Era Baru Para Saiyan: Eksplorasi Komik Dragon Ball Super
Setelah pertarungan epik melawan Majin Buu, alam semesta seolah memasuki masa damai. Namun, bagi para pejuang Saiyan, kedamaian seringkali hanyalah jeda singkat sebelum ancaman yang lebih besar muncul. Inilah premis yang membuka gerbang ke Dragon Ball Super, sebuah kelanjutan resmi dari saga legendaris yang tidak hanya memperluas dunia Dragon Ball, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep kekuatan yang melampaui imajinasi terliar para penggemar. Komik Dragon Ball Super, yang digambar oleh Toyotarou di bawah pengawasan langsung dari sang maestro Akira Toriyama, menawarkan narasi yang lebih padat, tempo yang lebih cepat, dan beberapa perbedaan signifikan yang membuatnya menjadi pengalaman unik, bahkan bagi mereka yang telah menyaksikan versi animenya.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami setiap lembar halaman komik Dragon Ball Super, mengupas tuntas setiap saga, menganalisis perkembangan karakter, dan menyoroti momen-momen krusial yang mendefinisikan kembali arti kekuatan di alam semesta Dragon Ball. Dari dewa penghancur yang gemar kuliner hingga turnamen yang mempertaruhkan eksistensi seluruh alam semesta, mari kita mulai perjalanan epik ini.
Jembatan Menuju Dunia Para Dewa: Saga Battle of Gods & Resurrection 'F'
Komik Dragon Ball Super memulai perjalanannya dengan cara yang sedikit berbeda dari animenya. Alih-alih menceritakan ulang secara mendetail peristiwa dari film Battle of Gods dan Resurrection 'F', manga ini menyajikannya dalam bentuk ringkasan yang sangat padat. Toyotarou dan Toriyama seolah mengasumsikan bahwa pembaca sudah familiar dengan kisah-kisah ini. Namun, ringkasan ini tetap esensial karena memperkenalkan pilar-pilar utama dari seri Super: Beerus sang Dewa Penghancur dan asistennya yang misterius, Whis.
Kemunculan Beerus menjadi katalisator bagi Son Goku untuk menyadari betapa luasnya alam semesta ini. Kekuatan yang ia banggakan sebagai Super Saiyan 3 ternyata tidak ada apa-apanya di hadapan seorang dewa. Ini memaksa Goku dan kawan-kawan untuk mencapai tingkatan baru: Super Saiyan God. Ritual lima Saiyan berhati murni yang menyalurkan energi mereka kepada Goku menjadi momen ikonik yang membuka pintu ke dunia Ki Ilahi (God Ki). Pertarungan Goku sebagai Super Saiyan God melawan Beerus di manga digambarkan dengan intensitas yang fokus pada strategi dan esensi pertarungan, tanpa pengalihan perhatian yang berlebihan. Ini adalah pertarungan yang bukan tentang menang atau kalah, melainkan tentang belajar dan memahami adanya hierarki kekuatan yang jauh lebih tinggi.
Saga kebangkitan Frieza juga diringkas, namun poin-poin pentingnya tetap ada. Frieza, setelah dibangkitkan, mencapai evolusi barunya, Golden Frieza, dalam waktu yang sangat singkat. Di sisi lain, Goku dan Vegeta berlatih di bawah bimbingan Whis, berhasil menguasai Ki Ilahi dan mencapai bentuk Super Saiyan Blue (atau Super Saiyan God Super Saiyan). Perbedaan kunci di manga adalah bagaimana Goku dan Vegeta menghadapi Golden Frieza. Mereka menunjukkan pemahaman taktis yang lebih baik tentang kelemahan bentuk baru Frieza yang menguras stamina. Ini menjadi dasar bagi pengembangan karakter mereka ke depan, di mana kekuatan mentah tidak lagi menjadi satu-satunya jawaban.
