Panduan Terlengkap Surat Sholat Dhuha, Tata Cara, dan Keutamaannya
Ilustrasi waktu Dhuha yang penuh berkah.
Sholat Dhuha adalah salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dilaksanakan pada waktu pagi hari setelah matahari terbit hingga menjelang waktu Dzuhur, sholat ini menyimpan segudang keutamaan dan keberkahan. Banyak umat Muslim yang berusaha merutinkannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, memohon kelancaran rezeki, dan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang tak terhingga. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan sholat Dhuha adalah bacaan surat setelah Al-Fatihah. Meskipun tidak ada kewajiban membaca surat tertentu, terdapat beberapa surat sholat dhuha yang dianjurkan dan memiliki korelasi makna yang mendalam dengan waktu pelaksanaannya.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan surat sholat dhuha, mulai dari surat-surat yang paling dianjurkan, tafsir dan maknanya, hingga keutamaan besar yang terkandung di dalam amalan mulia ini. Pemahaman yang mendalam tentang bacaan ini diharapkan dapat meningkatkan kekhusyukan dan kualitas ibadah kita.
Memahami Makna dan Keutamaan Sholat Dhuha
Sebelum membahas lebih jauh mengenai surat sholat dhuha, penting bagi kita untuk merenungi kembali esensi dan keagungan dari sholat Dhuha itu sendiri. Sholat Dhuha sering disebut sebagai Shalatul Awwabin, yaitu sholatnya orang-orang yang gemar bertaubat dan kembali kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa Dhuha adalah momen spesial untuk introspeksi, memohon ampunan, dan memperbarui komitmen kita sebagai hamba.
Rasulullah Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk tidak meninggalkan sholat ini. Beliau mengibaratkannya sebagai sedekah bagi setiap sendi dalam tubuh manusia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari, Rasulullah SAW bersabda:
"Pada pagi hari, setiap sendi dari anggota badan kalian wajib bersedekah. Setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan laa ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan allahu akbar) adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat digantikan dengan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa luar biasanya nilai dua rakaat sholat Dhuha. Ia mampu mencukupi kewajiban sedekah atas 360 sendi yang kita miliki, sebuah bentuk syukur yang tak ternilai atas nikmat kesehatan fisik yang Allah berikan. Selain itu, sholat Dhuha juga identik dengan jaminan rezeki. Tentu bukan rezeki dalam artian sempit berupa materi, melainkan rezeki yang luas mencakup ketenangan hati, kesehatan, ilmu yang bermanfaat, dan keluarga yang harmonis. Dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman:
"Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu (sholat Dhuha), niscaya Aku akan cukupkan untukmu di akhir harimu." (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi)
Janji Allah ini menjadi motivasi terbesar bagi mereka yang merutinkan Dhuha. Dengan memulai hari dengan "bertransaksi" dengan Sang Pemberi Rezeki, seorang hamba menaruh keyakinan penuh bahwa segala urusannya di hari itu akan berada dalam penjagaan dan kecukupan dari-Nya.
Surat Sholat Dhuha yang Dianjurkan
Setelah memahami keutamaannya, kini kita masuk ke pembahasan inti: surat apa yang sebaiknya dibaca saat sholat Dhuha? Para ulama menjelaskan bahwa setelah membaca surat Al-Fatihah, seseorang boleh membaca surat atau ayat Al-Qur'an mana pun yang ia hafal. Tidak ada dalil yang secara tegas mewajibkan bacaan surat tertentu. Namun, terdapat beberapa riwayat dan anjuran dari para ulama yang menyarankan membaca surat-surat tertentu karena kesesuaian maknanya dengan spirit sholat Dhuha. Surat-surat ini menjadi pilihan utama dan dianggap paling afdhal.
