Pengantar Ilmu Tajwid
Ilmu Tajwid adalah fondasi utama dalam membaca Al-Qur'an. Secara etimologi, kata "tajwid" (تجويد) berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata jawwada-yujawwidu-tajwidan yang berarti membaguskan atau membuat jadi lebih baik. Dalam konteks membaca Al-Qur'an, tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara melafalkan setiap huruf dari tempat keluarnya (makhraj) dengan memberikan semua hak dan mustahaknya, seperti sifat-sifat huruf, hukum bacaan panjang (mad), dengung (ghunnah), dan lainnya.
Tujuan utama dari mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lisan dari kesalahan (lahn) saat membaca kitab suci Al-Qur'an. Kesalahan ini terbagi menjadi dua, yaitu lahn jali (kesalahan yang jelas dan fatal, seperti mengubah huruf atau harakat yang dapat mengubah makna) dan lahn khafi (kesalahan tersembunyi yang tidak mengubah makna tetapi mengurangi kesempurnaan bacaan). Membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah tajwid merupakan perintah langsung dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Muzzammil ayat 4: "...dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan (tartil)." Para ulama menafsirkan "tartil" sebagai membaca dengan tajwid.
Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah, artinya jika sudah ada sebagian muslim yang mempelajarinya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, hukum mengamalkan atau mempraktikkan tajwid saat membaca Al-Qur'an adalah fardhu 'ain, yaitu wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam terhadap ilmu ini adalah sebuah keniscayaan bagi setiap pembaca Al-Qur'an.
Makharijul Huruf (Tempat Keluarnya Huruf)
Makharijul Huruf adalah pilar pertama dalam tajwid. Ini adalah ilmu yang membahas titik-titik artikulasi atau tempat spesifik di dalam sistem vokal manusia di mana setiap huruf hijaiyah diucapkan. Tanpa penguasaan makhraj yang benar, mustahil seseorang dapat melafalkan huruf dengan fasih dan tepat. Terdapat lima tempat keluar utama yang terbagi lagi menjadi 17 titik spesifik.
1. Al-Jauf (الجوف) - Rongga Mulut dan Tenggorokan
Al-Jauf adalah rongga yang membentang dari pangkal tenggorokan hingga mulut. Ini adalah makhraj untuk huruf-huruf Mad (bacaan panjang), yaitu:
- Alif (ا) yang didahului harakat Fathah.
- Waw Sukun (وْ) yang didahului harakat Dhammah.
- Ya Sukun (يْ) yang didahului harakat Kasrah.
Ketiga huruf ini keluar dari rongga ini tanpa hambatan, menghasilkan suara yang memanjang dan jernih.
2. Al-Halq (الحلق) - Tenggorokan
Tenggorokan terbagi menjadi tiga bagian, masing-masing menjadi tempat keluar bagi dua huruf:
- Aqshal Halq (Pangkal Tenggorokan): Tempat keluarnya huruf Hamzah (ء) dan Ha (هـ).
- Wasathul Halq (Tengah Tenggorokan): Tempat keluarnya huruf 'Ain (ع) dan Ha (ح).
- Adnal Halq (Ujung Tenggorokan): Tempat keluarnya huruf Ghain (غ) dan Kha (خ).
3. Al-Lisan (اللسان) - Lidah
Lidah adalah organ yang paling banyak memiliki titik artikulasi, yaitu 10 makhraj untuk 18 huruf.
- Pangkal Lidah (Aqshal Lisan):
- Pangkal lidah paling belakang menempel langit-langit lunak: Huruf Qaf (ق).
- Pangkal lidah sedikit ke depan: Huruf Kaf (ك).
- Tengah Lidah (Wasathul Lisan): Tengah lidah menempel pada langit-langit di atasnya. Ini adalah makhraj untuk huruf Jim (ج), Syin (ش), dan Ya (ي) (bukan Ya mad).
- Sisi Lidah (Hafatul Lisan):
- Salah satu atau kedua sisi lidah menempel pada gigi geraham atas: Huruf Dhad (ض).