Turnamen Antar Alam Semesta: Saga Universe 6
Saga ini menjadi momen di mana komik Dragon Ball Super benar-benar mulai membangun identitasnya sendiri. Konsep multiverse diperkenalkan secara resmi dengan kehadiran Champa, Dewa Penghancur dari Alam Semesta 6, yang juga merupakan saudara kembar Beerus, serta asistennya, Vados. Persaingan kekanakan antara dua dewa ini berujung pada sebuah turnamen persahabatan yang mempertaruhkan Bumi dari Alam Semesta 7 dan planet-planet tak berpenghuni dari Alam Semesta 6.
Tim Alam Semesta 7 terdiri dari Goku, Vegeta, Piccolo, Majin Buu (yang akhirnya tertidur dan digantikan oleh Monaka), sementara Tim Alam Semesta 6 memperkenalkan karakter-karakter baru yang menarik:
- Botamo: Petarung berbadan kenyal yang kebal terhadap pukulan biasa.
- Frost: Sosok dari ras Frieza yang awalnya tampak sebagai pahlawan, namun ternyata licik dan menggunakan racun tersembunyi.
- Magetta: Robot dari ras Metalmen yang kekuatannya meningkat seiring dengan panas tubuhnya dan sangat sensitif terhadap hinaan.
- Cabba: Seorang Saiyan muda dari Planet Sadala, yang tidak memiliki ekor dan tidak mengenal konsep Super Saiyan.
- Hit: Pembunuh legendaris dengan kemampuan Time-Skip, mampu melompati waktu sepersekian detik untuk melancarkan serangan yang tak terhindarkan.
Pertarungan dalam saga ini sangat kaya akan strategi dan pengembangan karakter. Vegeta, dalam pertarungannya melawan Cabba, bertindak sebagai mentor yang keras, memprovokasi Cabba untuk membangkitkan amarah dan berubah menjadi Super Saiyan untuk pertama kalinya. Ini adalah momen penting yang menunjukkan sisi lain dari Vegeta, seorang pangeran yang peduli akan kelestarian rasnya, bahkan di alam semesta lain.
Puncak dari turnamen ini adalah pertarungan antara Goku dan Hit. Di manga, pertarungan ini menampilkan kecerdasan bertarung Goku di level tertinggi. Sadar bahwa ia tidak bisa menandingi Time-Skip Hit dengan Super Saiyan Blue biasa, Goku melakukan langkah tak terduga. Ia kembali ke bentuk Super Saiyan God yang berwarna merah. Bentuk ini, meskipun tidak sekuat Blue, menawarkan kecepatan dan efisiensi stamina yang jauh lebih baik, memungkinkannya untuk mengantisipasi dan melawan Time-Skip. Namun, ketika Hit meningkatkan kemampuannya, Goku terpaksa mengeluarkan kartu asnya: Super Saiyan Blue Kaio-ken. Di manga, teknik ini diperlihatkan sebagai gerakan pamungkas yang sangat berisiko, yang jika gagal akan menghancurkan tubuhnya. Ini adalah pertaruhan besar yang menunjukkan batas kemampuan Goku saat itu. Turnamen ini berakhir dengan kemenangan tipis Alam Semesta 7, tetapi yang lebih penting, ia membuka cakrawala baru dan memperkenalkan konsep Super Dragon Balls, bola naga seukuran planet yang mampu mengabulkan permintaan apa pun tanpa batasan.
Ancaman dari Masa Depan: Saga Goku Black / Future Trunks
Jika saga sebelumnya terasa seperti petualangan yang ceria, Saga Future Trunks membawa kembali nuansa kelam dan keputusasaan yang menjadi ciri khas dari saga Android dan Cell di Dragon Ball Z. Future Trunks kembali ke masa lalu dengan mesin waktunya, membawa berita tentang musuh baru yang mengerikan: seorang petarung yang berpenampilan persis seperti Goku, yang dikenal sebagai Goku Black.
