Mengupas Tuntas Tajwid At Taubah Ayat 105 dan Maknanya
Al-Qur'an bukan sekadar bacaan, melainkan kalam ilahi yang memiliki keagungan dalam setiap huruf dan lafalnya. Membacanya dengan tartil, sesuai dengan kaidah tajwid, adalah sebuah adab dan upaya untuk mendekati kesempurnaan pelafalan sebagaimana ia diturunkan. Salah satu ayat yang sarat akan makna dan memiliki kaidah tajwid yang kaya adalah Surat At-Taubah ayat 105. Ayat ini tidak hanya penting dari sisi hukum bacaan, tetapi juga mengandung pesan fundamental tentang etos kerja, akuntabilitas, dan pengawasan ilahi yang mutlak.
Artikel ini akan membawa kita menyelami lebih dalam setiap potongan ayat, menguraikan hukum-hukum tajwid yang terkandung di dalamnya, serta merenungkan tafsir dan hikmah yang dapat kita petik untuk kehidupan sehari-hari. Memahami tajwid ayat ini bukan sekadar melancarkan lisan, tetapi juga mempertajam pemahaman dan kekhusyukan hati saat membacanya.
Ilustrasi kaligrafi Al-Qur'an dan etos kerja Islami.
Teks, Transliterasi, dan Terjemahan Surat At-Taubah Ayat 105
Sebelum melangkah ke analisis tajwid yang terperinci, mari kita cermati lafal ayat, transliterasi fonetik, dan terjemahan lengkapnya. Surat At-Taubah adalah surat ke-9 dalam Al-Qur'an dan tergolong surat Madaniyah, yang banyak membahas tentang hukum dan tatanan sosial masyarakat Muslim. Keunikan surat ini adalah ia satu-satunya surat yang tidak diawali dengan lafal Basmalah.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Wa quli'malụ fasayarallāhu 'amalakum wa rasụluhụ wal-mu`minụn, wa saturaddụna ilā 'ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn.
"Dan Katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.'"
Tafsir dan Kandungan Makna Ayat
Ayat ini turun dalam konteks yang berkaitan dengan sekelompok orang yang tidak ikut serta dalam Perang Tabuk dan kemudian menyesali perbuatannya. Namun, pesan yang terkandung di dalamnya bersifat universal dan abadi. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW (dan berlaku untuk seluruh umat Islam) untuk menyampaikan sebuah prinsip fundamental: bekerja dan beramallah.
Makna "bekerja" (اعْمَلُوا) di sini sangat luas, mencakup segala bentuk amal perbuatan, baik yang bersifat ibadah ritual (seperti shalat dan puasa) maupun aktivitas duniawi (seperti bekerja, belajar, berinteraksi sosial) yang diniatkan karena Allah. Ayat ini menekankan bahwa setiap amal tidak akan sia-sia dan tidak akan luput dari penglihatan.
Tiga Saksi Atas Perbuatan Manusia
Ayat ini menyebutkan tiga pihak yang akan menjadi saksi atas amal perbuatan kita:
- Allah SWT (فَسَيَرَى اللَّهُ): Penglihatan Allah adalah penglihatan yang hakiki, mutlak, dan mencakup segalanya. Allah tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi juga niat di dalam hati, proses yang dijalani, serta segala hal yang tersembunyi. Ini adalah pengingat utama tentang pentingnya ikhlas.
- Rasul-Nya (وَرَسُولُهُ): Pada masa hidup Rasulullah SAW, beliau melihat langsung amal para sahabatnya. Setelah beliau wafat, amal umatnya tetap diperlihatkan kepada beliau di alam barzakh, sebagai bentuk kemuliaan yang Allah berikan. Hal ini menjadi motivasi untuk meneladani sunnah dan akhlak beliau.
- Orang-orang Mukmin (وَالْمُؤْمِنُونَ): Amal perbuatan yang baik akan terlihat dan menjadi teladan di tengah komunitas orang-orang beriman. Sebaliknya, perbuatan buruk juga akan diketahui dan memberikan dampak sosial. Ini menggarisbawahi aspek sosial dari setiap tindakan kita; bahwa kita adalah bagian dari sebuah masyarakat yang saling mempengaruhi.
Akuntabilitas di Dunia dan Akhirat
Bagian akhir ayat, وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ (dan kamu akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata), menegaskan prinsip akuntabilitas akhirat. Semua perbuatan, sekecil apa pun, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Sang Maha Mengetahui. Tidak ada yang bisa disembunyikan. Allah mengetahui apa yang kita tampakkan (الشَّهَادَة) dan apa yang kita rahasiakan di dalam hati (الْغَيْب). Puncaknya adalah pada kalimat فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ (lalu Dia akan memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan), di mana setiap detail perbuatan akan diungkap dan diberi balasan yang seadil-adilnya.
