Mengenal Sholawat Nariyah: Permata Spiritual Pembuka Pintu Kemudahan
Di tengah lautan doa dan zikir dalam tradisi Islam, terdapat satu sholawat yang cahayanya bersinar terang, dikenal luas karena keindahan lafaznya dan kedahsyatan fadhilahnya. Sholawat ini dikenal dengan nama Sholawat Nariyah. Bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia, terutama di Nusantara, untaian kalimat pujian kepada Baginda Nabi Muhammad SAW ini bukan sekadar bacaan rutin, melainkan sebuah wasilah (perantara) untuk memohon terbukanya simpul-simpul kesulitan, terkabulnya hajat, dan tercapainya segala asa.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang Sholawat Nariyah, mulai dari bacaan surat nariyah latin yang mudah diikuti, teks Arab yang otentik, terjemahan yang menyentuh kalbu, hingga pembedahan makna kata per kata yang terkandung di dalamnya. Kita akan menyelami lautan keutamaannya, menelusuri jejak sejarahnya, dan memahami relevansinya sebagai oase spiritual di era modern yang penuh tantangan.
Bacaan Lengkap Sholawat Nariyah: Arab, Latin, dan Terjemahan
Untuk memudahkan pengamalan, berikut adalah teks lengkap Sholawat Nariyah. Disajikan dalam tiga bentuk: tulisan Arab asli untuk keaslian lafaz, tulisan surat nariyah latin untuk membantu mereka yang belum lancar membaca aksara Arab, dan terjemahan bahasa Indonesia untuk perenungan makna.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
"Allāhumma ṣalli ṣalātan kāmilatan wa sallim salāman tāmman ‘alā sayyidinā Muḥammadinil-ladzī tanḥallu bihil-‘uqadu wa tanfariju bihil-kurabu wa tuqdā bihil-ḥawā’iju wa tunālu bihir-raghā’ibu wa ḥusnul-khawātimi wa yustasqal-ghamāmu biwajhihil-karīmi wa ‘alā ālihī wa ṣaḥbihī fī kulli lamḥatin wa nafasin bi‘adadi kulli ma‘lūmin laka."
Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan berkahnya semua kesulitan dapat terurai, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua hajat dapat terpenuhi, dan semua keinginan dan akhir yang baik (husnul khatimah) dapat diraih, serta diturunkannya hujan (rahmat) berkat wajahnya yang mulia. Limpahkanlah pula kepada keluarga dan para sahabatnya, dalam setiap kedipan mata dan hembusan napas, sebanyak bilangan semua yang Engkau ketahui."
Membedah Makna Setiap Kata dalam Sholawat Nariyah
Keindahan Sholawat Nariyah tidak hanya terletak pada ritme dan nadanya, tetapi juga pada kedalaman makna yang terkandung dalam setiap katanya. Memahami arti kata per kata akan meningkatkan kekhusyukan dan penghayatan kita saat membacanya.
Analisis Bait Pertama: Pujian dan Salam Sempurna
- Allāhumma (اَللّٰهُمَّ): Panggilan mesra seorang hamba kepada Tuhannya, yang berarti "Ya Allah". Ini adalah pembuka doa yang menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan total akan keagungan Allah SWT.
- Ṣalli (صَلِّ): Kata perintah yang berarti "limpahkanlah shalawat" atau "berikanlah rahmat dan pujian". Ini adalah inti dari permohonan, meminta Allah untuk memuliakan Nabi Muhammad SAW.
- Ṣalātan (صَلَاةً): Berarti "shalawat", "pujian", "rahmat", atau "berkah". Dalam bentuk nakirah (indefinite), ia mengisyaratkan sebuah shalawat yang agung dan tak terbatas.
- Kāmilatan (كَامِلَةً): Artinya "yang sempurna". Kita tidak hanya meminta shalawat biasa, tetapi shalawat yang paripurna, tanpa cacat, dan mencakup segala aspek kemuliaan.