Berikut adalah beberapa surat sholat dhuha yang paling sering dianjurkan:
- Surat Asy-Syams (Matahari)
- Surat Ad-Dhuha (Waktu Dhuha)
- Surat Al-Kafirun (Orang-Orang Kafir)
- Surat Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
Kombinasi yang paling populer adalah membaca Surat Asy-Syams pada rakaat pertama dan Surat Ad-Dhuha pada rakaat kedua. Mari kita bedah satu per satu makna dan hikmah di balik pemilihan surat-surat ini.
1. Tafsir dan Makna Surat Asy-Syams (Rakaat Pertama)
Surat Asy-Syams adalah surat ke-91 dalam Al-Qur'an dan terdiri dari 15 ayat. Surat ini sangat dianjurkan untuk dibaca pada rakaat pertama sholat Dhuha. Nama "Asy-Syams" yang berarti "Matahari" sendiri sudah sangat relevan dengan waktu pelaksanaan sholat Dhuha yang ditandai dengan naiknya matahari. Surat ini diawali dengan serangkaian sumpah Allah SWT atas nama makhluk-makhluk-Nya yang agung, yang membangun kesadaran kita akan kebesaran Sang Pencipta.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ (1) وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ (2) وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ (3) وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ (4) وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ (5) وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ (6) وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ (7) فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ (8) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ (10) كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ بِطَغْوٰىهَآ ۖ (11) اِذِ انْۢبَعَثَ اَشْقٰىهَاۖ (12) فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ نَاقَةَ اللّٰهِ وَسُقْيٰهَاۗ (13) فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ (14) وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَا ࣖ (15)
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i). Wasy-syamsi wa ḍuḥāhā. Wal-qamari iżā talāhā. Wan-nahāri iżā jallāhā. Wal-laili iżā yagsyāhā. Was-samā'i wa mā banāhā. Wal-arḍi wa mā ṭaḥāhā. Wa nafsiw wa mā sawwāhā. Fa alhamahā fujūrahā wa taqwāhā. Qad aflaḥa man zakkāhā. Wa qad khāba man dassāhā. Każżabat tsamūdu biṭagwāhā. Iżimba‘atsa asyqāhā. Fa qāla lahum rasūlullāhi nāqatallāhi wa suqyāhā. Fa każżabūhu fa ‘aqarūhā, fa damdama ‘alaihim rabbuhum biżambihim fa sawwāhā. Wa lā yakhāfu ‘uqbāhā.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta pembinaannya, demi bumi serta penghamparannya, dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini beserta minumannya.” Namun, mereka mendustakannya dan menyembelihnya, maka Tuhan mereka membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah), dan Dia tidak takut terhadap akibatnya."
Analisis Makna Surat Asy-Syams dan Kaitannya dengan Dhuha
Surat ini dibuka dengan sumpah demi matahari dan cahayanya di waktu Dhuha (وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ). Ini adalah penegasan langsung akan kemuliaan waktu Dhuha. Saat kita mendirikan sholat di waktu ini, kita seolah sedang menjawab panggilan Allah yang telah bersumpah atas nama waktu tersebut. Ini memberikan dimensi spiritual yang mendalam, bahwa kita sedang beribadah di sebuah "panggung" waktu yang agung di mata Allah.
Selanjutnya, Allah bersumpah demi pasangan-pasangan ciptaan-Nya yang kontras: bulan dan matahari, siang dan malam, langit dan bumi. Ini mengajarkan kita tentang keseimbangan dan kesempurnaan ciptaan Allah. Pagi hari adalah momen transisi dari gelap (malam) menuju terang (siang), sebuah simbol harapan, awal yang baru, dan optimisme. Sholat Dhuha di pagi hari adalah cara kita memulai hari dengan menyadari kebesaran Allah melalui tanda-tanda alam ini.