- Ujung Lidah (Tharful Lisan):
- Dari bawah ujung lidah hingga menempel pada gusi dua gigi seri atas: Huruf Lam (ل).
- Ujung lidah sedikit masuk ke punggungnya menempel gusi dua gigi seri atas: Huruf Nun (ن).
- Ujung lidah dengan punggungnya menempel gusi dua gigi seri atas: Huruf Ra (ر).
- Ujung lidah menempel pada pangkal dua gigi seri atas: Huruf Tha (ط), Dal (د), dan Ta (ت).
- Ujung lidah menempel pada ujung dua gigi seri bawah: Huruf Shad (ص), Sin (س), dan Zai (ز).
- Ujung lidah menempel pada ujung dua gigi seri atas: Huruf Zha (ظ), Dzal (ذ), dan Tsa (ث).
4. Asy-Syafatain (الشفتان) - Dua Bibir
Terdapat dua makhraj pada bibir untuk empat huruf:
- Bibir bawah bagian dalam menyentuh ujung gigi seri atas: Huruf Fa (ف).
- Kedua bibir (merapat atau membentuk bulatan):
- Merapatkan kedua bibir: Huruf Ba (ب) dan Mim (م).
- Membulatkan (memonyongkan) kedua bibir: Huruf Waw (و) (bukan Waw mad).
5. Al-Khaisyum (الخيشوم) - Rongga Hidung
Al-Khaisyum adalah makhraj untuk sifat Ghunnah (dengung), yang melekat pada huruf Nun (ن) dan Mim (م), terutama saat keduanya bertasydid (نّ dan مّ) atau dalam keadaan hukum Ikhfa', Idgham Bighunnah, dan Iqlab.
Sifatul Huruf (Sifat-sifat Huruf)
Sifatul Huruf adalah karakteristik yang melekat pada setiap huruf saat diucapkan. Sifat ini memberikan nuansa dan kejelasan pada pelafalan, membedakan satu huruf dari yang lain meskipun memiliki makhraj yang berdekatan. Sifat terbagi menjadi dua: yang memiliki lawan dan yang tidak memiliki lawan.
A. Sifat yang Memiliki Lawan Kata
- Al-Hams (الهمس) vs Al-Jahr (الجهر)
- Al-Hams (Berdesis/Nafas Mengalir): Saat diucapkan, nafas mengalir. Hurufnya terkumpul dalam kalimat "فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ" (ف, ح, ث, ه, ش, خ, ص, س, ك, ت).
- Al-Jahr (Jelas/Nafas Tertahan): Saat diucapkan, nafas tertahan. Hurufnya adalah sisa dari huruf Hams.
- Asy-Syiddah (الشّدّة) vs At-Tawassuth (التّوسّط) vs Ar-Rakhawah (الرّخاوة)
- Asy-Syiddah (Kuat/Suara Tertahan): Suara tertahan sempurna saat huruf diucapkan. Hurufnya "أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ" (ء, ج, د, ق, ط, ب, ك, ت).
- Ar-Rakhawah (Lunak/Suara Mengalir): Suara mengalir bebas saat huruf diucapkan. Hurufnya adalah sisa dari Syiddah dan Tawassuth.
- At-Tawassuth/Al-Bainiyah (Pertengahan): Suara tidak tertahan sempurna dan tidak juga mengalir sempurna. Hurufnya "لِنْ عُمَرْ" (ل, ن, ع, م, ر).
- Al-Isti’la’ (الإستعلاء) vs Al-Istifal (الإستفال)
- Al-Isti’la’ (Terangkat): Lidah bagian pangkal terangkat ke langit-langit saat diucapkan, menghasilkan suara tebal (tafkhim). Hurufnya "خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ" (خ, ص, ض, غ, ط, ق, ظ).
- Al-Istifal (Menurun): Lidah bagian pangkal menurun saat diucapkan, menghasilkan suara tipis (tarqiq). Hurufnya adalah sisa dari huruf Isti'la'.