Misteri identitas Goku Black menjadi inti dari paruh pertama saga ini. Spekulasi bermunculan, apakah ia adalah Goku yang dicuci otak? Atau tiruan? Komik ini membangun ketegangan dengan sangat baik. Goku Black tidak hanya kuat, tetapi juga cerdas dan sadis. Ia memiliki bentuk Super Saiyan-nya sendiri yang unik, yaitu Super Saiyan Rosé, sebuah manifestasi dari Ki Ilahi yang dikendalikan oleh jiwa yang bukan Saiyan.
Pengungkapan terbesar datang ketika terungkap bahwa Goku Black sebenarnya adalah Zamasu dari lini waktu utama. Zamasu adalah seorang Kaioshin magang dari Alam Semesta 10 yang memiliki pandangan ekstrem tentang keadilan. Ia memandang manusia (dan semua makhluk fana) sebagai sumber kejahatan yang harus dimusnahkan. Menggunakan Super Dragon Balls, ia menukar tubuhnya dengan Goku dari lini waktu tersebut, membunuh Goku (dalam tubuh Zamasu) dan keluarganya, lalu memulai "Proyek Nol Manusia" (Zero Mortals Plan).
Untuk membuat situasi lebih rumit, ia merekrut Zamasu dari lini waktu Future Trunks, yang menggunakan Super Dragon Balls untuk mendapatkan keabadian. Duet antara Goku Black (Zamasu dalam tubuh Goku) dan Future Zamasu (yang abadi) menjadi mimpi buruk bagi para pahlawan. Mereka saling melengkapi dengan sempurna: satu memiliki potensi kekuatan Saiyan yang tak terbatas, dan yang lainnya tidak bisa dibunuh.
Pertarungan di saga ini sangat brutal. Vegeta, didorong oleh amarah karena penderitaan putranya dari masa depan, berhasil melampaui Super Saiyan Blue dan mencapai bentuk yang lebih sempurna di manga, memungkinkannya untuk mendominasi Goku Black untuk sementara waktu.
Salah satu perbedaan signifikan di manga adalah peran Zamasu. Di manga, Zamasu sang Kaioshin magang memiliki kemampuan penyembuhan yang luar biasa. Ini membuat pertarungan menjadi lebih sulit, karena setiap kerusakan yang diterima Goku Black bisa langsung disembuhkan oleh Future Zamasu, membuat mereka semakin kuat berkat Zenkai Boost. Hal ini memaksa Goku untuk mempelajari teknik Mafuba (Evil Containment Wave) untuk menyegel Zamasu yang abadi. Sayangnya, mereka lupa membawa segel jimatnya, sebuah kesalahan konyol yang berakibat fatal.
Puncaknya adalah ketika Goku Black dan Future Zamasu yang terdesak menggunakan anting Potara untuk bergabung menjadi Fused Zamasu. Di manga, karena salah satu dari mereka tidak abadi, wujud gabungan ini memiliki batas waktu dan ketidakstabilan. Goku dan Vegeta terpaksa melakukan hal yang sama dan bergabung menjadi Vegito Blue. Pertarungan mereka sangat spektakuler, namun energi yang dibutuhkan Vegito Blue begitu besar sehingga fusi mereka berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan. Dalam keadaan putus asa, Trunks, dengan kekuatan amarah dan harapan dari sisa-sisa umat manusia, berhasil menebas tubuh fisik Fused Zamasu. Namun, ini belum berakhir. Esensi Zamasu yang abadi menyebar dan mulai menyatu dengan alam semesta itu sendiri, memusnahkan semua kehidupan. Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan memanggil Zeno dari masa depan, yang dengan mudahnya menghapus seluruh lini waktu tersebut. Ini adalah akhir yang tragis dan pahit, menunjukkan bahwa terkadang ada musuh yang tidak bisa dikalahkan hanya dengan kekuatan pukulan.