Puncak dari surat ini adalah sumpah demi jiwa manusia (وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ) dan dua potensi yang diilhamkan ke dalamnya: kefasikan (fujur) dan ketakwaan (taqwa). Ayat ini menjadi inti pesan: manusia memiliki pilihan. Allah telah memberikan potensi baik dan buruk, dan keberuntungan sejati (اَفْلَحَ) diraih oleh mereka yang memilih untuk menyucikan jiwanya (مَنْ زَكّٰىهَاۖ), sementara kerugian (خَابَ) menimpa mereka yang mengotorinya (مَنْ دَسّٰىهَاۗ).
Membaca surat ini di rakaat pertama sholat Dhuha adalah sebuah komitmen. Di awal hari, kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk memilih jalan takwa, untuk menyucikan jiwa dari segala kotoran hati seperti dengki, sombong, dan riya. Sholat Dhuha menjadi langkah pertama dalam proses "tazkiyatun nafs" (penyucian jiwa) harian kita. Kisah kaum Tsamud di akhir surat menjadi peringatan keras tentang akibat dari memilih jalan kefasikan dan menentang perintah Allah. Ini menjadi pengingat agar kita tidak terjerumus dalam kebinasaan seperti mereka.
2. Tafsir dan Makna Surat Ad-Dhuha (Rakaat Kedua)
Pasangan dari Surat Asy-Syams adalah Surat Ad-Dhuha. Surat ke-93 dalam Al-Qur'an ini terdiri dari 11 ayat dan namanya secara harfiah berarti "Waktu Dhuha". Surat ini diturunkan untuk menghibur dan menguatkan hati Nabi Muhammad SAW ketika beliau sempat tidak menerima wahyu untuk beberapa waktu, hingga kaum kafir Quraisy mengejeknya dengan mengatakan bahwa Tuhannya telah meninggalkannya.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالضُّحٰىۙ (1) وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ (2) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ (3) وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ (4) وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ (5) اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ (6) وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ (7) وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ (8) فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ (9) وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْۗ (10) وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ (11)
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i). Waḍ-ḍuḥā. Wal-laili iżā sajā. Mā wadda‘aka rabbuka wa mā qalā. Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ūlā. Wa lasaufa yu‘ṭīka rabbuka fa tarḍā. Alam yajidka yatīman fa āwā. Wa wajadaka ḍāllan fa hadā. Wa wajadaka ‘ā'ilan fa agnā. Fa ammal-yatīma falā taqhar. Wa ammas-sā'ila falā tanhar. Wa ammā bini‘mati rabbika fa ḥaddiṡ.
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Demi waktu dhuha, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, dan sungguh, yang kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia). Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan? Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik(nya). Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."
Analisis Makna Surat Ad-Dhuha dan Kaitannya dengan Dhuha
Surat Ad-Dhuha adalah surat yang penuh dengan optimisme, kasih sayang, dan jaminan dari Allah. Membacanya di rakaat kedua sholat Dhuha terasa seperti menerima sebuah pelukan hangat dari Sang Pencipta. Surat ini dibuka dengan sumpah demi waktu Dhuha (وَالضُّحٰىۙ), waktu ketika cahaya matahari mulai terang benderang, dan demi malam (وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ) ketika suasana menjadi tenang dan sunyi.
Sama seperti cahaya Dhuha yang mengusir kegelapan malam, pesan utama surat ini adalah untuk mengusir kegelapan keraguan dan kesedihan di hati. Allah menegaskan, "Tuhanmu tidak meninggalkan engkau dan tidak pula membencimu" (مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ). Ini adalah jaminan ilahi yang berlaku tidak hanya untuk Nabi, tetapi juga untuk setiap hamba-Nya yang merasa ditinggalkan, putus asa, atau ragu akan pertolongan Allah. Saat kita sholat Dhuha, kita menegaskan kembali keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita.
Selanjutnya, Allah menjanjikan masa depan yang lebih baik (وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ) dan anugerah yang akan membuat kita puas (وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ). Ayat ini sangat relevan dengan salah satu keutamaan sholat Dhuha sebagai pembuka pintu rezeki. Rezeki di sini bukan hanya tentang dunia, tetapi juga jaminan kebahagiaan di akhirat. Dengan membaca ayat ini, kita menanamkan harapan dan optimisme bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan, dan karunia Allah akan segera datang.
