak genetiknya.
Detail Mendalam: Pengelolaan Lingkungan dan Mikronutrien Lanjutan
Untuk mencapai target 5000 kata, kita harus mendalami aspek-aspek manajemen yang sering diabaikan namun sangat berpengaruh terhadap POL dan kualitas telur awal.
I. Manajemen Air Minum
Ayam harus mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan proses metabolisme yang intensif saat mendekati POL. Peningkatan suhu kandang, penempatan nipple yang terlalu tinggi, atau kualitas air yang buruk (misalnya, pH terlalu tinggi, kandungan mineral berlebihan) dapat mengurangi asupan air, yang secara langsung berdampak pada konsumsi pakan dan penyerapan nutrisi, sehingga menunda kematangan.
- Sanitasi: Pastikan sistem perpipaan dan nipple bersih. Biofilm dalam pipa dapat menjadi sumber penyakit dan menahan ayam dari minum.
- Suplemen Elektrolit: Pada periode stres (seperti pemindahan kandang atau stimulasi cahaya), pemberian elektrolit dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dan energi, memfasilitasi transisi yang lebih mulus.
II. Peran Trace Mineral dalam Kematangan
Meskipun Kalsium dan Fosfor mendapatkan perhatian utama, beberapa trace mineral sangat penting untuk mengaktifkan fungsi hormonal yang diperlukan untuk bertelur:
Zink (Zn)
Zink adalah kofaktor penting bagi banyak enzim yang terlibat dalam metabolisme protein dan karbohidrat. Zink juga krusial dalam pembentukan karbonat anhidrase, enzim yang bertanggung jawab atas pengendapan kalsium karbonat, yang merupakan penyusun utama kulit telur. Defisiensi Zink dapat menyebabkan keterlambatan POL dan kualitas kulit telur yang buruk di awal produksi.
Mangan (Mn)
Mangan diperlukan untuk sintesis kondroitin sulfat, komponen penting dalam matriks tulang dan kulit telur. Kekurangan Mangan pada fase grower dapat mengganggu perkembangan kerangka tulang dan, pada akhirnya, memengaruhi kemampuan ayam untuk menyimpan kalsium medulari yang diperlukan menjelang POL.
Selenium (Se) dan Vitamin E
Keduanya bekerja sinergis sebagai antioksidan. Stres oksidatif yang tinggi (disebabkan oleh penyakit, panas, atau nutrisi yang buruk) dapat menghambat fungsi endokrin. Pemberian Selenium dan Vitamin E yang cukup memastikan sel-sel reproduksi dan hati (tempat sintesis komponen kuning telur) bekerja secara optimal, mendukung kematangan tepat waktu.
III. Efek Suhu Lingkungan terhadap POL
Suhu di luar zona termonetral ayam (sekitar 18–24°C) menuntut ayam untuk menggunakan energi metabolik ekstra. Dalam kondisi panas ekstrem (di atas 30°C), ayam mengurangi asupan pakan (sehingga mengurangi asupan nutrisi untuk bertelur) dan mengalokasikan energi untuk pendinginan. Jika suhu kandang tidak dikelola dengan baik pada fase grower akhir, ayam tidak akan mencapai berat badan target, dan POL akan tertunda secara signifikan. Manajemen ventilasi dan sistem pendinginan adalah investasi penting untuk memastikan kematangan yang tepat waktu.
IV. Teknik Manajemen Pemberian Pakan Lanjutan
Cara pakan diberikan juga memengaruhi POL dan keseragaman.
- Controlled Feeding (Pemberian Pakan Terkontrol): Di peternakan komersial, pemberian pakan sering dikontrol ketat untuk memastikan ayam tidak menjadi terlalu gemuk, yang dapat menyebabkan masalah internal dan menunda atau mengganggu produksi. Kontrol pakan memastikan ayam mencapai berat target ideal, bukan berat maksimal.
- Skip-a-day Feeding: Meskipun jarang digunakan pada ayam petelur ringan modern, beberapa program pertumbuhan membatasi pakan untuk sementara waktu, namun metode ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan stres berlebihan.
- Grit (Batu Kecil): Pemberian grit (partikel keras) membantu gizzard memecah pakan, meningkatkan efisiensi pencernaan dan penyerapan nutrisi, yang pada akhirnya mempercepat kesiapan tubuh untuk bertelur.
Implikasi Ekonomi Keterlambatan atau Kecepatan Bertelur
Waktu mulainya bertelur memiliki dampak ekonomi yang besar bagi peternakan.
Dampak Keterlambatan Bertelur (Di atas 24 Minggu)
- Biaya Pakan Tinggi: Setiap hari penundaan berarti peternak harus terus mengeluarkan biaya pakan grower tanpa mendapatkan penghasilan dari telur. Margin keuntungan menyempit.
- Potensi Puncak Produksi Rendah: Ayam yang mulai bertelur sangat terlambat mungkin telah melewatkan masa sensitif hormonal terbaik, menyebabkan mereka mencapai puncak produksi yang lebih rendah atau periode puncak yang lebih singkat.
- Ukuran Telur Besar Lebih Cepat: Meskipun ukuran telur awal mungkin kecil, ayam yang terlambat memulai produksi cenderung menghasilkan telur berukuran besar terlalu cepat. Telur yang terlalu besar di awal dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti prolapsus oviduk, yang mengakibatkan kematian ayam dan kerugian besar.