Pertaruhan Eksistensi: Saga Tournament of Power
Saga ini adalah puncak dari segala yang telah dibangun di Dragon Ball Super. Atas usul Goku, Zeno sang Raja Segalanya setuju untuk mengadakan turnamen antar 8 dari 12 alam semesta. Taruhannya adalah yang tertinggi: tim yang kalah akan membuat seluruh alam semestanya dihapus dari eksistensi. Setiap tim terdiri dari 10 petarung terkuat, dan pertarungan berlangsung dalam format battle royale di Arena Tanpa Batas (World of Void).
Tim Alam Semesta 7 menghadapi tantangan besar dalam merekrut anggota. Pilihan terakhir jatuh pada musuh bebuyutan mereka, Frieza, yang setuju untuk bergabung dengan imbalan dihidupkan kembali. Skuad lengkap Alam Semesta 7 adalah: Goku, Vegeta, Gohan, Piccolo, Krillin, Master Roshi, Tien Shinhan, Android 17, Android 18, dan Frieza. Setiap anggota memiliki peran penting, tidak hanya mengandalkan kekuatan mentah.
Manga menyajikan turnamen ini dengan fokus yang lebih tajam dibandingkan anime. Daripada menunjukkan setiap pertarungan kecil, Toyotarou lebih sering menyoroti pertarungan kunci dan interaksi strategis. Master Roshi mendapatkan momen bersinarnya di manga, di mana ia menggunakan pengalaman dan teknik-tekniknya yang beragam untuk menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih kuat, bahkan hampir menguasai gerakan yang mirip dengan dasar-dasar Ultra Instinct sebelum tubuh tuanya menyerah. Ini adalah penghormatan yang indah bagi guru pertama Goku.
Ancaman utama datang dari Alam Semesta 11, rumah bagi para Pride Troopers. Pemimpin mereka, Toppo, adalah kandidat Dewa Penghancur, dan anggota terkuat mereka adalah Jiren the Gray, seorang makhluk fana yang kekuatannya bahkan melampaui Dewa Penghancur. Jiren digambarkan sebagai tembok yang tak tertembus. Kekuatannya begitu absolut sehingga ia hampir tidak perlu bergerak untuk mengalahkan lawan-lawannya.
Pertarungan melawan Jiren mendorong Goku melampaui semua batasannya. Ketika Spirit Bomb-nya sendiri dipantulkan kembali, energi besar itu secara tidak sengaja memicu transformasi yang bahkan para dewa pun sulit mencapainya: Autonomous Ultra Instinct. Awalnya, Goku hanya bisa mengakses tahap defensifnya, yang dikenal sebagai Ultra Instinct Sign, di mana tubuhnya bergerak secara refleks untuk menghindari serangan. Namun, ini sangat menguras stamina.
Di manga, proses penguasaan Ultra Instinct lebih bertahap dan dijelaskan secara teknis oleh Whis. Ini bukan sekadar power-up, melainkan sebuah keadaan pikiran dan tubuh. Vegeta, menolak untuk mengikuti jalan Goku, mencoba mencari kekuatannya sendiri dan berhasil mencapai bentuk evolusi dari Super Saiyan Blue, yang disebut Super Saiyan Blue Evolved. Pertarungan akhir di manga berfokus pada kerja sama tim yang luar biasa antara Goku, Vegeta, Frieza, dan Android 17 untuk melawan Jiren yang sudah mengeluarkan kekuatan penuhnya.
Puncaknya adalah ketika Goku akhirnya berhasil menyempurnakan Ultra Instinct, dengan rambut peraknya yang ikonik. Dalam bentuk ini, ia sepenuhnya menguasai aspek ofensif dan defensif, memungkinkannya untuk mendominasi Jiren. Namun, seperti Kaio-ken, kekuatan ini datang dengan harga yang mahal bagi tubuh fananya. Turnamen berakhir dengan Android 17 sebagai pemenang terakhir yang tersisa di arena. Sebagai hadiahnya, ia menggunakan Super Dragon Balls untuk memulihkan semua alam semesta yang telah dihapus, sebuah tindakan altruistik yang membuktikan nilai dari para pahlawan kita. Saga ini tidak hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang kepercayaan, kerja sama, dan nilai kehidupan itu sendiri.