- Wa Sallim (وَسَلِّمْ): "Dan limpahkanlah salam". Salam di sini berarti keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian. Ini adalah doa agar Nabi Muhammad SAW senantiasa berada dalam naungan keselamatan dari Allah.
- Salāman (سَلَامًا): Berarti "salam" atau "keselamatan". Seperti ṣalātan, bentuk nakirah di sini menyiratkan keagungan.
- Tāmman (تَامًّا): Artinya "yang penuh" atau "yang sempurna". Ini menguatkan permohonan sebelumnya, meminta salam yang utuh dan tidak berkurang sedikit pun.
- ‘Alā Sayyidinā Muḥammadin (عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ): "Kepada junjungan kami, Muhammad". Penggunaan kata "Sayyidina" (junjungan kami) adalah bentuk adab dan penghormatan tertinggi kepada Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat manusia dan makhluk termulia.
Analisis Bait Kedua: Wasilah Terurainya Masalah
- Al-ladzī (الَّذِيْ): Kata sambung yang berarti "yang". Kalimat setelah ini menjelaskan sifat dan keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang menjadi alasan kita bertawassul (menjadikannya perantara).
- Tanḥallu (تَنْحَلُّ): Berasal dari kata ḥalla yang berarti "melepas" atau "mengurai". Di sini artinya "terurai" atau "terlepas".
- Bihi (بِهِ): "Dengan sebabnya" atau "melaluinya". Ini adalah titik sentral dari tawassul dalam sholawat ini, yaitu keyakinan bahwa karena kemuliaan Nabi, Allah akan mengurai masalah kita.
- Al-‘Uqadu (الْعُقَدُ): Bentuk jamak dari ‘uqdah, yang berarti "ikatan" atau "simpul". Ini adalah metafora untuk segala macam masalah, kesulitan, problema, dan kerumitan hidup yang terasa seperti simpul yang sulit diurai.
- Wa Tanfariju (وَتَنْفَرِجُ): Berasal dari kata faraja yang berarti "lapang" atau "terbuka". Di sini artinya "terlapangkan" atau "dihilangkan".
- Bihi (بِهِ): "Dengan sebabnya".
- Al-Kurabu (الْكُرَبُ): Bentuk jamak dari kurbah, yang berarti "kesusahan", "kesedihan yang mendalam", atau "kegundahan". Ini merujuk pada beban emosional dan mental yang menghimpit jiwa.
Analisis Bait Ketiga: Tercapainya Hajat dan Keinginan
- Wa Tuqdā (وَتُقْضٰى): Berarti "dipenuhi" atau "ditunaikan".
- Bihi (بِهِ): "Dengan sebabnya".
- Al-Ḥawā’iju (الْحَوَائِجُ): Bentuk jamak dari ḥājah, yang berarti "kebutuhan" atau "hajat". Ini mencakup segala kebutuhan duniawi dan ukhrawi, baik yang besar maupun yang kecil.
- Wa Tunālu (وَتُنَالُ): Berarti "diraih" atau "dicapai".
- Bihi (بِهِ): "Dengan sebabnya".
- Ar-Raghā’ibu (الرَّغَائِبُ): Bentuk jamak dari raghībah, yang berarti "keinginan" atau "cita-cita". Ini adalah harapan-harapan dan aspirasi yang ingin kita wujudkan dalam hidup.
- Wa Ḥusnu Al-Khawātimi (وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ): "Dan akhir yang baik". Ini adalah permohonan tertinggi seorang hamba: agar di akhir hayatnya meninggal dalam keadaan iman dan Islam (husnul khatimah). Ini menunjukkan bahwa tujuan akhir dari segala permohonan duniawi adalah keselamatan di akhirat.
Analisis Bait Keempat: Rahmat dan Kesempurnaan Doa
- Wa Yustasqa (وَيُسْتَسْقَى): Berarti "dimohonkan turunnya hujan". Ini merujuk pada tradisi Arab kuno yang memohon hujan kepada Tuhan. Dalam konteks ini, ia memiliki makna yang lebih dalam.