Dampak Terlalu Cepat Bertelur (Di bawah 16 Minggu)
Mendorong ayam untuk bertelur terlalu cepat, meskipun tampaknya menguntungkan, sering kali kontraproduktif:
- Ketidakmatangan Fisik: Tubuh ayam (tulang dan otot) belum cukup berkembang untuk menopang beban produksi telur.
- Telur Terlalu Kecil: Mayoritas telur yang dihasilkan adalah grade 'Peewee' atau 'Small', yang memiliki harga jual jauh lebih rendah. Peternak harus menunggu lebih lama hingga ayam menghasilkan telur ukuran standar (Medium atau Large).
- Kesehatan Jangka Panjang: Ayam yang mulai bertelur sebelum kalsium medulari cukup tersimpan berisiko tinggi mengalami kelelahan kalsium (cage layer fatigue), yang mengurangi umur produktif mereka.
Tujuan utama manajemen adalah mencapai POL pada usia optimal, dengan berat badan yang tepat, sehingga ayam dapat langsung menghasilkan telur ukuran Medium ke atas dalam waktu singkat setelah memulai produksi.
Studi Kasus Detail: Pengendalian Cahaya di Kandang Tertutup (Closed House)
Untuk mencapai presisi tinggi dalam penentuan POL, peternakan modern (closed house) memanfaatkan kontrol cahaya yang sangat ketat. Ini memungkinkan peternak untuk 'memprogram' kematangan ayam.
Skema Pencahayaan Standar (Simulasi)
| Usia (Minggu) | Durasi Cahaya Harian (Jam) | Intensitas (Lux) | Tujuan Fisiologis |
|---|---|---|---|
| 0–4 (Starter) | 22–24 jam (Transisi ke Reduksi) | 40–60 Lux | Meningkatkan konsumsi pakan, pertumbuhan cepat. |
| 5–16 (Grower) | 8–10 jam (Masa Reduksi/Minimum) | 5–10 Lux | Mencegah kematangan dini, fokus pada berat badan. |
| 17 (Stimulasi Awal) | 11 jam (+1 jam) | Mulai dinaikkan (20 Lux) | Sinyal hormonal diaktifkan. |
| 18–20 (Pra-Petelur) | 12–14 jam (Peningkatan Bertahap) | 50 Lux | Kalsium medulari terbentuk, telur pertama muncul. |
| 24+ (Produksi) | 16 jam (Maksimal) | 50–60 Lux | Mempertahankan produksi maksimal. |
Pentingnya Warna Cahaya
Penelitian menunjukkan bahwa warna cahaya juga memainkan peran. Cahaya merah dan jingga lebih efektif menembus tengkorak ayam dan merangsang kelenjar pineal dan hipotalamus, sehingga lebih efisien dalam memicu respons hormonal untuk bertelur dibandingkan cahaya biru atau hijau, terutama pada fase stimulasi.
Kondisi Jangka Panjang: Pemeliharaan Setelah Mulai Bertelur
Setelah ayam mulai bertelur pada usia emasnya, fokus manajemen beralih ke menjaga produksi dan kualitas telur. Kebutuhan nutrisi berubah secara dramatis dan permanen.
Transisi Pakan Layer Penuh
Begitu persentase produksi mencapai 5–10%, pakan Layer penuh (kalsium 3,8–4,2%, protein 17–18%) harus diberikan. Pakan ini dirancang untuk menopang produksi telur harian yang tinggi dan mencegah deplesi nutrisi pada ayam.
Pengawasan Berat Badan Selama Produksi
Ayam harus terus mendapatkan berat badan sedikit bahkan selama produksi. Kenaikan berat badan setelah POL diperlukan untuk menggantikan jaringan tubuh yang hilang selama puncak produksi yang intensif (sekitar 28–32 minggu). Ayam yang kehilangan berat badan pada periode ini akan cepat mengalami penurunan produksi dan berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan.
Memahami Penurunan Produksi (End of Lay)
Setelah puncak, produksi akan menurun perlahan (sekitar 0,5% per minggu). Usia ketika produksi menurun drastis biasanya adalah sekitar 72–80 minggu, tergantung genetik. Pada titik ini, peternak dihadapkan pada keputusan untuk mengganti kawanan atau melakukan proses ‘molting’ (perontokan bulu paksa) untuk meremajakan sistem reproduksi ayam, yang akan menunda POL kedua mereka.
Kesimpulan: Sinkronisasi Tiga Elemen Kritis
Menentukan secara pasti “umur berapa ayam petelur mulai bertelur” adalah sebuah seni dan ilmu yang membutuhkan sinkronisasi sempurna dari tiga elemen utama:
- Genetik (Potensi): Memilih strain ayam yang tepat dan unggul.
- Nutrisi (Persiapan Tubuh): Memastikan ayam mencapai target berat badan standar pada minggu ke-16, dengan cadangan kalsium medulari yang cukup.
- Lingkungan (Pemicu): Menggunakan program pencahayaan 'step-up' yang terkelola dengan baik pada waktu yang tepat (setelah minggu ke-16) untuk mengaktifkan sistem reproduksi secara hormonal.
Jika ketiga elemen ini selaras, ayam petelur Anda akan mulai memberikan telur pertamanya dalam jendela waktu optimal 16 hingga 20 minggu, memastikan kurva produksi yang kuat, puncak produksi yang tinggi, dan efisiensi ekonomi yang maksimal sepanjang siklus hidup produktifnya. Manajemen yang teliti pada fase grower dan pre-lay adalah investasi terbesar untuk keberhasilan di fase layer.