Ilustrasi Al-Qur'an Terbuka

Kumpulan Surat Pendek Juz 30

Juz 30, atau yang lebih dikenal sebagai Juz 'Amma, merupakan bagian terakhir dari Al-Qur'an yang berisi banyak surat-surat pendek. Surat-surat ini sering dibaca dalam sholat dan mudah untuk dihafal karena ayatnya yang singkat. Berikut adalah kumpulan lengkap surat surat pendek juz 30 arab dan latin beserta terjemahannya, yang dapat membantu dalam proses menghafal dan memahami maknanya lebih dalam.

Surat An-Nas (Manusia)

Jumlah Ayat: 6

Golongan: Makkiyah

Arti Nama: Manusia

Kandungan Pokok Surat An-Nas

Surat An-Nas adalah surat ke-114 dan merupakan surat penutup dalam Al-Qur'an. Bersama dengan Surat Al-Falaq, surat ini dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain, yaitu dua surat yang mengandung permohonan perlindungan. Kandungan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk memohon perlindungan hanya kepada Allah dari segala bentuk kejahatan, khususnya dari bisikan dan godaan setan yang tersembunyi, baik dari golongan jin maupun manusia. Surat ini mengajarkan tiga sifat utama Allah: Rabb (Tuhan yang Memelihara), Malik (Raja yang Menguasai), dan Ilah (Sembahan yang sebenarnya). Dengan menyebut tiga sifat ini, manusia diingatkan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya tempat berlindung yang hakiki dari segala marabahaya yang tidak terlihat.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

Qul a'ụżu birabbin-nās

1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,

مَلِكِ النَّاسِۙ

Malikin-nās

2. Raja manusia,

اِلٰهِ النَّاسِۙ

Ilāhin-nās

3. sembahan manusia,

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

Min syarril-waswāsil-khannās

4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

Allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Minal-jinnati wan-nās

6. dari (golongan) jin dan manusia.”

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Surat An-Nas memberikan pelajaran fundamental tentang tauhid dan pentingnya memohon perlindungan kepada Allah. Godaan setan adalah musuh terbesar manusia yang bekerja secara halus dan tersembunyi di dalam dada. Setan akan terus membisikkan keraguan, was-was, dan keinginan untuk berbuat maksiat. Surat ini mengajarkan bahwa kekuatan untuk melawan bisikan ini datang dari kesadaran penuh bahwa Allah adalah Rabb (Pemelihara), Malik (Penguasa mutlak), dan Ilah (satu-satunya yang berhak disembah). Dengan demikian, seorang mukmin akan merasa tenang dan aman karena ia berlindung kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk atas setan dan bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia. Membaca surat ini secara rutin adalah benteng spiritual bagi jiwa.

Surat Al-Falaq (Waktu Subuh)

Jumlah Ayat: 5

Golongan: Makkiyah

Arti Nama: Waktu Subuh

Kandungan Pokok Surat Al-Falaq

Surat Al-Falaq adalah surat ke-113 dalam Al-Qur'an. Surat ini, bersama Surat An-Nas, disebut Al-Mu'awwidzatain. Kandungan utamanya adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari berbagai kejahatan yang bersifat eksternal atau datang dari luar diri manusia. Perintahnya adalah untuk berlindung kepada "Tuhan yang menguasai subuh". Permohonan perlindungan ini mencakup empat hal spesifik: pertama, dari kejahatan semua makhluk ciptaan-Nya secara umum. Kedua, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, karena pada waktu malam sering terjadi kejahatan dan munculnya hal-hal yang menakutkan. Ketiga, dari kejahatan para penyihir yang menghembuskan buhul-buhul. Keempat, dari kejahatan orang yang dengki apabila ia melampiaskan kedengkiannya.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

Qul a'ụżu birabbil-falaq

1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Min syarri mā khalaq

2. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ

Wa min syarri gāsiqin iżā waqab

3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad

4. dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad

5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Surat Al-Falaq adalah doa perlindungan yang sangat komprehensif. Kata "Al-Falaq" yang berarti subuh atau fajar, melambangkan harapan dan terbebasnya alam dari kegelapan malam. Dengan berlindung kepada Tuhan yang menguasai fajar, kita memohon untuk dibebaskan dari segala kegelapan kejahatan. Surat ini mengajarkan kita untuk waspada terhadap sumber-sumber keburukan di sekitar kita: kejahatan makhluk secara umum, bahaya yang mengintai di kegelapan malam, sihir yang merupakan perbuatan syirik dan merusak, serta bahaya dari sifat dengki. Kedengkian adalah penyakit hati yang dapat mendorong seseorang untuk mencelakai orang lain. Dengan membaca surat ini, seorang Muslim menyerahkan perlindungan dirinya sepenuhnya kepada Allah, mengakui bahwa tidak ada kekuatan yang dapat melindunginya dari marabahaya kecuali Allah SWT.