Ayat ini adalah fondasi dari etos kerja dalam Islam. Ia mendorong produktivitas yang dilandasi oleh keikhlasan, profesionalisme, dan kesadaran penuh bahwa setiap tindakan berada di bawah pengawasan Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban.
Analisis Tajwid Surat At-Taubah Ayat 105 per Lafal
Kini, kita akan membedah hukum tajwid yang terdapat dalam setiap potongan ayat. Memahami hukum-hukum ini akan membantu kita melafalkan ayat dengan benar, indah, dan sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan.
وَقُلِ اعْمَلُوا
1. Mad Thabi'i (Mad Asli)
Pada lafal اعْمَلُوا, terdapat huruf wawu sukun (وْ) yang didahului oleh huruf berharakat dhammah (لُ). Ini adalah ciri khas Mad Thabi'i. Cara membacanya adalah dengan memanjangkan suara dhammah tersebut sepanjang 2 harakat atau 1 alif.
2. Pengucapan Hamzah Wasal
Pada kata اعْمَلُوا, huruf alif di awal adalah Hamzah Wasal. Ketika didahului oleh kata lain (seperti وَقُلِ), hamzah wasal ini tidak dibaca (dilewati). Namun, jika kita memulai bacaan dari kata ini, maka ia dibaca dengan harakat kasrah (اِعْمَلُوا) karena huruf ketiganya, yaitu Mim (م), berharakat fathah.
فَسَيَرَى اللَّهُ
1. Tafkhim (Tebal) pada Ra'
Pada kata فَسَيَرَى, huruf Ra' (رَ) berharakat fathah. Setiap huruf Ra' yang berharakat fathah atau dhammah wajib dibaca secara tebal (tafkhim), dengan mengangkat pangkal lidah.
2. Lam Tafkhim pada Lafzul Jalalah (الله)
Pada lafal اللَّهُ, huruf Lam (ل) dibaca tebal (tafkhim). Hal ini terjadi karena huruf sebelumnya, yaitu Ra' pada يَرَى, berharakat fathah. Kaidahnya adalah Lam pada lafzul jalalah dibaca tebal jika didahului harakat fathah atau dhammah.
عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
1. Izhar Syafawi
Hukum ini terjadi pada pertemuan antara عَمَلَكُمْ dan وَرَسُولُهُ. Terdapat Mim Sukun (مْ) yang bertemu dengan huruf Wawu (و). Mim sukun yang bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain Mim dan Ba' hukumnya adalah Izhar Syafawi. Cara membacanya adalah dengan melafalkan Mim sukun secara jelas, tanpa ditahan atau didengungkan, dan bibir dalam posisi tertutup rapat.
2. Tafkhim pada Ra'
Pada kata وَرَسُولُهُ, huruf Ra' (رَ) berharakat fathah, sehingga harus dibaca tebal (tafkhim).
3. Mad Shilah Qashirah
Hukum ini terdapat pada Ha' Dhamir (ـهُ) di akhir kata وَرَسُولُهُ. Ha' Dhamir ini diapit oleh dua huruf berharakat (Lam dhammah dan Wawu fathah) dan tidak diikuti oleh hamzah. Oleh karena itu, ia dibaca panjang 2 harakat, sama seperti Mad Thabi'i.
وَالْمُؤْمِنُونَ
1. Alif Lam Qamariyah
Pada kata وَالْمُؤْمِنُونَ, terdapat Alif Lam (ال) yang bertemu dengan huruf Mim (م). Mim adalah salah satu dari 14 huruf Qamariyah. Cirinya adalah Lam sukunnya dibaca dengan jelas. Cara membacanya adalah "wal-mu'minun", bukan "wam-mu'minun".
2. Mad 'Aridh Lissukun
Hukum ini terjadi di akhir kata, pada lafal الْمُؤْمِنُونَ, ketika bacaan diwaqafkan (dihentikan). Terdapat Mad Thabi'i (wawu sukun didahului dhammah pada نُو) yang bertemu dengan huruf hidup (Nun fathah) yang disukunkan karena waqaf. Cara membacanya adalah dengan memanjangkan suara mad tersebut boleh 2, 4, atau 6 harakat. Pembacaan yang konsisten sangat dianjurkan.
ۖ
Tanda Waqaf (Al-Waqfu Aula)
Simbol ۖ (Qila) ini menunjukkan bahwa berhenti (waqaf) pada titik ini lebih diutamakan daripada melanjutkan (wasal). Hal ini membantu menjaga keutuhan makna kalimat sebelumnya sebelum beralih ke kalimat berikutnya.
وَسَتُرَدُّونَ
1. Tafkhim pada Ra'
Pada kata وَسَتُرَدُّونَ, huruf Ra' (رَ) berharakat fathah, sehingga wajib dibaca tebal (tafkhim).