Tahanan Patroli Galaksi: Saga Moro
Saga ini adalah saga besar pertama yang eksklusif untuk komik (saat perilisannya) dan langsung menjadi favorit penggemar. Setelah Tournament of Power, Goku dan Vegeta direkrut oleh Patroli Galaksi untuk membantu menangkap seorang tahanan kuno yang melarikan diri, penyihir bernama Moro. Moro bukanlah petarung fisik biasa; ia adalah pemakan planet yang memiliki kemampuan sihir untuk menyerap energi kehidupan dari planet dan individu.
Moro dengan cepat membuktikan dirinya sebagai ancaman yang sama sekali berbeda. Kemampuannya untuk menguras energi membuat transformasi Super Saiyan menjadi sia-sia. Dalam pertarungan pertama mereka, Goku dan Vegeta yang menggunakan Super Saiyan Blue dibuat tak berdaya, energi mereka disedot habis hingga kembali ke bentuk dasar. Ini memaksa para pahlawan kita untuk menyadari bahwa kekuatan fisik saja tidak akan cukup.
Saga ini memisahkan Goku dan Vegeta untuk menjalani pelatihan yang berbeda:
- Vegeta pergi ke Planet Yardrat, tempat Goku belajar teknik Instant Transmission. Di sana, ia tidak belajar teleportasi, melainkan teknik spiritual yang lebih canggih yang disebut Forced Spirit Fission. Teknik ini memungkinkannya untuk secara paksa memisahkan dan mengembalikan energi yang telah dicuri atau disatukan, menjadikannya lawan yang sempurna bagi Moro. Ini adalah perkembangan karakter yang luar biasa bagi Vegeta, di mana ia secara sadar memilih jalan yang berbeda dari Goku untuk menebus dosa-dosanya di masa lalu (terutama saat membantai bangsa Namek).
- Goku berlatih dengan seorang anggota elit Patroli Galaksi bernama Merus untuk bisa mengaktifkan Ultra Instinct Sign sesuka hati. Pelatihan ini menjadi krusial ketika terungkap bahwa Merus sebenarnya adalah seorang Malaikat dalam pelatihan, yang dilarang menggunakan kekuatan penuhnya dalam pertempuran.
Pertarungan akhir terjadi di Bumi. Moro, setelah menyerap energi yang tak terhitung jumlahnya dan seorang android bernama Seven-Three, menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ia bahkan mampu menyalin kemampuan lawan-lawannya, termasuk Ultra Instinct milik Goku. Para Z-Fighters berjuang mati-matian, tetapi Moro terlalu kuat. Vegeta kembali dengan teknik Forced Spirit Fission-nya, berhasil melepaskan semua energi yang dicuri Moro dan mengembalikannya ke para korbannya. Namun, Moro memiliki rencana cadangan, menyatu dengan Bumi itu sendiri dan mengancam akan meledak bersama galaksi.
Dalam momen kritis, pengorbanan Merus (yang menghilang karena melanggar hukum malaikat) membangkitkan amarah Goku dan memungkinkannya untuk akhirnya menyempurnakan Ultra Instinct sekali lagi. Dengan energi yang disumbangkan oleh Vegeta dan yang lainnya dari seluruh alam semesta (termasuk Uub, reinkarnasi dari Kid Buu), Goku berhasil menghancurkan kristal di dahi Moro dan mengalahkannya untuk selamanya. Saga Moro dipuji karena memperkenalkan penjahat yang unik, memberikan perkembangan karakter yang signifikan bagi Vegeta, dan memperluas mitologi Dragon Ball dengan konsep sihir dan malaikat.
