Kajian Tajwid Surat An-Nur Ayat 2
Surat An-Nur (cahaya) adalah surat ke-24 dalam Al-Qur'an dan tergolong sebagai surat Madaniyah. Surat ini mengandung berbagai petunjuk dan hukum yang mengatur tatanan sosial masyarakat Islam, terutama terkait kehormatan, keluarga, dan adab pergaulan. Salah satu ayat yang paling fundamental dalam menetapkan hukum sosial adalah ayat kedua, yang secara spesifik membahas hukuman bagi pelaku zina.
Mempelajari tajwid ayat ini bukan hanya sekadar untuk memperbaiki keindahan bacaan, tetapi merupakan sebuah keharusan untuk memastikan setiap huruf, harakat, dan hukum bacaan dilafalkan dengan benar. Kesalahan dalam pelafalan dapat mengubah makna, terutama pada ayat-ayat yang berisi ketetapan hukum. Oleh karena itu, analisis mendalam terhadap setiap hukum tajwid dalam Surat An-Nur ayat 2 menjadi sangat penting bagi setiap Muslim yang ingin membaca Al-Qur'an dengan tartil dan pemahaman yang benar.
Teks Ayat, Transliterasi, dan Terjemahan
Sebelum kita menyelami detail hukum tajwidnya, mari kita perhatikan ayat kedua dari Surat An-Nur secara utuh.
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
Az-zāniyatu waz-zānī fajlidū kulla wāḥidim minhumā mi'ata jaldah(tan), wa lā ta'khużkum bihimā ra'fatun fī dīnillāhi in kuntum tu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhir(i), walyasyhad ‘ażābahumā ṭā'ifatum minal-mu'minīn(a).
“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”
Analisis Tajwid Per Penggalan Kata
Untuk mempermudah pemahaman, kita akan menguraikan ayat ini menjadi beberapa bagian dan menganalisis hukum tajwid yang terkandung di dalamnya secara rinci.
| Lafaz | Hukum Tajwid dan Penjelasan Rinci |
|---|---|
| الزَّانِيَةُ |
|
| وَالزَّانِيْ |
|
| فَاجْلِدُوْا |
|
| كُلَّ | Dibaca jelas sesuai harakatnya. Huruf Lam (ل) dibaca dengan tasydid karena harakat syaddah di atasnya, yang menandakan adanya dua huruf Lam, pertama sukun dan kedua berharakat fathah (كُلْلَ). |
| وَاحِدٍ |
|
| مِّنْهُمَا |
|
| مِائَةَ | Dibaca jelas "mi-ata". Meskipun dalam tulisan terdapat alif setelah mim, alif tersebut tidak dibaca panjang (ini adalah pengecualian dalam rasm utsmani). Harakat fathah pada hamzah (ءَ) dan ta (تَ) dibaca pendek. |
| جَلْدَةٍ ۖ |
|
| وَّلَا |
|
| تَأْخُذْكُمْ |
|
| بِهِمَا |
|
| رَأْفَةٌ |
|
| فِيْ |
|
| دِيْنِ | Mad Thabi'i (يْ): Terjadi pada دِيْ, karena kasrah diikuti Ya Sukun. Dibaca panjang 2 harakat. |
| اللّٰهِ | Lam Tafkhim (ل): Pada lafaz Allah (الله), huruf Lam dibaca tebal (tafkhim) karena didahului oleh huruf berharakat kasrah dari kata sebelumnya (دِيْنِ). Aturan untuk Lam pada lafaz Allah adalah: dibaca tebal (tafkhim) jika didahului fathah atau dhammah, dan dibaca tipis (tarqiq) jika didahului kasrah. Jadi, di sini dibaca "diinil-laah" dengan Lam yang tipis. Maaf, terjadi kesalahan analisis. Lam pada lafaz Allah dibaca Tarqiq (tipis) karena didahului kasrah. |
| اِنْ | Nun sukun (نْ) di sini akan bertemu dengan huruf Kaf (ك) pada lafaz berikutnya, memunculkan hukum Ikhfa Haqiqi. |
| كُنْتُمْ |
|
| تُؤْمِنُوْنَ |
|
| بِاللّٰهِ | Lam Tarqiq (ل): Sama seperti sebelumnya, Lam pada lafaz Allah dibaca tipis (tarqiq) karena didahului oleh huruf berharakat kasrah (بِ). |
| وَالْيَوْمِ |
|
| الْاٰخِرِ ۖ |
|
| وَلْيَشْهَدْ |
|
| عَذَابَهُمَا | Mad Thabi'i (ا): Terjadi pada ذَا dan مَا, keduanya dibaca panjang 2 harakat karena fathah diikuti Alif. |
| طَاۤىِٕفَةٌ |
|
| مِّنَ |
|
| الْمُؤْمِنِيْنَ |
|
Ulasan Mendalam Mengenai Hukum-Hukum Utama
1. Hukum Alif Lam (ال)
Dalam ayat ini kita menemukan dua jenis Alif Lam Ta'rif, yaitu Syamsiyyah dan Qamariyyah.