- Al-Itbaq (الإطباق) vs Al-Infitah (الإنفتاح)
- Al-Itbaq (Tertutup/Melekat): Lidah menempel atau hampir menempel pada langit-langit, mengurung suara. Ini adalah level tebal tertinggi. Hurufnya: Shad (ص), Dhad (ض), Tha (ط), Zha (ظ).
- Al-Infitah (Terbuka): Terdapat rongga antara lidah dan langit-langit, suara tidak terkurung. Hurufnya adalah sisa dari huruf Itbaq.
- Al-Idzlaq (الإذلاق) vs Al-Ishmat (الإصمات)
- Al-Idzlaq (Ujung/Lancar): Huruf yang diucapkan dengan mudah dan lancar karena keluar dari ujung lidah atau bibir. Hurufnya "فِرَّ مِنْ لُبٍّ" (ف, ر, م, ن, ل, ب).
- Al-Ishmat (Tertahan): Huruf yang lebih sulit diucapkan dan butuh lebih banyak usaha. Hurufnya adalah sisa dari huruf Idzlaq.
B. Sifat yang Tidak Memiliki Lawan Kata
- Ash-Shafir (الصفير): Suara desisan tambahan yang kuat seperti siulan. Hurufnya: Shad (ص), Sin (س), Zai (ز).
- Al-Qalqalah (القلقلة): Pantulan suara yang terjadi pada huruf sukun (mati). Hurufnya terkumpul dalam "قُطْبُ جَدٍّ" (ق, ط, ب, ج, د).
- Al-Lin (اللين): Diucapkan dengan lembut dan mudah. Terjadi pada Waw sukun (وْ) dan Ya sukun (يْ) yang didahului harakat fathah.
- Al-Inhiraf (الإنحراف): Suara sedikit condong atau miring dari makhrajnya. Hurufnya: Lam (ل) dan Ra (ر).
- At-Takrir (التكرير): Ujung lidah bergetar saat mengucapkan huruf. Sifat ini hanya dimiliki oleh Ra (ر), dan harus dihindari getaran yang berlebihan.
- At-Tafasysyi (التفشي): Angin menyebar di dalam mulut saat mengucapkan huruf. Sifat ini khusus untuk huruf Syin (ش).
- Al-Istithalah (الإستطالة): Suara memanjang di sepanjang sisi lidah. Sifat ini khusus untuk huruf Dhad (ض).
Hukum Nun Sukun (نْ) dan Tanwin (ــًــٍــٌ)
Ini adalah salah satu hukum paling fundamental dalam tajwid. Ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah, akan timbul empat hukum bacaan.
1. Idzhar Halqi (إظهار حلقي)
Idzhar berarti jelas. Hukum ini terjadi jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf tenggorokan (huruf Halqi). Cara membacanya adalah jelas, tanpa dengung.
Huruf-hurufnya adalah: Hamzah (ء), Ha (هـ), 'Ain (ع), Ha (ح), Ghain (غ), Kha (خ).
Contoh: مِنْهُمْ (dibaca: min hum) - Nun sukun bertemu Ha.
Contoh: عَذَابٌ أَلِيمٌ (dibaca: 'adzābun alīm) - Tanwin bertemu Hamzah.
2. Idgham (إدغام)
Idgham berarti melebur atau memasukkan. Nun Sukun atau Tanwin dilebur ke dalam huruf berikutnya. Idgham terbagi dua:
- Idgham Bighunnah (Dengan Dengung): Terjadi jika bertemu huruf Ya (ي), Nun (ن), Mim (م), Waw (و) yang terkumpul dalam kata "يَنْمُوْ". Bacaannya dilebur sambil didengungkan selama 2 harakat.
Contoh: مَنْ يَقُوْلُ (dibaca: may yaqūl) - Nun sukun bertemu Ya.
Contoh: بَرْقٌ يَجْعَلُوْنَ (dibaca: barquy yaj'alūn) - Tanwin bertemu Ya.
- Idgham Bilaghunnah (Tanpa Dengung): Terjadi jika bertemu huruf Lam (ل) dan Ra (ر). Bacaannya dilebur sempurna tanpa dengung.