Surat Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)

Jumlah Ayat: 4

Golongan: Makkiyah

Arti Nama: Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)

Kandungan Pokok Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas adalah surat ke-112 dalam Al-Qur'an dan merupakan salah satu surat yang paling agung. Kandungan utamanya adalah penegasan tentang kemurnian tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT secara mutlak. Surat ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrikin dan Ahli Kitab yang bertanya tentang sifat dan nasab Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW. Surat ini dengan tegas menolak segala bentuk syirik, seperti keyakinan bahwa Tuhan memiliki anak, dilahirkan, atau memiliki sekutu. Ayat-ayatnya menjelaskan empat pilar utama keesaan Allah: (1) Allah itu Esa (Ahad), (2) Allah adalah Ash-Shamad (tempat bergantung segala sesuatu), (3) Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan (4) tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Qul huwallāhu aḥad

1. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

Allāhuṣ-ṣamad

2. Allah tempat meminta segala sesuatu.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

Lam yalid wa lam yụlad

3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Surat Al-Ikhlas disebut setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena inti ajaran Al-Qur'an terbagi menjadi tiga: tauhid, hukum, dan kisah. Surat ini merangkum pilar tauhid secara sempurna. Pelajaran utamanya adalah memurnikan keyakinan kita hanya kepada Allah. Kata "Ahad" menegaskan keesaan-Nya yang unik dan tidak terbagi. "Ash-Shamad" menunjukkan bahwa hanya Dia yang sempurna dan menjadi tujuan semua makhluk, sementara semua makhluk membutuhkan-Nya. Penegasan "tidak beranak dan tidak diperanakkan" membantah semua keyakinan yang menisbahkan anak atau orang tua kepada Tuhan. Akhirnya, "tidak ada yang setara dengan-Nya" menegaskan kesempurnaan mutlak Allah yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun dalam benak dan realitas makhluk. Membaca dan merenungi surat ini akan menguatkan fondasi iman seorang Muslim dan membersihkannya dari segala noda syirik.

Surat Al-Lahab (Gejolak Api)

Jumlah Ayat: 5

Golongan: Makkiyah

Arti Nama: Gejolak Api

Kandungan Pokok Surat Al-Lahab

Surat Al-Lahab, juga dikenal sebagai Surat Al-Masad (Sabut), adalah surat ke-111 dalam Al-Qur'an. Surat ini secara spesifik menceritakan tentang kecelakaan dan azab yang akan menimpa Abu Lahab dan istrinya. Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad SAW, namun ia menjadi salah satu musuh yang paling keras menentang dakwah Islam. Surat ini turun setelah Abu Lahab secara terang-terangan mencela dan mendoakan keburukan bagi Nabi. Allah SWT membalas celaan tersebut dengan menurunkan surat ini. Kandungannya menegaskan bahwa segala harta dan usaha Abu Lahab tidak akan berguna untuk menyelamatkannya dari azab api neraka yang bergejolak. Tidak hanya Abu Lahab, istrinya yang bernama Ummu Jamil juga akan menerima azab yang pedih. Istrinya digambarkan sebagai pembawa kayu bakar (penyebar fitnah) dan di lehernya akan ada tali dari sabut yang dipintal.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ

Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb

1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!

مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ

Mā agnā 'an-hu māluhụ wa mā kasab

2. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.

سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ

Sayaṣlā nāran żāta lahab

3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).

وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ

Wamra'atuh, ḥammālatal-ḥaṭab

4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).

فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ

Fī jīdihā ḥablum mim masad

5. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Surat Al-Lahab mengandung pelajaran penting bahwa hubungan kekerabatan, status sosial, dan kekayaan duniawi tidak akan memberikan manfaat sedikit pun di hadapan Allah jika seseorang menentang kebenaran. Abu Lahab, meskipun seorang paman Nabi, nasibnya ditentukan oleh perbuatannya sendiri. Surat ini menjadi bukti kebenaran Al-Qur'an sebagai mukjizat, karena Abu Lahab dan istrinya wafat dalam keadaan kafir, persis seperti yang telah dinyatakan dalam surat ini. Pelajaran lainnya adalah tentang bahaya permusuhan terhadap dakwah dan konsekuensi dari perbuatan menyakiti para pembawa risalah Allah. Istri Abu Lahab menjadi simbol bagi orang-orang yang gemar menyebar fitnah dan mengadu domba; perbuatan tersebut akan membawa mereka kepada kehinaan di dunia dan akhirat. Surat ini menjadi pengingat tegas bahwa balasan Allah itu pasti dan adil.

Surat An-Nasr (Pertolongan)

Jumlah Ayat: 3

Golongan: Madaniyah

Arti Nama: Pertolongan

Kandungan Pokok Surat An-Nasr

Surat An-Nasr adalah surat ke-110 dalam Al-Qur'an. Meskipun pendek, surat ini memiliki makna yang sangat dalam. Surat ini diturunkan di Madinah dan merupakan salah satu surat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Kandungannya berisi kabar gembira tentang datangnya pertolongan Allah dan kemenangan (Fathu Makkah). Kemenangan ini ditandai dengan berbondong-bondongnya manusia memeluk agama Islam. Sebagai respons atas nikmat besar ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk senantiasa bertasbih (menyucikan nama Allah), memuji-Nya, dan memohon ampunan (istighfar). Surat ini juga dipahami oleh para sahabat sebagai isyarat dekatnya ajal Rasulullah SAW, karena tugas dakwah beliau dianggap telah paripurna dengan kemenangan Islam.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ

Iżā jā'a naṣrullāhi wal-fat-ḥ

1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,

وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ

Wa ra'aitan-nāsa yadkhulụna fī dīnillāhi afwājā

2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

Fa sabbiḥ biḥamdi rabbika wastagfir-h, innahụ kāna tawwābā

3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Pelajaran utama dari Surat An-Nasr adalah tentang sikap seorang mukmin dalam menghadapi kemenangan dan kesuksesan. Kemenangan bukanlah saat untuk berbangga diri atau sombong, melainkan momen untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Bentuk syukur yang diajarkan adalah dengan memperbanyak tasbih (mengagungkan Allah dari segala kekurangan), tahmid (memuji-Nya atas segala nikmat), dan istighfar (memohon ampun atas segala kesalahan dan kelalaian). Ini mengajarkan kerendahan hati, bahwa setiap keberhasilan hakikatnya datang dari pertolongan Allah semata, bukan karena kekuatan manusia. Surat ini juga mengingatkan bahwa setiap amanah dan tugas memiliki akhir. Ketika sebuah tugas besar telah selesai, saatnya untuk kembali dan mempersiapkan diri menghadap Allah dengan memperbanyak istighfar. Sifat Allah sebagai "At-Tawwab" (Maha Penerima Tobat) memberikan harapan besar bahwa pintu ampunan-Nya selalu terbuka bagi hamba yang tulus kembali kepada-Nya.

Surat Al-Kafirun (Orang-Orang Kafir)

Jumlah Ayat: 6

Golongan: Makkiyah

Arti Nama: Orang-Orang Kafir

Kandungan Pokok Surat Al-Kafirun

Surat Al-Kafirun adalah surat ke-109 yang menegaskan prinsip toleransi dalam beragama sekaligus garis pemisah yang tegas antara akidah Islam dan akidah kekafiran. Surat ini turun sebagai jawaban atas ajakan kompromi dari kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka mengusulkan agar Nabi menyembah tuhan mereka selama setahun, dan mereka akan menyembah Tuhan Nabi selama setahun berikutnya. Allah menolak tawaran ini dengan tegas melalui surat ini. Kandungannya adalah deklarasi pembebasan diri (bara'ah) dari segala bentuk peribadatan dan keyakinan kaum kafir. Penegasan "bagimu agamamu, dan bagiku agamaku" menjadi prinsip dasar bahwa tidak ada pencampuradukan dalam urusan akidah dan ibadah. Islam menghargai kebebasan berkeyakinan, namun tidak mentolerir sinkretisme atau penyatuan ajaran yang merusak kemurnian tauhid.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ

Qul yā ayyuhal-kāfirụn

1. Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!

لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ

Lā a'budu mā ta'budụn

2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ

Wa lā antum 'ābidụna mā a'bud

3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,

وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ

Wa lā ana 'ābidum mā 'abattum

4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ

Wa lā antum 'ābidụna mā a'bud

5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

Lakum dīnukum wa liya dīn

6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Surat Al-Kafirun mengajarkan prinsip yang sangat fundamental dalam hubungan antarumat beragama. Di satu sisi, surat ini menunjukkan ketegasan dan keteguhan dalam memegang prinsip akidah tauhid. Seorang Muslim dilarang keras untuk ikut serta dalam ritual peribadatan agama lain. Di sisi lain, ayat terakhir "Lakum dīnukum wa liya dīn" menjadi landasan toleransi. Islam tidak memaksa orang lain untuk memeluk agamanya, dan memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk meyakini dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Pelajaran pentingnya adalah membedakan antara toleransi dalam muamalah (interaksi sosial) dan kompromi dalam akidah (keyakinan). Kita dianjurkan berbuat baik dan adil kepada semua manusia, apapun agamanya. Namun, dalam urusan ibadah dan keyakinan, tidak ada ruang untuk tawar-menawar. Surat ini adalah benteng yang menjaga kemurnian iman dari segala bentuk penyimpangan.

Surat Al-Ma'un (Barang-Barang Berguna)

Jumlah Ayat: 7

Golongan: Makkiyah

Arti Nama: Barang-Barang Berguna

Kandungan Pokok Surat Al-Ma'un

Surat Al-Ma'un adalah surat ke-107 yang memberikan kritik tajam terhadap orang-orang yang mendustakan agama, tidak hanya dengan lisan, tetapi juga melalui perbuatan mereka. Surat ini mendefinisikan pendusta agama melalui dua ciri utama. Pertama, mereka yang memiliki keburukan dalam hubungan sosial (hablum minannas), yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak mau mendorong untuk memberi makan orang miskin. Ini menunjukkan ketiadaan rasa empati dan kepedulian sosial. Kedua, mereka yang memiliki keburukan dalam hubungannya dengan Allah (hablum minallah), yaitu orang-orang yang lalai dalam sholatnya. Kelalaian ini bisa berarti menunda-nunda waktu sholat, tidak khusyuk, atau hanya sholat untuk pamer (riya'). Puncak dari keburukan mereka adalah enggan memberikan bantuan atau barang-barang yang berguna (Al-Ma'un) kepada sesama yang membutuhkan.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَرَاَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

A ra'aitallażī yukażżibu bid-dīn

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ

Fa żālikallażī yadu''ul-yatīm

2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ

Wa lā yaḥuḍḍu 'alā ṭa'āmil-miskīn

3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ

Fa wailul lil-muṣallīn

4. Maka celakalah orang yang sholat,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

Allażīna hum 'an ṣalātihim sāhụn

5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya,

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ

Allażīna hum yurā'ụn

6. yang berbuat riya,

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

Wa yamna'ụnal-mā'ụn

7. dan enggan (memberikan) bantuan.

Tafsir Ringkas dan Pelajaran

Surat Al-Ma'un memberikan pelajaran bahwa esensi keberagamaan tidak hanya terletak pada ritual ibadah formal, tetapi juga tercermin dalam akhlak dan kepedulian sosial. Iman yang benar akan melahirkan perbuatan yang baik, baik kepada Allah maupun kepada sesama makhluk. Seseorang yang sholatnya benar akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, termasuk sifat kikir dan tidak peduli. Sebaliknya, jika seseorang rajin sholat namun masih memiliki akhlak buruk seperti menghardik anak yatim dan pelit, maka ada yang salah dengan sholatnya. Ancam "celaka" (wail) ditujukan kepada mereka yang sholatnya hanya sebatas gerakan fisik, tanpa penghayatan, penuh kelalaian, dan didasari riya'. Pelajaran puncaknya adalah bahwa iman sejati harus berdampak positif bagi lingkungan sekitar, yang diwujudkan dengan kemauan untuk menolong sesama, bahkan dengan hal-hal kecil yang dianggap sepele (Al-Ma'un).

🏠 Kembali ke Homepage