- Al-Ghamāmu (الْغَمَامُ): "Awan" atau "mendung", yang merupakan sumber hujan. Hujan di sini adalah metafora untuk segala bentuk rahmat, keberkahan, dan rezeki yang melimpah dari Allah.
- Bi Wajhihi Al-Karīmi (بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ): "Dengan berkat wajahnya yang mulia". Ini adalah puncak penghormatan, di mana kemuliaan wajah (pribadi) Rasulullah SAW diyakini menjadi sebab turunnya rahmat Allah yang tak terhingga.
- Wa ‘Alā Ālihī (وَعَلىٰ اٰلِهِ): "Dan (semoga shalawat dan salam tercurah) kepada keluarganya". Ini mencakup keluarga Nabi SAW yang suci.
- Wa Ṣaḥbihī (وَصَحْبِهِ): "Dan para sahabatnya". Doa ini diperluas untuk mencakup para sahabat mulia yang telah berjuang bersama Rasulullah.
- Fī Kulli Lamḥatin (فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ): "Dalam setiap kedipan mata". Ini menunjukkan permohonan yang terus-menerus tanpa henti, dalam satuan waktu yang paling singkat.
- Wa Nafasin (وَنَفَسٍ): "Dan setiap hembusan napas". Ini memperkuat makna kontinuitas, bahwa pujian dan doa ini berlangsung sepanjang hayat.
- Bi ‘Adadi Kulli Ma‘lūmin Laka (بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ): "Sebanyak bilangan segala sesuatu yang Engkau ketahui". Ini adalah penutup yang agung, sebuah permohonan agar shalawat dan salam dilimpahkan dalam jumlah yang tak terhingga, sebanyak ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Ini adalah pengakuan akan ketidakmampuan manusia untuk memuji Nabi sebagaimana mestinya, sehingga kita menyerahkannya kepada pengetahuan Allah yang tak terbatas.
Sejarah dan Asal-Usul Sholawat Nariyah
Meskipun sangat populer, asal-usul Sholawat Nariyah sering kali menjadi topik diskusi. Nama "Nariyah" sendiri berasal dari kata nār yang berarti api. Penamaan ini konon merujuk pada kecepatannya dalam mengabulkan hajat, secepat kobaran api yang menyambar. Sholawat ini juga memiliki beberapa nama lain, seperti Sholawat Tafrijiyah (Pembuka Kesulitan) karena kandungan doanya, Sholawat Qurthubiyah karena dinisbahkan kepada Imam Al-Qurthubi, dan Sholawat Taziyah karena diyakini disusun oleh Syaikh Ahmad At-Tazi Al-Maghribi.
Menurut riwayat yang paling masyhur, penyusun sholawat ini adalah seorang wali besar dari Maroko bernama Syaikh Ahmad At-Tazi. Diceritakan bahwa beliau menyusun sholawat ini dan membacanya sebanyak 4.444 kali sebagai bentuk munajat kepada Allah SWT. Jumlah ini kemudian menjadi populer di kalangan pengamal sholawat ini sebagai bilangan keramat untuk memohon hajat yang besar.
Ulama lain, seperti Imam Al-Qurthubi, seorang mufasir agung, juga disebut-sebut dalam sanad sholawat ini. Beliau menekankan bahwa barang siapa yang membaca sholawat ini secara istiqamah, Allah akan melepaskannya dari kesedihan dan kesulitan, membukakan pintu kebaikan, dan melindunginya dari malapetaka.
Terlepas dari siapa penyusun pastinya, yang jelas Sholawat Nariyah telah diterima secara luas (qabul) oleh para ulama dan auliya dari generasi ke generasi. Kandungannya yang sarat dengan pengagungan kepada Rasulullah SAW dan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah menjadikannya amalan yang menenangkan jiwa dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah dan Rasul-Nya.