Contoh: مِنْ لَدُنْهُ (dibaca: mil ladunhu) - Nun sukun bertemu Lam.
Contoh: غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ (dibaca: ghafūrur rahīm) - Tanwin bertemu Ra.
3. Iqlab (إقلاب)
Iqlab berarti mengubah. Hukum ini terjadi jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf, yaitu Ba (ب). Cara membacanya adalah dengan mengubah bunyi Nun Sukun/Tanwin menjadi bunyi Mim (م) yang disamarkan, disertai dengung dan kedua bibir dirapatkan secara ringan.
Contoh: مِنْ بَعْدِ (dibaca: mim ba'di) - Nun sukun bertemu Ba.
Contoh: سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ (dibaca: samī'um bashīr) - Tanwin bertemu Ba.
4. Ikhfa' Haqiqi (إخفاء حقيقي)
Ikhfa' berarti menyamarkan. Hukum ini terjadi jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan 15 huruf sisa (selain huruf Idzhar, Idgham, dan Iqlab). Cara membacanya adalah samar-samar antara Idzhar dan Idgham, disertai dengung. Posisi lidah bersiap ke makhraj huruf setelahnya.
Huruf-hurufnya: Ta (ت), Tsa (ث), Jim (ج), Dal (د), Dzal (ذ), Zai (ز), Sin (س), Syin (ش), Shad (ص), Dhad (ض), Tha (ط), Zha (ظ), Fa (ف), Qaf (ق), Kaf (ك).
Contoh: أَنْفُسَكُمْ (dibaca: angfusakum) - Nun sukun bertemu Fa.
Contoh: رَجُلاً سَلَمًا (dibaca: rajulan salaman) - Tanwin bertemu Sin.
Hukum Mim Sukun (مْ)
Ketika Mim Sukun bertemu dengan huruf hijaiyah, ada tiga hukum yang berlaku.
1. Ikhfa' Syafawi (إخفاء شفوي)
Terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf Ba (ب). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan bunyi Mim sambil didengungkan, dengan bibir sedikit terbuka.
Contoh: تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ (dibaca: tarmīhim bihijārah).
2. Idgham Mimi / Mutamatsilain (إدغام ميمي)
Terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf Mim (م). Cara membacanya adalah meleburkan Mim pertama ke Mim kedua disertai dengung yang sempurna.
Contoh: لَكُمْ مَا (dibaca: lakum mā).
3. Idzhar Syafawi (إظهار شفوي)
Terjadi ketika Mim Sukun (مْ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain Mim (م) dan Ba (ب). Cara membacanya adalah jelas tanpa dengung. Perlu hati-hati agar tidak memantul, terutama saat bertemu Waw dan Fa.
Contoh: لَمْ يَلِدْ (dibaca: lam yalid).
Contoh: عَلَيْهِمْ وَلَا (dibaca: 'alaihim wa lā).
Hukum Mad (المد)
Mad secara bahasa berarti memanjangkan. Dalam tajwid, mad adalah memanjangkan suara pada huruf mad. Secara garis besar, Mad terbagi menjadi dua: Mad Asli (Thabi'i) dan Mad Far'i (Cabang).
1. Mad Thabi'i (Mad Asli)
Ini adalah mad dasar yang menjadi pokok bagi mad lainnya. Panjangnya adalah 2 harakat (satu alif). Terjadi apabila:
- Huruf berharakat Fathah bertemu Alif (ا). Contoh: قَالَ
- Huruf berharakat Kasrah bertemu Ya Sukun (يْ). Contoh: قِيْلَ
- Huruf berharakat Dhammah bertemu Waw Sukun (وْ). Contoh: يَقُوْلُ
2. Mad Far'i (Mad Cabang)
Mad Far'i adalah mad yang panjangnya melebihi Mad Thabi'i, disebabkan oleh adanya Hamzah atau Sukun setelah huruf mad.