Kemudian, Allah mengingatkan Nabi (dan kita semua) akan nikmat-nikmat-Nya di masa lalu: perlindungan saat yatim, petunjuk saat bingung, dan kecukupan saat kekurangan. Ini adalah metode Al-Qur'an yang indah untuk membangkitkan rasa syukur. Dengan merenungi pertolongan Allah di masa lalu, keyakinan kita akan pertolongan-Nya di masa depan akan semakin kokoh.
Sebagai konsekuensi dari semua nikmat tersebut, surat ini ditutup dengan tiga perintah sosial yang agung: jangan menindas anak yatim, jangan menghardik peminta-minta, dan selalu syukuri nikmat Allah (وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ). Ini mengajarkan bahwa ibadah ritual (seperti sholat Dhuha) harus berbuah menjadi kesalehan sosial. Rasa syukur tidak cukup hanya di lisan, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama. Sholat Dhuha yang kita lakukan di pagi hari seharusnya memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih dermawan dan bermanfaat bagi orang lain sepanjang hari.
3. Surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas
Selain kombinasi Asy-Syams dan Ad-Dhuha, sebagian ulama juga menganjurkan membaca Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Kombinasi ini sering digunakan dalam berbagai sholat sunnah lainnya, seperti sholat sunnah fajar dan sholat sunnah thawaf, karena keduanya mengandung esensi tauhid.
- Surat Al-Kafirun: Surat ini adalah deklarasi pemurnian ibadah. Dengan membacanya, kita menegaskan bahwa ibadah kita, termasuk sholat Dhuha ini, murni hanya untuk Allah, bebas dari segala bentuk syirik dan percampuran dengan keyakinan lain. Ini adalah penegasan komitmen tauhid yang fundamental.
- Surat Al-Ikhlas: Surat ini adalah inti dari ajaran tauhid, menjelaskan sifat keesaan Allah yang mutlak. Membacanya adalah pengakuan tulus akan keagungan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung. Ini menyempurnakan deklarasi tauhid yang telah dimulai dengan Surat Al-Kafirun.
Membaca kedua surat ini dalam sholat Dhuha memperkuat fondasi keimanan kita di awal hari, mengingatkan kita bahwa tujuan utama dari segala aktivitas, termasuk mencari rezeki, adalah untuk mengabdi kepada Allah Yang Maha Esa.
Panduan Lengkap Tata Cara Sholat Dhuha
Setelah memahami pilihan surat sholat dhuha, penting untuk melaksanakan sholatnya dengan cara yang benar agar ibadah kita diterima. Berikut adalah panduan langkah demi langkah.
1. Waktu Pelaksanaan
Waktu sholat Dhuha dimulai sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit (waktu syuruq) dan berakhir sekitar 15 menit sebelum masuk waktu sholat Dzuhur. Waktu terbaik (afdhal) untuk melaksanakannya adalah ketika matahari sudah terasa panas, atau sekitar pukul 9 pagi.
2. Jumlah Rakaat
Sholat Dhuha minimal dilaksanakan sebanyak 2 rakaat. Boleh juga dilaksanakan sebanyak 4, 6, 8, hingga 12 rakaat, dikerjakan dengan salam setiap dua rakaat.
3. Niat Sholat Dhuha
Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Lafaz niatnya adalah:
Ushalli sunnatadh dhuhaa rak'ataini lillaahi ta'aalaa.
"Aku niat sholat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah Ta'ala."
4. Tata Cara Pelaksanaan (untuk 2 Rakaat)
- Rakaat Pertama:
- Berdiri tegak menghadap kiblat dan membaca niat dalam hati.
- Takbiratul Ihram sambil mengangkat kedua tangan.
- Membaca Doa Iftitah.