- Alif Lam Syamsiyyah: Ditemukan pada الزَّانِيَةُ dan وَالزَّانِيْ. Disebut "syamsiyyah" (matahari) karena dianalogikan seperti huruf Lam yang "melebur" saat bertemu huruf setelahnya, layaknya cahaya bintang yang tak terlihat saat ada cahaya matahari. Ciri utamanya dalam mushaf adalah adanya tanda tasydid (syaddah) pada huruf setelah Alif Lam. Pengucapannya adalah dengan tidak membaca Lam sama sekali dan langsung masuk ke huruf berikutnya dengan penekanan.
- Alif Lam Qamariyyah: Ditemukan pada وَالْيَوْمِ, الْاٰخِرِ, dan الْمُؤْمِنِيْنَ. Disebut "qamariyyah" (bulan) karena dianalogikan seperti huruf Lam yang tetap terlihat jelas, layaknya cahaya bintang yang tetap terlihat di malam hari bersama bulan. Ciri utamanya adalah adanya tanda sukun di atas huruf Lam. Pengucapannya adalah dengan membaca Lam secara jelas ("l").
2. Hukum Mad (Bacaan Panjang)
Ayat ini kaya akan berbagai jenis Mad, yang memberikan irama dan keindahan pada bacaan.
- Mad Thabi'i (Mad Asli): Merupakan dasar dari semua mad, dibaca panjang 2 harakat. Contoh melimpah dalam ayat ini seperti pada الزَّانِيَةُ, فَاجْلِدُوْا, وَاحِدٍ, dan lain-lain. Ini adalah pilar dari bacaan tartil.
- Mad Wajib Muttashil: Terdapat pada lafaz طَاۤىِٕفَةٌ. Ini adalah mad yang paling kuat setelah Mad Lazim. Terjadi ketika huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Wajib dibaca lebih panjang dari Mad Thabi'i, yaitu 4 atau 5 harakat, untuk memberikan penekanan khusus pada kata tersebut.
- Mad Badal: Terdapat pada lafaz الْاٰخِرِ. Ini adalah mad yang unik, di mana hamzah dibaca panjang 2 harakat. Secara esensi, ini adalah penggantian hamzah sukun menjadi huruf mad.
- Mad 'Aridh Lissukun: Hukum ini muncul di akhir ayat pada kata الْمُؤْمِنِيْنَ (dan bisa juga terjadi jika waqaf pada تُؤْمِنُوْنَ). Ini memberikan fleksibilitas pada qari' (pembaca) untuk memilih panjang bacaan (2, 4, atau 6 harakat) saat berhenti, yang memungkinkan penyesuaian napas dan penekanan makna di akhir kalimat.
3. Hukum Nun Sukun dan Tanwin
Interaksi nun sukun atau tanwin dengan huruf-huruf setelahnya menciptakan dinamika suara yang khas dalam tajwid.
- Idgham Bighunnah: Terjadi pada وَاحِدٍ مِّنْهُمَا dan طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ. Meleburkan suara nun/tanwin dengan dengungan menciptakan transisi suara yang lembut dan mengalir. Ghunnah (dengung) yang ditahan memberikan jeda ritmis yang indah.
- Idzhar Halqi: Terjadi pada مِنْهُمَا. Pelafalan nun sukun yang jelas dan tegas di sini memberikan ketegasan pada kata, memisahkan suara "n" dari suara "h" dengan sempurna, menunjukkan kejelasan artikulasi.
- Ikhfa Haqiqi: Terjadi beberapa kali, seperti pada رَأْفَةٌ فِيْ dan اِنْ كُنْتُمْ. Ikhfa, yang berarti "samar-samar", adalah seni menyeimbangkan antara kejelasan (Idzhar) dan peleburan (Idgham). Suara nun/tanwin disamarkan sambil mempersiapkan artikulasi huruf berikutnya, menghasilkan suara dengung yang halus dan tersembunyi.
4. Hukum Qalqalah
Hukum Qalqalah memberikan efek pantulan pada huruf-huruf tertentu, menambah kekuatan dan ketegasan pada lafaz.
- Qalqalah Sughra: Terjadi pada فَاجْلِدُوْا. Pantulan ringan pada huruf Jim (جْ) di tengah kata ini memberikan penekanan pada perintah "deralah" tanpa mengganggu alur kata tersebut.
- Qalqalah Kubra: Muncul jika kita berhenti pada وَلْيَشْهَدْ. Pantulan yang lebih kuat dan jelas pada huruf Dal (دْ) di akhir kata memberikan finalitas dan ketegasan pada perintah "dan hendaklah menyaksikan".
Kesimpulan
Menganalisis tajwid Surat An-Nur ayat 2 secara mendalam membuka wawasan kita tentang betapa teliti dan indahnya struktur fonetik Al-Qur'an. Setiap hukum, mulai dari Alif Lam Syamsiyyah yang melebur, Mad yang memanjangkan vokal, Ikhfa yang menyamarkan, hingga Qalqalah yang memantul, memiliki fungsi dan perannya masing-masing dalam membentuk bacaan yang fasih, tartil, dan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Memahami dan mempraktikkan hukum-hukum ini bukan hanya sekadar teknis membaca, melainkan sebuah bentuk penghormatan terhadap kalam Allah. Dengan melafalkan setiap huruf dan hukumnya dengan benar, kita tidak hanya menjaga keaslian bacaan Al-Qur'an tetapi juga dapat lebih meresapi makna dan ketegasan hukum yang terkandung di dalam ayat yang mulia ini.