Fadhilah dan Keutamaan Mengamalkan Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah diyakini oleh para pengamalnya memiliki segudang fadhilah (keutamaan) yang luar biasa. Keutamaan ini bukanlah tujuan utama, karena tujuan utama bersholawat adalah untuk memuliakan Nabi Muhammad SAW dan mencari ridha Allah. Namun, fadhilah ini adalah buah manis yang Allah berikan sebagai bonus bagi hamba-Nya yang tulus.
"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan ditinggikan baginya sepuluh derajat." (HR. An-Nasa'i)
Hadis ini menjadi dasar umum keutamaan bersholawat. Secara khusus, berdasarkan pengalaman para ulama dan orang-orang saleh, berikut adalah beberapa fadhilah yang sering dikaitkan dengan amalan surat nariyah latin ini:
1. Pembuka Pintu Rezeki
Banyak kesaksian dari para pengamal sholawat ini yang merasakan adanya kelancaran dalam urusan rezeki. Kesulitan ekonomi yang menghimpit, utang yang melilit, atau usaha yang seret, dengan izin Allah dan berkah sholawat, jalan keluarnya menjadi terbuka. Dibaca secara rutin, misalnya setiap selesai sholat fardhu sebanyak 11 kali, diyakini dapat membuka pintu-pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
2. Solusi dari Segala Kesulitan dan Masalah
Sesuai dengan namanya, Tafrijiyah (pembuka), sholawat ini adalah senjata spiritual untuk menghadapi kerumitan hidup. Kalimat "tanḥallu bihil-‘uqad" (terurainya segala simpul) secara eksplisit memohon agar masalah-masalah yang pelik dapat ditemukan solusinya. Ketika seseorang merasa buntu, tertekan, atau menghadapi masalah yang seolah tak berujung, melantunkan sholawat ini dengan penuh keyakinan dapat memberikan ketenangan batin dan ilham untuk menemukan jalan keluar.
3. Terkabulnya Hajat dan Cita-Cita
Kalimat "tuqdā bihil-ḥawā’ij wa tunālu bihir-raghā’ib" (terpenuhinya hajat dan tercapainya keinginan) adalah doa yang sangat komprehensif. Baik itu hajat untuk mendapatkan pekerjaan, jodoh yang saleh/salehah, keturunan, kesembuhan dari penyakit, atau keberhasilan dalam menuntut ilmu, Sholawat Nariyah menjadi wasilah untuk memohon kepada Allah agar segala harapan tersebut diijabah.
4. Diberikan Akhir Hayat yang Baik (Husnul Khatimah)
Permohonan "ḥusnul-khawātim" adalah salah satu doa terpenting dalam sholawat ini. Ini menunjukkan visi seorang Muslim yang jauh ke depan, bahwa kesuksesan duniawi tidak ada artinya tanpa akhir hidup yang diridhai Allah. Mengamalkan sholawat ini adalah ikhtiar batin untuk memohon agar kita diwafatkan dalam keadaan iman, terhindar dari fitnah akhir zaman, dan lisan ini dimudahkan untuk mengucap kalimat tauhid di penghujung usia.
5. Pelindung dari Musibah dan Malapetaka
Para ulama menyebutkan bahwa membaca Sholawat Nariyah secara istiqamah dapat menjadi benteng gaib yang melindungi seseorang dari berbagai macam bencana, penyakit, fitnah, dan kejahatan makhluk. Energi spiritual dari pujian kepada Nabi Muhammad SAW diyakini menciptakan aura positif yang menolak energi negatif di sekitarnya.
Tata Cara Mengamalkan: Ijazah Amalan 4444 Kali
Meskipun membaca Sholawat Nariyah sekali saja sudah mendatangkan pahala, ada beberapa metode pengamalan yang dianjurkan oleh para ulama untuk hajat-hajat khusus. Salah satu yang paling terkenal adalah membacanya sebanyak 4.444 kali dalam satu majelis (satu kali duduk) atau dibagi dalam beberapa waktu dalam satu hari.
Mengapa 4444 Kali?