- Membaca Surat Al-Fatihah.
- Membaca salah satu surat sholat dhuha yang dianjurkan (misalnya Surat Asy-Syams) atau surat lain dari Al-Qur'an.
- Ruku' dengan tuma'ninah (tenang sejenak).
- I'tidal (bangkit dari ruku') dengan tuma'ninah.
- Sujud pertama dengan tuma'ninah.
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah.
- Sujud kedua dengan tuma'ninah.
- Berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua.
- Rakaat Kedua:
- Membaca Surat Al-Fatihah.
- Membaca salah satu surat sholat dhuha yang dianjurkan (misalnya Surat Ad-Dhuha) atau surat lain dari Al-Qur'an.
- Ruku' dengan tuma'ninah.
- I'tidal dengan tuma'ninah.
- Sujud pertama dengan tuma'ninah.
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah.
- Sujud kedua dengan tuma'ninah.
- Duduk Tasyahud (Tahiyat) Akhir.
- Mengucapkan salam ke kanan, lalu ke kiri.
Jika ingin melaksanakan lebih dari dua rakaat, ulangi langkah-langkah di atas dan akhiri dengan salam setiap dua rakaat.
Doa Setelah Sholat Dhuha
Setelah selesai melaksanakan sholat, dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi. Luangkan waktu sejenak untuk berdzikir dan memanjatkan doa. Terdapat sebuah doa yang ma'tsur (populer) dibaca setelah sholat Dhuha. Meskipun status haditsnya diperdebatkan oleh sebagian ulama, isi dari doa ini sangatlah baik dan mencakup permohonan yang komprehensif kepada Allah.
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَآؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِيْ مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka, wal-bahaa'a bahaa'uka, wal-jamaala jamaaluka, wal-quwwata quwwatuka, wal-qudrota qudratuka, wal-'ismata 'ismatuka. Allahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil-ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu'assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu, wa in kaana ba'iidan fa qarribhu, bihaqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa aataita 'ibaadakash-shalihiin.
"Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di langit, maka turunkanlah, jika di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika sukar, maka mudahkanlah, jika haram, maka sucikanlah, jika jauh, maka dekatkanlah. Berkat waktu dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh."
Doa ini adalah bentuk pengakuan total akan kekuasaan Allah atas segala sesuatu, termasuk rezeki. Kita menyerahkan sepenuhnya urusan rezeki kita kepada-Nya, sambil terus berusaha (ikhtiar) secara halal. Ini adalah puncak dari kepasrahan dan tawakal seorang hamba setelah ia memulai harinya dengan ibadah.
Kesimpulan: Menghidupkan Hari dengan Cahaya Dhuha
Memilih dan merenungi surat sholat dhuha seperti Asy-Syams dan Ad-Dhuha bukanlah sekadar rutinitas membaca, melainkan sebuah proses internalisasi pesan-pesan ilahi di waktu yang penuh berkah. Surat Asy-Syams mengajak kita berkomitmen untuk menyucikan jiwa, sementara Surat Ad-Dhuha menanamkan optimisme dan rasa syukur yang mendalam. Keduanya menjadi bekal spiritual yang luar biasa untuk mengawali hari.
Sholat Dhuha, dengan segala keutamaannya, adalah hadiah dari Allah untuk umat-Nya. Ia adalah sedekah tanpa harta, pembuka pintu rezeki, penghapus dosa, dan sarana untuk meraih ketenangan jiwa. Dengan melaksanakannya secara rutin, memahami tata caranya, dan meresapi makna bacaan surat di dalamnya, kita tidak hanya sedang menjalankan sebuah anjuran, tetapi juga sedang membangun koneksi yang lebih kuat dengan Allah SWT.
Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang istiqamah dalam mendirikan sholat Dhuha, sehingga hari-hari kita senantiasa diterangi oleh cahaya petunjuk dan keberkahan dari-Nya. Aamiin.