Pembalasan Sang Penyintas: Saga Granolah
Saga ini mengeksplorasi tema balas dendam, kebenaran sejarah, dan definisi dari "yang terkuat". Karakter utamanya adalah Granolah, satu-satunya penyintas dari ras Cerealian yang dimusnahkan oleh pasukan Frieza dan para Saiyan bertahun-tahun yang lalu. Dipenuhi kebencian, Granolah menggunakan Dragon Balls dari planetnya untuk membuat permintaan: menjadi petarung terkuat di alam semesta. Sebagai gantinya, umurnya dipersingkat drastis, hanya menyisakan beberapa tahun untuk hidup.
Di sisi lain, sekelompok pedagang intelijen licik bernama Heeters memanipulasi Granolah untuk melawan Goku dan Vegeta. Mereka memberitahu Granolah bahwa ada dua Saiyan kuat yang tersisa, memicu keinginannya untuk balas dendam. Pertarungan pun tak terhindarkan.
Pertarungan di saga ini sangat teknis dan strategis. Granolah, dengan kekuatan barunya, memiliki mata kanan yang memberinya akurasi luar biasa, mampu menargetkan titik-titik vital lawan. Goku, yang terus menyempurnakan Ultra Instinct-nya, harus beradaptasi dengan gaya bertarung yang sama sekali baru. Namun, bintang utama dari saga ini adalah Vegeta.
Ketika melawan Granolah, Vegeta membuka kekuatan baru yang ia pelajari dari Beerus. Kekuatan ini didasarkan pada insting penghancur, kebalikan dari Ultra Instinct yang tenang milik Goku. Bentuk ini disebut Ultra Ego. Dalam wujud ini, semakin banyak kerusakan yang diterima Vegeta, semakin kuat ia jadinya. Ini adalah manifestasi sempurna dari kebanggaan dan semangat juang Saiyan-nya. Rambutnya menjadi lebih gelap, alisnya menghilang, dan ia diselimuti aura ungu dari Energi Penghancur.
Saga ini juga mengungkap masa lalu yang mengejutkan. Ternyata, ayah Goku, Bardock, adalah orang yang menyelamatkan Granolah dan ibunya saat invasi Saiyan. Bardock, meskipun seorang prajurit kelas rendah, menunjukkan belas kasihan dan bertarung melawan rekan-rekannya sendiri demi melindungi mereka. Kebenaran ini menghancurkan pandangan dunia Granolah dan mengubah konflik menjadi aliansi sementara ketika musuh sebenarnya, para Heeters, mengungkapkan kekuatan mereka. Pemimpin mereka, Elec, menggunakan Dragon Balls untuk mengubah adiknya, Gas, menjadi petarung terkuat yang baru.
Pertarungan melawan Gas menjadi ujian bagi Goku dan Vegeta untuk menyelaraskan kekuatan baru mereka. Goku belajar untuk menggunakan Ultra Instinct dengan emosinya, sementara Vegeta harus menguasai Ultra Ego. Saga ini diakhiri dengan kemunculan tak terduga dari Frieza, yang telah berlatih di dimensi lain selama sepuluh tahun dan mencapai bentuk baru yang mengerikan: Black Frieza. Dengan mudahnya, ia mengalahkan Goku (Ultra Instinct) dan Vegeta (Ultra Ego) dalam satu pukulan, menetapkan dirinya sekali lagi sebagai ancaman utama di alam semesta dan memberikan tujuan baru bagi kedua Saiyan untuk menjadi lebih kuat.
Kembalinya Para Pahlawan Bumi: Saga Super Hero
Saga terbaru dalam komik ini adalah adaptasi dari film populer Dragon Ball Super: Super Hero. Namun, manga ini memberikan konteks tambahan dengan bab-bab prekuel yang berfokus pada Goten dan Trunks sebagai pahlawan remaja, Saiyaman X-1 dan X-2. Ini adalah selingan yang menyegarkan sebelum masuk ke plot utama.