2. Mad Thabi'i
Terdapat hukum Mad Thabi'i pada wawu sukun (و) yang didahului oleh huruf berharakat dhammah (دُّو). Bacaannya dipanjangkan 2 harakat.
إِلَىٰ عَالِمِ
1. Mad Thabi'i
Pada kata إِلَىٰ, terdapat fathah yang berdiri di atas huruf Lam, yang pada dasarnya sama dengan fathah diikuti alif. Ini adalah Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat. Begitu pula pada kata عَالِمِ, terdapat fathah diikuti alif (عَا), yang juga merupakan Mad Thabi'i dan dibaca panjang 2 harakat.
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
1. Alif Lam Qamariyah
Pada kata الْغَيْبِ, Alif Lam (ال) bertemu dengan huruf Ghain (غ), yang merupakan salah satu huruf Qamariyah. Lam sukunnya dibaca dengan jelas.
2. Idgham Syamsiyah (Alif Lam Syamsiyah)
Pada kata وَالشَّهَادَةِ, Alif Lam (ال) bertemu dengan huruf Syin (ش), yang merupakan salah satu dari 14 huruf Syamsiyah. Dalam kasus ini, Lam tidak dibaca, melainkan langsung melebur ke huruf Syin yang bertasydid. Cara membacanya adalah "wasy-syahadah", bukan "wal-syahadah".
3. Mad Thabi'i
Terdapat Mad Thabi'i pada lafal الشَّهَادَةِ, yaitu pada fathah diikuti alif (هَا). Dibaca panjang 2 harakat.
4. Ta' Marbuthah
Di akhir kata الشَّهَادَةِ, terdapat Ta' Marbuthah (ةِ). Jika bacaan diwaqafkan di sini, maka ia berubah bunyi menjadi seperti huruf Ha' sukun (هْ). Namun, karena bacaan ini disambung (wasal) ke kata berikutnya, maka ia tetap dibaca sebagai Ta' kasrah.
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا
1. Ghunnah
Pada kata فَيُنَبِّئُكُم, huruf Nun (ن) bertasydid. Setiap huruf Nun atau Mim yang bertasydid, hukumnya adalah Ghunnah Musyaddadah. Cara membacanya adalah dengan menahan suara dan mendengungkannya ke rongga hidung selama sekitar 2 hingga 3 harakat.
2. Ikhfa Syafawi
Hukum ini terjadi pada pertemuan antara فَيُنَبِّئُكُم dan بِمَا. Terdapat Mim Sukun (مْ) yang bertemu dengan huruf Ba' (ب). Ini adalah satu-satunya kondisi untuk Ikhfa Syafawi. Cara membacanya adalah dengan menyamarkan suara Mim sukun sambil diiringi dengungan (ghunnah), dengan bibir sedikit merenggang, tidak tertutup rapat sempurna.
3. Mad Thabi'i
Pada kata بِمَا, terdapat fathah diikuti alif (مَا), yang merupakan Mad Thabi'i. Dibaca panjang 2 harakat.
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
1. Ikhfa Haqiqi
Pada kata كُنتُمْ, terdapat Nun Sukun (نْ) yang bertemu dengan huruf Ta' (ت). Ta' adalah salah satu dari 15 huruf Ikhfa. Cara membacanya adalah dengan menyamarkan bunyi Nun sukun (antara izhar dan idgham) sambil diiringi dengungan, dan lidah sudah bersiap di makhraj huruf Ta'.
2. Izhar Syafawi
Pada pertemuan كُنتُمْ dan تَعْمَلُونَ, terdapat Mim Sukun (مْ) yang bertemu dengan huruf Ta' (ت). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hukumnya adalah Izhar Syafawi, di mana Mim sukun dibaca dengan jelas dan tegas tanpa dengung.
3. Mad 'Aridh Lissukun
Sama seperti pada lafal وَالْمُؤْمِنُونَ, di akhir ayat pada kata تَعْمَلُونَ, terjadi hukum Mad 'Aridh Lissukun jika kita menghentikan bacaan (waqaf). Mad Thabi'i (لُو) bertemu dengan huruf hidup (Nun fathah) yang disukunkan. Boleh dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Pendalaman Konsep Tajwid yang Terdapat dalam Ayat
Untuk memperkaya pemahaman, mari kita ulas lebih dalam beberapa hukum tajwid utama yang kita temukan dalam Surat At-Taubah ayat 105. Menguasai konsep-konsep ini akan sangat membantu dalam membaca ayat-ayat Al-Qur'an lainnya.
1. Hukum Nun Sukun dan Tanwin
Hukum ini adalah salah satu pilar utama dalam ilmu tajwid. Ia mengatur bagaimana cara melafalkan Nun Sukun (نْ) atau Tanwin (fathatain ـًـ, kasratain ـٍـ, dhammatain ـٌـ) ketika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah. Dalam ayat ini kita menemukan Ikhfa Haqiqi.