Mad yang Disebabkan Hamzah:
- Mad Wajib Muttasil: Huruf Mad bertemu Hamzah dalam satu kata. Panjangnya 4 atau 5 harakat. Contoh: جَاءَ, السَّمَاءِ
- Mad Jaiz Munfasil: Huruf Mad bertemu Hamzah di lain kata. Panjangnya boleh 2, 4, atau 5 harakat. Contoh: يَا أَيُّهَا, بِمَا أُنْزِلَ
- Mad Shilah Thawilah: Terjadi pada Ha Dhamir (kata ganti) yang diapit huruf hidup, dan setelahnya ada Hamzah. Panjangnya 4 atau 5 harakat. Contoh: عِنْدَهُ إِلَّا
- Mad Badal: Setiap Hamzah yang dibaca panjang. Biasanya terjadi karena ada dua hamzah berkumpul, yang pertama berharakat dan kedua sukun, lalu hamzah kedua diganti menjadi huruf mad. Panjangnya 2 harakat. Contoh: آمَنُوْا (asalnya أَأْمَنُوْا)
Mad yang Disebabkan Sukun:
- Mad 'Aridh Lissukun: Huruf Mad bertemu huruf hidup yang disukunkan karena waqaf (berhenti). Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat. Contoh: saat berhenti pada يَعْلَمُوْنَ
- Mad Lin: Huruf Waw sukun atau Ya sukun yang didahului fathah bertemu huruf hidup yang disukunkan karena waqaf. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat. Contoh: saat berhenti pada خَوْفٌ, الْبَيْتِ
- Mad Lazim: Huruf Mad bertemu sukun asli (bukan karena waqaf). Ini adalah mad terpanjang, yaitu 6 harakat. Mad Lazim terbagi lagi:
- Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal: Huruf mad bertemu tasydid dalam satu kata. Contoh: الضَّالِّيْنَ, الطَّامَّةُ
- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf: Huruf mad bertemu sukun asli (tidak bertasydid) dalam satu kata. Hanya ada satu contoh di Al-Qur'an: آلْآنَ (di dua tempat dalam Surat Yunus).
- Mad Lazim Harfi Mutsaqqal: Terjadi pada huruf muqatha'ah (potongan huruf di awal surat) yang ejaannya tiga huruf, di mana huruf tengahnya mad dan huruf ketiganya diidghamkan ke huruf setelahnya. Contoh: الۤمّۤ (dibaca Alif Lāām Mīīm). Idgham terjadi pada Lam ke Mim.
- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf: Terjadi pada huruf muqatha'ah yang ejaannya tiga huruf, huruf tengahnya mad dan huruf ketiganya sukun (tidak diidghamkan). Contoh: نۤ, قۤ, صۤ.
Hukum Alif Lam (ال) Ta'rif
Alif Lam Ta'rif adalah "Al" yang berfungsi sebagai kata sandang definitif dalam bahasa Arab. Terdapat dua cara membacanya:
1. Alif Lam Qamariyah (Idzhar Qamari)
Lam (ل) dibaca dengan jelas (idzhar) seperti bulan (qamar) yang terlihat jelas. Terjadi jika Alif Lam bertemu dengan 14 huruf yang terkumpul dalam kalimat "ابْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهُ" (ء, ب, غ, ح, ج, ك, و, خ, ف, ع, ق, ي, م, هـ).
Contoh: الْقَمَرُ (Al-Qamaru)
Contoh: الْبَيْتُ (Al-Baitu)
2. Alif Lam Syamsiyah (Idgham Syamsi)
Lam (ل) dilebur (idgham) ke huruf setelahnya, seolah-olah tidak terbaca, seperti bintang yang lebur dalam cahaya matahari (syams). Huruf setelah Lam dibaca dengan tasydid. Terjadi jika Alif Lam bertemu dengan 14 huruf sisanya.
Huruf-hurufnya adalah: Ta (ت), Tsa (ث), Dal (د), Dzal (ذ), Ra (ر), Zai (ز), Sin (س), Syin (ش), Shad (ص), Dhad (ض), Tha (ط), Zha (ظ), Lam (ل), Nun (ن).