Plot utamanya berpusat pada kebangkitan kembali Red Ribbon Army, yang dipimpin oleh Komandan Magenta dan ilmuwan jenius Dr. Hedo, cucu dari Dr. Gero. Mereka menciptakan dua android baru yang kuat, Gamma 1 dan Gamma 2, yang diprogram untuk percaya bahwa mereka adalah pahlawan yang melawan perusahaan jahat Capsule Corp. Karena Goku dan Vegeta sedang berlatih di planet Beerus, tanggung jawab untuk melindungi Bumi jatuh ke tangan Piccolo dan Gohan.
Saga ini adalah surat cinta untuk Gohan dan Piccolo. Piccolo, menyadari krisis yang akan datang dan frustrasi dengan Gohan yang terlalu fokus pada penelitiannya, menyusun rencana untuk menculik Pan agar Gohan mau bertarung. Melalui permintaan kepada Dende, potensi laten Piccolo dibangkitkan, memberinya bentuk baru yang disebut Orange Piccolo—sebuah transformasi yang membuatnya jauh lebih besar, lebih kuat, dan berwarna oranye dengan simbol khusus di punggungnya.
Gohan, didorong oleh amarah saat melihat Piccolo tampaknya dibunuh oleh monster pamungkas Red Ribbon Army, Cell Max (versi raksasa dan tidak stabil dari Cell), melepaskan potensinya yang telah lama terpendam. Ia mencapai bentuk baru yang disebut Gohan Beast. Dengan rambut perak panjang yang berdiri tegak dan mata merah menyala, Gohan memancarkan kekuatan yang luar biasa, bahkan mungkin menyaingi Goku dan Vegeta. Dengan satu Makankosappo (Special Beam Cannon) yang dahsyat, Gohan berhasil menghancurkan Cell Max, membuktikan bahwa ia masih menjadi salah satu petarung terkuat di Bumi.
Saga ini mengembalikan fokus ke karakter-karakter pendukung yang dicintai dan menunjukkan bahwa perlindungan Bumi tidak selalu bergantung pada Goku dan Vegeta. Ini adalah pengingat akan kedalaman dan kekayaan dunia Dragon Ball.
Seni Toyotarou dan Visi Toriyama
Salah satu aspek yang paling sering dibicarakan dari komik Dragon Ball Super adalah gaya seni Toyotarou. Sebagai penggemar berat Dragon Ball sejak lama, Toyotarou memiliki pemahaman mendalam tentang gaya Akira Toriyama. Goresannya sangat mirip, namun tetap memiliki ciri khasnya sendiri. Panel-panel aksinya dinamis, bersih, dan mudah diikuti. Ia unggul dalam menyampaikan kecepatan dan dampak dari setiap pukulan dan ledakan ki.
Kolaborasi antara Toyotarou dan Toriyama adalah kunci kesuksesan manga ini. Toriyama menyediakan plot dasar dan desain karakter utama, sementara Toyotarou diberi kebebasan untuk mengembangkan detail adegan, dialog, dan koreografi pertarungan. Hasilnya adalah sebuah cerita yang terasa seperti Dragon Ball klasik, namun dengan sentuhan modern. Penceritaan yang lebih padat di manga memungkinkan pengembangan plot yang lebih cepat dan fokus, yang disukai oleh banyak pembaca yang menginginkan narasi yang langsung ke intinya.
Komik Dragon Ball Super bukan sekadar adaptasi atau pengulangan. Ia adalah pilar utama dari kanon Dragon Ball modern, sebuah karya yang terus memperluas mitologi, menantang batas-batas kekuatan, dan memberikan kehidupan baru kepada karakter-karakter yang telah kita cintai selama beberapa dekade. Dari pertarungan antar dewa hingga ancaman kosmik, setiap saga adalah bukti bahwa semangat petualangan dan perjuangan para Saiyan tidak akan pernah padam.