- Ikhfa Haqiqi (Samar-samar dengan Dengung): Terjadi jika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf: ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك. Cara membacanya adalah menyamarkan bunyi "N" sambil berdengung, dengan posisi mulut sudah siap mengucapkan huruf berikutnya. Contoh dalam ayat ini adalah كُنتُمْ.
- Izhar Halqi (Jelas): Terjadi jika bertemu 6 huruf tenggorokan: ء ه ع ح غ خ. Nun sukun dibaca jelas tanpa dengung.
- Idgham (Melebur): Terjadi jika bertemu huruf-huruf yang terkumpul dalam lafal يَرْمَلُوْنَ. Idgham terbagi dua:
- Idgham Bighunnah (Melebur dengan Dengung): Jika bertemu huruf ي ن م و.
- Idgham Bilaghunnah (Melebur tanpa Dengung): Jika bertemu huruf ل ر.
- Iqlab (Mengganti): Terjadi jika bertemu satu huruf, yaitu Ba' (ب). Bunyi Nun Sukun atau Tanwin diganti menjadi bunyi Mim sukun (مْ) yang samar dan berdengung.
2. Hukum Mim Sukun (مْ)
Hukum ini mengatur pelafalan Mim Sukun ketika bertemu huruf hijaiyah. Dalam ayat ini kita menemukan Izhar Syafawi dan Ikhfa Syafawi.
- Ikhfa Syafawi (Samar-samar di Bibir): Hanya terjadi jika Mim sukun bertemu dengan huruf Ba' (ب). Cara membacanya adalah menyamarkan Mim sukun dengan dengung. Contoh dalam ayat: فَيُنَبِّئُكُم بِمَا.
- Idgham Mitslain (atau Idgham Syafawi): Terjadi jika Mim sukun bertemu dengan huruf Mim (م). Mim pertama dileburkan ke Mim kedua dengan disertai dengungan.
- Izhar Syafawi (Jelas di Bibir): Terjadi jika Mim sukun bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain Mim dan Ba'. Cara membacanya adalah melafalkan Mim sukun dengan jelas, bibir tertutup rapat, tanpa dengung. Contoh dalam ayat: عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ dan كُنتُمْ تَعْمَلُونَ.
3. Hukum Mad (Bacaan Panjang)
Mad secara bahasa berarti 'memanjangkan'. Dalam tajwid, ia adalah memanjangkan suara pada huruf-huruf mad. Beberapa jenis mad yang kita temukan adalah:
- Mad Thabi'i (Asli): Mad dasar dengan panjang 2 harakat. Terjadi ketika:
- Fathah diikuti Alif (ا). Contoh: بِمَا.
- Kasrah diikuti Ya' Sukun (يْ).
- Dhammah diikuti Wawu Sukun (وْ). Contoh: اعْمَلُوا.
- Mad 'Aridh Lissukun (Mad karena sukun yang datang tiba-tiba): Terjadi di akhir bacaan (waqaf), di mana Mad Thabi'i bertemu huruf hidup yang disukunkan. Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat. Contoh di akhir ayat: تَعْمَلُونَ.
- Mad Shilah Qashirah (Mad Sambung Pendek): Khusus untuk Ha' Dhamir (ـه/ـهُ) yang berarti 'dia (laki-laki)'. Jika Ha' Dhamir ini berada di antara dua huruf hidup dan tidak diikuti hamzah, ia dibaca panjang 2 harakat. Contoh: وَرَسُولُهُ.
Kesimpulan: Harmoni antara Tajwid dan Makna
Mempelajari tajwid Surat At-Taubah ayat 105 bukan hanya tentang teknik membaca yang benar. Setiap hukum tajwid yang diterapkan seolah memberikan penekanan dan irama yang memperkuat pesan ayat tersebut. Dengungan (ghunnah) pada فَيُنَبِّئُكُم memberikan nuansa keseriusan dan kepastian bahwa Allah benar-benar akan memberitakan amal kita. Bacaan panjang pada الْمُؤْمِنُونَ dan تَعْمَلُونَ saat waqaf memberikan jeda untuk merenung.
Ayat ini mengajak kita pada sebuah kesadaran spiritual yang tinggi dalam setiap aktivitas. Bekerja bukan lagi sekadar rutinitas duniawi, melainkan sebuah panggung amal yang disaksikan oleh Allah, Rasul-Nya, dan komunitas mukmin. Dengan melafalkan ayat ini sesuai kaidah tajwidnya, kita tidak hanya menyempurnakan bacaan kita, tetapi juga menghidupkan kembali spirit akuntabilitas, keikhlasan, dan semangat untuk selalu memberikan karya terbaik dalam hidup, karena kita tahu, semua itu akan "dilihat" dan akan "diberitakan" kembali kepada kita.