Angka ini bukanlah angka yang ditetapkan oleh syariat secara langsung, melainkan berasal dari tajribah (pengalaman spiritual) para auliya dan ulama salaf. Angka ini dianggap memiliki sirr (rahasia) dan keberkahan tersendiri. Praktik ini biasanya dilakukan secara berjamaah dalam sebuah "Majelis Nariyah" untuk memohon hajat besar, seperti kesembuhan dari penyakit berat, keselamatan dari musibah besar, atau terkabulnya cita-cita yang sangat penting.
Adab dan Langkah-langkah Mengamalkannya:
- Niat yang Tulus: Awali dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, untuk memuliakan Rasulullah SAW, dan kemudian sertakan hajat spesifik yang ingin dimohonkan.
- Bersuci: Berada dalam keadaan suci dari hadas kecil dan besar (memiliki wudhu) adalah adab utama dalam berzikir dan berdoa.
- Menghadap Kiblat: Duduk dengan tenang dan sopan sambil menghadap kiblat untuk menambah kekhusyukan.
- Tawassul Awal: Mulailah dengan membaca Istighfar, Surat Al-Fatihah yang dihadiahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya, para nabi, para wali, ulama, guru-guru, dan kaum muslimin secara umum.
- Membaca Sholawat: Bacalah Sholawat Nariyah dengan tartil (perlahan dan jelas), meresapi setiap maknanya. Jika dilakukan secara berjamaah, biasanya ada satu pemimpin yang memandu.
- Doa Penutup: Setelah selesai pada hitungan yang dituju (misalnya 11, 41, 100, atau 4444 kali), tutup dengan doa. Ungkapkan kembali hajat yang diinginkan dengan bahasa yang penuh kerendahan hati.
- Istiqamah: Kunci dari sebuah amalan adalah konsistensi (istiqamah). Mengamalkan Sholawat Nariyah beberapa kali secara rutin setiap hari sering kali lebih baik daripada membacanya ribuan kali tetapi hanya sekali seumur hidup.
Relevansi Sholawat Nariyah di Era Modern
Di zaman yang serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak orang mengalami stres, kecemasan, dan perasaan hampa. Sholawat Nariyah menawarkan oase spiritual yang sangat relevan. Ia bukan pelarian dari masalah, melainkan sumber kekuatan untuk menghadapinya.
Ketika kita melantunkan pujian kepada Nabi Muhammad SAW, hati yang gundah menjadi tenang. Kita diingatkan akan sosok teladan yang paling agung, yang menghadapi ujian jauh lebih berat namun tetap sabar dan penuh kasih. Dengan bertawassul melalui kemuliaan beliau, kita seolah menyambungkan sirkuit spiritual kita ke sumber energi ilahiah yang tak terbatas. Masalah yang tadinya terlihat besar dan menakutkan, perlahan terasa lebih ringan dan terkelola.
Mengamalkan surat nariyah latin menjadi terapi jiwa, sebuah momen jeda untuk melepaskan beban kepada Yang Maha Kuasa. Ia mengajarkan kita untuk tidak pernah putus asa, karena selama kita masih terhubung dengan Allah dan Rasul-Nya, selalu ada harapan dan jalan keluar dari setiap "simpul" dan "kesusahan" dalam hidup.
Kesimpulan: Lautan Rahmat dalam Untaian Kata
Sholawat Nariyah adalah lebih dari sekadar rangkaian kata. Ia adalah ekspresi cinta, pintu permohonan, dan kunci pembuka perbendaharaan rahmat Allah SWT. Dari bacaan surat nariyah latin yang memudahkan hingga makna mendalam yang menenangkan, sholawat ini adalah warisan spiritual yang tak ternilai harganya.
Dengan mengamalkannya secara tulus dan istiqamah, seorang hamba tidak hanya sedang memohon solusi atas masalah dunianya, tetapi juga sedang menapaki jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, meneladani akhlak Rasulullah, dan mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan abadi di akhirat. Semoga kita semua termasuk golongan yang lisannya senantiasa basah oleh shalawat, dan hidupnya dinaungi oleh keberkahan Nabi Muhammad SAW.