Contoh: الشَّمْسُ (Asy-Syamsu)
Contoh: الرَّحْمٰنُ (Ar-Rahmānu)
Hukum Ra' (ر)
Huruf Ra' memiliki dua cara pengucapan utama: tebal (Tafkhim) dan tipis (Tarqiq).
1. Ra' Dibaca Tafkhim (Tebal)
Ra' dibaca tebal dengan mengangkat pangkal lidah dalam kondisi berikut:
- Jika Ra' berharakat Fathah atau Dhammah. Contoh: رَحْمَةٌ, رُزِقُوْا
- Jika Ra' sukun didahului huruf berharakat Fathah atau Dhammah. Contoh: مَرْيَمَ, الْقُرْآنُ
- Jika Ra' sukun didahului Hamzah Washal. Contoh: ارْجِعِيْ
- Jika Ra' sukun didahului Kasrah, tetapi setelahnya ada huruf isti'la' (خ, ص, ض, غ, ط, ق, ظ) dalam satu kata. Contoh: قِرْطَاسٍ, مِرْصَادًا
2. Ra' Dibaca Tarqiq (Tipis)
Ra' dibaca tipis dengan menurunkan pangkal lidah dalam kondisi berikut:
- Jika Ra' berharakat Kasrah. Contoh: رِجَالٌ
- Jika Ra' sukun didahului huruf berharakat Kasrah asli dan setelahnya bukan huruf isti'la'. Contoh: فِرْعَوْنَ
- Jika Ra' sukun karena waqaf dan huruf sebelumnya adalah Ya sukun. Contoh: saat berhenti pada خَيْرٌ
Qalqalah (قلقلة)
Qalqalah adalah memantulkan suara pada saat huruf-huruf Qalqalah dalam keadaan sukun (mati). Hurufnya ada lima, terkumpul dalam kalimat "قُطْبُ جَدٍّ" (Qaf ق, Tha ط, Ba ب, Jim ج, Dal د).
1. Qalqalah Sughra (Kecil)
Terjadi jika huruf Qalqalah sukun berada di tengah kata atau di akhir kalimat namun bacaan tidak diwaqafkan (disambung). Pantulannya lebih ringan.
Contoh: يَجْعَلُوْنَ (pantulan ringan pada Jim)
Contoh: يَقْطَعُوْنَ (pantulan ringan pada Qaf)
2. Qalqalah Kubra (Besar)
Terjadi jika huruf Qalqalah berada di akhir kata dan dibaca waqaf (berhenti). Pantulannya lebih kuat dan jelas.
Contoh: Berhenti pada kata الْفَلَقِ
Contoh: Berhenti pada kata مَسَدٍ
Beberapa ulama menambahkan tingkatan ketiga, yaitu Qalqalah Akbar, yang terjadi saat waqaf pada huruf Qalqalah yang bertasydid, seperti pada الْحَقُّ. Ini adalah pantulan yang paling kuat.
Kesimpulan: Urgensi Belajar dan Mengamalkan Tajwid
Mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid bukanlah sekadar upaya untuk memperindah suara, melainkan sebuah kewajiban untuk menjaga otentisitas lafaz Al-Qur'an sebagaimana ia diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Setiap kaidah, mulai dari makhraj, sifat, mad, hingga hukum-hukum pertemuan huruf, memiliki peran penting dalam menyempurnakan bacaan dan menjaga makna ayat-ayat suci.
Perjalanan menguasai tajwid memerlukan kesabaran, ketekunan, dan yang terpenting, bimbingan dari seorang guru yang kompeten (musyafahah atau talaqqi). Teori yang dipelajari harus divalidasi melalui praktik langsung di hadapan guru agar setiap kesalahan dapat segera diperbaiki. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kemudahan dan keistiqamahan dalam mempelajari, memahami, dan mengamalkan ilmu tajwid, sehingga bacaan Al-Qur'an kita menjadi lebih baik, lebih benar, dan diterima di sisi-Nya. Amin.